cover
Contact Name
Firdaus Noor
Contact Email
jurnalurban@pascasarjanaikj.ac.id
Phone
+6221-3159687
Journal Mail Official
jurnalurban@pascasarjanaikj.ac.id
Editorial Address
Jl. Cikini Raya No. 73 Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya
ISSN : 26142767     EISSN : 28283015     DOI : -
Urban: Jurnal Seni Urban is published twice a year (Apr and October) issued by the Postgraduate School of the Jakarta Institute of the Arts. Urban provides open access to the public to read abstract and complete papers. Urban focuses on creation and research of urban arts and cultural industries. Each edition, Urban receives a manuscript that focuses on the following issues with an interdisciplinary and multidisciplinary approach, which are: 1. Film 2. Television 3. Photograph 4. Theatre 5. Music 6. Dance 7. Ethnomusicology 8. Interior Design 9. Fine Arts 10. Art of Craft 11. Fashion Design 12. Visual Communication Design 13. Literature
Articles 76 Documents
Kekerasan Seksual dalam Empat Cerita Pendek Kelam Kelamin Karya Laviaminora Ashria, Venessa
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.1: April 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i1.67

Abstract

Sexual violence is an act of violation of human rights caused by a patriarchal culture. Lately, cases of sexual violence are quite high and tend to reap a lot of misunderstandings that make the victim blamed and the perpetrators are left alone. In the four short stories Kelam Kelamin, Laviaminora voiced the portrait and influence of sexual violence that traumatized the victim. This study aims to reveal the forms of sexual violence and forms of trauma contained in Laviaminora's work. To achieve the aim, this study uses a literary psychology approach and psychoanalytic studies. The research method used a descriptive qualitative method. Based on the identification and analysis of each character in the short story, it is concluded that there are various forms of sexual violence that affect the emergence of various forms of trauma symptoms. The form of trauma depends on how the characters interpret, process, and respond to the acts of sexual violence they experience.Kekerasan seksual merupakan tindakan pelanggaran hak asasi yang dilatarbelakangi oleh budaya patriarki. Akhir-akhir ini, kasus kekerasan seksual cukup tinggi dan cenderung menuai banyak kesalahpahaman yang membuat korban disalahkan dan pelakunya hanya dibiarkan. Dalam empat cerpen Kelam Kelamin, Laviaminora menyuarakan potret dan pengaruh kekerasan seksual yang mengakibatkan trauma pada korban. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan bentuk kekerasan seksual dan bentuk trauma yang terdapat pada karya Laviaminora tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra dan kajian psikoanalisis. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan identifikasi dan analisis terhadap masing-masing tokoh cerpen, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat berbagai bentuk kekerasan seksual yang memengaruhi timbulnya beragam bentuk gejala trauma. Bentuk trauma tersebut bergantung pada bagaimana tokoh memaknai, memproses, dan menanggapi tindakan kekerasan seksual yang dialaminya.
Mistisisme Jawa dalam Novel Janur Ireng Karya Simpleman Hashina, Nika Halida
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.1: April 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i1.66

Abstract

Mysticism is an orientation or interest in mystical things. The presence of mysticism, especially in Javanese society, can be seen from magic and witchcraft also its practice. There are various purposes for the occurrence of magic and witchcraft in society. Janur Ireng is one of the novels that represents the various forms and purposes of magic and witchcraft used by the public. This study discusses the representation and function of Javanese mysticism in the novel Janur Ireng by Simpleman. This research uses descriptive qualitative with a sociological approach of literature. The results and analysis reveal that mysticism is represented in the form of magic and witchcraft, occultism, sacrifice, ritual, and incest. Meanwhile, the function of mysticism is presented from characters who use magic and witchcraft as tools to aim power that can modify values and morals, especially sexuality and social stratification.Mistisisme merupakan orientasi atau ketertarikan terhadap hal-hal mistis. Kehadiran mistisisme, khususnya pada masyarakat Jawa, dapat dilihat dari praktik ilmu sihir dan santet. Terdapat berbagai tujuan yang mendasari terjadinya sihir dan santet di masyarakat. Janur Ireng menjadi salah satu novel yang merepresentasikan berbagai bentuk serta tujuan sihir dan santet yang digunakan oleh masyarakat. Penelitian ini membahas representasi dan fungsi mistisisme Jawa dalam novel Janur Ireng karya Simpleman. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil dan analisis mengungkapkan mistisisme direpresentasikan dalam bentuk sihir dan santet, okultisme, tumbal, ritual, serta pernikahan sedarah. Sementara itu, fungsi mistisisme hadir dalam pemanfaatan para tokoh yang menggunakan sihir dan santet sebagai alat dengan tujuan kekuasaan yang mampu memodifikasi nilai dan moral, khususnya seksualitas dan stratifikasi sosial.  
Dari ‘Pembacaan Jauh’ atas Puisi ke Pemahaman Mistisisme dalam Novel Sondakh, Sonya Indriati
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.1: April 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i1.72

Abstract

Seni sebagai Pelarian ke dalam Kepribadian Lain: Sebuah Eksperimen Pembacaan Jauh atas Dua Marga Suryajaya, Martin
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.1: April 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i1.73

Abstract

In his recent poetry book, Dua Marga (2022), Nirwan Dewanto experimented with writing poetry through two heteronyms as an attempt to escape from his personality. This article is an experiment on distant reading of that book with the aim of testing the extent to which the voice separation between the two heteronyms is realized. The distant reading method used here focuses on analyzing the frequency and co-occurrence of words and interpreting words as vectors so that the degree of similarity of a set of words can be calculated as the distance between vectors. Based on this analysis, it is found that Dua Marga’s poems do not show any grouping into the two heteronyms; there is a significant confounding between the two. In addition, anomalies were also found in a number of poems indicating the existence of a ‘third voice’ in the Dua Marga. On that basis, a new interpretation will be explored regarding the escape from personality as an artistic project.Dalam buku puisi, Dua Marga (2022), Nirwan Dewanto bereksperimen menulis puisi melalui dua heteronim sebagai amalan dari upaya pelarian diri dari kepribadian. Artikel ini merupakan sebuah eksperimen pembacaan jauh atas buku puisi tersebut dengan tujuan menguji sejauh mana terwujud separasi suara antara kedua heteronim tersebut. Metode pembacaan jauh yang digunakan di sini berfokus pada analisis frekuensi dan ko-okurensi kata serta dengan mengartikan kata sebagai vektor sehingga tingkat kemiripan sebuah himpunan kata dapat dihitung sebagai jarak antarvektor. Berdasarkan analisis ini ditemukan bahwa puisi- puisi Dua Marga tidak menunjukkan pengelompokan ke dalam kedua heteronim; terdapat pembauran yang cukup signifikan antara keduanya. Selain itu, ditemukan pula anomali pada sejumlah puisi yang mengindikasikan keberadaan ‘suara ketiga’ dalam Dua Marga. Atas dasar itu, sebuah pemaknaan baru akan dijajaki mengenai pelarian dari kepribadian sebagai proyek artistik.
Daur Ulang Film: Intertekstualitas Miracle in Cell No.7 (2022) Noor, Firdaus
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.2: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i2.81

Abstract

How are textual relationships smuggled into recycled film? when and where does this process stop? If it ends, what is the recycled film like after being fucked with meaning? It is these questions that the writer poses in analyzing the inter-text relationships contained in the film Miracle in Cell No. 7 original version (South Korea) and Indonesian version remake. The Indonesian version of Hanung Bramantyo’s work is the result of recycling activities while broadening and deepening the elements of the original source, while still guarding his personal aesthetic corridor. By using a qualitative paradigm, the approach is carried out by using textual studies on recycled films, especially in the structure that is produced compared to the narrative findings of the original film model. This paper attempts to provide a broad and systematic approach to the phenomenon of cinematic remake based on the theory of intertextuality. The research results reveal a fundamental proposition about the conception of film recycling. The results of the study also show that every time a recycled film is created, there will actually be a change in the original text such as a quote that is grafted into a new context through a cultural background that forms narrative and cinematic content, and thus it is inevitable that the work will be reflected and then disseminated.Bagaimana hubungan antarteks diselundupkan ke dalam film daur ulang? kapan dan di mana proses ini berhenti? Jika berakhir, seperti apakah film daur ulang setelah disetubuhi makna? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang penulis ajukan dalam menganalisis hubungan antarteks yang termuat dalam film Miracle in Cell No. 7 versi asli (Korea Selatan) dan remake versi Indonesia. Karya Hanung Bramantyo versi Indonesia tersebut merupakan hasil kegiatan mendaur ulang sembari memperluas dan memperdalam unsur-unsur sumber aslinya, sekaligus tetap mengawal koridor personal estetiknya. Dengan menggunakan paradigma kualitatif, pendekatan dilakukan dengan menggunakan kajian tekstual pada film daur ulang, khususnya di bagian struktur yang diproduksi dibandingkan dengan penemuan naratif model film aslinya. Tulisan ini berusaha memberikan pendekatan yang luas dan sistematis terhadap fenomena remake sinematik berdasarkan teori intertekstualitas. Hasil penelitian menyingkap satu proposisi mendasar tentang konsepsi daur ulang film. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setiap terciptanya daur ulang film sejatinya akan terjadi pengubahan teks asli seperti sebuah kutipan yang dicangkokkan ke dalam konteks baru melalui latar budaya yang membentuk konten naratif maupun sinematik, dan dengan demikian tidak terelakkan karya tersebut akan direfleksikan lalu disebarluaskan.
Estetika Akumassa sebagai Performativitas Proses Kurasi Bangsal Menggawe Widasari, Otty
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.2: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i2.82

Abstract

The development of the tourism business often creates several negative impacts on the environment and the surrounding community. This also happened to the people of Pemenang City in North Lombok Regency. This article will discuss Akumassa’s role as a community (non-profit organization) with the Pasir Putih Community and local residents to restore the function of the public space of the Bangsal port for the local community. This study uses a participatory qualitative method with a literature study approach, field studies, and other relevant approaches to reveal the role and curation process of the Bangsal Menggawe festival initiated by Akumassa. For the analysis tools in this study, the authors used Dwight Conquergood’s performance studies approach and Conquergood’s concept of transgressive travel to explore data and information through several sources. The results of the study show that Akumassa succeeded in pioneering and becoming the driving agent for the birth of the Bangsal Menggawe festival which is slowly being able to restore the function of the Bangsal port as a public space through a “game” model with the residents of Pemenang City by involving the Pasir Putih Community and artists as facilitators.Perkembangan bisnis pariwisata seringkali menimbulkan beberapa dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal itu juga terjadi pada masyarakat Kota Pemenang di Kabupaten Lombok Utara. Artikel ini akan membahas peran Akumassa sebagai sebuah komunitas (organisasi nirlaba) bersama Komunitas Pasir Putih dan warga sekitar untuk mengembalikan fungsi ruang publik pelabuhan Bangsal bagi masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif partisipatoris dengan pendekatan studi pustaka, studi lapangan, dan pendekatan lain yang relevan untuk mengungkap peran dan proses kurasi festival Bangsal Menggawe yang digagas oleh Akumassa. Untuk teori analisis dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan performance studies milik Dwight Conquergood dan konsep transgressive travel milik Conquergood untuk menggali data dan informasi melalui beberapa sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akumassa berhasil memelopori dan menjadi agen pendorong lahirnya festival Bangsal Menggawe yang perlahan mampu mengembalikan fungsi pelabuhan Bangsal sebagai ruang publik melalui model “permainan” bersama warga Kota Pemenang dengan melibatkan Komunitas Pasir Putih dan para seniman sebagai fasilitator.
Presentasi Diri Manusia Silver di Jakarta: Sebuah Fenomena Antara Seni dan Pengamen Nizam, Muhammad Harris Zulkarnain
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.2: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i2.71

Abstract

The presence of silver people has sprung up in big cities in Indonesia, especially in Jakarta. Their presence has become one of the distinguishing characteristics of the city of Jakarta, although this group has also been present in several other big cities. This study aims to find out how silver people self-presentation in Jakarta (an art phenomenon or a busker). Referring to this phenomenon, the main thing raised in this paper is about the front stage and the back stage of silver human life in Jakarta. The essence of the discussion aims to measure the focus and scope of the research, namely self-presentation of silver people in Jakarta. This study uses a qualitative approach with dramaturgical methods and a constructivist paradigm. To obtain valid data, the authors make observations in the form of observing the activities and lives of silver people in carrying out their daily lives in Jakarta. From the results of observations and observations made, silver people in Jakarta display two sides of the stage and roles in their lives, namely the front stage and the back stage which show their characteristics and way of life as part of society, buskers, and also artists (artists) in Jakarta.Kehadiran manusia silver marak bermunculan di kota-kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta. Kehadiran mereka menjadi salah satu ciri khas penanda tersendiri bagi kota Jakarta, walaupun kelompok ini juga sudah hadir di beberapa kota besar lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana presentasi diri manusia silver di Jakarta (sebuah fenomena seni atau busker). Mengacu pada fenomena tersebut, maka hal utama yang diangkat pada tulisan ini adalah mengenai panggung depan dan panggung belakang kehidupan manusia silver di Jakarta. Inti pembahasan tersebut bertujuan untuk mengukur fokus dan ruang lingkup penelitian, yaitu self presentation manusia silver di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode dramaturgi dan paradigma konstruktivis. Untuk mendapatkan data yang valid, penulis melakukan observasi berupa pengamatan kegiatan dan kehidupan manusia silver dalam menjalani kesehariannya di Jakarta. Dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan, manusia silver di Jakarta menampilkan dua sisi panggung dan peran dalam kehidupannya, yaitu berupa panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage) yang memperlihatkan karakteristik dan cara hidup mereka sebagai bagian dari masyarakat, pengamen, dan juga insan seni (seniman) di Jakarta.
Seni Merespons Situasi Suryajaya, Martin
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.2: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i2.154

Abstract

Presentasi dan Representasi: Lima Desain Sampul dari Satu Novel Ajidarma, Seno Gumira
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.2: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i2.80

Abstract

The novel Coming Home (Pulang) by Toha Mochtar has had five cover designs that have appeared in a span of 41 years. Chronologically, the five novels were published in 1958, 1962, 1967, 1972, and 1999. The focus of this research departs from these five cover illustrations which on one side become narrative representations in the novel. However, on the other hand it can be said to represent socio-political discourses from the era when they were composed. The method used in this study is a qualitative method through examining illustrations. To examine the illustration, representation and discourse approaches (concepts) are used. From the results of the analysis it can be seen that these historical factors and determinants can be interpreted as the cause of the differences in each cover design, and when examined chronologically, the five covers show a cultural and historical process, namely the meeting between peasant life and political history. The findings in this study also show that each cover, apart from being a narrative representation, also has its own story which can be dismantled through various critical analyses. Novel Pulang karya Toha Mochtar memiliki lima desain sampul yang muncul dalam rentang waktu 41 tahun. Secara kronologis, kelima novel tersebut terbit pada tahun 1958, 1962, 1967, 1972, dan 1999. Fokus penelitian ini bertolak dari kelima ilustrasi sampul ini yang di satu sisi menjadi representasi naratif dalam novel. Akan tetapi, di sisi lain dapat dikatakan sebagai representasi wacana sosial-politik dari zaman ketika mereka digubah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui pemeriksaan ilustrasi. Untuk memeriksa ilustrasi tersebut, digunakan pendekatan (konsep) representasi dan wacana. Dari hasil analisis terlihat bahwa faktor-faktor historis dan determinan tersebut dapat ditafsirkan sebagai penyebab adanya perbedaan di setiap desain sampul, dan jika diperiksa dalam perbandingan secara kronologis, kelima sampul tersebut menunjukkan sebuah proses kultural dan historis, yaitu pertemuan antara kehidupan petani dan sejarah politik. Temuan dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa setiap sampul, selain menjadi representasi naratif, juga memiliki cerita masing-masing yang dapat dibongkar lewat berbagai analisis kritis.
Kontras Manusia Langit dan Bumi dalam Novel Manusia Langit Karya J.A. Sonjaya: Perbandingan Kehidupan Sosial Masyarakat Desa dan Kota Nisa, Iis Khoerun; Wasono, Sunu
Urban: Jurnal Seni Urban Vol 6, No.2: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v6i2.79

Abstract

Regional issues can inspire authors to create literature. From the very beginning of its birth, modern Indonesian literature began to lift the local color that was marked by the Minangkabau cultural-themed novel. Along its development, problems of the region that had never been discovered before by authors. Into the 21st century, literature that established paganism kept on the rise. Among other things, it was marked by the appearance of Sonjaya’s Manusia Langit novel, published in 2010. It brought the problems of social life in Nias society to the surface. An interesting aspect of the Manusia Langit novel, the people of Nias, stand in stark contrast with urban society. The study aims to expose the contrast between Nias (manusia bumi) and urban people (manusia langit) as described in Jajang Agus Sonjaya’s novel Manusia Langit. The author examines Manusia Langit’s novel through a literary sociology approach using qualitative descriptive methods to achieve this goal. The study’s result found three contrasts in this novel: the contrast between leadership and culture, the contrast of position in society, and the contrast of education.  Berbagai persoalan kedaerahan dapat mengilhami pengarang untuk menciptakan karya sastra. Sejak awal kelahirannya, sastra Indonesia modern mulai mengangkat warna lokal yang ditandai dengan kemunculan novel bertema budaya Minangkabau. Seiring dengan perkembangannya, problem-problem daerah yang belum pernah tersentuh turut disingkap oleh para pengarang. Hingga abad ke-21, karya sastra yang mengangkat kedaerahan tetap marak bermunculan. Hal itu antara lain ditandai dengan munculnya novel Manusia Langit karya Sonjaya yang terbit pada tahun 2010. Novel ini mengangkat persoalan kehidupan sosial masyarakat Nias. Terdapat aspek yang menarik untuk dikaji dalam novel Manusia Langit, yaitu masyarakat Nias digambarkan secara kontras dengan masyarakat kota. Kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan kontras masyarakat Nias (manusia bumi) dan masyarakat kota (manusia langit) yang digambarkan dalam novel Manusia Langit karya Jajang Agus Sonjaya. Untuk mencapai tujuan ini, penulis mengkaji novel Manusia Langit melalui pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kontras yang digambarkan dalam novel Manusia Langit yang mencakup kontras kepemimpinan dan budaya, kontras kedudukan dalam masyarakat, dan kontras pendidikan.