cover
Contact Name
Syakieb Sungkar
Contact Email
jurnal.dekonstruksi@yahoo.com
Phone
+62811101722
Journal Mail Official
jurnal.dekonstruksi@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tebet Mas Indah III Blok E No. 40 Tebet Barat, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 13115
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Dekonstruksi
Published by Gerakan Indonesia Kita
ISSN : 2797233X     EISSN : 2797233X     DOI : 10.54154/Dekonstruksi
Jurnal Dekonstruksi merupakan Jurnal yang membahas Filsafat dan disiplin terkait seperti Kebudayaan dan situasi masyarakat serta perkembangan sosial mutakhir. Terbit 3 bulan sekali dan dalam setiap terbitan kami mempunyai tema sentral yang terfokus. Jurnal ini dikelola oleh para mahasiswa dan sarjana Filsafat. Kami menerima paper dari para pembaca dan akan kami terbitkan apabila memenuhi kaidah ilmu pengetahuan dan tema yang sedang diangkat oleh tim Redaksi. 
Articles 191 Documents
Salam Redaksi Vol. 1 Syakieb Sungkar
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.417 KB)

Abstract

Salam Redaksi berisi perkenalan dan overview atas artikel yang ada pada Jurnal Dekonstruksi volume 1.
Filsafat, Transformasi, Politik Goenawan Mohamad
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.624 KB)

Abstract

Filsafat adalah proses, bukan bangunan kesimpulan. Ia merupakan laku menyimak kehidupan secara tekun dan mendalam. Pengetahuan terlaksana dengan perbuatan, teori terjadi melalui praxis. Filsafat tidak serta merta dapat membelokkan arah peradaban, karena masih membutuhkan hal lain seperti politik dan demokrasi.
Dekonstruksi Hoaks dalam Era Pasca-Kebenaran Melalui Semiotika Umberto Eco Abdul Rahman
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.538 KB)

Abstract

Artikel ini memperlihatkan bahwa unit kultural dalam semiotika Umberto Eco telah memberikan kita sebuah petunjuk bagaimana seseorang bisa membongkar proposisi kebohongan atau hoaks di dalam Era Pasca-Kebenaran. Uniknya, meskipun di dalam pembacaan tanda kita tidak akan pernah tahu apakah sebuah pernyataan itu hoaks atau bukan, kita tetap bisa memahami bahwa pernyataan tersebut mengandung kebohongan atau makna yang dipelintir melalui unit kultural atau pengetahuan yang kita punya. Dengan kata lain, di dalam pembacaan tanda kita bisa melihat makna dari wahana-tanda yang berada di dalam atau luar kaidah yang berlaku di masyarakat.
Stairway to Heaven: Memandang Tuhan Melalui Kacamata Dekonstruksi Aldrich Anthonio
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.991 KB)

Abstract

Sejak abad 19 filsafat ketuhanan mengalami krisis oleh kritik tajam para filsuf, khususnya Nietzsche dan Heidegger. Sasaran kritik tersebut sebenarnya adalah konsep Metafisika yang dianggap sudah gagal menjelaskan realita yang beragam. Filsafat ketuhanan juga dibangun atas dasar Metafisika tersebut, sehingga filsafat ketuhanan juga dianggap sudah gagal. Di abad ke-21, seorang teolog dan filsuf bernama John Caputo mencoba menjawab permasalahan ini melalui penafsirannya atas dekonstruksi Jacques Derrida. Caputo menganggap filsafat ketuhanan dapat hidup tanpa mengandalkan metafisika. Menanggapi kritik tersebut Caputo menganggap Allah sebagai problema dan panggilan (insistensi). Ia mengubah konsep logos yang bersifat metafisis (doktrin ketat) menjadi konsep poetics yang bersifat dekonstruktif (narasi, perumpamaan, dan paradoks). Filsafat Ketuhanan bukan lagi theology metafisis melainkan sebuah theopoetics dekonstruktif.
Différance dan Batas dari Wacana Metafisika Chris Ruhupatty
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.229 KB)

Abstract

Jacques Derrida (1930-2004) adalah seorang filsuf asal Prancis kelahiran El Biar, Aljazair, yang dipercaya telah mengubah wacana filosofis dewasa ini dengan membuatnya kembali terbuka terhadap segala kemungkinan. Secara konkret Derrida telah mengguncang segala bentuk wacana atau teks filosofis yang membicarakan “Being adalah …” untuk kembali dipertanyakan demi menghasilkan teks baru. Karena bagi Derrida setiap teks filosofis tidak dapat melampaui jarak antara teks dan realitas, sehingga teks filosofis memiliki potensi untuk mengguncangkan dirinya sendiri untuk menghasilkan wacana (teks) baru (double science). Oleh karenanya Derrida tidak melakukan penghancuran terhadap setiap wacana filosofis, tapi ia hanya menyingkapkan selubung metafisika pada teks berupa jarak antara teks dan realitas yang membuat teks secara alamiah menghancurkan dirinya sendiri sekaligus membangun teks yang-lain secara bersamaan. Gerakan alami dari teks tersebut disebut sebagai Dekonstruksi.
Membongkar Novel Cantik itu Luka Melalui Pandangan Surealisme dan Feminisme Puji F. Susanti; Abdul Rahman; Hendrik Boli Tobi; Nova Lumempouw
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.266 KB)

Abstract

Novel Cantik itu Luka merupakan karya sastra Indonesia yang luar biasa dari Eka Kurniawan karena alur ceritanya penuh dengan imajinasi, hasrat, dan kekuasaan sehingga karya tersebut dapat kami bongkar (dekonstruksi) secara filosofis melalui dua sudut pandang, yakni teori Surealisme yang berakar dari psikoanalisa Freud dan teori Feminisme. Melalui surealisme kami bisa melihat bahwa tindakan sadar dari beberapa tokoh di dalam cerita berasal dari hasrat liar yang sangat jauh dari nilai-nilai masyarakat yang berlaku, sedangkan melalui feminisme kami bisa melihat bahwa phallus atau penis tetap menjadi simbol kekuasaan di dalam masyarakat sehingga masyarakat masih berada dalam kebudayaan patriarki.
Mencecap Esensi Kebenaran di Zaman Pascakebenaran Simon Andriyan Permono
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.182 KB)

Abstract

Tahun 2016 dianggap sebagai era baru, yakni Zaman Pascakebenaran. Donald Trump, bisa dikatakan sebagai contoh paling mencolok dari era ini. Geliat Trump sebagai politisi memanfaatkan fakta dan data meskipun terlihat menggelikan, namun efektik mengantarnya menjadi presiden Amerika Serikat. Trump ingin mencirikan diri sebagai tokoh pembawa kebenaran yang datang belakangan. Di sini, kita berhadapan dengan persoalan kebenaran. Salah satu pemikir yang secara serius menyelisik persoalan kebenaran adalah Martin Heidegger. Heidegger berusaha melampaui pandangan tentang kebenaran yang berdasarkan pada prinsip korespondensi. Tawaran Heidegger adalah memahami kebenaran sebagai ketersingkapan (alētheia). Melalui cara pandang baru terhadap kebenaran, Heidegger ingin agar kita sampai pada esensi kebenaran itu sendiri, yakni keterbukaan manusia di hadapan Ada. Dengan tawaran ini, kita semua yang hidup dalam suasana Zaman Pascakebenaran layak untuk kembali memberi ruang terbuka pada penyingkapan kebenaran dengan sikap “mengambil jarak” pada riuh-rendah urusan sehari-hari.
Pascamarxisme dan Dekonstruksi: Sebuah Percobaan Awal untuk Membaca Kontur Pascamarxisme dari Lensa “Heideggerian-Kiri” Yulius Tandyanto
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.989 KB)

Abstract

This article try to underscore a fertile possibility to relate the concept of “deconstruction” with postmarxism, insofar that the distinction between “the political” and “politics” could be traced to one of Heidegger’s key operative concepts, i.e. “Destruktion”. Within this optics I try to read Laclau-Mouffe’s criticism of historical materialism as a fruitful example of deconstruction that not only shows inadequacies of Marxian’s claims such as historical determinism, the priority of the proletariat, the dialectical teleology and the economic superiority, but also describes how both political theorists try to radicalize the concept of democracy. Therefore, the political could be understood as the contingent ground that deconstructs every rational order of politics.
Hermeneutika dan Perannya dalam Ilmu Sosial-Budaya Syakieb Ahmad Sungkar
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.557 KB)

Abstract

Pada tahun 1980, melalui Philosophy and the Mirror of Nature, Richard Rorty, seorang pemikir berkebangsaan Amerika Serikat, mencoba memaklumkan kematian epistemologi. Kita, demikian dimaklumkan Rorty, tidak lagi membutuhkan epistemologi. Apa yang kita butuhkan adalah hermeneutika. Sementara epistemologi berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan menyeluruh dan sekaligus mendasar tentang pengetahuan, hermeneutika secara metodologis menyangkut persoalan makna dalam suatu teks. Pada perkembangannya, pemahaman atas teks juga meluas sehingga perilaku dan tindakan manusia, simbol-simbol, tata nilai, hasil-hasil kebudayaan, dan seterusnya dipahami sebagai teks. Selanjutnya, hermeneutika digunakan sebagai metodologi bagi ilmu-ilmu sosial, meskipun demikian kita tidak mungkin melucuti gagasan-gagasan epistemologi dari ruang lingkup hermeneutika. Sebab, konsekuensi mematikan epistemologi hanya akan memperketat keterbatasan hermeneutika.
Zygmun Bauman: Budaya dan Sosiologi Tetty Sihombing
Dekonstruksi Vol. 1 No. 01 (2021): Jurnal Dekonstruksi
Publisher : Gerakan Indonesia Kita

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.761 KB)

Abstract

Pada dasarnya penulis ingin mengangkat pemikiran Bauman tentang budaya dan sosiologi. Bagi Bauman sendiri, sosiologi adalah bentuk budaya – sebuah tindakan yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan manusia dalam arti praksis. Manusia sebagai makhluk rasional selalu berusaha memahami apa yang dialaminya, selalu ingin memahami segala sesuatu secara masuk akal dengan menggunakan rasionya. Pemahaman manusia dengan menggunakan rasio berada pada tataran teoretis dan melalui pemahaman dapat memutuskan tindakan apa yang akan diambil sesuai dengan pemahaman tersebut – tataran praksis. Baik tataran teoretis dan praksis selalu melibatkan harapan-harapan yaitu hidup yang lebih baik. Dengan demikian, praksis-teoretis dan haparan saling berhubungan.

Page 1 of 20 | Total Record : 191