cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Sain Veteriner
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 673 Documents
STRUKTUR HISTOLOGI KELENJAR LUDAH BURUNG WALET (Collocaliafusiphaga) DAN BURUNG GEREJA (Passer montanus) Soehartini Jatman
Jurnal Sain Veteriner Vol 28, No 1 (2010): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.249

Abstract

Burung walet putih (Collocalia fusiphaga) mempunyai nilai ekonomi tinggi karena menghasilkan sarang daricairan ludah yang mempunyai kandungan nutrisi tinggi. Burung tersebut termasuk burung liar, tidak dilindungi, tetapihabitat dan budidayanya diatur oleh pemerintah Indonesia demi pemanfaatan sebesar-besarnya untuk kesejahteraanrakyat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan struktur histologi pada burung walet (Collocaliafusiphaga)dengan burung gereja (Passer montanus) sebagai pembanding. Empat ekor burung walet dewasa dan empat ekorburung gereja dewasa, diambil rahang bawab (mandibula) dan lidahnya, dibuat preparat histologi pemotongan serialdengan ketebalan 5 !lm. Sampel diwarnai dengan metoda hematoksilin-eosin (HE) dan dan alcian blue-periodic acidschifJ(AB-PAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tipe kelenjar ludah adalah tubulo alveolar kompleksyang mengandung mukosakarida bersifat asam. Kelenjar ludah burung walet tersebar merata disepanjang lapisanmukosa mandibula dan mukosa organ lidah. Distribusinya semakin sedikit ke arah ujung lidah kelenjar, dan kemudianmenghilang di ujung lidah. Pada burung gereja, kelenjar ludah di lapisan mukosa mandibula hanya terdeteksi di lateraldan dorsolateral secara berkelompok, sedangkan pada organ lidahberada ditepi dorsal, dorso lateraldan ventrolateral.
ROLE OF HIGH CHOLESTEROL AND HIGH FAT DIET ON LIPID PROFILES IN SPRAGUE DAWLEY RATS . Yanuartono
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 2 (2007): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7767.196 KB) | DOI: 10.22146/jsv.256

Abstract

Fourty five-male Sprague Dawley rats, weighing about 100g of 2 month old were used as experimental animals to studyt he role of high cholesterol and high fat diets on blood lipid profiles, triglyceride, HDL, LDL, and total cholesterol. Before this research began, rats were adapted for a week and were fed basal diet. The rats were then randomly alloted into three groups( I, II, UI) of 15 each. Group I as control was fed normal (basal) diet, group II was fed diet containing high fat diet, and group III was fed diet containing high cholesterol and high fat diet. After 3, 6, and 12 weeks on experimental diets, blood specimen from 5 rats of each group were collected to determine triglyceride, HDL, LDL, and total cholesterol concenhation. The statistic alanalyses using multifactorial randomized design for blood lipid, showed that experimentat time periods caused significant increase(p <0.05) in the total cholesterol concentration, wish, 1 2 weeks on experimental diet was the highest concentration. Diet and experimental time periods showed significant increase(p <0.05) in the total triglyceride concentrations,a fter 12 weeks of treatments was the highest concentration. Significantly increased( p<0.05) in HDl-cholesterol concentrations were caused by diet and experimental time periods, however, there was no significant effect by interaction between experimental time periods and diet. Significantly increased (p<0.05) inLDL-cholesterol concentrations were caused by diet and experimental time periods. However, there was no interaction between experimental time periods and diets in total LDL-cholesterol concentration. In this study,high fat and high cholesterol d iet group (group III) and six weeksi n experimental diet had the greatest influenced in total LDL-cholesterol concentration. Based upon the experimental results, it can be concluded that: (l) high cholesterol and high fat diet could increase total cholestrol concentration and total triglyceride concentration, (2) there was no interaction between experimental time periods and diet on HDL-cholesterol and LDL-cholesterol concentration.Key words: Sprague Dawley rats, triglyceride, HDL, LDL, and cholesterol
PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO PENYAKIT FOOTROT PADA SAPI PERAH DI KABUPATEN SLEMAN Setyo Budhi; Setyawan Budiharta; Bambang Sumiarto
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 2 (2007): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2964.314 KB) | DOI: 10.22146/jsv.258

Abstract

Kajian epidemiologis penyakit footrot telah dilaksanakan terhadap 769 ekor sapi perah dari 193 peternak di kabupaten Sleman Yogyakarta. Prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan kombinasi antara sampling tiga tahapan dan klaster, yaitu Kecamatan, Desa, dan peternak. Hewan dikatakan positif footrot klinis, apabila menunjukkan adanya kerusakan jaringan antara belahan kuku, ada atau tidaknya bengkak dan pincang. Kajian ini bertujuan untuk mendeteksli 1) prevalensi penyakit footrot pada sapi perah di kabupaten Sleman, dan 2) mendeteksi faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi penyakit pada ternak sapi perah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi footrot klinis pada tingkat peternak adalah sebesar 12,9%(25/193). Pada tingkat petemak faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit adalah drainase(p<0,01), pengalaman beternak (p<0,01), umbaran(p <0,01), p otong kuku (p<0,05), kebersihan kandang (p<0,05), dan jumlah  kepemilikan(p<0,01). Faktor-faktor lain seperti pendidikan, pengetahuan footrot, permukaan kandang dan lantai kandang tidak berasosiasi terhadap terjadinya footrot klinis.Kata kunci: prevalensi, footrot, sapi perah, Sleman
STATUS MAKROMINERAL (Ca dAn P) DOMBA YANG TERINFESTASI RINGAN DAN BERAT CACING STRONGIL Hary Purnamaningsih; Irkham Widiyono; Guntari Titik Mulyani
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 2 (2007): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4604.934 KB) | DOI: 10.22146/jsv.263

Abstract

Infestasi parasit gastlointestinal adalah salah satu penyebab defisiensi makromineral. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status makrominera(Ca dan P ) pada domba yang terinfestasi ringan dan berat oleh cacing strongil. Tiga puluh tujuh (37) ekor domba lokal, jantan, umur +12 bulan di daerah Sleman digunakan dalam penelitian ini. Domba di kelompokkan menjadi kelompok yang terinfestasi ringan( 26 ekor) dan kelompoky ang terinfestasbi erat (10 ekor) cacings hongil. Pengelompokkan domba didasarkan pada pemeriksaan parasitologi terhadap jumlah telur cacing per gram tinja. Setiap domba pada masing-masing kelompok diambil sampel darah sebanyak 5 mL melalui vena jugularis, selanjutnya dipisahkan plasmanya. Pengambilan sampel darah dilakukan sebelum domba digembalakan atau  diberi pakan. Plasma yang diperoleh disimpan pada suhu- 20'C sampai analisis mineral dilakukan. Analisis Ca dalam plasma dilakukan dengan metode o-Kresolpthalein Komplekson yang diuraikan oleh Ray Sarkerd an Chaunan( 1967), dan fosfat anorganik dalam plasma diperiksa dengan menggunakan metodef osfomolibdat( Kraft dan Duer, 1999). Pemeriksaan jumlah telur cacing dilakukan secara mikroskopik dengan menggunakan metode McMaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa(1) 97% domba lokal, jantan, dewasa(± 12 bulan) di daerah Sleman terinfestasi cacing strongil, (2) infestasi ringan (< 1.000 epg) dan infestasi berat (> 1.000 epg) cacing strongil pada domba tampaknya tidak menimbulkan gejala klinis atau gangguan patologis yang dapat mengganggu metabolisme makromineral( Ca dan P), dan (3) stafus domba yang terinfestasi ringan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan domba yang terinfestasi berat dan status makrominerapl ada kedua kelompok tersebut masih dalam batas nilai fisiologisnorm(Ca:9,65±0,29 d an 10,60 ±.0,46m g/dl dan (P:6,61r0,25dan6,76±0,38mg/dl). Kata kunci: makromineral, cacings trongil, domba
PROFIL FARMAKOKINETIK OKSITETRASIKLIN HIDROKLORID DALAM BERBAGAI JARINGAN TIKUS SPRAGUE DAWLEY Agustina Dwi Wijayanti; Lukman Hakim; Irkham Widiyono
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 2 (2007): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4298.921 KB) | DOI: 10.22146/jsv.264

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai kadar oksitetrasiklin hidroklorida dalam hati, ginjal dan otot tikus Sprague Dawley jantan untuk mendapatkan profil farmakokinetik dalam jaringan tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi oksitetrasiklin hidroklorida pada berbagaai jaringan tubuh yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel jaringan setelah tikus disuntik senyawa oksitetrasiklin secara intravena dengan dosist unggal 20 mg/kg berat badan. Organ hati, ginjal dan otot diambil setelah t kus dietanasi menggunakan eter pada menit ke 1, 5, 15, 20, 30, 60, 120 dan 240. Selanjutnya semua sampel jaringan disimpan dalam freezer(-20'C) kemudian diekstraksi dan dianalisis serta diukur kadarnya menggunakan High Performance Liquid Chromatograph(HPLC). Parameter farmakokinetik obat ditentukan menggunakan model non kompartemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar, profil dan parameter farmakokinetik oksitetrasiklin hidroklorida pada hati, ginjal dan otot yang menunjukkan perbedaan sifat distribusi, metabolisme dan ekskresi obat.Kata kunci: oksitetrasiklin hidroklorida, profil farmakokinetik, jaringan.
THE EFFECT OF HIGH LIPID DIET LIPOPOLYSACCHARIDE AND LAPARATOMY SURGERY ON THE LEVEL OF C-REACTIVE PROTEIN SERUM IN SPRAGUE DAWLEY RATS EKD Dhirgo Adji
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 2 (2007): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3307.218 KB) | DOI: 10.22146/jsv.265

Abstract

C-reactive protein (CRP) is a member of the family of proteins known as pentraxins, and originally defined as a substance, observed in the serum or plasma of patient with acute infections, that reacted with the Cpolysaccharide of the pneumococcus. Serum concentrations of CRP increase as part of the inflammatory response to infection or acute injury. The aim of the study was to see the differences between acute and chronicstimuli in the increasing of CRP concentration in serum of Sprague Dawley rat. Twenty male Sprague Dawley rats, 1.5 months of age were used as experimental animals. Rats were adapted for 5 days and given basal diet,containing normal fat(5% of fat) and water ad libitum. Rats were then divided into 4 groups of 5 each. Group 1 was used as control animal. The animals in this group were fed basal diet for 59 days without any othertreatments. Group 2 was animals fed high fat diet containin g20Yo of fat, for 59 days without any other treatments. Group 3 was animals fed basal diet for 59 days and in the day of 60 then injected with LPS from Escherichia coli 0111:B4, 1 mg/kg BW intraperitoneally, and Group 4 was animals fed basal diet for 59 days and in the day of 60 animals then laparatomized. Twenty four hours after all treatments, blood sample were collected from orbitally vein, serum was separated and used to analyze CRP concentration. Statistical analyzes using onew ay analyzeso fvariances howed that there were significance differences among Group 1,2,3 and 4 (p<0.05). Mean of CRP concentrations respectively from the highest to the lowest were: Group 3, Group 4, Group 2 and Group 1. Fromthe result of the study it can be concluded that CRP concentration of acute stimulus was higher than chronic stimulus.Key words : C-reactivep rotein, lipopolysaccharides, high fat diet, laparatomy.
PERAN DIET LEMAK DAN/ATAU KOLESTEROLTINGGI PADA PEMBENTUIKAN PLAK ATEROMA AORTA TIKUS PUTIH (SPRAGUE DAWLEY) . Yanuartono
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 1 (2007): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7356.035 KB) | DOI: 10.22146/jsv.273

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peran diet lemak tinggi dan/atau kolesterol tinggi pada pembentukapnl ak ateromaa ortat ikus putih(Sprague Dawley). Empat puluh lima ekor tikus putih umur2 bulandengan berat rata-rata 100 gram digunakan dalam penelitian ini. Tikus putih dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 15 ekor. Kelompok I , sebagai kelompok kontrol diberi ransum diet normal. KelompokI I adalahkelompok dengan pemberian diet lemak tinggi, kelompok III adalah kelompok dengan pemberian diet lemak tinggi dan kolesterol tinggi. Pada minggu ke-3, ke-6 dan ke-12 setelah perlakuan, dari masing- masing kelompok diambil 5 ekor tikus putih secara acak, kemudian dinekropsi dan diambil sampel aorta guna pemeriksaan histopatologis. Pemeriksaan histopatologis menunjukkan adanya plak ateroma pada kelompok II dan kelompok III. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa diet lemak tinggi dan diet lemak tinggi disertai kolesterol tinggi dapat mengakibatkan terbentuknya plak ateroma aorta tikus putih Sprague Dawley .Kata kunci : lemak, kolesterol, plak ateroma, Sprague Dawley
IMUNOHISTOCHEMTSTRY METHOD TO DETECT C-REACTIVE PROTEIN IN ATHEROMA PLAQUES OF SPRAGUE DAWLEY RATS FED HIGH LIPID RATION Dhirgo Adji
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 1 (2007): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4613.277 KB) | DOI: 10.22146/jsv.274

Abstract

Since Inflammation is believed to have role in pathogenesis of cardiovasculare vents, measurement of markers of inflammation has been proposed as a method to improve the prediction of the risk of these events. C-reactive protein (CRP) a major acute phase protein, has been associated with the presence and severity of atherosclerosis, and has been found to predict acute vasculare vents in prospective studies. The aim of this study was to analyse the relationship between appearance of CRP in aorta and atheroma plaque formation in Sprague Dawley rats after 59 days induction with high fat diet. Ten male Sprague Dawley rats, 1.5 months of age were used as experimental animals. Rats were adapted in l0 single cages for 5 days and given basal diet containing normal fat and water ad libitum. After adaptation, rats were divided in to 2 groups (group 1 and group 2) of 5 each. Group I was fed basal diet containing normal fat(4.5% of fat) and group 2 was fed diet containing high fat (20% of fat). After 59 days, all rats were killed, the heart including aorta were taken out for histophatologic (HE) and immunohistochemistry analyses. The result of this study showed that all rats in Group 1 did not have atheroma plaque and CRP negative, but rats in G"cup 2, all have atheroma plaque (100%) but only 60% CRP positive. From those result it concluded that although all aortas have atheroma plaque, the CRP may not be detected in the plaque.Keywords: atheroma plaques, inflammation, C-reactive protein.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS STERILISASI ALKOHOL 70%, INFRAMERAH, OTOKLAF DAN OZON TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Bacillus subtilis Dhirgo Adji; . Zulianti; Henry Larashanty
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 1 (2007): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6611.685 KB) | DOI: 10.22146/jsv.275

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas antara sterilisasi menggunakan alkohol 70%, otoklaf, inframerah dan ozon terhadap pertumbuhan bakteri berspora Bacillus subtilis. Lima belas buah jarum jahit yang masing-masing mengandung biak murni Bacillus subtilis dimasukkan ke dalam tabung steril. Tiga buah jarum digunakan sebagai kontrol positif tanpa perlakuan sterilisasi (Kelompok I), tiga buah jarumdisterilisasi menggunakan alkohol 70% selama 3 jam (Kelompok II), tiga buah jarum disterilisasi menggunakan inframerah selama 15 menit (kelompok III), tiga buah jarum disterilisasi menggunakan otoklaf selama 20 menit pada suhu 121◦C (Kelompok IV), dan tiga buah jarum disterilisasi menggunakan ozon selama 45 menit (Kelompok V ). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sterilisasi dengan alkohol 70%, Bacillus subtilis masih tetap tumbuh. Sterilisasi dengan inframerah menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri Bacillussubtilis. Sterilisasi dengan otoklaf satu sampel positif tumbuh sedangkan dua sampel yang lain negatif (bakteri tidak tumbuh), dan sterilisasi dengan ozon menunjukkan Bacillus subtilis tetap tumbuh. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa sterilisasi menggunakan inframerah adalah yang paling efektif diantara metodas terilisasi yang lain.Kata kunci : sterilisasi, alkohol inframerah, otoklaf, ozon, Bacillus subtilis
PROTOTIPE KTT DIAGNOSTIK UNTUK DETEKSI STREPTOKOKOSIS PADA PRIMATA DENGAN ELIS A-ANTIBODI MONOKLONAL PENANGKAP ANTIGEN Siti Isrina Oktavia Salasia; Aris Purwantoro; . Khusnan
Jurnal Sain Veteriner Vol 25, No 1 (2007): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8161.199 KB) | DOI: 10.22146/jsv.276

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengembangkan sarana diagnostik untuk kontrol streptococcosis pada primata dengan ELISA-monoclonal antibody penangkap antigen M-like protein (MLP) Streptococcus equi subsp. zooepidemiats grup C (SGC). M-like protein SGC diekstraksi dengan menggunakan lisozim dan Nasetilmuramidase. Protein dengan besar sekitar 58 kDa digunakan sebagai antigen untuk menimbulkan antibodi pada mencit Balb/c. Mencit yang mengandung antibodi dengan absorban tertinggi (2,868) diambil limpanya untuk memperolehl imfosit imUn( limfoblast). Hasil fusi sel mieloma dan limfoblast diperoleh4 klon hibridoma yang positif mengandung antibodi terhadap MLP, dengan nilai absorban pada ELISA masing-masing 1,900, 1,963, 1,895 dan 2,050. Hasil propagasi cairan asites mencit Balb/c diperoleh monoklonal antibodi terhadapMLP S. equi subsp. zooepidemicus dengan nilai absorban dan konsentrasi sebagai berikut: asitesI = 1,597(5,50mg), asites 2 : 1,940 (5,75 mg), dan asites 3 : 3,012 (5,80 mg). Antibodi monoklonal memperlihatkanspesifitas yang cukup tinggi karena hanya mengenal I epitop spesifik yang diperlihatkan pada uji Western blot dengan menampakkan pita tunggal pada sekitar 58 kDa dan menunjukkan reaksi positif pada uji dot-blot. Antibodi monoklonal memperlihatkan sensitifitas yang cukup tinggi setelah diuji dengan serum hewan percobaan tikus yang diinfeksi buatan dengan S. equi subsp. zooepidemicus dengan hasil absorban pada uji ELISA lebih dari 1,00 dan menunjukkan reaksi positif pada uji dot-blot. Hasil uji terhadap sampel serum Macacafascicularis menunjukkan bahwa 97 ,56% positif.Kata kunci: S. equi subsp. zooepidemicus, antibodi monoklonal, M-like protein, primata

Page 1 of 68 | Total Record : 673


Filter by Year

1995 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 41, No 2 (2023): Agustus Vol 41, No 1 (2023): April Vol 40, No 3 (2022): Desember Vol 40, No 2 (2022): Agustus Vol 40, No 1 (2022): April Vol 39, No 3 (2021): Desember Vol 39, No 2 (2021): Agustus Vol 39, No 1 (2021): April Vol 38, No 3 (2020): Desember Vol 38, No 2 (2020): Agustus Vol 38, No 1 (2020): April Vol 37, No 2 (2019): Desember Vol 37, No 1 (2019): Juni Vol 36, No 2 (2018): Desember Vol 36, No 1 (2018): Juni Vol 35, No 2 (2017): Desember Vol 35, No 1 (2017): Juni Vol 34, No 2 (2016): Desember Vol 34, No 1 (2016): Juni Vol 33, No 2 (2015): Desember Vol 33, No 1 (2015): JUNI Vol 32, No 2 (2014): DESEMBER Vol 32, No 1 (2014): JUNI Vol 31, No 2 (2013): DESEMBER Vol 31, No 1 (2013): JULI Vol 30, No 2 (2012): DESEMBER Vol 30, No 1 (2012): JUNI Vol 29, No 2 (2011): DESEMBER Vol 29, No 1 (2011): JUNI Vol 28, No 2 (2010): DESEMBER Vol 28, No 1 (2010): JUNI Vol 27, No 2 (2009): DESEMBER Vol 27, No 1 (2009): JUNI Vol 26, No 2 (2008): DESEMBER Vol 26, No 1 (2008): JUNI Vol 25, No 2 (2007): DESEMBER Vol 25, No 1 (2007): JUNI Vol 24, No 2 (2006): DESEMBER Vol 24, No 1 (2006): JUNI Vol 23, No 2 (2005): DESEMBER Vol 23, No 1 (2005): JUNI Vol 22, No 2 (2004): DESEMBER Vol 22, No 1 (2004): Juli Vol 21, No 2 (2003): DESEMBER Vol 21, No 1 (2003): JULI Vol 20, No 2 (2002): Desember Vol 20, No 1 (2002): Juli Vol 19, No 2 (2001): DESEMBER Vol 18, No 1&2 (2000) Vol 18, No 2 (2000) Vol 18, No 1 (2000) Vol 17, No 1 (1999) Vol 16, No 2 (1999) Vol 16, No 1 (1998) Vol 15, No 1&2 (1996) Vol 14, No 2 (1995) More Issue