cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
REKA GEOMATIKA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
Membangun Geodatabase Kelautan untuk Mendukung Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Raditia Isawisuda
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antarsektor, antara pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mengoptimalkan usaha eksplorasi sumber daya laut dan mengelola kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengumpulkan data-data yang berisi informasi kelautan. Untuk memudahkan dalam menganalisis data dan informasi tersebut, maka diperlukan metode dan alat bantu dengan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) agar kebutuhan data dan informasi KKP dapat dipenuhi secara cepat, tepat, dan akurat. Di dalam SIG terdapat basis data yang mempunyai referensi geografis (georeference) atau disebut juga geodatabase, sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya geodatabase kelautan dan pulau-pulau kecil yang sudah terintegrasi dengan baik, sehingga dapat mendukung pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kata kunci: SIG, geodatabase, kelautan, wilayah pesisir, pulau-pulau kecil. Abstract Management of coastal zones and small islands is a process of planning, utilization, monitoring, and control of coastal resources and the small islands between sectors, between government and local governments, between the terrestrial and marine ecosystems, and between science and management to improve the prosperity society. In order to optimize exploration efforts of marine resources, coastal, and small islands, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries collect data that contains information of the sea. In order to analyse the data and information easily, KKP requires methods and tools using technology of Geographic Information System (SIG) so as the data and information of the ministry can be met quickly, accurately, and accurate. In GIS contain database that has a geographic reference or also called the geodatabase. The results of this study is establishment of the marine and small islands geodatabase that are well integrated, so that it can support the management of coastal areas and small islands. Keywords: GIS, geodatabase, marine, coastal zone, small islands.
Identifikasi Daerah Prospek Panas Bumi dengan Menggunakan Teknik Pengindraan Jauh (Studi Kasus: Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut) Hary Nugroho; Mohamad Farhan Fadhilah
REKA GEOMATIKA Vol 2018, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPertambahan jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan energi. Sumber energi dari fosil semakin hari semakin menipis sehingga perlu ada upaya pencarian energi terbarukan. Salah satu potensi energi terbarukan yang banyak tersebar di Indonesia adalah energi panas bumi. Indonesia memiliki 40% potensi energi panas bumi dunia. Umumnya daerah prospek panas bumi berada pada daerah vulkanik yang dikelilingi oleh vegetasi rapat. Salah satu cara untuk mengetahui lokasinya adalah menggunakan metode pengindraan jauh. Teknologi pengindraan jauh ini dapat digunakan pada tahap awal identifikasi yang selanjutnya dapat didalami menggunakan teknik geofisika dan geokimia. Citra pengindraan jauh yang digunakan dilakukan analisis melalui suhu kecerahan atau brightness temperature untuk selanjutnya diintegrasikan dengan data kelurusan, struktur geologi, dan manifestasi panas bumi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa daerah prospek panas bumi terletak di kawasan Gunung Papandayan yang mencakup Desa Sirnajaya, Karamatwangi, Cisurupan, Cisero, Cidatar, Sukatani, Cipaganti, dan Sukawargi. Daerah prospek terletak di dataran tinggi dengan suhu kecerahan yang beragam antara 12,8°C-42,8°C.Kata kunci: panas bumi, pengindraan jauh, suhu kecerahan, manifestasiABSTRACTPopulation growth has resulted in increased energy demand. Energy sources from fossils will soon run out, so we need renewable alternative energy sources. One of the potential renewable energy that is widely spread in Indonesia is geothermal energy. Indonesia has 40% of the world's geothermal energy potential. Generally, geothermal prospect areas are in volcanic areas surrounded by dense vegetation. How to find out the location, one of which is the application of remote sensing methods. This remote sensing technology can be used at the initial stage of identification which can then be explored using geophysical and geochemical techniques. The image was processed and analyzed to obtain brightness temperature. These results were then integrated with geological structure, and geothermal manifestations. The prospect area obtained is located in the area of Mount Papandayan which includes the villages of Sirnajaya, Karamatwangi, Cisurupan, Cisero, Cidatar, Sukatani, Cipaganti, and Sukawargi. This region is located in the highlands with brightness temperature varying between 12.8°C-42.8°C.Keywords: geothermal, remote sensing, brightness temperature, manifestation
Pemodelan Permukaan Digital Data Magnetik Survei Geofisika Udara menggunakan Metode Geostatistika untuk Ekplorasi Mineral (Daerah Studi: Wilayah Komopa, Papua) Hary Nugroho; Dewi Kania Sari; Rika Hernawati
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDalam interpretasi data, data hasil survei geofisika udara umumnya perlu diubah menjadi model permukaan digital atau digital terrain model (DTM). Hal ini sebagai langkah untuk memudahkan dalam memahami kondisi data secara keseluruhan. Untuk membuat DTM banyak metode yang dapat diterapkan. Salah satu di antaranya adalah dengan metode Geostatistika Kriging. Penerapan metode Geostatistika Kriging dapat menggunakan berbagai macam teknik di antaranya adalah teknik Simple Kriging dan Disjunctive Kriging. Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan DTM untuk data magnetik dengan menggunakan kedua teknik ini dengan aproksimasi Gaussian Kernel dan Density Skew. Wilayah studi pada penelitian ini adalah wilayah Komopa, Kabupaten Painai, Provinsi Papua yang merupakan wilayah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia. Adapun data yang digunakan adalah data hasil survei geofisika udara yang dilakukan pada periode 1983-1984. Hasil pemodelan yang diperoleh dari kedua teknik tersebut selanjutnya dibandingkan dan diperoleh hasil bahwa teknik Disjunctive Kriging dengan aproksimasi Density Skew lebih baik daripada teknik Simple Kriging dengan aproksimasi Gaussian Kernels maupun Density Skew.Kata kunci: survei geofisika udara, magnetik, DTM, geostatistika, krigingABSTRACTIn data interpretation, airborne geophysical survey results generally need to be transformed into a digital terrain model (DTM). This is an effort to facilitate in understanding the condition of the whole of data. To make the DTM, many methods can be applied. One of them is Kriging geostatistical method. Application of Kriging geostatistical method can use various techniques such as Simple Kriging and Disjunctive Kriging technique. In this research DTM processing for magnetic data has been performed by using both of these techniques with Gaussian Kernel and Density Skew approximation. The study area in this study is the area of Komopa, Painai District, Papua Province which is the area of Work Contract of PT. Freeport Indonesia. The data used is the data of airborne geophysical survey conducted in the period 1983-1984. The modelling results from the two techniques were then compared and the results showed that the Disjunctive Kriging technique with Density Skew approximation is better than Simple Kriging techique with Gaussian Kernels and Density Skew approximation.Keywords: airborne geophysical survey, magnetic, DTM, geostatistics, kriging
Model Area Alur Laut Kepulauan Berdasarkan Pairwise Comparison di Selat Ombai dan Lety Endro Sigit Kurniawan; Albertus Deliar; Eka Djunarsjah
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPerubahan konstelasi geopolitik wilayah Timor-Timur sesuai pendapat rakyatnya lebih memilih mendirikan negara baru yaitu Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Perubahan ini berdampak terhadap penarikan garis batas maritimnya, yang semula berada di selatan Timor-Timur antara RI-Australia menjadi berada disebelah utara antara RI-RDTL di Selat Ombai dan di Selat Lety. Penelitian ini memodelkan skema Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang memasukkan perubahan geopolitik berdasarkan metode Pairwise Comparison (PC). Hasil penelitian menunjukkan empat skema konsisten yaitu skema 1,2,3,4. Kondisi skema tersebut adalah 1=AL>HI, AL>IN, HI>IN; 2=AL<HI,AL>IN, HI>IN; 3=AL<HI, AL<IN, HI>IN; and 4=AL<HI, AL<IN, HI<IN (AL: kritera Aspek Legal, HI: kriteria Hidrografi, AN: kriteria Aktivitas Navigasi). Proses gradasi dari keempat skema menghasilkan interval skor terbesar dan hasilnya menunjukkan perbedaan dalam unsur spasialnya. Skema satu membentuk lebih dari satu unsur spasial, sedangkan skema 2,3,4 membentuk satu unsur spasial saja. Berdasarkan hasil ini skema 2,3,4 tidak membentuk suatu area alur navigasi yang dapat menghubungkan satu wilayah perairan ke wilayah perairan yang lain, sementara unsur spasial skema 1 membentuk area alur navigasi yang menghubungkan satu wilayah perairan ke wilayah perairan yang lain. Skema satu menjadi rekomendasi sebagai model area untuk merivisi alur laut. Kata kunci: ALKI, Timor Leste, Pairwise Comparison, Selat Ombai, Selat LetyABSTRACTGeopolitical of Timor-Leste has changed after the Timorese voted for independence and built new country called DemocraticR epublic of Timor-Leste (RDTL). The change impacts maritime boundaries between RDTL and Republic of Indonesia (RI). Before independence the maritime boundary is in southern RDTL between the RI and Australia, and now the boundary is in north between RI-RDTL within Ombai and Lety straits. This research models the Archipelagic Sea Lanes of Indonesia (ALKI) scheme by including the geopolitical changed and using Pairwise Comparison (PC) method. Results show there are four consistent schemes (1 to 4 scheme) and the scheme conditions are 1=AL>HI, AL>IN, HI>IN; 2=AL<HI, AL>IN, HI>IN; 3=AL<HI ,AL<IN ,HI>IN; and 4=AL<HI, AL<IN, HI<IN (AL: Law criteria; HI: Hydrographic criteria, AN: Activity Navigation criteria). Scheme gradiation process results higher score and it shows spatial aspect differences. Scheme 1 has more than one spatial aspect, while scheme 2, 3, 4 has only one spatial aspect. Based on this result, scheme 2,3,4 do not forming sea line which connect one island to other island in Indonesia Archipelago. Meanwhile, scheme 1 forms sea line conecting islands in Indonesia Archipelago. In that matter, model recommendation for sea line revision is scheme 1. Keywords: ALKI, Timor Leste, Pairwise Comparison, Ombai Strait, Lety Strait
ANALISIS DEFORMASI GUNUNGAPI GEDE BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS KONTINU 2017-2018 Abhie Adhiguna; Henri Kuncoro; Estu Kriswati
REKA GEOMATIKA Vol 2020, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v2020i1.3470

Abstract

ABSTRAKGunungapi Gede berada di tiga wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Gunungapi Gede ini memiliki ketinggian 2.985 meter di atas permukaan laut yang diklasifikasikan sebagai Gunungapi aktif tipe strato.Tercatat letusan pertama kali nya pada tahun 1747-1748 yang sangat hebat yang menyebabkan aliran lava yang terjadi sepanjang 2km dan letusan terakhir kali nya pada tahun 1957, namun ini bukan merupakan hal yang melegakan karena semakin lama suatu Gunungapi tidak aktif dan bila terjadi letusan, akan merupakan letusan yang sangat besar dan hebat (Katili, 1992). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan berapa besar nilai Baseline Change Rate dari setiap Baseline yang dibentuk dati titik-titik pantau dan mengetahui gejala deformasi yang terjadi di Gunungapi Gede dengan menggunakan data pengamatan GPS tahun 2017-2018 yang berada di Gunungapi Gede yaitu CLDO, MKRJ, MKRW, PSBL dan PUTR. Hasil nilai perhitungan kecepatan perubahan jarak pada setiap Baseline memiliki nilai -0.00211±0.00379 strain/tahun sampai -0.04177±0.03303 strain/tahun, secara visualisai bersifat kompresi (perpendekan Baseline). Namun apabila Error Rate > Rate dapat dinyatakan Gunungapi Gede tidak mengalami deformasi dan di anggap diam, bahwa hal tersebut menunjukan masih dalam zona aman. Kata Kunci : Gunungapi Gede, Kecepatan Perubahan Jarak, Gejala Deformasi ABSTRACTGunungapi Gede is located in three regencies, namely Bogor Regency, Cianjur Regency and Sukabumi Regency, West Java. Gede Volcano has an altitude of 2,985 meters above sea level which is classified as a strato type active volcano. The first eruption was recorded in 1747-1748 which was very great which caused lava flow that occurred along 2km and the last eruption was in 1957, but this is not a relief because the longer a volcano is inactive and if an eruption occurs, it will is a very large and powerful eruption (Katili, 1992). This study aims to determine how much the Baseline Change Rate value of each Baseline formed from the monitoring points and find out the symptoms of deformation that occurred in Mount Gede by using GPS observation data for 2017-2018 located in Mount Gede, namely CLDO, MKRJ, MKRW , PSBL and PUTR. The results of the calculation of the speed of change in distance at each Baseline has a value of -0.00211 ± 0.00379 strains / year to -0.04177 ± 0.03303 strains / year, visualization is compression (short for Baseline). However, if the Error Rate> Rate can be stated Volcano Gede is not deformed and is considered silent, that it shows that it is still in a safe zone. Keywords : Mount Gede, Baseline Change Rate, Symptoms Of Deformation
Analisis Baseline Change Rate Pada Gunung Guntur Berdasarkan Data Pengamatan GPS Kontinu 2016-2018 Diki Firman Kusnadi; Henri Kuncoro; Sucahyo Adi
REKA GEOMATIKA Vol 2020, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v2020i2.3471

Abstract

ABSTRAKGunung Guntur terletak di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat pada posisi geografi 7° 8' 52.8" LS dan 107° 50' 34.8" BT. Sejak tahun 1600 Gunung api aktif tipe A ini tercatat sudah 22 kejadian erupsi dan telah mengakibatkan korban jiwa serta menghancurkan permukiman (Hendrasto, 2009). Gunung Guntur telah lama tidak mengalami erupsi, dan erupsi terakhir terjadi pada tahun 1847. Sampai saat ini Gunung Guntur masih mengalami fase istirahat, tercatat sudah 162 tahun Gunung Guntur dalam fase istirahat (dormant). Karakteristik pada Gunung Guntur bertipe stratovolcano yang aliran larvanya lebih dominan dan lebih terlihat jelas visualnya, hal ini bisa memudahkan dalam identifikasi dan pemetaan pada Gunung Guntur. Dengan melakukan pengamatan pada tubuh Gunung Guntur setiap harinya menggunakan metode deformasi. Tujuan pada penelitian ini untuk menentukan Baseline Change Rate dan karakteristik deformasi pada Gunung Guntur tahun 2016-2018 dengan data pengamatan GPS pada stasiun POST, SODN, CTSG, dan MSGT. Titik stasiun POST digunakan sebagai titik referensi lokal dan untuk titik yang selebihnya digunakan sebagai titik pantau. Pada titik pengamatan yang memiliki nilai Rate terbesar berada pada stasiun MSGT-SODN dengan nilai -0.0849 ±0.8672 µstrain/yr. Pada titik pengamatan yang memiliki nilai rate terkecil berada pada stasiun CTSG-MSGT dengan nilai -0.0086 ±0.4022 µstrain/yr. Nilai yang didapatkan setiap titik stasiun pengamatan dalam rentang tahun 2016-2018 pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada setiap titik pengamatan memiliki nilai kecil, maka pada Gunung Guntur tidak terjadi adanya deformasi (diam). Kata Kunci : Baseline Change Rate, deformasi, Gunung api Guntur ABSTRACTGuntur Mountain is located in Garut Regency, West Java Province in the geographical position 7 ° 8 '52.8 "latitude and 107 ° 50' 34.8" east longitude. Since 1600 active volcanoes of  this type A has recorded 22 eruption events and has caused casualties and destroyed settlements (Hendrasto, 2009). Guntur Mountain hasn’t been erupted for a long time, and the last eruption occurred in 1847. Until now Guntur Mountain has been experiencing a resting phase, it has been recorded 162 years of Guntur Mountain in a resting phase (dormant). The characteristics of Guntur Mountain type is stratovolcano whose lava flow is more dominant and more clearly visible visually, this can make it easier to identify and mapping of Guntur Mountain. By observing the body of Guntur Mountain every day using the deformation method. The purpose of this study was to determine the Baseline Change Rate and deformation characteristics of the Guntur Mountain in 2016-2018 with GPS observation data at POST, SODN, CTSG, and MSGT stations. POST station points are used as local reference points and for the remaining points used as monitoring points. At the observation point which has the largest rate value is at the MSGT-SODN station with a value of -0.0849 ±0.8671 µstrain/yr. At the observation point which has the smallest rate value is at the CTSG-MSGT station with a value of -0.0086 ± 0.4022 µstrain/yr. The value obtained at each observation station point in the range year from 2016 to 2018 on the results of the study shows that at each observation point has a small value, then the Mount Guntur does not occur deformation (steady).Keywords : Baseline Change Rate, deformation, Guntur volcano

Page 10 of 10 | Total Record : 96