cover
Article Per Year (5 Year)
All
Home Page
OAI Link
Editorial Team
Contact
Reviewer
Google Scholar
Contact Name
Ahmad Ashifuddin Aqham
Contact Email
ahmad.ashifuddin@gmail.com
Phone
+6285753740095
Journal Mail Official
medlabjournal@stikeskesosi.ac.id
Editorial Address
Jl. Bojong Raya No. 58, Kel. Rawa Buaya, Kec. Cengkareng,, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta, 13210
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Medical Laboratory
Published by Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia
ISSN : 28098250     EISSN : 28098269     DOI : 10.57213
Core Subject : Health,
Health Professions Medicine & Pharmacology
Artikel dapat berasal dari Ruang Lingkup: Hematologi, Kimia klinik, Imunoserologi, Sitohitoteknologi, Mikrobiologi, Parasitologi, Toksikologi klinik.
Arjuna Subject : Kimia(semua kategori) - Kimia Teori dan Fisik
Articles 23 Documents
 1   2   3 
PERBEDAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DARAH HEMOLISIS DAN NON HEMOLISIS Layalial Mukharomah; Apriani Apriani
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 1 (2022): Januari : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.229 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i1.1

Abstract

Triglycerides are the main fats in food that play a role in the transport and storage of fat in the body. Increased levels of triglycerides within the normal threshold are called hypertriglycerides and also hyperlipidemia. Examination of triglycerides with hemolysis blood can cause high triglyceride levels rather than non hemolis. This study aims to find out there are significant differences in the results of Triglyceride examination using blood hemolysis and non hemolysis. This study was carried out by the ENZIMATIC COLORIMETRY (GDO-PAP) method which was immediately examined using hemolysis and non hemolysis blood. This study was conducted at the Grogol Petamburan District Health Center Laboratory in September to November 2018. The results of the examination of triglyceride levels with non-hemolytic blood in this study showed a mean value of triglyceride levels with hemolis 187 mg / dl and with hemolytic blood average values ​​- the average is 261 mg / dl. and the results of the Wilcoxon Test show the results of P value = 0.00 (P value <0.05). The data conclude that there are significant differences between triglyceride levels and non hemolysis and hemolysis.
PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH PADA SERUM YANG DISENTRIFUS DAN TIDAK DISENTRIFUS DI KLINIK RATNASARI MEDICAL CENTRE Stefhanie Affrianti; Adelia Febriyossa
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 1 (2022): Januari : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (860.455 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i1.2

Abstract

ABSTRACT Cholesterol is a fat that is needed by the body, but if it is in excess, it can cause accumulation of cholesterol in the walls of blood vessels so that it can slowly harden the walls of blood vessels and then inhibit blood flow and cause atherosclerosis. To know the cholesterol level in the blood, it is necessary to check the cholesterol using blood serum and blood plasma samples. However, it is advisable to use blood serum to check cholesterol so that anticoagulant contaminants do not occur. To obtain blood serum can be done by the centrifuge method and not centrifuged (precipitated). Cholesterol examination using the centrifuge method is directly examined without delay, while the non-centrifuge method is subject to a maximum delay of 2 hours after sampling. This study aims to determine whether there is a difference in total blood cholesterol levels in centrifuged and non-centrifuged serum at the Ratnasari Medical Center Clinic in March-May 2020. The results showed that the average cholesterol value for centrifuged samples was 170.1 mg / dl and not. centrifuged at 168.8 mg / dl. Based on the Paired t-test, the p-value was 0.07 (p> 0.05), which means that there was no significant difference between centrifuged and non-centrifuged serum (p> 0.05). The conclusion of this study is that there is no difference in the value of total cholesterol levels in centrifuged and non-centrifuged serum at the Ratnasari Medical Center Clinic Rawamangun. Keywords: Cholesterol, Blood Serum, Centrifuge, Not Centrifuged ABSTRAK Kolesterol merupakan suatu lemak yang dibutuhkan oleh tubuh tetapi jika jumlahnya berlebih dapat menyebabkan penimbunan kolesterol di dinding pembuluh darah sehingga secara perlahan dapat mengeraskan dinding pembuluh darah kemudian menghambat aliran darah dan menyebabkan aterosklerosis. Untuk mengetahui kadar kolesterol di dalam darah diperlukan pemeriksaan kolesterol menggunakan sampel serum darah dan plasma darah. Namun, pemeriksaan kolesterol lebih dianjurkan menggunakan serum darah agar tidak terjadi kontaminan oleh antikoagulan. Untuk memperoleh serum darah dapat dilakukan dengan metode disentrifus dan tidak disentrifus (diendapkan). Pemeriksaan kolesterol menggunakan metode disentrifus langsung dilakukan pemeriksaan tanpa ditunda sedangkan metode tidak disentrifus dilakukan penundaan pemeriksaan maksimal 2 jam setelah pengambilan sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar kolesterol total darah pada serum disentrifus dan tidak disentrifus di Klinik Ratnasari Medical Centre pada bulan Maret-Mei 2020. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata kolesterol untuk sampel disentrifus sebesar 170,1 mg/dl dan tidak disentrifus sebesar 168,8 mg/dl. Berdasarkan Uji Paired t-test didapatkan hasil p-value 0.07 (p>0.05) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara serum disentrifus dan tidak disentrifus (p > 0.05). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan nilai kadar kolesterol total pada serum yang disentrifus dan tidak disentrifus di Klinik Ratnasari Medical Centre Rawamangun. Kata Kunci: Kolesterol, Serum Darah, Sentrifus, Tidak Disentrifus
PEMERIKSAAN RHEUMATOID FACTOR (RF) DENGAN LAJU ENDAP DARAH (LED) YANG MENINGKAT PADA PASIEN SUSPECT RHEUMATOID ARTHRITIS (RA) Risa Fitri Awaliah; Apriani Apriani
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 1 (2022): Januari : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (889.839 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i1.3

Abstract

ABSTRACT Rheumatoid Factor (RF) is a laboratory examination that measures the amount of RF antibodies in the blood serum. This examination is carried out in patients with suspected autoimmune diseases such as RA. To confirm the diagnosis. Rheumatoid Arthritis (RA) is not a definitive single diagnostic test. The American College of Rheumatology Arthritis Subcomitte on Rheumatoid Arthritis recommends a basic laboratory examination for evaluation, one of which is by examining the Blood Sedimentation Rate (LED). LEDs are used to detect inflammatory processes, monitor activity or disease travel, This study uses descriptive analytic research. This study aims to determine how RF results with LEDs are increased in patients with suspect RA. This study was conducted at 30 respondents. It can be concluded that the results of positive RF examination with LEDs increased by as many as 3 people (100%). Keywords : Blood Sedimentation Rate (LED), Rheumatoid Factor (RF), Rheumatoid Arthritis (RA) ABSTRAK Rhematoid Factor (RF) adalah suatu pemeriksaan laboratorium yang mengukur jumlah antibody RF di dalam serum darah. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien – pasien yang dicurigai adanya penyakit autoimun seperti Rheumatoid Arthritis (RA). Untuk konfirmasi diagnosis RA tidak ada tes diagnostik tunggal yang definitif. The American College of Rheumatology Arthritis Subcomitte on Rheumatoid Arthritis merekomendasikan pemeriksaan laboratorium dasar untuk evaluasi salah satunya yaitu dengan melakukan pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). LED digunakan untuk mendeteksi proses peradangan, memantau aktivitas atau perjalanan penyakit, Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil RF dengan LED yang meningkat pada pasien dengan suspect RA. Penelitian ini dilakukan pada 30 responden, dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan RF positif dengan LED meningkat yaitu sebanyak 3 orang (100 %). . Kata Kunci: Laju Endap Darah (LED), Rheumatoid Faktor (RF), Rheumatoid Arthritis (RA)
IDENTIFIKASI JAMUR TINEA UNGUIUM PADA KUKU KAKI PEKERJA PABRIK TAHU DAN ONCOM DI KALIDERES JAKARTA BARAT Basuki Rachmad; Apriani Apriani; Yudita Anggiani
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 1 (2022): Januari : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1348.197 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i1.4

Abstract

ABSTRACT Traditionally, tofu, tempeh and oncom manufacture in factories usually use feet to trample soybeans so that they can be processed into tofu, tempeh or oncom. This work can cause toenails to be always moist, plus the working conditions in the factory are humid and a bit hot. Toenails that are always damp or wet, never or rarely cleaned for a long time, will trigger the appearance of a fungal disease on the nails called Tinea Unguium. This disease is usually caused by dermatophyte fungi of the species Epidermophyton floccosum, and the genus Trichophyton. This study used a Laboratory Experimental method with 9 samples of toenails of tofu and oncom factory workers. The results showed that as many as 9 samples of toenails of tofu and oncom factory workers were infected with fungi. Tinea Unguium identified as species of T. rubrum, T.mentagrophytes and Trichophyton sp, Tinea Unguium fungus identified as T. rubrum as many as 5 samples, T. mentagrophytes as many as 3 samples and Trichophyton sp. as many as 1 sample. Based on the results of the study, it was concluded that from 9 samples of toenails of tofu and oncom factory workers, 9 samples of toenails were infected with the fungus Tinea Unguium. Keywords: Tinea Unguium, Toe Nails, Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Trichopyton sp. ABSTRAK Pembuatan tahu, tempe dan oncom secara tradisional di pabrik biasanya memanfaatkan kaki untuk menginjak-injak kedelai agar dapat diolah menjadi tahu, tempe atau oncom. Pekerjaan ini dapat menyebabkan kuku jari kaki selalu dalam keadaan lembap, ditambah lagi dengan kondisi ruangan kerja di dalam pabrik yang lembap dan agak panas. Kuku jari kaki yang selalu lembap atau basah, tidak pernah atau jarang dibersihkan dalam waktu lama, maka akan memicu munculnya penyakit jamur pada kuku yang disebut Tinea Unguium. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh jamur dermatofita dari spesies Epidermophyton floccosum, dan genus Trichophyton. Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental Laboratorium dengan sampel kuku kaki pekerja pabrik tahu dan oncom sebanyak 9 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9 sampel kuku kaki pekerja pabrik tahu dan oncom telah terinfeksi jamur Tinea Unguium yang diidentifikasi sebagai spesies T.rubrum, T.mentagrophytes dan Trichophyton sp, jamur Tinea Unguium teridentifikasi sebagai T.rubrum sebanyak 5 sampel, T.mentagrophytes sebanyak 3 sampel dan Trichophyton sp sebanyak 1 sampel. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan dari 9 sampel kuku kaki pekerja pabrik tahu dan oncom ditemukan sebanyak 9 sampel kuku kaki terinfeksi jamur Tinea Unguium. Kata Kunci: kuku kaki, Tinea Unguium, Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton sp
GAMBARAN PEMERIKSAAN Trichomonas vaginalis PADA URIN PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI KAWASAN BOKER JAKARTA TIMUR Erna Tristiyanti; Adelia Febriyossa
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 1 (2022): Januari : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (885.048 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i1.5

Abstract

ABSTRACT Commercial Sex Workers (PSK) can be a source of livelihood for some people. PSK is one of the lucrative alternative jobs compared to being unemployed because it is easy to do and does not need to be difficult. However, working as a prostitute is known to be at risk of experiencing Sexually Transmitted Infections (IMS) caused by microorganism infections, which have an impact on the health of reproductive organs. One of the causes of STIs is infection with the parasite Trichomonas vaginalis. The parasite T. vaginalis is a protozoa group of microorganisms that can cause vaginal discharge and inflammation of the vagina. This study aims to determine the description of T. vaginalis in the urine of sex workers in the Boker area of ​​East Jakarta. The research method used a qualitative analysis conducted at the Gunung Sahari Citra Laboratory in March-May 2020. The results obtained from 50 sex workers, 11 people (22%) were infected with the protozoa T. vaginalis with the most sexual characteristics of sex workers based on age, namely 26-35. years as many as 27 people (54%), the most being SMP as many as 22 people (44%), the length of being a prostitute is 7-12 months, namely 18 people (36%), the highest number of customers is 3 people per day as many as 14 people (30%) , the most marital status was ever married as many as 23 people (46%), the most from the island of Java as many as 41 people (82%), customers PSK using condoms as many as 37 people (74%), PSK who do not use vaginal antiseptic every day as many as 32 people (22%), sex workers often experience vaginal discharge as many as 32 people (64%) and experience itching and heat as many as 6 people (12%) while the characteristics of the level of knowledge of sex workers about the dangers of infection with T. vaginalis are mostly 8 people (16%). Keywords: Sex Workers, Trichomonas vaginalis, Urine ABSTRAK Pekerja Seks Komersial (PSK) dapat menjadi salah satu mata pencaharian bagi sebagian orang. PSK menjadi salah satu alternatif lahan pekerjaan yang menggiurkan dibandingkan menjadi pengangguran dikarenakan mudah untuk dilakukan dan tidak perlu bersusah payah. Namun, pekerjaan menjadi PSK diketahui beresiko mengalami Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan infeksi mikroorganisme sehingga berdampak pada penurunan kesehatan organ reproduksi. Salah satu penyebab IMS adalah infeksi parasit Trichomonas vaginalis. Parasit T. vaginalis merupakan mikroorganisme kelompok protozoa yang dapat menyebabkan keputihan dan radang vagina. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran T. vaginalis pada urin PSK di Kawasan Boker Jakarta Timur. Metode penelitian menggunakan analisa kualitatif yang dilakukan di Laboratorium Gunung Sahari Citra pada bulan Maret-Mei 2020. Hasil penelitian didapatkan dari 50 orang PSK sebanyak 11 orang (22%) terinfeksi protozoa T. vaginalis dengan karakteristik perilaku seks PSK berdasarkan usia terbanyak yaitu 26-35 tahun sebanyak 27 orang (54%), terbanyak yaitu SMP sebanyak 22 orang (44%), lama menjadi PSK adalah 7-12 bulan yaitu 18 orang (36%), jumlah pelanggan terbanyak yaitu 3 orang perhari sebanyak 14 orang (30%), status pernikahan terbanyak yaitu pernah menikah sebanyak 23 orang (46%), asal PSK terbanyak dari pulau Jawa sebanyak 41 orang (82%), pelanggan PSK menggunakan kondom sebanyak 37 orang (74%), PSK yang tidak menggunakan antiseptik vagina setiap hari sebanyak 32 orang (22%), PSK sering mengalami keputihan sebanyak 32 orang (64%) dan mengalami gatal dan panas sebanyak 6 orang (12%) sedangkan karakteristik tingkat pengetahuan PSK terhadap bahaya infeksi T. vaginalis terbanyak adalah 8 orang (16%). Kata Kunci: Pekerja Seks Komersial, Trichomonas vaginalis, Urin
SURVEI LARVA NYAMUK Aedes spp. SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE Zahara Fadilla; Rustiana Tasya Arining Praja; Febrial Hikmah; NS Widada
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 1 (2022): Januari : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.837 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i1.17

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a public health problem in Indonesia. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the Dengue virus (DENV). Viruses belonging to the Arbovirus group are mostly transmitted in urban areas by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes, Ae. aegypti has a breeding place in water reservoirs, especially clean, not flowing water and not exposed to direct sunlight. This study aims to identify species of mosquito larvae found in water reservoirs in Pamijahan Village, Bogor Regency. The type of research used in this research is descriptive by using a cross sectional design which aims to make observations made for a moment (observed once) with a random sampling system technique. Sampling was carried out in 100 houses located in RT 1, 2, 3, , 5 and 6. The results showed that of the 100 houses examined, 8 of them were positive for mosquito larvae. Mosquito larvae found in water reservoirs are Ae. aegypti and Culex spp. Larvae were found in water storage containers in the form of tubs (62.68%) and jars (22.54%)
KEMAMPUAN BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L) SEBAGAI ANTIMIKROBA (Listeria monocytogenes, Staphylococcus hominis, Trycophyton mentagrophytes, dan Trycophyton rubrum) MELALUI METODE BIOTEKNOLOGI FERMENTASI KOMBUCHA Maya Puspitasari; Firman Rezaldi; E.Egriana Handayani; Dedeh Jubaedah
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 2 (2022): Juli : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.624 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i2.36

Abstract

Telang flower has the ability to inhibit microbial growth in both bacterial and fungal species through the kombucha fermentation biotechnology method. The purpose of this study was to determine the antimicrobial activity of telang flower kombucha at various concentrations of white sugar. The varying concentrations of granulated sugar used in this study were 20%, 30%, and 40% (w/v), each repeated 3 times. The positive control used was kombucha made from green tea. The negative control used was sterile distilled water. The well diffusion method is one of the methods used to test antimicrobial activity. The fementation of telang flower kombucha has overall antimicrobial activity. White sugar concentration of 40% kombucha telang flower is the best concentration in inhibiting microbial growth as a whole when compared to the concentration of white sugar kombucha telang flower of 20%, 30% as well as positive and negative controls.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN PADA ROTI YANG DIJUAL DI PASAR PORTAL RAWA BUAYA Seftiwan Pratami Djasfar; Yuri Pradika
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 2 (2022): Juli : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.74 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i2.101

Abstract

Roti merupakan salah satu contoh pangan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Mikroorganisme utama yang berperan penting dalam proses pembusukan roti adalah cendawan. Cendawan tersebut dapat menimbulkan keracunan bila dikonsumsi dan sangat berbahaya untuk tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi adanya cendawan pada roti. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan isolasi cendawan pada media Potato Dextrose Agar (PDA) kemudian disimpan selama 5-7 hari di inkubator pada suhu 27°C, setelah itu di periksa di bawah mikroskop dengan penambahan larutan LPCB (Lactophenol Cotton Blue). Variabel penelitian adalah cendawan pada roti yang dijual di Pasar Portal Rawa Buaya. Populasi dalam penelitian ini adalah toko yang menjual roti dengan merek yang berbeda yang dijual di Pasar Portal Rawa Buaya. Teknik penelitian menggunakan metode tuang dan sampel diuji dengan penanaman pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dan diamati menggunakan mikroskop perbesaran 40x. Hasil penelitian didapatkan dari 10 sampel roti, 2 sampel positif terkontaminasi cendawan Rhizopus sp., 1 sampel positif terkontaminasi cendawan Aspergillus sp., dan 1 sampel terkontaminasi Penicillium sp. Kata Kunci: Roti, Cendawan, Potato Dextrose Agar (PDA)
ANALISIS ASAM RETINOAT PADA KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI E-COMMERCE KOTA JAKARTA Yuri Pradika; Seftiwan Pratami Djasfar; Tesia Christiani
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 2 (2022): Juli : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.404 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i2.103

Abstract

Krim pemutih merupakan produk yang berisi campuran bahan kimia atau bahan lainnya yang berkhasiat mampu memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit. Salah satu bahan kimia yang menjadi komposisi krim pemutih yaitu asam retinoat. Senyawa ini dilarang penggunaannya dalam krim pemutih karena dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah krim pemutih yang beredar di e-commerce Kota Jakarta mengandung asam retinoat. Sampel krim pemutih yang diteliti sejumlah 7 sampel. Analisis kualitatif asam retinoat menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang diamati di bawah sinar lampu UV 254 nm menunjukkan sampel B, C dan D positif mengandung asam retinoat. Kata Kunci: Asam Retinoat, Krim Pemutih, Kromatografi Lapis Tipis
IDENTIFIKASI PARASIT PADA EKSOSKLETON LALAT HIJAU Chrysomya spp. Zahara Fadilla; Adelia Febriyossa; Azis Rizqi Habibie; Indrawan Indrawan
Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 2 (2022): Juli : Jurnal Medical Laboratory
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.547 KB) | DOI: 10.57213/medlab.v1i2.105

Abstract

Penyakit yang diakibatkan parasit seperti protozoa dan kecacingan merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, karena penyakit ini tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia. Penularan penyakit pada manusia dapat terjadi melalui banyak cara antara lain melalui lalat sebagai vektor mekanik. Lalat dapat membawa bakteri patogen, protozoa, larva serta telur cacing yang menempel pada tubuhnya dan dapat mencemari bahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat parasit pada eksoskleton lalat hijau Chrysomya spp. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian merupakan seluruh lalat hijau Chrysomya spp. yang tertangkap di Pasar Kemiri Basmol, Kembangan Utara. Hasil penelitian didapatkan lalat hijau Chrysomya spp. (68 ekor), dari hasil pemeriksaan parasit pada eksoskleton tubuh lalat Chysomia spp. ditemukan protozoa (Endolimax spp., dan Entamoeba coli) dan telur helminth (Chlonorchis spp.).

Page 1 of 3 | Total Record : 23

 1   2   3 

Filter by Year

2022 2023


Reset
Filter By Issues
All Issue Vol. 2 No. 2 (2023): Juli: Jurnal MedLab Vol. 2 No. 1 (2023): Januari: Jurnal MedLab Vol. 1 No. 2 (2022): Juli : Jurnal Medical Laboratory Vol. 1 No. 1 (2022): Januari : Jurnal Medical Laboratory