TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin is an academic journal focusing on the sciences of the ushuluddin (principles of religion), published twice a year (June and December) by the Faculty of Ushuluddin and religious studies, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. It is a shared space to disseminate and publish the scholarly papers of those whose concern is the sciences of ushuluddin, such as, Islamic Philosophy, Tasawuf, Qur’anic and Hadith Studies, Comparative Religion, Islamic Thoughts and Political Islam.
Articles
150 Documents
KONSTRUKSI PLURALISME AGAMA DALAM ISLAM
abdul halim
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 14 No. 2 (2015): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (94.321 KB)
|
DOI: 10.30631/tjd.v14i2.1
Dalam konteks Indonesia, secara sosiologis-antropologis pluralisme agama dan etnis adalah suatu fakta yang harus kita terima. Pemikiran teologis yang menawarkan pandangan inklusivisme dan pluralisme keberagamaan akan ikut meredam konflik dan ketegangan antar agama. Di sinilah letak pentingnya memperbincangkan masalah pluralisme agama dalam pluralitas bangsa (etnis) dan bagaimana memformat kembali bentuk dakwah/misi bagi agama dakwah yang ada di Indonesia, sehingga muncul desain baru tentang agama masa depan. Dialog mengenai pengalaman Iman, serta upaya membangun feologi yang inklusivistik dan dialogis bukan sesuatu yang tidak mungkin. Bahkan jika teologi dipahami sebagai refleksi kritis tentang sebuah doktrin agama dengan "commited" terhadap upaya" perdamaian dan meningkatkan peradaban manusia, maka kita mestinya banyak dari faham ekslusivisme ke inklusivisme dan kemudian ke pluralisme lalu selanjutnya ke suprapluralisme.
MENUJU KEDEKATAN TERHADAP TUHAN
Badarus Syamsi
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 13 No. 1 (2014): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30631/tjd.v13i1.2
Artikel ini bermaksud menggali kembali solusi-solusi yang pernah ditawarkan oleh tasawuf dalam rangka mengarahkan kembali manusia untuk menyadari hakekatnya serta mengenal kembali Tuhannya. Tidak berlebihan manakala disebutkan bahwa solusi tasawuf dalam rangka memperbaiki diri manusia merupakan salah satu alternatif untuk mengembalikan eksistensi manusia kepada fitrahnya, yang pada saat ini telah mengalami degradasi-degradasi moral, psikis dan etika. Untuk tujuan ini, maka beberapa hal yang ingin dipecahkan dalam artikel ini adalah pertama, bagaimana mempertemukan konsep tasawuf mengenai jati diri manusia secara padu dan kedua, bagaimana mereformulasi konsep tasawuf mengenai kesempurnaan manusia sehingga ia lebih memancarkan dimensi futuristiknya? Untuk membahas dua persoalan ini akan disajikan pemikiran tasawuf al-Ghazali dan Ibn. ‘Arabi.
HIGH POLITICS: KHAZANAH VISI POLITIK MUSLIM INDONESIA
Badarus Syamsi
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 13 No. 2 (2014): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30631/tjd.v13i2.3
Artikel ini hendak membahas dua model visi demokrasi politik yang pernah menggaung di Indonesia yakni visi religius dan humanis. Pemetaan mengenai konsep dan gagasan mengenai demokrasi perlu dilakukan. Konsep demokrasi terkadang berkembang sesuai dengan latar sejarah di mana wacana tersebut dimunculkan. Maka upaya untuk memetakan bagaimana konsep demokrasi di negara yang homogen keagamaannya dengan negara yang plural keagamaannya penting untuk dipetakan. Artikel ini akan membahas isi demokrasi Amin Rais dan Gus Dur. Dalam asumsi penulis, antara paradigma demokrasi Amien Rais dan Abdurrahman Wahid memiliki nilai tipikal masing-masing. Nilai-nilai Tipikal ini sangat penting untuk diklarifikasikan karena hal itu akan memberikan wawasan mengenai kompleknya paradigma Islam mengenai demokrasi di Indonesia. Bagaimana pandangan Amien Rais dan Abdurrahman Wahid mengenai hubungan antar agama dan negara dalam frame demokrasi, dan sejauh mana hal itu berpengaruh terhadap paradigma dan gagasan serta perjuangan keduanya dalam merealisaikan konsep demokrasi di Indonesia.
PEMIKIRAN POLITIK SAYYID QUTB TENTANG PEMERINTAHAN ISLAM
Badarussyamsi Badarussyamsi
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 14 No. 1 (2015): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (323.92 KB)
|
DOI: 10.30631/tjd.v14i1.4
Artikel ini membahas pemikiran politik Sayyid Qutb mengenai Pemerintahan Islam. Wacana ini tergolong wacana yang terus menghangat di kalangan pemikir Islam. Qutb menjelaskan bahwa politik pemerintahan dalam Islam dibangun di atas asas yang bersumber dari hati nurani, lebih dari sekedar dibangun di atas asas syari’at. Ia dibangun atas asas bahwa Allah SWT. selalu hadir setiap saat di sisi para penguasa dan rakyat mengawasi segala sesuatunya. Namun demikian, tidak bisa juga dipahami bahwa sistem sosial Islam hanya dibangun atas asas yang bersumber dari hati nurani saja. Akan tetapi yang mesti dipahami adalah bahwa dalam Islam terdapat jaminan lain selain yang ditetapkan melalui syara’. Inilah yang membuatnya berbeda dengan sistem-sistem lain yang semata-mata didasarkan atas undang-undang belaka, tanpa dukungan jaminan yang keluar dari hati nurani dan perasaan.
PEMIKIRAN ALI ABDURRAZIQ TENTANG HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA
Badarussyamsi Badarussyamsi
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 14 No. 2 (2015): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (157.03 KB)
|
DOI: 10.30631/tjd.v14i2.5
Artikel ini akan membahas pemikiran Ali Abdurraziq mengenai hubungan agama dan negara yang pembahasannya terus bergulir hingga saat ini. Sebagian Ormas Islam beserta kaum Muslim tertentu terus menggaungkan pentingnya pembentukan khilafah Islam untuk mengatasi peroalan kemasyarakatan. Dalam masalah kekhalifahan, Abdurraziq berpendapat bahwa kekhalifahan bukanlah rezim agama, bahwa lembaga ini tidak diisyaratkan dalam Islam, dan bahwa – terlepas dari niat para khalifah – tidaklah mungkin ada pengganti, atau khalifah yang menggantikan, kedudukan Rasulullah, karena menurut Abdurraziq, Rasul tidak pernah menjadi raja, tidak pernah berusaha mendirikan sebuah negara ataupun pemerintahan; dia adalah pembawa pesan yang diutus oleh Allah, dan dia bukan pemimpin politik. Itulah beberapa penggalan pemikiran Abdurraziq di dalam bukunya yang menghebohkan itu. Akan terlihat nantinya betapa pemikiran-pemikirannya itu begitu banyak memperoleh tanggapan yang beragam, baik yang mendukung maupun yang menentang keras dari sebagian besar kaum Muslim, khususnya di Mesir.
ISLAM DI MATA ORIENTALISME KLASIK DAN ORIENTALISME KONTEMPORER
Badarussyamsi Badarussyamsi
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 15 No. 1 (2016): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (363.763 KB)
|
DOI: 10.30631/tjd.v15i1.6
Artikel ini memperbincangkan kontras kajian Islam sebagai hasil kajian orientalisme klasik dan orientalisme kontemporer atau post-orientalisme. Dalam perspektif orientalisme klasik, wajah Islam tidak begitu menyenangkan dan menyeret Islam ke ranah keterbelakangan dan kejumudan, sebaliknya perspektif orientalisme kontemporer menyajikan Islam yang lebih realistis, kritis, dan konstruktif. Metode dalam artikel ini adalah metode komparatif dengan membandingkan dan menganalisis format kajian Islam yang dihasilkan oleh orientalisme klasik dan orientalisme kontemporer. Persoalan yang diangkat antara lain; bagaimana wajah kajian Islam dalam perspektif orientalisme klasik dan orientalisme kontemporer? Berdasarkan kajian yang dilakukan, terdapat perbedaan hasil kajian antara kajian orientalisme klasik dan orientalisme kontemporer sehingga menimbulkan kesan kontras yang dalam. Orientalisme klasik lebih mempublikasikan tema-tema keterbelakangan, ketidakberadaban, dan permusuhan dengan Barat. Sedangkan pada kajian orientalisme kontemporer, tema-tema seperti ini tidak diposisikan sebagai tema utama kajian Islam melainkan hanya sebagai tema-tema yang diklarifikasikan sehingga menutup pintu bagi terjadinya misunderstanding atas Islam.
ARGUMEN TELEOLOGIS DALAM FILSAFAT ISLAM
supian supian
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 13 No. 1 (2014): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30631/tjd.v13i1.7
Alam semesta dipandang sebagai eksistensi yang hidup dan aktif serta memiliki tujuan tertentu. Dalam perenungan, tafakkur, pemikiran dan kajian yang religius dan spiritualis, para filosof memperlihatkan dan meyakini bahwa alam semesta ini tidak hadir dengan sendirinya, tidak bergerak dengan semaunya dan tidak berkembang semata dengan dirinya sendiri, tetapi ada kekuatan dan kekuasaan besar di balik terciptanya, bergeraknya dan berkembangnya alam semesta ini, yakni Tuhan, Sang Designer Agung. Artikel ini ini mengupas pandangan-pandangan para filosof Muslim dalam menilai dalil tentang tujuan alam semesta.
ARGUMEN EKSISTENSI TUHAN DALAM FILSAFAT BARAT
supian supian
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 15 No. 2 (2016): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (712.998 KB)
|
DOI: 10.30631/tjd.v15i2.8
Perdebatan tentang eksistensi Tuhan menjadi penting karena merupakan kunci dari semua pintu kajian tentang agama secara keseluruhan. Setiap agama akan dimulai dari pembahasan tentang keyakinan tentang eksistensi Tuhan. Apabila meyakini eksistensi Tuhan, maka seseorang secara sah disebut beragama (theism), dan apabila menolak eksistensi Tuhan, maka seseorang dapat digolongkan kepada menolak agama atau tidak beragama (atheism). Artikel ini dimaksudkan untuk menyelami sejarah dan pemikiran para filosof Barat dalam memberikan argumen-argumen eksistensi Tuhan. Kajian ini menemukan bahwa eksistensi Tuhan dalam berbagai pemikiran filsafat Barat telah memicu perdebatan serius yang melibatkan ranah akal dan hati.
PERAN CIVIL SOCIETY DALAM FILANTROPI ISLAM
abdullah syahab
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 13 No. 2 (2014): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30631/tjd.v13i2.9
Runtuhnya orde baru dan masuknya Indonesia ke era reformasi telah memberikan peran besar civil society di Indonesia. Peranan civil society dalam pembangunan negara sangat strategis pada pemerintahan Indonesia yang mengedepankan demokratis dalam pengelolaan negara. Salah satunya dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Korupsi, kolusi dan nepotisme pada pemerintahan pada masa reformasi telah mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat yang dikelola negara. Kebijakan good governance juga telah menumbuhkan pergerakan civil society di Indonesia khususnya dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan pengelolaan zakat di Indonesia. Menguatnya peran civil society merupakan realitas sosial kontemporer di Indonesia.
KEJU, MINYAK SAMIN DAN JAKET KULIT PRODUKSI NON-MUSLIM DALAM PERSPEKTIF HADITS
ermawati ermawati
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 13 No. 2 (2014): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30631/tjd.v13i2.10
Berkenaan dengan telah makin beragamnya jenis makan dihasilkan, di Indonesia bermunculan restoran-restoran, depot makanan, food court dan sebagainya yang menyajikan beragam makanan. Sementara pihak konsumen dalam hal ini seringkali tidak mengetahui bahan dan proses pembuatan makanan tersebut. Bagi kaum Muslim, dalam konteks ini terdapat satu persoalan krusial yakni status halal dan haram dari makanan tersebut. Artikel ini hendak mengetahui sikap mana yang layak dipegangi dengan mencoba mencari teladan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Analisis dalam artikel ini menggunakan metode takhrij hadits atas hadits yang memiliki korelasi dengan persoalan di atas. Penulis menemukan satu hadits yang mempunyai korelasi dengan hal tersebut, yaitu hadits tentang hukum memakan mentega dan keju, hukum memakai mantel kulit berbulu serta garisan tentang halal dan haram. Hadits ini akan dibahas secara tahlili dari segi takhrij sanad dan dari segi analisa Fiqhul hadits.