Jurnal Studi Islam
Fikroh (P-ISSN: 1979-9608 e-ISSN: 2961-7936), adalah Jurnal Studi Islam yang dikelola oleh LPPM IAI Hamzanwadi Pancor dengan versi cetak sejak tahun 2013 dan versi Online mulai terbit Pada Bulan Juni 2022. Jurnal ini fokus mengkaji dan mempublikasikan hasil baik artikel ilmiah maupun hasil penelitian seputar keislaman atau Studi-Studi Keislaman. Baik itu dari sisi teoritis, maupun praktis. Sebagai jurnal yang mencakup berbagai artikel dari kajian-kajian keislaman, seperti artikel keagamaan, artikel hasil kajian teks, artikel sosio-kultural, artikel ekonomi islam dan politik Islam.
Articles
44 Documents
Pengaruh Kepemimpinan Transformatif Terhadap Organisasi Pendidikan
Dian Mohammad Hakim
Fikroh Vol. 6 No. 1 (2022): JUNI
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i1.702
Every model or style of leadership has its own characteristics. It happened because of the way how the leader leads. Is the leader uses otoriter style, democratic, or leizesfeire. All of those styles need the maximum resuld for an organization. This resuld will lead the organization to be better organization in the future. In the educational’ organization, one of the effective style of leadership is a transformative leadership. The model always move dynamically. The leader gives the examples to his follower by his charisma. While, the followers also follow the leader because of the motivation given by his leader. Therefore, a synergic relationship between the leader and the follower will happen. They will be together to carry their organization to be better. This process happens countinuoustly. Organization will be better time by time. This model of course has special character to be understood detaily. By knowing the characteristic, it is hooped can be understood its influence to the organization which always goes ahead.
Hedging Sebagai Upaya Memitigasi Resiko Dalam Industri Keuangan Islam
Shofia Mauizotun Hasanah
Fikroh Vol. 6 No. 1 (2022): JUNI
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i1.703
Sebagai salah satu instrumen baru yang telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan keuangan modern baik individu dan bisnis, Hedging merupakan sebuah pendekatan untuk manajemen resiko dengan penggunaan instrumen keuangan yang bertujuan untuk menetralisir resiko sistematis terhadap perubahan harga atau arus kas. Fatwa hedging dipandang akan menjadi panduan bagi masyarakat, pelaku usaha serta lembaga keuangan dalam melakukan lindung nilai yang sesuai syariah. Fatwa tersebut menjelaskan detail forward agreement yang terdapat dalam fatwa yang telah ada yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.96/DSN-MUI/IV/2015 tentang Pedoman Implementasi Transaksi Lindung Nilai Syariah. Islamic Foreign Exchange Forward, Profit Rate Swap- Murabaha Based, Profit Rate Swap- Wa’ad Based, Currency Rate Swap- Murabaha or Qard Based and Insurance in Islamic Finance (Takaful) merupakan beberapa instrumen derivatif yang dapat diperdagangkan. Lindung nilai secara umum diperbolehkan oleh Syariah karena memenuhi Maqashid Syariah yaitu perlindungan terhadap kekayaan.Oleh karena itu, Islam mengizinkan hedging karena akan membawa maslahah dan memenuhi prinsip maqasid al-syariah.
Telaah Pemikiran Muhammad Abdul Rauf & Fazlur Rahman Tentang Insider Dan Outsider Dalam Studi Islam
Erlan Muliadi
Fikroh Vol. 6 No. 1 (2022): JUNI
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i1.704
Problem outsider dan insider dalam studi-studi agama memiliki persoalan yang pelik, yaitu mengenai siapa yang paling kompeten untuk bicara mengenai Islam, sarjana muslim sendiri (insider) atau sarjana Barat dan para orientalis (outsider)? Menjawab persoalan ini, Muhammad Abdul Rauf mencoba membangun jembatan penghubung antara pengkaji Islam dari Barat dan dari kalangan Muslim sendiri. Rauf memberikan catatan bahwa banyak prasangka dan bahaya dalam studi Islam yang dilakukan oleh Barat. Misalnya analisis studi Islam yang didasarkan pada prasangka budaya, agama, dan prasangka intelektual yang didasarkan pada supremasi budaya. Berbeda dengan Abdul Rauf, Fazlur Rahman ingin menjelaskan maksud pendirian Abdul Rauf secara lebih tepat. Rahman berpendapat bahwa laporan outsider tentang pernyataan insider mengenai pengalaman agamanya sendiri bisa sebenar laporan insider sendiri. Yang paling penting adalah kejujuran akademis dalam memahami Islam. Sehingga, hasil kajian Islam dari para outsider menyumbangkan gagasan-gagasan besar ilmiah yang memicu gerakan intelektual dalam peradaban Islam.
Epistemology Sintesisme Empirisisme-Rasionalisme Immanuel Kant dan Implikasinya Bagi Ilmu-ilmu Sosial Keagamaan
Masdani;
Hendra Adi Saputra
Fikroh Vol. 6 No. 1 (2022): JUNI
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i1.705
Jejak Aufklarung mengiringi kehidupan Immanuel Kant pada abad ke18. Disebut Aufklarung (Inggris: Enlightenment), karena manusia mulai sadar, bahwa sumber kebenaran atau pengetahuan tidak hanya didapatkan dari otoritas institusi gereja, masjid, kelompok-kelompok keagamaan atau orang-orang bijak, melainkan kebenaran dapat ditemukan bagi mereka yang menyadari kesalahan (pengalaman), kemudian memulai aktifitas berfikir. Pengabungan dua macam tesis inilah yang membuat Immanuel Kant terkenal sebagai seorang flosof dengan manifestasi filsafat kritisnya. Menurut Kant, condong kepada salah satu saja dari metode mencari sumber kebenaran antara Empirisme atau Rasionalisme, maka akan terjerumus dalam kelemahan pengetahuan. Oleh karena itu, untuk menemukan kepastian itu, Kant menawarkan dua buah rumusan yang disebut a priori dan aposteriori yang akan disintesiskan menjadi suatu rumusan yang saling melengkapi. Kajian mengenai dua hal ini menjadi kajian yang menarik untuk didiskripsikan dan bagaimana pula apabila dikaitkan dengan kehidupan sosial-keagamaan.
Tipe Kepribadian Sang Petarung Peresean diantara Muslim Sasak: Analisis Psiko-Sosio-Antropologis
Mastur
Fikroh Vol. 6 No. 1 (2022): JUNI
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i1.706
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengungkap aspek personalitas Petarung Peresean yang ada diantara muslim Sasak di Lombok. Aspek personalitas yang penulis anggap penting untuk diperbincangan terkait Petarung Peresean adalah aspek kecenderungan tipe kepribadian. Kenapa aspek kencenderungan tipe kepribadian ini yang penting? Karena secara teoritik pilihan perilaku seseorang didasarkan oleh tipe kepribadian tertentu, pun demikian tidak semua anggota etnis Sasak memiliki pilihan tingkah laku menjadi petarung peresean. Fakta ini tentu saja memunculkan pertanyaan sekaligus hipotesis terkait hubungan antara kecenderungan tipe kpribadian dengan pilihan tingkah laku menjadi petarung peresean. Untuk mengungkap aspek psikologis pada Petarung Peresean tersebut di atas, elaborasi dari tiga perspektif yaitu psikologi, sosiologi dan antropologi digunakan. Ketiga pendekatan tersebut harus dihadirkan secara bersama-sama sebab tradisi pertarungan peresean pada masyarakat Sasak ini selain merupakan tradisi ia juga merupakan realitas sosiologis dan psikologis sekaligus. Secara metodologis penulis menggunakan statistik deskriptif-korelasional dengan instrument skala tipe kepribadian Eysenck. Hasil analisis elaboratif menunjukkan bahwa secara psikologis Petarung Peresean memiliki kecenderungan bertipe kepribadian ekstraversion. Artinya, Petarung Peresean cenderungan mengarahkan energi personalnya keluar dirinya yang berupa tingkat keaktifan yang tinggi, kemampuan sosial di atas rata-rata dan berinisiatif dalam mengambil resiko.
Metode Tafsir Sosial Fazlur Rahman
Ahmad Nabil Amir
Fikroh Vol. 6 No. 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i2.711
The paper examines the significance sociological ideas of Fazlur Rahman (1919-1988) and his methodological principles in interpreting the Qur’an which was laid out in his works, such as Major Themes of the Qur’an and Islam (University of Chicago Press, 1979). It attempts to set forth his modern and critical outlook of the Quran that formed his revisionist and contextualist approaches in his commentary and its essential textual understanding as derived from his major philosophical and religious works such as Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy (University of Chicago Press, 2011) Islamic Methodology in History, and Revival and Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism (Oneworld Publications, 1999). The basic principle of this methodology was structured from critical historical analysis and contextual and thematic approaches that formed his progressive outlook and modern worldview of the Quran with deep philosophical and theological reasoning and argumentative kalam viewpoints and dynamic ethical-legal principle and significance spiritual and moral foundation.
Korelasi Pemikiran Nashr Hamid Abu Zaid dalam Mafhum al-Nashsh dengan Ideologi Mu’tazilah
Muhamad Saleh Sofyan
Fikroh Vol. 6 No. 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i2.760
Nashr Hamid Abu Zaid merupakah tokoh pembaharu yang kontroversial. Pemikirannya telah menginspirasi banyak ilmuan muslim dalam kajian-kajian keislaman. Di sisi lain, lantaran pemikirannya yang dianggap radikal, pada tahun 1995 Pengadilan Mesir menghukumi Nashr Hamid sebagai kafir. Oleh karena sifatnya yang kontroversial inilah penulis tertarik untuk mengkaji pemikiran Nashr Hamid dari berbagai perspektif. Dalam kajian ini penulis akan mengulas korelasi pemikiran Nashr Hamid dalam karyanya Mafhum al-Nashsh dengan ideologi Mu’tazilah. Penulis mengambil beberapa tema dalam karya Mafhum al-Nashsh guna mendapatkan gambaran kerangka pemikiran Nashr Hamid. Selanjutnya hasil bacaan tersebut penulis korelasikan dengan framework pemikiran Mu’tazilah.
Islam Dan Pendidikan Pluralisme: Menampilkan Wajah Islam Toleran Melalui Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan
Muhamad Arfan
Fikroh Vol. 6 No. 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i2.761
Perlunya memperbaharui dan mengembangkan kurikulum PAI yang berbasis keanekaragaman tersebut dengan suatu pertimbangan kurikulum dan metode merupakan elemen penting dalam proses belajar mengajar. Berhasil dan tidaknya suatu tujuan pendidikan tergantung kurikulum yang dipersiapkan dan metode yang digunakannya. Tidak relevannya kurikulum dan metode yang dikembangkan di suatu sekolah dengan realitas kehidupan yang dialami oleh siswa, menyebabkan siswa teraliniasi dari lingkungannya alias tidak bisa peka terhadap perkembangan yang terjadi disekitarnya. Hal ini berarti, dalam konteks globalisasi, sekolah tersebut telah “gagal” untuk mengantarkan peserta didiknya untuk menjadi “anak” yang cerdas, tanggap dan dapat bersaing dipasaran bebas. Selain itu, pentingnya mereformasi kurikulum PAI dengan menampilkan wajah Islam toleran dapat dijelaskan dari sudut pandang filsafat perenialisme, esensialisme dan progresifisme. Dalam pandangan perenialisme kurikulum adalah "construct" yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan. Sementara dalam prespektif filsafat progresivisme, posisi kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa depan dimana kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan. Dari sinilah sangat memungkinkan untuk mengajarkan prinsip –prinsip ajaran Islam yang humanis, demokratis dan berkeadilan kepada peserta didik. Sebuah prinsip-prinsip ajaran Islam yang sangat relevan untuk memasuki masa depan dunia yang ditandai dengan adanya keanekaragaman budaya dan agama.
Diseminasi Hak Asasi Manusia : Sejarah Perkembangan HAM di Indonesia
Saipul Arip Watoni
Fikroh Vol. 6 No. 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i2.770
Artikel ini mencoba membedah kajian mengenai hal HAM dilihat dari prespektif sejarah dan tidak lupa pula kemudian melihat beberapa konteks Ham yang ada di Indonesia sehingga mampu memberikan wawasan keimuan dan pondasi pemahaman dalam sejarah perkembangannya di Indonesia. dan kekuasaan pemerintah, bahkan HAM memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi, yaitu tuhan. Di Indonesia, hal ini di tegaskan dalam UU No.39/1999 tentang hak asasi manusia yang mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa.
Metode Memahami Ajaran Islam Menurut Mukti Ali
Irwan Supriadin
Fikroh Vol. 6 No. 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37216/fikroh.v6i2.799
Metode memahami ajaran islam adalah suatu pemikiran baru dalam pembaharuan islam yang hasilkan oleh Prof. Dr. H. Abdul Mukti Ali, dengan cara pemahaman islam yang menggunakan pendekatan scientific-cum-doctrinaire. Pendekatan ini bertujuan untuk mengkolaborasikan antara normative dengan empirs, antara tekstual dengan kontekstual. Mukti Ali merupakan seorang intelektual muslim yang menguasai betul tentang agama islam terkhusus pada disiplin ilmu perbandingan agama. Beliau lahir di desa balun sudagaran cepu tanggal 23 agustus 1923, nama kecil beliau biasa di sapa soedjono (sujono), sedangkan nama Abdul Mukti Ali beliau di beri Oleh K.H. Abdul Hamid pasuruan beliau ini merupakan gurunya. Mukti Ali banyak menempuh Pendidikan baik dari dalam negeri maupun diluar negeri, sehingga menghasilkan keahlian pada bidang ilmu perbandingan agama, dengan itu ia dipercayakan untuk menjadi Menteri agama pada masa orde baru tahun 1971-1978. Selama menjabat sebagi Menteri agama, beliau banyak memperkenalkan pemikirannya yang sangat popular dalam memahi ajaran islam dengan menggunakan pendekatan scientific-cum-doctrinaire. Pemikiran ini lahir atas dasar pemahaman agama di Indonesia tidak stabil bisa dianggap lemah.