cover
Contact Name
Ali Multazam
Contact Email
physiohs@umm.ac.id
Phone
+6285255549895
Journal Mail Official
physiohs@umm.ac.id
Editorial Address
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/physiohs/about/editorialTeam
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Physiotherapy Health Science (PhysioHS)
Core Subject : Health, Science,
PhysioHS is a scientific publication and communication for widespread research and criticism topics in physiotherapy and health science. PhysioHS was published by the Department of the Physiotherapy University of Muhammadiyah Malang with frequency twice yearly in June and December. Information on PhysioHS focus and spacing include the following, Physiotherapy, Health Science, Public Health, and Rehabilitation.
Articles 64 Documents
Peningkatan Kecepatan Jarak Tempuh dengan Penguatan Tungkai pada Atlet Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Bali Boki Jaleha
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 4 No. 2 (2022): Vol. 4 No. 2 (2022): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Desember
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v4i2.22639

Abstract

Atlet sepeda diharuskan menempuh jarak dalam waktu singkat dan dapat ditingkatkan dengan penguatan tungkai dengan metode knee tuck jump. Penelitian ini adalah experimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Jumlah sampel sebanyak 10 orang dengan teknik pengambilan purposive sampling. Data kecepatan jarak tempuh diukur dengan tes kecepatan jarak tempuh selanjutnya data dianalisis dengan uji normalitas menggunakan shapiro wilk test pada taraf signifikan p ≥ 0,05. Pengolahan data dan analisis data diperoleh rata-rata hasil pre-test penelitian yaitu 98.40 detik dan post-test sebesar 92.80 detik. Sehingga peningkatan yang terjadi yaitu 5,69 %, selanjutnya dilakukan uji pengaruh dengan menggunakan uji paired t-test dengan signifikan p = 0, 001. Nilai statistik tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kecepatan jarak tempuh dengan penguatan tungkai pada atlet sepeda ikatan sport sepeda Indonesia (ISSI) Denpasar, Bali.
Manajemen Fisioterapi pada Deep Vein Thrombosis (DVT) untuk Mengurangi Nyeri dan Meningkatkan Kekuatan Otot: Studi Kasus Yusfica Adelia Savitri; Nikmatur Rosidah
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 4 No. 2 (2022): Vol. 4 No. 2 (2022): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Desember
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v4i2.22694

Abstract

Deep vein thrombosis merupakan bekuan darah yang terbentuk pada vena bagian dalam di bawah kulit. Gejala paling umum terjadi di lokasi bekuan darah, diantaranya adalah pembengkakan, kulit terasa hangat dan kemerahan serta nyeri. Penelitian ini menggunakan design single case yang dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dalam 2 minggu, pada Februari 2022, di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Moh. Anwar, Sumenep, Madura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas manajemen fisioterapi menggunakan metode RICE (Rest, Icing, Compression, Elevation) yang dikombinasikan dengan latihan stretching untuk menangani responden dengan deep vein thrombosis (DVT). Hasil menunjukkan, pada tingkat nyeri diam bernilai 2 menjadi 1, nyeri tekan bernilai 5 menjadi 3, dan nyeri gerak bernilai 3 menjadi 2 Pada kekuatan otot gastrocnemius dan otot soleus dengan nilai 3 menjadi 4. Terjadi penurunan bengkak di atas tuberositas tibia dextra senilai 42 cm menjadi 40,5 cm berkurang sebanyak 1,5 cm, di bawah tuberositas tibia dextra senilai 34 cm menjadi 33 cm berkurang sebanyak 1 cm. Pada pengukuran lingkup gerak sendi (LGS) dari S: 0o -0o-80o meningkat menjadi 0o-0o-100o. Hasil laporan pemberian (Rest, Icing, Compression, Elevation) yang dikombinasikan dengan latihan stretching menunjukkan penurunan nyeri dan peningkatan kekuatan otot meskipun tidak signifikan.
Efektivitas Terapi Latihan Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) pada Asma Bronkial: Studi Kasus Iftitah Rahmawati Syafriningrum
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 4 No. 2 (2022): Vol. 4 No. 2 (2022): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Desember
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v4i2.22988

Abstract

Asma merupakan suatu keadaan obstruksi jalan napas reversibel yang ditandai dengan batuk, dipsnea, pada individu dengan hiperaktif saluran napas. Secara garis besar penatalaksanaan asma bronkial terbagi menjadi 2 yaitu farmakologi dan non-farmakologi. Penatalaksanaan nonfarmakologi pada pasien asma adalah pemberian Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) yang terdiri dari Breathing Control (BC), Thoracic Expansion Exercise (TEE), dan Forced Expiration Technique (FET). Setelah diberikan terapi sebanyak 3 kali terapi latihan ACBT efektif dalam mengurangi gejala pada pasien asma bronkial.
Hubungan antara Risiko Jatuh dengan Activity Daily Living pada Lanjut Usia Devi Soleha; Muthiah Munawwarah
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 4 No. 2 (2022): Vol. 4 No. 2 (2022): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Desember
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v4i2.23080

Abstract

Activity of Daily Living (ADL) adalah aktivitas sehari-hari yang berisi kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari yang teratur. Penelitian ini untuk membuktikan adanya hubungan antara risiko jatuh dengan ADL pada lanjut usia secara deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling di Panti Werdha Wisma Mulia, Jakarta Barat. Total sampel sebanyak 30 lansia dan pada tiap sampel diperoleh data risiko jatuh yang diukur dengan Morse Fall Scale (MFS) dan ADL yang diukur dengan Indeks Katz. Jenis kelamin paling banyak pada sampel adalah perempuan (66,7%) dengan usia rata-rata sebesar 77 tahun. Selanjutnya nilai mean±SD pada pengukuran risiko jatuh diperoleh sebesar 40,67±18,83 dan nilai ADL sebesar 3,77±1,612. Uji hipotesis dengan uji Fisher menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara risiko jatuh dengan ADL pada lansia (p=0,007) yang mana pada risiko jatuh dan ADL. Sehingga terdapat hubungan signifikan antara risiko jatuh dengan ADL pada lanjut usia.
Efektifitas antara Latihan High Intensity Interval Training dengan Moderate Intensity Continuous Training pada Prilaku Sedentary terhadap Perubahan Heart Rate recovery Sugiono; Muhammad Dzaky Maulana Nur Yudha; Nur Basuki
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 5 No. 1 (2023): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Juni 2023
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v5i1.25882

Abstract

Perilaku sedentary merupakan perilaku yang dapat membuat seseorang mengalami penurunan aktifitas fisik, apabila hal ini terjadi pada mahsiswa akan menjadi penyebab menurunnya prestasi akademik serta minat belajar. Hal ini dapat diukur dengan percepatan heart rate recovery. Untuk Meningkatakan pemulihan denyut jantung setelah berolahraga dapat melakukan olahraga High Intensity Interval Training (HIIT) dan Moderate Intensity Continuous Training (MICT). HIIT merupakan latihan yang melibatkan 2 sistem energi, yaitu aerobik dan anaerobik, sedangkan MICT merupakan latihan yang dilakukan secara terus menerus dengan sistem energi aerobik. Penelitian ini berjenis two grup pre and post test design. Dengan jumlah subjek 34 subjek diberikan latihan 1 kali dalam seminggu selama 4 minggu. HR Recovery diukur sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Analisis statistik menggunakan Uji Paired t test, independent t test, serta uji Different mean. Hasil penelitian menunjukan intervensi HIIT memiliki efektifitas dalam mempercepat pemulihan denyut jantung dengan nilai p = 0.04, intervensi MICT tidak terdapat efektifitas dalam mempercepat pemulihan denyut jantung dengan nilai p = 0.124, tidak terdapat perbedaan efektifitas antara HIIT dan MICT dalam mempercepat pemulihan denyut jantung dengan nilai p = 0.529, dan HIIT lebih efektif dibandingkan MICT dalam mempercepat pemulihan denyut jantung dengan hasil uji selisih different mean diperoleh selisih -6,63 (kelompok HIIT) dan -3,95 (kelompok MICT).
the Physical Therapy Intervention in congenital muscular torticollis dextra: A case study In PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital : Penatalaksanaan Fisioterapi Congenital Muscular Torticolis Dextra:studi kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Athifah haya Aqilah; Khikmah Nur Hidayah; Siti Ainun Ma'rufa
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 5 No. 1 (2023): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Juni 2023
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v5i1.25885

Abstract

Congenital Muscular Torticollis (CMT) banyak menyebabkan kondisi deformitas bagi penderitanya dan terlihat jelas dampaknya sebab dapat mengubah estetika seseorang yang akan mempengaruhi keseluruhan dari kehidupannya. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan studi kasus dan dilakukan observasi langsung di poli tumbuh kembang RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta serta interview langsung dengan orang tua anak. Instrumen evaluasi yang digunakan adalah skala nyeri dengan wongbaker face pain scale, stiffness,hipertrofi dan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) leher menggunakan arthrodial protactor dan muscle function test (MFS) serta assesment untuk kondisi plagiochepaly dengan  severity assesment for plagiochepaly. Pemberian terapi dilaksanakan sebanyak 6 kali dalam satu bulan, setiap 1 kali treatment berdurasi 60 menit dengan intervensi fisioterapi terapi latihan aktif dan aktif assisted dengan positioning dan eye tracking, manual terapi, mobilisasi dan passive stretching. Evaluasi akhir menunjukkan adanya penambahan LGS sekitar 1 hingga 2 derajat dari sekitar 600 menjadi 620 pada gerak lateral fleksi neck, menurun nya hipertrofi pada m.sternocleidomastoideus dextra, berkurangnya stiffness, dan penurunan tingkat nyeri dari skala 8 menjadi skala 7. Pemberian intervensi fisioterapi dengan terapi latihan aktif dan aktif assisted dengan positioning dan eye tracking, manual terapi, mobilisasi dan passive stretching memberikan hasil nyata terhadap peningkatan lingkup gerak sendi leher, berkurangnya stiffness m.scaleni, m.upper trapezius, m.rhomboid dan menurun nya hipertrofi pada m.sternocleidomastoideus dextra.
Program Fisioterapi pada Lansia dengan Keluhan Ischialgia: Case Report Study Dhimas Imam Gozali; Taufik Eko Susilo; Agustina Ariyani
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 5 No. 1 (2023): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Juni 2023
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v5i1.25975

Abstract

Ischialgia yaitu suatu kondisi yang disebabkan karena adanya penekanan pada saraf ischiadicus yang disebabkan karena herniasi diskus atau karena adanya tonjolan tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari pemberian Infrared, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Nerve Mobilization, Pelvic Tilting dan Stretching pada kasus Ischialgia. Dengan masing-masing dosis yaitu infrared dengan dosis seminggu dua kali, intensitas 45 cm (toleransi pasien dan durasi 10 menit). Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) diberikan seminggu dua kali, intensitas 28 mA, frekuensi 150-200 mhz dengan durasi 10 menit tipe konvensional. Nerve mobilization diberikan seminggu 2x dengan 10x hitungan dan 2set. Pelvic tilting dan stretching diberikan seminggu 2x dengan 8x hitungan 3 set. Pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran nyeri dengan Numeric Rating Scale (NRS), pengukuran Range of Motion (ROM) menggunakan goniometer, dan pengukuran kemampuan fungsional menggunakan Oswestry Disability Index (ODI). Penelitian dilakukan secara langsung kepada seorang pasien dengan kondisi Ischialgia dengan program fisioterapi sebanyak tiga kali, didapatkan hasil bahwa nilai nyeri berkurang, peningkatan ROM dan peningkatan kemampuan fungsional. Pemberian intervensi fisioterapi berupa Infrared, TENS, Nerve Mobilization, Pelvic Tilting dan Stretching. Mampu memberikan hasil nyata terhadap penurunan nyeri, peningkatan ROM dan peningkatan kemampuan fungsional.
Efektifitas dari 6MWT untuk Meningkatkan Kapasitas Berjalan pada Pasien Gagal Jantung: Studi Kasus Hilya Alifiah Hisanah; Taufik Eko Susilo; Galis Adhi Isak Setiawan
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 5 No. 1 (2023): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Juni 2023
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v5i1.25997

Abstract

Dyspnea adalah salah satu manifestasi klinis dari gagal jantung (GJ) karena kurangnya pasokan oksigen akibat penumpukan cairan di alveoli. Penumpukan ini membuat jantung tidak dapat memompa darah secara maksimal. Dampak dari perubahan tersebut adalah peningkatan sensasi sesak napas pada otot-otot pernapasan dan mengakibatkan intoleransi aktivitas pada beban kerja yang relatif rendah, sehingga kapasitas fisik menurun seiring dengan penurunan kualitas hidup. Mengingat tingginya angka kejadian serta kematian akibat Gagal Jantung (GJ), fisioterapi memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan exercise rehabilitation, salah satunya adalah 6MWT. Exercise ini bertujuan untuk meningkatkan toleransi aktivitas, sehingga dapat mengurangi gejala-gejala yang muncul, dan memberikan rasa nyaman dalam beraktivitas sehari-hari. Seorang Wanita NY. SZ berusia 76 tahun yang di diagnosis gagal jantung kongestif kronik grade 3 berdasarkan klasifikasi New York Heart Association (NYHA) et causa degenerative kontraktilitas myocard dalam 6 bulan terakhir. Penelitian ini merupakan studi kasus, yang dilakukan selama 4x pertemuan dalam 2 minggu, dengan alokasi waktu 45 menit setiap pertemuan. Pasien diinstruksikan untuk melakukan screening terlebih dahulu menggunakan tes 6MWT. jika hasilnya < 240 meter, latihan dilakukan pada kunjungan berikutnya, namun jika mampu menempuh jarak > 240meter maka latihan langsung dilakukan. Dosis dinaikkan 60%, 70%, 85% dari hasil tes awal. Hasil fungsional menunjukkan peningkatan yang signifikan secara klinis pada jarak tempuh berjalan dan peningkatan respon kardiorespirasi. Latihan ini aman untuk diberikan kepada pasien rawat inap dengan diagnosis gagal jantung, khsususnya pada lansia. Uji jalan kaki 6 menit secara efektif dapat menurunkan skala sesak napas, penurunan bengkak, dan peningkatan aktivitas fungsional.
Pengaruh Pemberian Neurodevelopmental Treatment, Play Therapy, dan Neuro Senso Terhadap Peningkatan Motorik Kasar Pada Anak Down syndrome Wulan Adis Aranti; Arif Pristianto
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 5 No. 1 (2023): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Juni 2023
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v5i1.26018

Abstract

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau sering disebut “special needs” merupakan anak dengan tumbuh kembang yang mengalami hambatan dan gangguan. Terdapat banyak kategori yang berkaitan dengan anak yang memiliki kebutuhan khusus, salah satunya adalah Down syndrome . Kelainan bawaan Down syndrome  ditandai dengan gejala fisik (phenotype) berupa hidung pesek, mata kecil dan sipit, telinga kecil, lidah besar serta perawakan pendek yang sering disebut dengan Trisomi 21 karena adanya mutasi kromosom 21. Penatalaksanaan tarapi dilakukan selama 4x sesi dengan waktu masing masing 15-20 menit. Treatment Neurosenso yang bertujuan untuk membuka gerbang sensoris, menurunkan emosi, memberikan efek relaksasi pada tubuh. Play Therapy, tujuan utama yang ingin dicapai adalah peningkatan konsentrasi dan kemampuan kognitif dan fokus anak. Serta Neuro Developmental Treatment untuk meningkatkan motorik mereka karena adanya hipotonus otot dan kelenturan sendi. Lalu dilakukan evaluasi dengan Gross Motor Function Measure (GMFM) bahwa terjadi perubahan dalam skor pada T1, T2, T3, dan T4 pada Dimensi D dan Dimensi E. Dimensi E mengalami kenaikan dari 76,92% menjadi 79,48%. Serta dimensi E 37,5% menjadi 38,89%.
Pengaruh Circuit Training Terhadap Kelincahan Atlet Pencak Silat Renalda Anggil Urbaningrum; anita faradilla rahim
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 5 No. 1 (2023): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Juni 2023
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v5i1.26061

Abstract

Saat ini banyak para atlet pencak silat yang memiliki kelincahan yang rendah sehingga memiliki resiko cedera tinggi dan dapat mempengaruhi kondisi atlet pencak silat. Kelincahan memiliki peran sangat penting untuk meningkatkan performa atlet dalam pertandingan pencak silat, oleh karena itu kelincahan menjadi prioritas utama dalam melatih bela diri pencak silat. Kelincahan merupakan kemampuan merubah posisi dan arah tubuh atau bagian tubuh dengan cepat. Adapun latihan yang mampu meningkatkan kelincahan yaitu circuit training. Circuit training merupakan program latihan olahraga yang memiliki rangkaian posko, masing-masing pos memiliki jenis latihan yang berbeda yang dilaksanakan secara lebih sistematis dan tearah. Untuk mengetahui pengaruh pemberian circuit training terhadap peningkatan kelincahan pada atlet pencak silat. Penelitian ini menngunakan quasi experimental dengan one group pretest-postetst design dengan jumlah responden 21 atlet silat di UKM PSHT UMM. Responden merupakan atlet pencak silat yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Instrumen penelitian ini menggunakan T-test agility. Dengan pemeberian intervensi circuit training sebanyak 3 kali seminggu dalam 4 minggu. Berdasarkan hasil uji analisa menggunakan shapiro wilk test diperoleh nilai P-value 0,000> 0,005 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya adanya pengaruh circuit training terhadap peningkatan kelincahan pada atlet pencak silat di UKM PSHT UMM. Terdapat pengaruh circuit training terhadap peningkatan kelincahan pad atlet pencak silat.