cover
Contact Name
Rahmat Syah
Contact Email
jurnal.vijjacariya@stabn-sriwijaya.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.vijjacariya@stabn-sriwijaya.ac.id
Editorial Address
Jalan Edutown BSD City Serpong, Pagedangan, Kec. Pagedangan, Tangerang, Banten 15339
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
VIJJACARIYA: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis
ISSN : 24426016     EISSN : 29855284     DOI : -
Vijjacariya Journal is a journal that contains Buddhist religious and religious education. The theme raised relates to the Development of Buddhist Education and Education. Vijjacariya journal is published regularly 2 times a year. 1. Development of Buddhist Education and Education 2. Learn and teach Buddhism 3. Development of Buddhist curriculum 4. Buddhist religious education technology 5. Evaluation of Buddhist religious education
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2017): June 2017" : 9 Documents clear
Kesejahteraan Masyaralcat Sebagai Keniscayaan Dalam Tinjauan "Mahasudassana Sutta dan Dasa Raja Dhamma" Sapardi Sapardi
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

esejahteraan masyarakat dapat tercipta ketika seorang pemimpin memiliki moral yang baik, sehingga menjadi teladan bagi warganya. Kesejahteraan bukan hanya keinginan, tetapi juga keharusan yang sangat penting bagi setiap orang. Parsons mengasumsikan bahwa dalam suatu sistem, terdapat fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan bekerja sama. Apabila salah satu fungsi terganggu atau tidak berfungsi, hal ini akan mempengaruhi sistem lainnya. Kepemimpinan yang ideal adalah kepemimpinan yang didasarkan pada sepuluh kewajiban raja (Dasa Raja Dhamma) yang harus dilaksanakan dengan baik. Sepuluh hal tersebut meliputi: 1) Dana (bermurah hati); 2) Sila (bermoral); 3) Pariccaga (berkorban); 4) Ajjava (tulus hati dan bersih); 5) Maddava (ramah tamah dan sopan santun); 6) Tapa (sederhana); 7) Akkodha (tidak berniat jahat, bermusuhan, dan membenci); 8) Avihimsa (tanpa kekerasan); 9) Khanti (sabar dan rendah hati); 10) Avirodhana (tidak menimbulkan atau mencari pertentangan). Dalam membangun kesejahteraan bangsa dan negara, penting untuk mengaktualisasikan simbol dari tujuh pusaka permata sebagaimana terdapat dalam Maluzsudassana Sutta. Pemimpin harus bermoral (Cakka Ratana), memiliki kekuatan (Hatthi Matta), mampu membangun infrastruktur yang baik (Assa Ratana), menyiapkan devisa/cadangan (Mani Ratana), didukung oleh para wanita yang baik (Itthi Ratana), memiliki bendahara untuk mengatur rumah tangga negara dengan bijaksana (Gahapati Ratana), dan didampingi oleh penasihat yang bijaksana (Parinayaka Ratana).
Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto Heriyanto
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa di STABN Sriwijaya. Penelitian ini difokuskan pada mahasiswa STABN Sriwijaya semester genap tahun akademik 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Ex Post Facto. Penelitian ini melibatkan seluruh populasi mahasiswa STABN Sriwijaya di Tangerang Banter, dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 116 orang.Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan lima klasifikasi skala likert. Pengujian statistik melibatkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan adanya hubungan positif antara Pelayanan dan Fasilitas dengan Kepuasan Mahasiswa. Kenaikan kualitas Pelayanan dan Fasilitas berkontribusi pada peningkatan Kepuasan Mahasiswa STABN Sriwijaya sebesar 73,4%. Secara parsial, Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Mahasiswa STABN Sriwijaya, demikian juga dengan Fasilitas. 
Budaya Pembuatan Jubah Bhikkhu Menurut Buddh bane Theravada di Indonesia Sugianto Sugianto
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ubah merupakan kebutuhan utama bagi para bhikkhu. Di Indonesia, bhikkhu Theravada dapat dengan mudah mendapatkan jubah karena banyak umat awam yang sering mendanakan jubah. Meskipun demikian, upacara pembuatan jubah menurut tradisi Theravada tetap dipertahankan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Obyek penelitian melibatkan budaya pembuatan jubah dan Buddhisme Theravada. Subyek penelitian terdiri dari bhikkhu, pengurus vihara, dan umat awam. Penelitian dilakukan di Jakarta, Lembang, dan Tangerang. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Agustus hingga Desember 2016. Teknik pengumpulan data melibatkan wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diuji menggunakan uji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas hasil penelitian. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Upacara pembuatan jubah bhikkhu (Kathina Dusanz) diselenggarakan setelah akhir masa vassa di vihara yang menjadi tempat vassa, melibatkan lebih dari lima bhikkhu, dan berlangsung dari pagi sampai sore; Upacara pembuatan jubah menghasilkan satu set jubah yang terdiri dari sarung, angsa, jubah dalam, dan jubah luar; Proses pembuatan jubah melibatkan tahap-tahap seperti upacara penyerahan bahan jubah, pembuatan pola, penjahitan/melipat, mencelup, mengeringkan, dan upacara anumodana. Nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan ini meliputi tanggung jawab, bakti, kedermawanan, keyakinan, kebahagiaan, perjuangan, dan pendidikan; Makna dari upacara pembuatan jubah bhikkhu dalam momen Kathina Dusanz merupakan bentuk pelestarian kebudayaan Buddhisme yang mengandung unsur kebudayaan abstrak, aktivitas sosial, dan material.
Pentingnya Kompetensi Sosial Bagi Dosen Muawanah Muawanah
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kompetensi merupakan kumpulan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dipahami, dan dikuasai oleh seorang dosen dalam menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu mengajar, melakukan penelitian, dan berkontribusi kepada masyarakat. Tujuan dari memiliki kompetensi sosial bagi dosen adalah agar mereka mampu membangun hubungan kerja yang baik dan stabil, baik dengan sesama dosen, staf administrasi, mahasiswa, maupun masyarakat secara umum, untuk mendukung proses pendidikan.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah studi kepustakaan. Dosen, dengan berbagai kompetensi sosial yang dimilikinya, harus mampu mentransfer pengetahuan ini kepada mahasiswa agar mereka dapat mencapai kesuksesan dalam dunia profesional dan kehidupan sosial di masa depan. Pembelajaran kompetensi sosial dapat diintegrasikan ke dalam dua mata kuliah, yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.Pembinaan kompetensi sosial mahasiswa merupakan tanggung jawab bersama semua dosen. Oleh karena itu, transformasi kompetensi sosial dapat dilakukan melalui berbagai cara, termasuk pengelolaan atmosfer kelas, strategi pembelajaran, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Cinta dan Perdamaian Dalam Perspektif Buddha Tejo Ismoyo
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pandangan dalam Agama Buddha menyatakan bahwa perdamaian dapat terwujud melalui cinta kasih atau metta. Dalam kitab suci Dhammapada, pada syair 5 tertulis, "Kebencian tidak bisa berakhir oleh kebencian, kebencian berakhir dengan cinta kasih." Ajaran Buddha menekankan pentingnya kesepahaman, persahabatan, dan keharmonisan, yang didasarkan pada kebajikan dari cinta kasih, untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat lainnya. Cinta kasih memunculkan kedamaian.Buddha memandang semua makhluk, baik yang besar maupun kecil, dari serangga hingga hewan raksasa, sebagai sederajat. Setiap makhluk memiliki hak yang sama untuk merasakan kebahagiaan, sama seperti manusia. Buddhisme mengajarkan pengembangan cinta kasih melalui praktik meditasi metta (meditasi cinta kasih). Buddha menyatakan bahwa politik yang maju dan beradab adalah politik yang "tanpa membunuh, tanpa melukai, tanpa menjajah, tanpa menyebabkan kesedihan, dan mengikuti dhamma atau ajaran kebenaran" (Samyutta Nikaya).
Pentingnya Kompetensi Sosial Bagi Dosen Muawanah Muawanah
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang hams dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran/pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tujuan dimilikinya kompetensi sosial bagi dosen adalah supaya mampu membangun kerja sarna yang baik dan stabil baik dengan dosen lainnya, tenaga kependidikan, mahasiswa, maupun masyarakat untuk menunjartg pendidikan. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi kepustakaan. Pam dosen dengan berbagai kompetensi sosial yang dimilikinya, hares mentransformasikan berbagai kompetensi tersebut kepada para mahasiswa sehingga mereka mampu meraih sukses dalam dunia profesi dan kehidupan sosial di masa depan. Pembelajaran kompetensi sosial bisa disisipkan dalam dua mats kuliah, yakni Pendidikan Agana dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pembinaan kompetensi sosial mahasiswa merupakan tanggung jawab seluruh dosen. Untuk itu, transformasi kompetensi sosial bisa dilakukan dalam berbagai cara, apakah pengelolaan suasana kelas, strategi pembelajaran, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Tri Amiro
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru. Sebagai pendidik, guru memiliki tugas mengajar utama di mana sifat-sifat kepribadian merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru tidak signifikan, yaitu sebesar 1.56.
Exelent Service Management in Sekolah Buddhis I Ketut Damana
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini berkaitan dengan pengelolaan layanan yang sangat baik di sekolah-sekolah Buddha, dengan tujuan memfasilitasi implementasi pengajaran dan mencapai tujuan pendidikan Buddhisme. Untuk mencapai tujuan penelitian, para penulis melakukan tinjauan pustaka. Hasil temuan menunjukkan bahwa kompilasi ini didasarkan pada penelitian yang luas dari berbagai sumber literatur, termasuk buku-buku yang mendukung manajemen layanan.Berdasarkan hasil penelitian, para penulis menyimpulkan bahwa penanggulangan tantangan pendidikan, terutama dalam membentuk karakter umat Buddha, memerlukan manajemen layanan khusus di sekolah-sekolah Buddha. Pada akhirnya, para penulis menyatakan minat mereka untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai manajemen layanan khusus di sekolah-sekolah Buddha.
Praktik Hidup Berkesadaran Untuk Anak Usia Dini Waluyo Waluyo
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini fokus pada konflik dan kekerasan yang melibatkan banyak pihak, terutama melibatkan anak-anak. Keterlibatan anak-anak dalam konflik global merupakan kontribusi dan peran besar dari orang dewasa di sekitar mereka, terutama orangtua dan keluarga. Anak-anak yang dibesarkan dengan kekerasan akan melahirkan generasi yang penuh ambisi ambigu yang dapat menciptakan kekacauan dan bahkan perang fisik di masa depan. Pendidikan informal, non-formal, dan bahkan formal masih kurang optimal dalam membentuk generasi yang penuh kasih sayang dan cenderung berkonsentrasi pada kinerja kompetitif dengan penguasaan keterampilan sosial dan emosional yang minimal. Artikel ini bertujuan untuk memberikan deskripsi komprehensif tentang praktik kesadaran hidup yang diterapkan pada masa kanak-kanak sesuai dengan perkembangan moral dan pembentukan karakter anak-anak.Metode studi ini menggunakan daftar periksa sintesis yang terdiri dari sintesis awal, lanjutan, dan akhir; mempertimbangkan elemen-elemen teks, konteks, dan wacana. Objek dari penelitian ini adalah gagasan tentang praktik kesadaran dari berbagai sumber literatur, terutama aplikasinya yang dapat digunakan untuk usia anak-anak. Validitas studi ini didasarkan pada perbandingan yang mencerminkan objektivitas studi.Hasil studi menunjukkan bahwa: (a) bentuk praktik kesadaran yang dapat diterapkan pada masa kanak-kanak, yaitu: hidup bersama, bernapas, meditasi duduk, makan bersama, istirahat, diam mulia, meditasi pelukan, meditasi, berlindung, mengatasi kemarahan, dan pulang ke rumah; (b) integrasi praktik kesadaran hidup untuk perkembangan moral mencakup: pulang ke rumah, hedonisme relatif (istirahat), meditasi duduk, diam mulia, meditasi pelukan, menjaga norma sosial dan otoritas (makan bersama, meditasi teh), orientasi harga diri dengan lingkungan sosial (berlindung, mengatasi kemarahan), dan prinsip universal (hidup bersama, bernapas); dan (c) integrasi bentuk-bentuk praktik hidup sadar masing-masing dapat mengarah pada pembentukan karakter yang mencakup tiga komponen: pengetahuan moral (sadardiri, mengetahui, moral, pengetahuan diri, keputusan, perspektif), perasaan moral (pengendalian diri, empati, mencintai kebenaran), dan tindakan moral (ingin, adat, kompeten).  

Page 1 of 1 | Total Record : 9