cover
Contact Name
Unang Arifin
Contact Email
uptpublikasi@unisba.ac.id
Phone
+6285294008040
Journal Mail Official
jrpwk@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah lantai 4, Rektorat Unisba, Jln Tamansari No.20, 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota
ISSN : 28083113     EISSN : 2798656X     DOI : https://doi.org/10.29313/jrpwk.v1i2
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK) adalah jurnal peer review dan dilakukan dengan double blind review yang mempublikasikan hasil riset dan kajian teoritik terhadap isu empirik dalam sub kajian perencanaan wilayah dan kota. JRPWK ini dipublikasikan pertamanya 2021 dengan eISSN 2798-656X yang diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Semua artikel diperiksa plagiasinya dengan perangkat lunak anti plagiarisme. Jurnal ini ter-indeks Google Schoolar, Garuda, Crossref, dan DOAJ. Terbit setiap Juli dan Desember.
Articles 40 Documents
Persepsi Masyarakat Berbasis Neurosains di Desa Wisata Rawabogo Muhamad Ramdani Pamungkas; Imam Indratno
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.41 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.148

Abstract

Abstract. Rawabogo Village is one of the tourist villages in Bandung Regency which was determined based on the decision of the Bandung Regency regent in 2011. Tourism conditions in Rawabogo Tourism Village such as amenities and accessibility, as well as complementary tourism facilities are not adequate. In addition, the communication problem from each key actor causes different perceptions of tourism development in Rawabogo Village. These conditions can affect perceptions, emotions, motivations, expectations, as well as services and products offered by destinations from tourists or the public. One way to verify responses and perceptions can be done using neuroscience methods by measuring electroencephalography (EEG) waves. This study uses gamma waves to measure response, because these waves are closely related to high-level brain activation. The results obtained, village government respondents tend to get tourism development benchmarking, village communities from the results of canals AF7 and AF8 only focus on cultural development, custom peoples are the only group that has high spatial experience of the Nagara Padang site based on TP9 and TP10 channels, and for public resident tend not to form a memory of the space based the stimulus. Based on the perception responses obtained. Abstrak. Desa Rawabogo merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Bandung yang ditetapkan berdasarkan keputusan bupati Kabupaten Bandung pada tahun 2011. Kondisi pariwisata di Desa Wisata Rawabogo seperti amenitas dan aksesibilitas, serta fasilitas pelengkap pariwisata belum memadai. Selain itu adanya jarak komunikasi dari setiap aktor kunci menyebabkan adanya perbedaan persepsi terhadap pengembangan wisata di Desa Rawabogo. Kondisi tersebut bisa mempengaruhi persepsi, emosi, motivasi, ekspektasi, serta jasa dan produk ditawarkan destinasi dari wisatawan atau masyarakat. Salah satu cara verifikasi respons dan persepsi bisa dilakukan menggunakan metode neurosains dengan pengukuran gelombang elektroensefalografi (EEG). Penelitian ini menggunakan gelombang gamma untuk mengukur respons, dikarenakan gelombang tersebut erat kaitannya terhadap aktivasi otak tingkat tinggi. Hasil yang didapatkan, responden pemerintah desa cenderung mendapatkan benchmarking pengembangan wisata, masyarakat desa dari hasil kanal AF7 dan AF8 hanya fokus terhadap pengembangan budaya, masyarakat adat satu-satunya kelompok yang memliki pengalaman ruang tinggi terhadap situs Nagara Padang berdasarkan kanal TP9 dan TP10, dan pada kelompok masyarakat umum cenderung tidak terbentuk memori terhadap ruang dari stimulus.
Destinasi Wisata Kolong Bekas Tambang: Analisis Pengembangan dan Konvektivitas Wisata Novalia Ega Saputri; Gina Puspitasari Rochman
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1465.697 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.149

Abstract

Abstract. Terong Village, in Belitung Regency's Sijuk District, has potential to enhance tourism activities. The development of the Aik Rusa' Berehun tourist attraction, which exploits previously abandoned tin mine land to become a unique tourist destination with increased potential value, is one of Terong Village's possible uses. The Aik Rusa' Berehun community group, as well as the local community of Terong Village, collaborated on the establishment of this attraction. The purpose of this study is to determine the growth of tourism components such as Attraction, Amenity, Accessibility, and Ancilliary, or the 4A component, in the tourist destination of Aik Rusa' Berehun, as well as its linkage with pre-existing tourist sites. Observations and identification of the deficiency were carried out in this research. Observations and identification of the Aik Rusa' Berehun Tourism Destination's development conditions were carried out in this study based on field observations. This study was supported by a qualitative technique based on exploratory research. Observation, interviews, and documentation are used to obtain primary data. Purposive sampling was employed in conjunction with in-depth interviews with key informants, such as stakeholders. Literature studies utilize secondary data collection approaches. Descriptive analysis was used to conduct the investigation. Data compilation, data reduction, and the creation of study outcomes narratives are all examples of data processing. The development of Aik Rusa' Berehun Tourism Destinations is positive, as evidenced by the available 4A components that can be used to properly support tourist activities so that visitors can feel safe and comfortable while enjoying existing tourist attractions, though some aspects still require improvement. The Aik Rusa' Berehun tourist destination, based on its proximity to other tourist sites, has emerged as a new tourist destination in Terong Village, as well as a supporting tourist destination for nearby tourist locations. Abstrak. Desa Terong terletak di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung kegiatan pariwisata. Salah satu pemanfaatan potensi Desa Terong yaitu melalui pengembangan destinasi wisata Aik Rusa’ Berehun yang memanfaatkan kolong bekas tambang timah yang sebelumnya terbengkalai menjadi destinasi wisata yang unik dan lebih memiliki nilai potensial. Pengembangan destinasi ini dilakukan dengan melibatkan kelompok masyarakat Aik Rusa’ Berehun dan juga mengikutsertakan masyarakat lokal Desa Terong. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengembangan komponen wisata yang terdiri dari Attraction, Amenity, Accessibility, Ancilliary atau biasa disingkat menjadi komponen 4A di destinasi wisata Aik Rusa’ Berehun serta konektivitasnya dengan destinasi wisata sekitar yang sudah ada sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan dan identifikasi mengenai kondisi pengembangan Destinasi Wisata Aik Rusa’ Berehun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Untuk mendukung penelitian ini digunakan metode pendekatan kualitatif menggunakan jenis penelitian exploratif (Exploratory Research). Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Teknik sampling menggunakan purposive sampling yaitu dilakukan wawancara mendalam kepada informan kunci yaitu para pemegang kepentingan. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi literatur. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif. Pengolahan data dilakukan dalam bentuk kompilasi data, reduksi data, dan penyusunan narasi hasil penelitian. Perkembangan Destinasi Wisata Aik Rusa’ Berehun sudah baik dapat diidentifikasi dari komponen 4A yang tersedia sudah bisa digunakan untuk menunjang kegiatan wisatawan dengan baik sehingga wisatawan yang berkunjung dapat merasa nyaman dan aman serta menikmati objek wisata yang ada meskipun di beberapa aspek masih butuh pembenahan. Dilihat dari konektivitas dengan destinasi wisata lain yang ada di sekitar, destinasi wisata Aik Rusa’ Berehun menjadi sebuah destinasi wisata baru di Desa Terong sekaligus berfungsi sebagai destinasi wisata pendukung bagi destinasi wisata sekitar.
Kajian Penggunaan Green Infrastruktur dalam Upaya Penurunan Suhu Permukaan di Wilayah SWK Tegalega Satrio Nugraha; Hilwati Hindersah; Irland Fardani
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.438 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.150

Abstract

Abstract. Urban heat island is a phenomenon of temperature changes caused by the concentration of building density which causes the temperature in the area to be higher than in areas with a lower density concentration. SWK Tegalega is the 1st most populous area among SWK in Bandung City according to the 2011-2031 RTRW data for Bandung City with a total population density in 2020 reaching 415 people / Ha, SWK Tegalega has at least 2.87 ha of RTH from a total area of 67.75 ha with The number of buildings is 7,683 units according to DPMPTSP (Department of Investment and One Stop Integrated Service) of Bandung City, and based on Bandung City Regulation No. 10 of 2015 the designation of the SWK Tegalega area is used as the Mediapolis area (creative industry). The data used in this research include Landsat 8 OLI satellite imagery, population density data and google earth image maps. From the processing of Landsat 8 OLI, it produces several data such as LST, SAVI and NDBI, which are used by each of these data to determine the priority areas for handling high temperature locations. After that, 4 locations were determined for handling the temperature of the area, with the use of trade & service land, corridors, less dense settlements and dense settlements. Based on the 3D location, the average high temperature of the 4 locations ranges from 30.25 - 32.20OC. After applying the green infrastructure concept from the 4 locations, the average temperature reduction of each concept used is obtained, including the tree canopy concept which has an average temperature reduction of 2.60OC, the bioswale concept of reducing the temperature from this concept is 1.30OC, then the green roof concept has an average temperature reduction of 0.65OC and the green wall concept has an average temperature drop of <0.30OC. Based on the results of the analysis that has been carried out, the tree canopy concept is the most effective concept in reducing the temperature at the study location Abstrak. Urban heat island adalah fenomena perubahan suhu yang diakibatkan oleh konsentrasi kepadatan bangunan yang menyebabkan suhu diwilayah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang memiliki konsentrasi kepadatan lebih rendah. SWK Tegalega merupakan wilayah terpadat ke-1 antara SWK di Kota Bandung menurut data RTRW Kota Bandung 2011-2031 dengan total kepadatan penduduk tahun 2020 mencapai 415 jiwa/Ha, SWK Tegalega memiliki setidaknya 2,87 ha RTH dari luas total 67,75 ha dengan jumlah bangunan 7.683 unit menurut DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) Kota Bandung, dan berdasarkan perda Kota Bandung no.10 tahun 2015 peruntukan kawasannya SWK Tegalega dijadikan sebagai wilayah Mediapolis (industri kreatif). Data yang digunakan dalam peneltian ini antara lain citra satelit Landsat 8 OLI, data kepadatan penduduk dan peta citra google earth. Dari pengolahan Landsat 8 OLI menghasilkan beberapa data seperti LST, SAVI dan NDBI, yang digunakan masing – masing data tersebut untuk mengetahui wilayah prioritas penanganan lokasi bersuhu tinggi. Setelah itu ditentukan 4 lokasi untuk penanganan suhu wilayah, dengan penggunaan lahan perdagangan & jasa, koridor, permukiman tidak padat dan permukiman padat. Berdasarkan 3D lokasi didapatkan suhu tinggi rata – rata ke-4 lokasi berkisar dari 30.25 – 32.20OC. Setelah diterapkan konsep green infrastruktur dari ke-4 lokasi tsb, maka didapatkan rata – rata penurunan suhu dari masing – masing konsep yang digunakan, antara lain konsep tree canopy memiliki rata – rata penurunan suhu sebesar 2.60OC, konsep bioswale penurunan suhu dari konsep ini sebesar 1.30OC, Kemudian konsep green roof memiliki rata – rata penurunan suhu 0.65OC dan Untuk konsep green wall memiliki rata – rata penurunan suhu < 0.30OC. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan konsep tree canopy menjadi konsep yang paling efektif dalam menurunkan suhu di lokasi studi.
Pemaknaan Potensi Lokal di Desa Wisata Rawabogo Kabupaten Bandung Alma Verdiana
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.745 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.228

Abstract

Abstract. The tourism potential of Rawabogo Village became one of the urgencies after the establishment of the tourism village title in the village. Rawabogo Village, which is located in Ciwidey District, has been designated as a tourism village since 2011 with the potential for the Gunung Nagara Padang Site. However, until now this potential has not shown significant development. Rawabogo Tourism Village needs to explore the meaning of this phenomenon in order to know the real local potential. Based on this phenomenon, the method needed in addition to the instrumental concept (disstantiation) is also required for its meaning (appropriation). This research method uses a symbolic hermeneutic approach (Paul Ricoeur) which offers a new paradigm in the field of tourism village planning. This approach describes the meaning by combining "explanation" and "understanding" of the information unit to produce meaning of local potential through a process of disstantiation and appropriation in accordance with the needs of meaning in the Rawabogo Tourism Village. The results of the analysis resulted in the meaning of the local potential of the Rawabogo Tourism Village, namely culture as the identity of the cultural community and the potential attractiveness of Rawabogo Village, Gunung Nagara Padang as a characteristic of Rawabogo Village, and the diversity of attractions as an opportunity for Rawabogo Tourism Village. The meaning of the local potential can be an option for the direction of the tourism potential of the Rawabogo Tourism Village. Abstrak. Potensi wisata Desa Rawabogo menjadi salah satu urgensi setelah ditetapkannya gelar desa wisata pada desa tersebut. Desa Rawabogo yang berlokasi di Kecamatan Ciwidey telah ditetapkan menjadi desa wisata sejak tahun 2011 dengan potensi adanya Situs Gunung Nagara Padang. Namun hingga kini potensi tersebut belum menunjukkan perkembangan signifikan. Desa Wisata Rawabogo perlu menggali pemaknaan fenomena tersebut agar dapat mengetahui potensi lokal sebenarnya. Berdasarkan fenomena tersebut maka metode yang dibutuhkan selain pada konsep instrumentalnya (distansiasi) diperlukan juga pemaknaannya (apropriasi). Metode penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik simbolis (Paul Ricoeur) yang menjadi penawaran paradigma baru dalam bidang perencanaan desa wisata. Pendekatan tersebut mendeskripsikan pemaknaan dengan menggabungkan antara “penjelasan” dan “pemahaman” atas unit informasi untuk menghasilkan pemaknaan potensi lokal melalui proses distansiasi dan apropriasi yang sesuai dengan kebutuhan pemaknaan di Desa Wisata Rawabogo. Hasil dari analisis menghasilkan pemaknaan potensi lokal Desa Wisata Rawabogo yaitu budaya sebagai identitas masyarakat budaya dan potensi daya tarik Desa Rawabogo, Gunung Nagara Padang sebagai ciri khas Desa Rawabogo, dan keberagaman daya tarik sebagai peluang Desa Wisata Rawabogo. Pemaknaan potensi lokal tersebut dapat menjadi opsi arah potensi wisata dari Desa Wisata Rawabogo.
Ketersediaan Aksesibilitas Wisata bagi Penyandang Disabilitas di Kota Bandung dan Sekitarnya Afiati
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.234 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.229

Abstract

Abstract. Tourism is a journey carried out by a person from one area to another. At this time the City of Bandung, Bandung Regency and West Bandung Regency which are part of the Bandung Basin Urban Area which is a Provincial Strategic Area, there are various types of tourism but the current conditions are still not friendly for people with disabilities seen the number of disabilities Bandung City is 0.089% from the total population. Based on this, the problems in this study are formulated as follows: (1) What is the condition of tourist objects that have met the availability of physical accessibility for people with disabilities? (2) What are the Non-Physical Accessibility Conditions for Persons with Disabilities?. The researcher uses a human instrument approach with qualitative descriptive research methods from reducing data, presenting data and conclusions. The informants in this study were 3 people with visual impairments, 4 people with disabilities who were deaf, 4 people with physical disabilities, 1 tour manager, 1 person from the tourism office, and 1 disability companion. With the sampling technique, namely snowball and purposive sampling with the validity test carried out is triangulation techniques, data sources and theories. The results of this study are: (1) There are 3 tourist sites that have met accessibility for disabilities (2) Non-physical accessibility conditions at tourist sites still do not meet the needs of disabilities. Abstrak. Pariwisata merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan seseorang menuju suatu wilayah selain dari wilayah asalnya. Pada saat ini Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung yang merupakan Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dalam Kawasan Strategis Provinsi terdapat berbagai jenis wisata akan tetapi kondisinya saat ini masih kurang ramah bagi penyandang disabilitas dilihat dari jumlah disabilitas Kota Bandung adalah 0,089% dari keseluruhan jumlah penduduk. Dalam hal ini maka permasalahan pada penelitian dirumuskan seperti berikut: (1)Bagimana Kondisi Objek Wisata yang Sudah Memenuhi Ketersediaan Aksesibilitas Fisik Bagi Penyandang Disabilitas? (2) Bagaimana Kondisi Aksesibilitas Non Fisik Bagi Penyandang Disabilitas ?. Peneliti menggunakan pendekatan human instrument dengan metode penelitian deskriptif kualitatif dari muai mereduksi data, penyajian data sampai penarikan kesimpulan. Informan pada penelitian ini adalah 3 orang disabilitas tuna netra, 4 orang disabilitas tuna rungu, 4 orang disabilitas tuna daksa, 1 orang pengelola wisata, 1 orang dinas pariwisata, dan 1 orang pendamping disabilitas. Pengambilan Sample menggunakan teknik snowball dan purposive sampling dengan uji validitas yang dilakukan adalah triangulasi teknik, sumber data dan teori. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terdapat hasil sebagai berikut : (1) Terdapat 3 lokasi wisata yang sudah memenuhi aksesibilitas bagi disabilitas (2) Kondisi aksesibilitas non fisik di lokasi wisata masih belum memenuhi kebutuhan disabilitas.
Pemantauan Progres Pemanfaatan Ruang Kawasan Prioritas RDTR Perkotaan Singaparna Menggunakan UAV Abizar Aria Ghifar; Ira Safitri
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.798 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.71

Abstract

Abstract. Today, regional spatial planning is one of the challenges in the development of a city. Indications of the development of the city can be seen from the increase in the area built due to an increase in population. As a result, city space is limited, so much urban land is used illegally or not in accordance with the rules of the Spatial Detail Plan (RDTR). Singaporean urban RDTR 2017-2037 has been established and is suitable as a guideline for spatial planning in Tasikmalaya Regency. Also stated in PP number 15 of 2010 in article 101 it is necessary to monitor the use of space every year by the civil service investigating agency (PPNS). The compilation was based on Minister of Public Works Regulation No.20 of 2011 to Minister of ATR Regulation No.16 in 2018. The Singaporean RDTR was prepared in 2011, so monitoring needs to be carried out as a condition for evaluating when there is a change in the legal umbrella. The purpose of this study are: find out the percentage of development realization based on physical conditions in the field; know the development progress in the singaparna urban priority area; and find out trends in spatial development in Singaparna Urban Priority Areas. The method used is a quantitative method (suitability analysis of spatial use and spatial analysis) and qualitative (descriptive analysis). The results obtained from this study are the progress of spatial use in the Singapore Priority Area which shows that there are still many incompatibilities with the RDTR, and the development of the Singapore priority area. In knowing the progress of spatial use by PPNS there needs to be an efficient method in gathering data, then the UAV is one of the efforts in the efficiency of data analysis materials for monitoring space utilization. Abstrak. Dewasa ini tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan dalam perkembangan sebuah kota. Indikasi perkembangan kota dapat dilihat dari meningkatnya kawasan terbangun akibat dari bertambahnya jumlah penduduk. Akibatnya terbatasnya ruang kota, maka banyak lahan kota dimanfaatakan secara illegal atau tidak sesuai dengan aturan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). RDTR perkotaan Singaparna 2017-2037 telah ditetapkan dan layak sebagai pedoman untuk perencanaan tata ruang di Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu tertuang dalam PP nomor 15 tahun 2010 dalam pasal 101 perlu adanya pemantauan pemanfaatan ruang setiap tahunnya oleh badan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS). Penyusunan tersebut berlandaskan pada Peraturan Menteri PU No.20 tahun 2011 menjadi Peraturan Menteri ATR No.16 tahun 2018. Penyusunan RDTR perkotaan Singaparna dilakukan pada tahun 2011, maka perlu dilakukan pemantauan sebagaimana syarat dalam melakukan evaluasi ketika adanya perubahan payung hukum. Tujuan dari penelitian ini yaitu: mengetahui persentase realisasi pembangunan berdasarkan kondisi fisik dilapangan; mengetahui perkembangan pembangunan dikawasan prioritas perkotaan singaparna; dan mengetahui kecenderungan pembangunan ruang di Kawasan Prioritas Perkotaan Singaparna. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif (analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dan analisis spasial) dan kualitatif (analisis deskriptif). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu progres pemanfaatan ruang di Kawasan Prioritas Perkotaan Singaparna yang menunjukan masih banyak ketidak sesuaian dengan RDTR, dan perkembangan kawasan prioritas perkotaan Singaparna. Dalam mengetahui progres pemanfaatan ruang oleh PPNS perlu adanya metode yang efisien dalam pengumpulan datanya, maka UAV adalah salah satu upaya dalam efisiensi bahan data analisis pemantauan pemanfaatan ruangnya.
Perubahan Tingkat Pendapatan Petani Pemilik Lahan Setelah Adanya Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Ciparay Ikbal Kamiludin Gunawan; Ivan Chofyan
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.235 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.72

Abstract

Abstract. Ciparay Sub-District is one of the areas that have changed the function of agricultural land to non-agricultural, this is due to its strategic geographical location that makes investors race to get the land in the area. The area of agricultural land in Ciparay sub-district each year has a significant change in which Ciparay subdistrict is one of the sub-districts that has ample agricultural land. Area of Ciparay subdistrict ± 46,175.6 Ha, with land area planting rice ± 7,390 ha in the year 2014 or average of land change amounted to 6.9% per year. The purpose of this research is to cover the impact of land function on land owner farmers Income level quantitative analysis used is an average difference test analysis with data collection techniques by distributing the questionnaire to 29 respondents. Based on the results of the study can be concluded that by the existence of land function has an impact on the farmers in Ciparay sub-district that the income of the owners of farmers, smaller than before the land function. Because seen from the results of analysis of average difference obtained the value of T count < T table which means H0 on reject and H1 accepted. Abstrak. Kecamatan Ciparay merupakan salah satu daerah yang mengalami perubahan fungsi lahan pertanian ke non pertanian, hal ini dikarenakan letak geografisnya yang strategis yang membuat para investor berlomba - lomba untuk mendapatkan lahan yang ada di kawasan tersebut. Luas lahan pertanian di Kecamatan Ciparay setiap tahunnya mengalami perubahan yang cukup signifikan dimana Kecamatan Ciparay merupakan salah satu kecamatan yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Luas Kecamatan Ciparay ± 46.175,6 Ha, dengan luas lahan tanam padi sawah ± 7.390 ha pada tahun 2014 atau rata – rata perubahan lahan sebesar 6,9 % per tahun. Tujuan penelitian ini untuk melihat dampak alih fungsi lahan terhadap tingkat pendapatan petani pemilik lahan Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis uji beda rata-rata dengan teknik pengumpulan data dengan cara membagikan kuisioner kepada 29 orang responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya alih fungsi lahan memberikan dampak terhadap para petani yang ada di Kecamatan Ciparay bahwa pendapatan para petani pemilik, lebih kecil jika dibandingkan dengan sebelum adanya alih fungsi lahan. Karena dilihat dari hasil analisis uji beda rata-rata didapat nilai T hitung < T tabel yang artinya H0 di tolak dan H1 diterima.
Peremajaan Kawasan Pasar Kiaracondong Berkonsep Pasar Sehat Fahri Nazarudin; Sri Hidayati Djoeffan
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.063 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.73

Abstract

Abstract. The market is an economic sector that can improve people's welfare and be used by Governments as a wheel of economy. Traditional market nowadays existence aside from the existence of modern market, Kiaracondong Market has a pontesi as a first class market, trader as much as 1058 and has easy access. However, there are problems in terms of visual, environmental and functional. To fix the problem there is a rejuvenation need to be done. The purpose of this research is to rejuvenate the traditional market area of Kiaracondong to be comfortable, safe, clean healthy and sustainable. The method used is a theoretical, normative, comparative, participatory, and description-statistical approach. By using site analysis, population, land support, space needs, building typology, building period, City rejuvenation strategy and the determination of functional elements. Thus obtained the direction of design concept based on the results of analysis that has been done in the form of land use plan, period building, circulation and parking, green open space, pedestrian path, support activities, utility networks and Recommendations. Abstrak. Pasar merupakan sektor perekonomian yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan digunakan oleh pemerintah sebagai roda perekonomian. Pasar tradisional saat ini keberadaannya tersisihkan adanya pasar modern, pasar kiaracondong memiliki pontesi sebagai pasar kelas satu, pedagang sebanyak 1058 dan memiliki akses yang mudah. Namun, terdapat permasalahan dari segi visual, lingkungan dan fungsional. Untuk memperbaiki permasalahan yang ada maka perlu dilakukan peremajaan. Tujuan dari penelitian ini ialah meremajakan kawasan pasar tradisional kiaracondong agar nyaman, aman, bersih sehat dan berkelanjutan. Metode yang digunakan berupa pendekatan teoritis, normatif, komparatif, partisipatif dan statistik deskripsi. Dengan menggunakan analisis tapak, kependudukan, daya dukung lahan, kebutuhan ruang, tipologi bangunan, tata masa bangunan, stategi peremajaan kota dan penentuan elemen fungsional. Sehingga diperoleh arahan konsep perancangan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan berupa rencana tata guna lahan, tata masa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka hijau, jalur pejalan kaki, aktivitas pendukung, jaringan utilitas dan rekomendasi.
Kajian Pengendalian Pencemaran Air Laut Berdasarkan Partisipasi Masyarakat di Kawasan Pesisir Pantai Santolo Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut Bitta Ikarani Wiyajanti; Chusharini Chamid
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.471 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.74

Abstract

Abstract. The coastal zone’s Santolo Beach is a place for traditional fishers that would be a great tourist destination. It also were the areas as a dock (port) fishermen’s activities for a vessel or boat is in that area. Based on RT and RW Kabupaten Garut 2011 -2031 south of Garut area set down as tourism area, and Pantai Santolo is one of them. How ever condition of Pantai Santolo is full of waste. This condition is disturbing visualization and affect to quality of that environment. This study using a model contamination index (IP) analysis by using the measurement result the quality of coastal waters of Santolo Beach. Based on the analysis using the model, the result is that coastal waters Santolo classified as a middle unclean coast. The research also informed with information obtained using questionnaire for local and tourist respondents. Based on the results of questionnaire the level of public participation of pollution contros strateggy in coastal’s Santolo Beach is in the informing step. Pollution control strategy needs invovlvement of several parties which is government, government on that area, and also the peoples for established a productive and suistanable coastal zone. Abstrak. Kawasan Pantai Santolo merupakan berkumpulnya nelayan tradisional yang akan dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata yang indah. Pantai Santolo juga merupakan daerah untuk kegiatan nelayan sebagai dermaga (pelabuhan) kapal ikan atau perahu. Berdasarkan RT dan RW Kabupaten Garut 2011 –2031 kawasan Garut Selatan di tetapkan sebagai kawasan peruntukkan pariwisata, salah satunya adalah Pantai Santolo yang terdapat di Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut. Namun kondisi di area Pantai Santolo dipenuhi dengan sampah. Kondisi ini sangat mengganggu visualisasi dan juga mempengaruhi kualitas lingkungan. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan masih sangat kurang. Penelitian ini menggunakan analisis dengan model Indeks Pencemaran (IP) dengan menggunakan hasil pengukuran kualitas perairan Pantai Santolo. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan model tersebut, didapatkan hasil bahwa perairan Pantai Santolo diklasifikasikan sebagai pantai yang cemar sedang. Penelitian ini juga didasari dengan informasi yang didapat menggunakan kuisioner dengan target responden penduduk setempat dan wisatawan. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan informasi bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap penyusunan strategi pengendalian pencemaran kawasan pesisir berada pada tahapan memberikan informasi. Pengendalian pencemaran perlu adanya keterlibatan beberapa pihak, yaitu pihak pemerintah, aparat desa, serta masyarakat demi terciptanya kawasan pesisir yang produktif dan berkelanjutan.
Kajian Livable Street pada Jalur Pedestrian di Kawasan Pecinaan Lama Kota Bandung Muhammad Adhitya R; Weishaguna
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.291 KB) | DOI: 10.29313/jrpwk.v1i1.75

Abstract

Abstract. This research on pedestrian in the old area of Bandung city of Bandung is aimed at overcoming the problem of the bad pedestrian path in the area of area of Bandung city of Bandung. The existence of the old city area of Bandung which is close to the new market can attract a lot of visitors' interest, unfortunately the condition of the existing pedestrian infrastructure in this area is inadequate. The number of street vendors who sell on pedestrian lanes, motorized parking on the sidewalks, uneven pedestrian lanes, to the lack of pedestrian facilities makes visitors less comfortable to move in this area. The concept of the theory that the authors apply to overcome the problem of pedestrian paths in this region is the concept of livable street. The author expects the theory of urban design and the concept of livable street as being able to overcome the problems regarding the pedestrian path in the old area of Bandung City. The method that I use is a qualitative approach by observing issues that exist and then assessing the criteria for the concept of livable street through the study of literature, then the process of analysis of pedestrian flows, the level of pedestrian services, pedestrian path width requirements, and analysis of variable variable from the concept of liveable street. This research was conducted to solve problems in pedestrian routes that are not liveable in the old Chinatown district of Bandung city. Abstrak. Penelitian tentang pedestrian di kawasan pecinaan lama Kota Bandung ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan buruknya jalur pedestrian yang ada di kawasan pecinaan Kota Bandung. Keberadaan kawasan pecinaan lama Kota Bandung yang dekat dengan pasar baru dapat menarik banyak minat pengunjung, sayangnya kondisi infrastruktur pejalan kaki yang ada pada kawasan ini kurang memadai. Banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di atas jalur pedestrian, parkir kendaraan bermotor di atas trotoar, jalur pedestrian yang tidak rata, hingga minimnya fasilitas sarana pejalan kaki membuat pengunjung kurang nyaman untuk beraktivitas di kawasan ini. Konsep teori yang penulis terapkan untuk mengatasi permasalahan jalur pedestrian yang ada di kawasan ini adalah konsep livable street. Penulis mengharapkan teori perancangan kota dan konsep livable street sebagai dapat mengatasi permasalahan mengenai jalur pedestrian yang ada di kawasan pecinaan lama Kota Bandung. Metode yang penulis gunakan yaitu metode pendekatan kualitatif dengan mengamati isu-isu permasalahan yang ada kemudian mengkaji kriteria-kriteria konsep livable street melalui studi literatur, selanjutnya dilakukan proses analisis terhadap arus pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki, kebutuhan lebar jalur pedestrian, dan analisis mengenai variabel variabel dari konsep liveable street. Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan permasalahan pada jalur pedestrian yang tidak liveable di kawasan pecinaan lama kota bandung.

Page 1 of 4 | Total Record : 40