cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
DIALEKTIKA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 134 Documents
PERBANDINGAN GAYA BAHASA PADA PUISI “IBU” KARYA MUSTOFA BISRI DENGAN LIRIK LAGU “KERAMAT” KARYA RHOMA IRAMA Fahrudin Mualim
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5160.219 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v2i2.3627

Abstract

Abstract: This study was aimed to describe the comparison of the figurative language of the poetry “Ibu” (Mother) by Mustafa Bisri and the lyric of the song "Keramat” (Sacred) by Rhoma Irama. The method used in this study was qualitative, namely researchers involved in the situation and the phenomenon being studied. The results showed the similarities and differences of the figurative language in the poetry "Ibu” (Mother) and the song "Keramat” (Sacred). It could be seen from the figurative language on each selection word – both of the poet and song composer used the natural expression. The difference lies in the function of the using of the natural expression. If Mustafa Bisri used the natural expression to describe the sacrifice of a mother or a picture of a mother admiration, while Rhoma Irama used its natural expression on refusing  r criticizing to the wrong social behavior This research also explained the structure that built the poem (ibu)and the lyric (Keramat). Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan gaya bahasa dari puisi “Ibu” karya Mustofa Bisri (MB) dan lirik lagu “Keramat” karya Rhoma Irama (RI). Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu peneliti dilibatkan dalam situasi dan fenomena yang sedang dipelajari. Selain menjelaskan struktur yang membangun kedua puisi itu, hasil penelitian menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan gaya bahasa pada puisi “Ibu” dan lirik lagu “Keramat”. Kesamaannya terlihat dari gaya bahasa pada tiap pilihan katanya, keduanya sama-sama banyak menggunakan istilah alam sedangkan perbedaannya terletak pada fungsi dari istilah alam yang digunakan.  Jika MB menggunakan istilah alam untuk menggambarkan pengorbanan seorang ibu atau sebagai gambaran kekaguman akan keagungan seorang ibu, sedangkan RI  memposisikan istilah alam yang digunakannya sebagai bentuk penolakan atau kritikannya kepada perilaku masyarakat yang keliru.   Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/dialektika.v2i2.3627
KESANTUNAN PENGUNGKAPAN KALIMAT PERINTAH DALAM PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SULTAN ABDURRAHMAN TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU Eka Rihan K
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3148.368 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v2i1.2198

Abstract

Latar belakang situasi dan konteks kalimat tutur dalam perkuliahan Bahasa Indonesia yang terjadi dalam tatap muka pada dua Sistem Kredit Semester (SKS) dihadiri seluruh mahasiswa empat program studi di STAI Sultan Abdurrahman Tanjungpinang dalam satu ruang belajar, mendorong peneliti mengamati bagaimana tuturan kesantunan berbahasa mahasiswa tersebut. Tuturan yang menyatakan pernyataan, pertanyaan dan perintah sangat bergantung pada situasi dan konteks tutur. Penelitian ini khusus pada kesantunan berbahasa dalam mengungkapkan kalimat perintah yang sopan dan tidak sopan dalam kegiatan diskusi, bertujuan untuk mendeskripsikan kalimat perintah dan selanjutnya menganalisis kesantunan berbahasa yang terkandung dalam tuturan kalimat perintah dengan teknik observasi dan teknik cakap, simak, libat, catat sesuai situasi dan konteks selama kegiatan perkuliahan Bahasa Indonesia tersebut berlangsung. Kesantunan mengungkapkan kalimat perintah selama perkuliahan Bahasa Indonesia Mahasiswa STAI Sultan Abdurrahman Tanjungpinang Kepulauan Riau terpusat kepada petutur, yaitu orang yang mendapat perintah. Kesantunan dalam mengungkapkan perintah berdasarkan skala untung-rugi, skala kelangsungan dan ketidaklangsungan, skala pemakaian sapaan antara sapaan yang hormat dengan sapaan yang akrab, faktor kesementaraan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dalam situasi ujar dapat membedakan derajat kesopanan antara tuturan yang kurang sopan, sopan, dengan tuturan yang lebih sopan. Tuturan yang mengungkapkan perintah yang kurang sopan bergantung pada jenis kalimat imperatif atau ilokusi langsung. Tuturan perintah yang sopan atau lebih sopan bergantung pada jenis kalimat deklaratif dan interogatif atau ilokusi tidak langsung.
KESALAHAN PELAFALAN KOSAKATA DIFTONG DAN BUKAN DIFTONG SISWA BIPA 1 DI DAVAO CITY - FILIPINA Marlia Marlia
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 6, NO 1 (2019)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2285.493 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v6i1.7470

Abstract

Abstract: BIPA students in Davao City - the Philippines mostly use Visaya in their daily lives. In addition, some of them are still affected by Spanish in the pronounciation of the sounds of the language. This is the main influence of pronounciation errors in Indonesian vocabulary. This research examines the pronunciation of vocabulary with diphthong and not diphthong in Bahasa Indonesia. The purpose of this analysis is to describe the mistakes of BIPA students in pronouncing diphthong double vowels and not diphthongs and to explain the solutions that can be done to minimize these errors. The method used is descriptive qualitative. The finding in this research is that there are errors in vocal pronunciation of double diphthong and not diphthong. As many as 96% recite the double diphthong correctly and 4% still pronounce incorrectly. 67% recite double vowels instead of diphthongs being diphthongs and 33% recite double vowels separately (read every letter in the final syllable). This happens because of three things. First, the influence of the Visaya language. Second, the influence of Spanish. Third, the presence of allophones in Indonesian vowels. These problems can be overcome in three ways. First, through spoken-syllable techniques. Second, through the technique of imitation. Third, through repeated words. Through this research, it is expected to be able to help BIPA students in reciting Indonesian vocabulary, especially duplicate vocabulary, so that pronunciation errors can be minimized.Abstrak: Siswa BIPA di Davao City – Filipina mayoritas menggunakan bahasa Visaya dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, sebagian di antara mereka masih terpengaruh bahasa Spanyol dalam pelafalan bunyi bahasa. Hal inilah menjadi pengaruh utama kesalahan pelafalan dalam kosa kata bahasa Indonesia. Riset ini mengkaji pelafalan kosa kata bervokal rangkap diftong dan bukan diftong bahasa Indonesia. Tujuan dilakukan analisis ini adalah mendeskripsikan kekeliruan siswa BIPA dalam pelafalan vokal rangkap diftong dan bukan diftong serta memaparkan solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kesalahan tersebut. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Temuan dalam riset ini adalah adanya kekeliruan pelafalan vokal rangkap diftong dan bukan diftong.  Sebanyak 96% melafalkan vokal rangkap diftong dengan benar dan 4% masih melafalkan salah. Sebanyak 67% melafalkan vokal rangkap bukan diftong menjadi diftong dan 33% melafalkan vokal rangkap secara terpisah (dibaca per huruf di silabel akhir). Hal ini terjadi disebabkan oleh tiga hal. Pertama, pengaruh bahasa Visaya. Kedua, pengaruh bahasa Spanyol. Ketiga, adanya alofon dalam vokal rangkap bahasa Indonesia. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi melalui tiga cara. Pertama, melalui teknik ucap – silabel. Kedua, melalui teknik ucap – tiru. Ketiga, melalui ucap – ulang. Melalui riset ini, diharapkan dapat membantu siswa BIPA dalam melafalkan kosa kata bahasa Indonesia, terutama kosa kata bervokal rangkap, sehingga kesalahan pelafalan dapat diminimalkan. 
EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN BERBASIS KERAGAMAN BUDAYA Zamzani Zamzani
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.902 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v1i2.6288

Abstract

Language as a means and a cultural product. Language activities cannot be separated from the activities of thinking with a specific cultural framework. The view point that human beings cannot think without language, strenghten the existence of language as a means of culture when thinking is seen as part of the spiritual culture. Humans as homo symbolicum 'the creature who use the symbol' whose scope is broader than homo sapiens 'thinking beings.' In the context of Indonesia—who shows diversity, the diversity in many aspects—the existence of Indonesian language in the diversity of language and local culture in Indonesia has become an important topic to be questioned. When associated with education in Indonesia, Indonesian language has a central role in the development of intellectual, social, and emotional of learners and the supporting success in all of fields of study, in addition to the role of regional languages which cannot be ignored.
MANTRA TUKANG PIJIT: SEBUAH ANALISIS SEMIOLOGI BARTHES Misbah Priagung Nursalim; Rima Tiana
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.443 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v5i1.6120

Abstract

Abstract: A charm is a subgenre of old poetry that is still considered to have strength. Because the power possessed by a charm makes people consider it sacred. However, apart from that, the mantra is only a part of literary work which contains meaning and of course there is no magical element. This study discusses the meaning in massage charm in Pondok Petir area. The author uses Roland Barthes's semiology theory to analyze the meaning of the charm. This study also uses descriptive qualitative methods to analyze the meaning and form of charms. The results prove that the massage charm does not have magical power. The charm is only an old literary work in which it contains the meaning of certain commands depending on the material function. Because charms are old poems, so charms also pay attention to the beauty of the shape and the sound.Abstrak: Mantra merupakan subgenre puisi lama yang sampai saat ini masih dianggap memiliki kekuatan sehingga membuat masyarakat menganggapnya suci. Namun, terlepas dari itu, mantra hanyalah sebuah bagian dari karya sastra yang di dalamnya menyimpan makna dan tentu tidak ada unsur magis. Penelitian ini secara umum membahas mengenai studi makna pada mantra tukang pijit di daerah Pondok Petir. Penulis menggunakan teori semiologi Roland Barthes untuk mengkaji makna yang terkandung di dalam mantra tersebut. Metode kualitiatif deskriptif digunakan untuk menganalisis makna dan bentuk mantra. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa mantra tukang pijit tidak mempunyai kekuatan magis. Mantra hanya karya sastra lama yang di dalamnya menyimpan makna berupa perintah tertentu tergantung fungsi matera tersebut. Karena mantra merupakan puisi lama, jadi mantera juga memperhatikan keindahan bentuk dan bunyi bahasanya.   
PENGEMBANGAN MODUL MEMBACA KRITIS DENGAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG BERBASIS NILAI KARAKTER Rizqi Aji Pratama
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.035 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v3i2.5184

Abstract

Abstract: The aims of this study to develop character-based module to improve critical reading skill integrated into a direct instruction model. According to the result of interview with teachers and students quesionnaire, there are no learning materials that taught critical reading explicitly in class X,  SMAN 1 Lembang. The critical reading materials are developed on the module by direct instruction model, who presented in four phase: (1) orientation, (2) description of the material, (3) activity, (4) self-exercise. The methods of this study are adapted from Dick, Carey, and Carey method (2009), who presented nine phase. The result of judgement expert is 96%, one-to-one trials judgement is 92%, and field trials is 89%. The other result with used onegrup pretest-posttest stated that the module could raise the critical reading skill of student.Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar modul berbasis nilai karakter untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran instruksi langsung. Berdasarkan hasil wawancara dan angket kebutuhan, tidak tersedia bahan ajar yang secara khusus meningkatkan keterampilan membaca kritis di kelas X, SMAN 1 Lembang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hasil adaptasi dari metode Dick, Carey, dan Carey (2009). Bahan ajar yang dikembangkan menghasilkan produk modul dengan penyajian materi membaca kritis menggunakan model instruksi langsung hasil adaptasi, yang mencakup empat tahapan, antara lain: (1) orientasi, (2) uraian materi, (3) aktivitas, dan (4) latihan mandiri. Hasil validasi ahli dan praktisi menunjukkan rata-rata skor 96%, uji coba perseorangan dengan skor 92%, dan uji coba lapangan sebesar 89%. Hasil pengujian lain menggunakan onegrup pretest-posttest menunjukkan bahwa modul membaca kritis model instruksi langsung berbasis karakter mampu meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa.Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/dialektika.v3i2.5184
PERLAWANAN SASTRA DALAM CERPEN KORAN INDONESIA Azwar Azwar
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.373 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v1i1.1415

Abstract

This paper discusses the resistance made by a writer against the oppression of the oppressed peoples. Poets in this case is an enlightened person who represents the voice of the community. The  study  was conducted  on a short  story titled "Safrida Askariah"  by Alimuddin an  author from  Aceh. A study  of this work shows that when members of oppressed groups have access to the culture media, their representatives often express more radical alternative views about society and the perception. This study also revealed that thewriter as a representative of the oppressed to fight by using literature as a "weapon".
CERITA RAKYAT SUNAN MURIA: PENDEKATAN STRUKTURAL DAN NILAI KARAKTER Hidar Amaruddin; Yanuar Bayu Isnaeni; Herman J. Waluyo; Sahid Teguh Widodo
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.965 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v6i2.13561

Abstract

Abstract: This article aims to describe the structure contained in Sunan Muria Folk Literature and describe the character values in Sunan Muria Folk Literature. This research is a qualitative descriptive study. The type of plot used in Sunan Muria Folk Literature in Kudus Regency is a straight or advanced plot. The dominant figure in the Sunan Muria Folk Literature in Kudus Regency is a good human character. More background is used in this folk literature. Sunan Muria Folk Literature in Kudus Regency contains varied suggestions. The character values in this folk literature include religious values, honesty, tolerance, discipline, hard work, independence, democratization, friendship/ communicative, peace, social life, and the value of responsibility. Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur yang terkandung dalam Sastra Rakyat Sunan Muria dan menguraikan nilai-nilai karakter dalam Sastra Rakyat Sunan Muria. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Jenis plot yang digunakan dalam Sastra Rakyat Sunan Muria di Kabupaten Kudus adalah plot lurus atau maju. Tokoh dominan dalam Sastra Rakyat Sunan Muria di Kabupaten Kudus adalah karakter manusia yang baik. Latar belakang tempat lebih banyak digunakan dalam literatur rakyat ini. Sastra Rakyat Sunan Muria di Kabupaten Kudus berisi saran variatif. Nilai-nilai karakter yang dalam literatur rakyat ini antara lain nilai religi, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kemandirian, demokratisasi, persahabatan/komunikatif, damai, kehidupan sosial, dan nilai tanggung jawab. 
BENTUK TUGAS DAN EVALUASI EMPAT KETERAMPILAN BERBAHASA PADA BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) defina defina
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dialektika.v4i2.6260

Abstract

Abstract : This paper is a part of research and development. The result, for listening skills, forms of duties and tests can be listened to elections, listening comprehensively and listening broadly. For speech skills, the tasks and tests are imitative, intensive, listening, responsive, interpersonal and broader speaking. For reading skills, the form of tasks and tests are intensive reading of short text. For writing skills, the form of the task and the test is to write an artificial, intensive or controlled, self-writing, literary display, and actual writing. To assess the tasks and tests of listening and reading, can use the assessment based on the number of correct answers. Conversely, to determine the aspects to be assessed and job scoring and speaking test can be used Brown and Ur concepts, namely accents, structure, vocabulary, pity, and understanding. To determine the aspects to be assessed and job scoring and writing tests can be used the concept of Brown and Jacob et al, namely content, organization, discourse, language, and mechanics. In conclusion, the task form can be aligned with the test form.   Abstrak : Penelitian ini membahas bentuk-bentuk tugas  dan evaluasi empat keterampilan berbahasa BIPA. Hasilnya, untuk keterampilan menyimak, bentuk tugas dan tesnya dapat menyimak pemilihan, menyimak menyeluruh, dan menyimak luas sedangkan  keterampilan berbicara, bentuk tugas dan tesnya  adalah tiruan, intensif, mau mendengarkan, tanggapan, antarperseorangan dan berbicara lebih luas.  Bentuk tugas dan tes untuk keterampilan membaca adalah membaca intensif yang teksnya singkat dan untuk keterampilan menulis, bentuk tugas dan tesnya  adalah menulis tiruan, intensif atau terkontrol, menulis sendiri, mempertontonkan tulisan, dan menulis sebenarnya. Untuk menilai tugas dan tes menyimak dan membaca, dapat menggunakan penilaian berdasarkan jumlah jawaban yang benar. Sebaliknya, untuk penilaian  dan penskoran tugas dan tes berbicara dapat digunakan konsep Brown dan Ur, yakni aksen, struktur, kosakata, kepasihan, dan pemahaman sedangkan untuk  menulis dapat digunakan konsep Brown dan Jacob et al, yakni isi, organisasi, wacana, bahasa, dan mekanik. Kesimpulannya, bentuk tugas dapat diselaraskan dengan bentuk tes. Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/dialektika.v4i2.6260 
Membangkitkan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Melalui Media Komik Randi Ramliyana
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3740.385 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v3i1.4183

Abstract

Abstract: This research used a qualitative method with case study approach. The aim of this research is to describe the use of media comic to raise the motivation to learn in learning Indonesian for Foreign Speakers (BIPA) at Trisakti University Language Center. One of the biggest problems facing the BIPA learning is learning motivation of participants. There are many reasons the participants are less motivated to learn BIPA, one of which is a boring classroom atmosphere. One thing we know to raise the motivation to study participants is to give something extraordinary and new in BIPA learning, especially among participants adolescence and early adulthood. The results showed that comics can be used efficiently to generate motivation to learn BIPA participants. Therefore, the use of comics into learning will have the same impact with the use of the method of learning the game in BIPA. It provides a pleasant atmosphere in the classroom. Comics are not just entertaining and engaging participants, but also there are many reasons to use it in teaching BIPA. Keywords: universal pragmatism; motivation; comic; media; BIPA Abstrak: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penggunaan media komik untuk membangkitkan motivasi belajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Pusat Bahasa Universitas Trisakti Jakarta. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi dalam pembelajaran BIPA ialah motivasi belajar peserta.  Banyak alasan peserta kurang  termotivasi  dalam  belajar  BIPA,  salah  satunya  adalah suasana kelas yang membosankan. Salah satu yang dapat membangkitkan  motivasi  belajar  peserta adalah dengan memberikan suatu  hal  yang luar biasa dan baru di dalam pembelajaran BIPA, terutama di antara peserta usia remaja dan dewasa awal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komik dapat digunakan secara efisien untuk membangkitkan motivasi belajar peserta BIPA. Oleh karena itu, penggunaan komik ke dalam pembelajaran akan memiliki  dampak  yang sama dengan penggunan metode permainan  di dalam pembelajaran BIPA.  Hal  tersebut  memberikan atmosfer yang menyenangkan di dalam kelas. Komik tidak hanya menghibur  dan  menarik peserta, tetapi  banyak manfaat menggunakannya di dalam pembelajaran BIPA. Kata Kunci: motivasi; komik;  media;  BIPA 

Page 3 of 14 | Total Record : 134