cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
REKA GEOMATIKA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
Penerapan Model Deformasi Horizontal Mogi untuk Prediksi Perubahan Volume Sumber Tekanan pada Gunungapi Guntur SETYA, APRIS; C. PERBANI, N. M. R. RATIH; ROSADI, UMAR
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v1i2.349

Abstract

ABSTRAK Gunungapi Guntur merupakan gunungapi aktif yang memiliki potensi bencana letusan yang berulang, maka aktivitasnya perlu diamati secara kontinu. Informasi lokasi dan perubahan volume sumber tekanan sangat bermanfaat dalam pemantauan aktivitas gunungapi. Model Mogi [Mogi, 1958] dapat digunakan dalam penentuan perubahan volume sumber tekanan. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan parameter-parameter Model Mogi berupa jarak radial antara titik pantau terhadap sumber tekanan, kedalaman sumber tekanan menggunakan gridding, dan perubahan volume sumber tekanan menggunakan teknik kuadrat terkecil. Kedalaman sumber tekanan ditentukan dalam rentang 5 sampai dengan 10 km dengan interval 1 km. Parameter jarak radial sumber tekanan terhadap titik-titik pantau diambil dari Kawah Masigit terhadap tiga titik pantau (Citiis (CTSG), Masigit (Msgt) dan Sodong (SODN)) periode Februari 2012 s.d April 2013. Teknik kuadrat terkecil diterapkan untuk penentuan parameter perubahan volume sumber tekanan. Hasil deformasi horizontal Model Mogi diuji kemiripannya dengan hasil pengukuran menggunakan goodness of fit χ2. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai best fit pada kisaran kedalaman 5 km. Pola perubahan volume pada umumnya bersifat periodik, dengan periode antara dua setengah sampai dengan tiga bulan dengan nilai fluktuasi yang beragam. Kata kunci: Model Mogi, gridding, kuadrat terkecil, goodness of fit χ2 ABSTRACT Mount Guntur is vulcano active and has the potential disaster eruption could happen then activity Guntur vulcano need observed continuously. Information about the location and volume changes source pressure will be very beneficial in monitoring activities Guntur vulcano. Model mogi [ mogi, 1958] is one model that can be used in the determination volume changes source pressure. Least square adjustment worn to solving parameters volume changes source pressure, while parameters depth source pressure using methods gridding in range depth 5 s.d 10 km by intervals 1 km and parameters distance radial source pressure upon observation points taken from Masigit crater. With the data deformation toward the horizontal on observation points citiis ( ctsg ), masigit ( msgt), and sodong ( sodn ) period february 2012 - april 2013. Deformation horizontal results model mogi will be done testing similarities data with deformation horizontal result of measurement GPS using goodness of fit χ2 method. Result goodness of fit χ2 method produce the best value lies in the depth around 5km Pattern of volume changes in general be periodic, with a period between two a half to three months  with a variety of value fluctuations. Keywords: Guntur Vulcano, Least Square Adjusment Mogi Models, volume changes source pressure
Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS GURANDHI, MUHAMMAD FARIZI; RUDIANTO, BAMBANG
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v1i2.492

Abstract

ABSTRAKTingkat ketelitian posisi pada survei GPS akan bergantung pada bagaimana cara memperlakukan faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian tersebut. Ketelitian yang akan didapatkan dalam penentuan posisi pada survei GPS mengacu pada spesifikasi teknik yang telah ditetapkan. Penelitian ini merupakan kajian empirik dalam penetapan spesifikasi teknik pada survei GPS berdasarkan pengalaman praktis dan hasil pengukuran lapangan sebelumnya. Implementasi terhadap penetapan spesifikasi teknik menghasilkan ketelitian posisi horisontal di bawah 2 cm dan posisi vertikal di bawah 4 cm. Ketelitian yang diperoleh dari hasil implementasi spesifikasi teknik yang ditetapkan lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.Kata kunci: survei GPS, ketelitian posisi titik, spesifikasi teknikABSTRACTPoint positioning accuracy of GPS surveying generated will depend how to treat the factors that influence. Accuracy that would be obtained in a GPS surveying refers to the Terms of Reference (TOR) that have been set. This research is an empirical study on the determination of the Terms of Reference at the GPS surveying results based on practical experience and field measurements that have been done before. Implementation of the determination of the Terms of Reference generates horizontal position accuracy below 2 cm and a vertical position under 4 cm. Implementation of the Terms of Reference resulted in a better position accuracy than ever before.Keywords: GPS surveying, accuracy the position point, term of reference
Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah Setiadi, Joko
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v1i1.246

Abstract

Abstrak Penggunaan receiver GPS RTK (Real Time Kinematic) pada metode ekstraterestrial untuk penentuan posisi titik saat ini sudah banyak diterapkan. Penelitian ini bertujuan mengkaji sampai sejauh mana ketelitian posisi titik yang diperoleh dari hasil pengukuran secara ekstraterestrial menggunakan GPS RTK untuk pemetaan bidang-bidang tanah berikut kekurangan dan kelebihannya. Dari hasil pengukuran didapat ketelitian rata-rata hasil pengukuran posisi titik menggunakan GPS RTK dibandingkan dengan menggunakan alat ETS (Electronic Total Station) adalah sebesar 0,214 m sehingga dapat diterapkan untuk pembuatan peta skala 1 : 500. Untuk daerah yang terbuka, pengukuran bidang tanah menggunakan GPS RTK memerlukan waktu dua kali lebih cepat dibandingkan dengan ETS. Walaupun GPS RTK mempunyai keunggulan dalam hal efisiensi proses pengukuran di lapangan sehingga dapat mempersingkat waktu pengukuran, akan tetapi memiliki kekurangan dalam hal ketelitian data terutama pada area pengukuran yang tertutup. Kata kunci: GPS RTK, ETS, posisi titik, ekstraterestrial.   Abstract The use of RTK GPS receiver (Real Time Kinematic) on extraterrestrial method for point positioning h widely applied. The purpose of this study is to examine the point position accuracy obtained from the measurements using GPS RTK for extraterrestrial mapping plots, including its advantages and disadvantages. Measurement accuracy of the results obtained from the average measurement point positioning using GPS RTK compared using the ETS tool is equal to 0.214 m, so that it can be applied for map making of scale 1: 500. For open areas, field measurements using GPS RTK can be performed by two times faster than using ETS. Although GPS RTK has advantages in terms of measurements process efficiency in the field so as to shorten the time of measurement, but has shortcomings in terms of accuracy of the data, especially in an enclosed area measuring. Keywords: GPS RTK , ETS, point position, extraterrestrial.
Estimasi Kedalaman Pusat Tekanan dan Volume Magma dari Hasil Perbandingan Nilai Maksimum Deformasi Horizontal dan Vertikal Hasil Pengamatan GPS Real-Time Kontinu KURNIA, HARRI DWI; C. PERBANI, N. M. R. RATIH; ROSADI, UMAR
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v1i2.350

Abstract

ABSTRAK Gunungapi Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara terakhir meletus pada tahun 2010 sehingga perlu dilakukan pemantauan deformasi sebagai  antisipasi terhadap bahaya letusan. Model Mogi menggunakan perbandingan dari deformasi horizontal dan vertikal untuk mengestimasi kedalaman pusat tekanan untuk selanjutnya mengestimasi volume material dapur magma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi kedalaman pusat tekanan dan volume material dapur magma Gunungapi Sinabung dengan menggunakan perbandingan nilai maksimum dari jarak horizontal, deformasi horizontal, dan deformasi vertikal. Pemantauan yang dilakukan dengan pengamatan GPS real time kontinu pada titik tiga pantau, yaitu Gurukinayan (GRKI); Lawukawar (LWKR); dan Sukanalu (SKNL). Deformasi horizontal dan vertikal yang digunakan adalah yang memiliki nilai kurang dari 0,5 meter. Hasil dari nilai maksimum deformasi horizontal adalah 0,410 meter; nilai maksimum deformasi vertikal adalah 0,326 meter; dan nilai maksimum dari jarak horizontal adalah 9.446,963 meter. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai kedalaman pusat tekanan estimasi adalah 11.358,887 m ≈ 11,4 km dengan simpangan baku ± 412,925 m ≈ ± 0,4 km dari puncak kawah Gunungapi Sinabung dan hasil volume magma estimasi Gunungapi Sinabung adalah 266.155.980,655 m3 dengan simpangan baku ± 6.574.227,425 m3. Kata kunci: Model Mogi, nilai maksimum, kedalaman pusat tekanan estimasi, volume magma estimasi ABSTRACT Mount Sinabung located at Karo Regency, North Sumatra last erupted at 2010 therefor need to be conducted a deformation monitoring as an anticipation of an eruption hazard. Mogi Model uses the comparison of horizontal deformation and vertical deformation to estimate the depth of pressure source for henceforth estimate the volume of magma chamber. The propose of this research is for estimate depth of pressure source and volume of magma chamber of Mount Sinabung using the comparison of horizontal distance; horizontal deformation;  and vertical deformation. These monitoring is conducted with real-time continue GPS observation on the three of monitoring point, there is Gurkinayan (GRKI), Lawukawar (LWKR); dan Sukanalu (SKNL). Horizontal and vertical deformation were used which has the value less than 0.5 meter. The result from the average of maximum value of horizontal deformation is 0.410 meter; average of maximum value of  vertical deformation is 0.326 meter; average of maximum value of  horizontal distance is 9,446.963 meters. From the result of those calculating is obtained the estimation value of the pressure source depth is 11,358.887 m ≈ 11,4 km with standart deviation is ± 412.925 m ≈ ± 0.4 km from the crater peak of Mount Sinabung and magma volume estimation of Mount Sinabung is 266,155,980.655 m3 with standart deviation is ± 6,574,227.425 m3 Keywords: Mogi Model, maximum value, depth of pressure source, magma volume
Pengaruh Waktu Pengamatan Terhadap Ketelitian Posisi dalam Survei GPS Rahman, Rina Rostika
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v1i1.247

Abstract

Abstrak Realitas pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa data hasil pengamatan dari suatu survei GPS dari waktu ke waktu menghasilkan ketelitian posisi yang berbeda. Kenyataan tersebut menarik untuk dipelajari guna mengetahui waktu-waktu yang terbaik untuk melakukan pengamatan GPS. Dalam penelitian ini diteliti pengaruh waktu pengamatan terhadap ketelitian posisi dalam survei GPS, di mana waktu pengamatan dikelompokkan menjadi 5 (lima) bagian, yaitu: pagi, siang, sore, malam, dan subuh dengan selang waktu pengamatan 3 jam, 2 jam, dan 1 jam. Dari hasil hitungan diketahui bahwa waktu pengamatan yang terbaik untuk melakukan pengukuran pada survei GPS adalah siang hari sampai sore hari, yaitu sekitar pukul 11.00-18.00 WIB. Kata kunci: GPS RTK, ETS, posisi titik, ekstraterestrial.   Abstract Reality of experience in the field indicates that the measurement data of GPS survey from time to time result in different position accuracy. It is interesting to study to know the best times for perform GPS observations. This research examined the influence of observing time to the position accuracy of GPS survey by which time observations are grouped into 5 (five) parts: morning, afternoon, evening, night, and dawn at observation intervals of 3 hours, 2 hours, and 1 hours. From the obtained result it is known that the best time to take the GPS survey measurements is during afternoon until evening at around 11.00-18.00 pm. Keywords: GPS RTK , ETS, point position, extraterrestrial.
Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS RUDIANTO, BAMBANG; YUHANAFIA, NURUL
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v1i2.489

Abstract

ABSTRAKSecara teoritik, salah satu faktor yang dapat meningkatkan ketelitian posisi pada survei GPS adalah pengikatan terhadap titik ikat. Secara geometrik, penambahan jumlah titik ikat akan meningkatkan nilai kekuatan jaring. Penelitian ini membahas aspek praktis pengaruh dari penambahan titik ikat terhadap peningkatan ketelitian posisi titik dalam suatu survei GPS. Geometri jaring berbentuk jaring segitiga yang diikatkan terhadap 1 titik, 2 titik , dan 3 titik ikat. Pengukuran dilakukan dengan metode diferensial statik menggunakan receiver GPS satu frekuensi. Jaring GPS yang diteliti termasuk dalam klasifikasi jaring GPS baseline pendek, dengan panjang baseline di bawah 5 km, sedangkan panjang baseline pengikatan diklasifikasikan sebagai baseline menengah, dengan panjang baseline bervariasi dari 18,70 km sampai dengan 40,01 km. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya jumlah titik ikat yang digunakan dalam proses hitungan penentuan posisi pada survei GPS akan meningkatkan ketelitian posisi horizontal, namun di sisi lain ketelitian tingginya akan menurun. Untuk penggunaan titik ikat lebih dari 1 titik, penggunaan titik-titik ikat dengan klasifikasi orde yang sejenis akan menghasilkan ketelitian posisi horizontal yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan titik-titik ikat dengan klasifikasi orde campuran. Penggunaan jumlah titik ikat sebanyak 1, 2 dan 3 titik, masing-masing akan menghasilkan ketelitian horizontal rata-rata sebesar ± 11 cm, ± 10 cm, dan ± 8 cm.Kata kunci: jumlah titik ikat, ketelitian posisi horizontal, ketelitian posisi vertikal, survei GPSABSTRACTTheoretically, one of the factors that can increase the positioning accuracy of GPS surveying is binding to the control point. Geometrically, the addition of a control point will increase strengh of figure.This study discusses the practical aspects of the effect of the addition of a control point to increase position accuracy in a GPS survey.Geometrical observation is a triangular nets are tied to one, two, and three control point. Observations were performed by static differential method using a single frequency GPS receiver. Network geometry of GPS in the classification of short baseline, with long baseline under 5 km, while the length of the baseline binding classified as intermediate baseline, with baseline length varies from 18.70 km to 40.01 km.The result of this research indicate that the large number of control points used in the process in a matter of positioning accuracy of GPS surveying will increase the horizontal position, but vertical position accuracy will lowly. To use more than one control point, the use of control points with same classification order will result in a horizontal position accuracy better than the use of control points with different order classifications. Use as many as the number of control points 1, 2 and 3 points, each of which will produce an average horizontal accuracy of ± 11 cm, ± 10 cm, and ± 8 cm.Keywords: the number of control point, accuracy of the horizontal position, vertical position accuracy, GPS survey.
Membangun Geodatabase Kelautan untuk Mendukung Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Isawisuda, Raditia
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrg.v1i1.249

Abstract

Abstrak Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antarsektor, antara pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mengoptimalkan usaha eksplorasi sumber daya laut dan mengelola kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengumpulkan data-data yang berisi informasi kelautan. Untuk memudahkan dalam menganalisis data dan informasi tersebut, maka diperlukan metode dan alat bantu dengan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) agar kebutuhan data dan informasi KKP dapat dipenuhi secara cepat, tepat, dan akurat. Di dalam SIG terdapat basis data yang mempunyai referensi geografis (georeference) atau disebut juga geodatabase, sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya geodatabase kelautan dan pulau-pulau kecil yang sudah terintegrasi dengan baik, sehingga dapat mendukung pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kata kunci: SIG, geodatabase, kelautan, wilayah pesisir, pulau-pulau kecil. Abstract Management of coastal zones and small islands is a process of planning, utilization, monitoring, and control of coastal resources and the small islands between sectors, between government and local governments, between the terrestrial and marine ecosystems, and between science and management to improve the prosperity society. In order to optimize exploration efforts of marine resources, coastal, and small islands, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries collect data that contains information of the sea. In order to analyse the data and information easily, KKP requires methods and tools using technology of Geographic Information System (SIG) so as the data and information of the ministry can be met quickly, accurately, and accurate. In GIS contain database that has a geographic reference or also called the geodatabase. The results of this study is establishment of the marine and small islands geodatabase that are well integrated, so that it can support the management of coastal areas and small islands. Keywords: GIS, geodatabase, marine, coastal zone, small islands.
Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap BAMBANG RUDIANTO; RINALDY -; M. ROBBY AFANDI
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSecara teknis operasional, hitung perataan jaring data hasil survei GPS dapat dilakukan melalui dua cara yaitu: secara simultan dan secara bertahap. Perataan secara simultan dilakukan dengan cara meratakan vektor jarak 3 dimensi (Δx, Δy, Δh) secara serentak. Perataan secara bertahap dilakukan dengan cara meratakan vektor jarak 2 dimensi (Δx, Δy) dan data vektor tinggi (Δh) secara terpisah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa ketelitian rata-rata posisi horisontal dari hitung perataan secara simultan dan bertahap pada kasus jaring kuadrilateral relatif sama, namun untuk ketelitian posisi vertikal memberikan hasil yang berbeda. Ketelitian rata-rata posisi vertikal yang dihasilkan dari hitung perataan secara bertahap lebih teliti dibandingkan dengan hitung perataan secara simultan.Kata kunci : Perataan jaring GPS, hitung perataan secara simultan, hitung perataan secara bertahap, vektor jarak, ketelitian posisi horisontal, ketelitian posisi vertikalABSTRACTTechnically, network adjustment computations of GPS survey data can be done in two ways: adjustment computations by simultaneous and iteration. Adjustment computations by simultaneous is done by adjust of distance vector 3-dimensional (Δx, Δy, Δz) simultaneously. Adjustment computations by iteration is done by adjust of distance vector two dimensional (Δx, Δy) and high vector data (Δh) separately. Based on the research, obtained an average accuracy of horizontal position by means simultaneous and iteration are relatively same in case kuadrilateral nets, but for the vertical position accuracy is different. Accuracy of average vertical position which is derived from adjustment computations by iteration more accurate than adjustment computations by simultaneous.Keywords: GPS network adjustment, adjustment computations by simultaneous, adjustment by iteration, vector distance, horizontal position, vertical position accuracy
Pembangunan Sistem Pengukuran Muka Air Otomatis (Automatic Water Level Recorder) Berbasis Gelombang Akustik Untuk Pengamatan Pasang Surut Laut Agung Pandi Nugroho; Nirmawana Simarmata; Irdam Adil
REKA GEOMATIKA Vol 2019, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPasang surut adalah fenomena naik turunnya muka air. Pasut dapat diukur dengan berbagai macam metode, baik manual maupu otomatis. Pengukuran otomatis dengan menggunakan alat pengukur pasut, khususnya untuk pengukuran jangka panjang dinilai relatif lebih berbiaya rendah dibandingkan dengan pengukuran manual, akan tetapi alat pengukur pasut otomatis hampir semuanya memiliki harga yang relatif mahal sehingga diperlukan peralatan yang lebih terjangkau dan andal. Pengembangan sistem automatic water level recorder (AWLR) berbasis gelombang akustik dilakukan dengan membangun dan merancang sistem perangkat lunak maupun perangkat keras alat dengan berbasiskan perangkat open source Arduino. Alat yang dihasilkan dapat mengukur dengan baik di skala laboratorium maupun lapangan. Pengukuran skala lapangan menunjukkan RMSE 36,6 cm di daerah terpencil dan RMSE 11 cm untuk daerah yang memungkinkan alat dipasang dengan stabil.Kata Kunci : AWLR, pengukur pasut otomatis, skala lapangan, skala laboratorium.AbstractTides were phenomenon of  rising water levels. Tides could be measured by various methods, manual or automatic way. Measurements using automatic tide gauges, especially for long-term measurements, usually needed lower cost compared to manual ones, but in facts automatic tide gauges were relatively more expensive prices, so it was worthy to develop the reliable equipment with lower cost. This automatic water level recorder (AWLR) system using acoustic waves was developed by building and designing a software and hardware system based on an open source device named Arduino. The builded equipment had could reached well level in scales, laboratory or field scales. Field scale measurements showed that RMSE in outlying areas reached 36.6 centimeters and could be better for areas where tide gauges could be installed stably (11 centimeters).Keywords: AWLR, automatic tide gauges, field scale, laboratory scale
Analisis Penentuan Posisi GPS BAKO Dikaitkan dengan Adanya Perubahan Ionosfer yang Dihitung Berdasarkan TEC GISTM Pontianak Marlia, Dessi
REKA GEOMATIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Propagasi sinyal GPS dipengaruhi oleh Total Electron Content (TEC) pada ionosfer, dimana ionosfer dipengaruhi oleh aktivitas matahari. Tujuan penelitian ini adalah  menganalisis perubahan aktivitas maksimum matahari dan dampaknya terhadap ionosfer dan melihat ketelitian pengukuran posisi GPS. Pengamatan TEC dilakukan menggunakan penerima GPS yaitu GISTM Pontianak (-0.06° LS dan 109.4° BT) pada kondisi ionosfer tenang dan terganggu akibat adanya flare dan CME yang mengakibatkan badai geomagnetik dan data GPS BAKO yang merupakan hasil pengamatan di stasiun Cibinong. Hasil dan analisis menggunakan metode statistika sederhana. Badai geomagnetik yang terjadi pada tanggal 9 Maret 2012 pada jam 09.00 UT, dengan indeks Dst -133 nT menunjukkan terjadi peningkatan nilai VTEC harian sebesar 70 TECU. Badai geomagnetik yang terjadi pada tanggal 24 April 2012, dengan indeks Dst -107 nT pada jam 05.00 UT menunjukkan peningkatan nilai VTEC harian sebesar 69 TECU. Hasil pengamatan dengan menggunakan GPS frekuensi ganda yaitu GPS BAKO Cibinong menunjukkan kesalahan posisi 2-3 kali lebih besar dibandingkan pada saat tidak terjadi badai geomagnetik. Kata kunci: GPS, ionosfer, TEC, badai geomagnetik, flare, CME. Abstract Propagation GPS signals influenced by Total Electron Content (TEC) in the ionosphere, where the ionosphere influenced by solar activity. The purpose of this research was to analyze the changes of the maximum solar activity and their impact to the ionosphere and see GPS position measurement of accuracy. TEC observations made using GPS receiver is GISTM Pontianak (-0.06 °LS and 109.4 ° BT) in the quiet and disturb ionospheric conditions due to the flare and CME cause geomagnetic storms and  GPS BAKO data which is the result on observation Cibinong station. Geomagnetic storm occurance on  9 march 2012 at 09.00 UT with Dst index -133 nT. The results and analysis using a simple statistical method, showing increasing of daily  VTEC values on 9 march 2012 up to 70 TECU. Geomagnetic storm occurance  on 24 april 2012 with Dst index -107 nT at 05.00 UT showing increasing of daily VTEC values on 24 april 2012 up to 69 TECU. The result on observation by using a dual frequency GPS BAKO Cibinong showing the error position 2-3 times greater than when geomagnetic storm does not occur. Keyword : GPS, ionosphere, TEC, geomagnetic storm, flare, CME

Page 5 of 10 | Total Record : 96