cover
Contact Name
Esti Swatika Sari
Contact Email
humaniora@uny.ac.id
Phone
+628156865456
Journal Mail Official
humaniora@uny.ac.id
Editorial Address
https://journal.uny.ac.id/index.php/humaniora/about/editorialTeam
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Humaniora
ISSN : 14124009     EISSN : 25286722     DOI : https://doi.org/10.21831/hum.v26i2.40019
Jurnal Penelitian Humaniora is published by Institute of Research and Community Service, Universitas Negeri Yogyakarta Jurnal Penelitian Humaniora publishes articles of non educational research and issues related to humanity (culture, language, arts, social sciences)
Articles 275 Documents
Tradisi Nitik: Karakteristik, proses, dan makna batik Nitik Yogyakarta Aida Roihana Zuhro
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 26, No 2 (2021)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.327 KB) | DOI: 10.21831/hum.v26i2.40586

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karateristik, proses dan makna dibalik motif batik Nitik khas Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif studi literatur dan penafsiran terhadap subjek yaitu tradisi Nitik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara ahli dan seniman batik yang terdapat di Yogyakarta sebagai fenomena dalam seni tradisi. Analisis data dilakukan dengan cara interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan paparan proses tradisi nitik, karakteristik khas batik Nitik adalah tidak adanya proses pembuatan pola pada batik Nitik beserta makna filosofinya. Beberapa contoh filosofi di balik makna motif batik Nitik antara lain motif Dewi Rengganis yang mencerminkan sifat kecantikan, keluwesan, dan ketangkasan pemimpin putri; motif Jaya Kirana yang bermakna kewenangan yang termashur; serta motif Kuncup Kanthil yang erat hubungannya dengan makna ketuhanan. Pada saat ini 60 motif batik Nitik telah berhasil diidentifikasi dengan variasi motif tumbuhan. Upaya pelestarian tradisi Nitik yang dilakukan oleh pengrajin, penggiat batik, dan masyarakat daerah Trimulyo digiatkan dengan tujuan menghasilkan motif nitik terkini dan proses regenerasi sebagai upaya pelestarian budaya membatik untuk generasi muda. Nitik tradition: Characteristics, process, and meaning behind the motif of Nitik Batik YogyakartaThis study aimed to explain the characteristics, processes, and meanings behind the motif of Nitik batik, Yogyakarta. This research was conducted qualitatively by studying literature and interpretation of the subject. The data collection was carried out through observation and interviews with experts and batik artists in Yogyakarta. The data analysis was carried out through interpretation. The research results show that the exposure to the nitik tradition process, a distinctive characteristic of Nitik batik, is no pattern-making process in nitik batik and its philosophical meaning. Some examples of the philosophy behind the meaning of the nitik batik motif include the Dewi Rengganis motif, which reflects the beauty, flexibility, and agility of female leaders; the Jaya Kirana motif, which means the famous authority; and the Kuncup Kanthil motif, which is closely related to the meaning of divinity. At this time, 60 nitik batik motifs have been identified with various plant motifs. Efforts to preserve the Nitik tradition carried out by artisans, batik activists, and the people of the Trimulyo area are intensified to produce the latest nitik motifs and the regeneration process to preserve batik culture for the younger generation.
Black feminism interpretation in Maya Angelo's poems with figurative language and imaginary analysis Heni Alghaniy Maulidina
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 26, No 1 (2021)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.132 KB) | DOI: 10.21831/hum.v26i1.42486

Abstract

Poetry is one type of literary work that has characteristics and characteristics makes it different from other literary works. Currently there are many poems written using the experience of discrimination as an object due to various conditions appearing in society. Besides that, there are also many female poets who writing poetry using a feminist approach. The purpose of this study is to identify the types of figurative language and images related to Maya Angelou in black feminism in her poetry. It also analyzes the influence of Maya Angelou's black feminist thought reflected in her poetry through figurative words and images. In this qualitative study, the authors use a descriptive method through several steps, preparation, data collection, and data analysis. The focus of this research is the analysis of figurative language, types of images, and black feminism in Maya Angelo's poems. The figurative language and imagination used in the poems are diverse, such as metaphor, personification, paradox, symbol, irony, irony, visual imagery, and auditory imagery.  In this analysis it can be concluded that black feminism movement are courageous, brave and outspoken.Keywords: Black Feminism, Figurative Language, Imaginary, Maya Angelou, Poems
Implementasi nilai pendidikan karakter melalui pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi Shofi Nurul Hikmah
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 26, No 2 (2021)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v26i2.40019

Abstract

enelitian ini bertujuan untuk mengukur ketercapaian dari implementasi nilai pendidikan karakter melalui Pendidikan Kewarganegaraan pada mahasiswa di kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Data yang digunakan berupa data kuantitatif dari 18 responden mahasiswa PGSD UPI Cibiru. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan kemudian dianalisa secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa teori dan praktek perkuliahan kewarganegaraan sudah ditempuh dan dikuasai oleh mahasiswa akan tetapi pengimplementasian nilai-nilai karakter belum diterapkan secara maksimal pada kehidupan sehari-hari mahasiswa. Para mahasiswa menilai penting sekali pendidikan karakter untuk diberikan pada jenjang yang diampunya. Dengan demikian, orientasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam proses pendidikan karakter bagi mahasiswa ini penting untuk selalu ditanamkan dan diberikan pengarahan. Tujuan ini dapat dicapai jika terjadi bentuk kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan dan mahasiswa itu sendiri. The implementation of character education through citizenship education at the university levelThis study aimed to measure the achievement of the implementation of character education values through Citizenship Education for students in their daily lives. This research used the descriptive-analytical method. The data used in quantitative data were from 18 students studying in the primary teacher education program. The data were collected through the survey method and then analyzed descriptively. The research results show that the theory and practice of civics lectures have been taken and mastered by students, but the implementation of character values has not been maximally applied in students’ daily lives. The students considered that character education was crucial to their level. Thus, the orientation of Citizenship Education in the character education process for students is essential always to be instilled and given direction. This goal can be achieved if there is a form of cooperation between the government, educational institutions, and the students themselves.
Pemerolehan fonologi bahasa Jawa pada anak usia 2,5 tahun: Kajian psikolinguistik Fakhrizaldi Mufti Dzikriya; Avi Meilawati
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 26, No 2 (2021)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v26i2.44990

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa pertama dengan fokus pada tataran fonologi pada anak perempuan 2,5 tahun. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Waktu penelitian selama 4 bulan yakni sejak bulan Februari 2021 hingga bulan Juni 2021 dengan subjek penelitian ialah anak perempuan yang berusia 2,5 tahun. Peneliti menggunakan teknik simak libat cakap dalam mengumpulkan data serta metode wawancara terhadap orangtua anak. Teknik simak libat cakap dilakukan dengan cara peneliti menyimak sekaligus ikut berpartisipasi dalam pembicaraan dengan objek penelitian. Teknik analisis menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek menguasai 7 fonem vokal bahasa Jawa yang terdiri dari fonem /i/, /e/, /a/, /ǝ/, /u/, /o/, dan /Ɔ/ dan 13 fonem konsonan yakni /p/, /b/, /m/, /w/, /t/, /d/, /n/, /l/, /s/, /y/, /k/, /g/, serta /ʔ/. Sementara belum menguasa 7 fonem yakni /ñ/, /ḍ/, /g/, /j/, /c/, /ṭ/, serta fonem /r/. berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum, anak perempuan usia 2,5 tahun sudah cukup terampil menguasai fonem-fonem bahasa Jawa.Acquisition of Javanese phonology in children aged 2.5 years: A psycholinguistic studyThe acquisition of Javanese Language Phonology in Children Age 2.5 Years: A Psycholinguistic Study. This study aimed to describe the acquisition of the first language phonological level of 2.5-year-old girls. This research was a descriptive qualitative approach. The research was conducted in 4 months, from February 2021 to June 2021, with the research subject being a 2.5-year-old girl. The researcher used the listening-engagement technique in collecting data and interviewing the child’s parents. The conversational engagement listening technique was carried out by listening and participating in the conversation with the research object. The analysis technique uses an interactive model. The results showed that the subject mastered 7 Javanese vowel phonemes consisting of phonemes /i/, /e/, /a/, /ǝ/, /u/, /o/, and /Ɔ/ and 13 consonant phonemes namely /p /, /b/, /m/, /w/, /t/, /d/, /n/, /l/, /s/, /y/, /k/, /g/, and /ʔ/. While she had not mastered 7 phonemes, namely /ñ/, /ḍ/, /g/, /j/, /c/, /ṭ/, /r/. Based on the results of this study, it concluded that the girl aged 2.5 years is quite skilled at mastering Javanese phonemes
Bentuk perlawanan perempuan melalui penulisan dalam album Dunia Milik Kita dan Salam Harapan Dyah Paramita Saraswati; Nur Iman Subono; Friska Melani
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 26, No 2 (2021)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v26i2.45473

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk perlawanan perempuan yang tersirat pada lirik lagu paduan suara Dialita. Data penelitian berupa satuan lingual berupa kata, frasa, klausa di dalam teks-teks lagu. Sumber data penelitian berupa lagu dari album dari Paduan Suara Dialita yang berjudul “Dunia Milik Kita” (10 lagu) dan “Salam Harapan” (12 lagu). Analisis data dilakukan secara deskriptif guna menganalisa isi lagu dari kedua album tersebut. Dari hasil kajian, banyak lirik menggambarkan kisah sejarah korban penyitas tahun 1965 dari sudut pandang perempuan sebagai tahanan politik. Pengungkapan harapan para perempuan dan usaha memperbaiki citra buruk perempuan bentukan propaganda Orde baru sebagai perempuan brutal dan dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Lirik lagu ini juga mengungkapkan buah pikir dan suara hati perempuan melalui tulisan sebagai bentuk perlawanan baru yang dapat dilakukan oleh perempuan. Lagu-lagu itu membantu perempuan bertahan di masa-masa sulit di era tersebut. Meskipun lirik lagu membahas tentang perempuan, tokoh laki-laki tetap dihadirkan namun masih dari sudut pandang perempuan. The forms of women’s resistance through writing in Dunia Milik Kita and Salam Harapan albumsThis study aimed to describe the form of women’s resistance implied in the lyrics of the Dialita choir song. The research data were in the form of lingual units in words, phrases, clauses in song texts. The data sources are songs from the album of the Dialita Choir entitled “Dunia Milik Kita” (10 songs) and “Salam Harapan” (12 songs). The contents of the songs from the two albums were then analyzed descriptively. From the study, most of the lyrics describe the historical story of 1965 survivors from the perspective of women as political prisoners. They express women’s hopes and efforts to improve the wrong image of women formed by the New Order propaganda as brutal women and associated with the Indonesian Communist Party. The lyrics of this song also express the thoughts and voices of women’s hearts through writing as a new form of resistance that women can do. The songs helped women survive through difficult times of the era. Even though the song lyrics talk about women, the male characters are still presented from a woman’s point of view.
Nilai norma masyarakat dalam permainan Jawa “Kuda Lumping” Kiki Sri Rezeki; Elly Prihastuti Wuriyani; Rosmawaty Harahap
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 27, No 1 (2022)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v27i1.50074

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai norma masyarakat dalam permainan Jawa Kuda Lumping. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan model studi kasus dengan melakukan observasi terhadap pertunjukan Kuda Lumping dan wawancara dengan pihak terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma-norma kemasyarakatan yang terdapat dalam praktik kesenian Kuda Lumping pada masyarakat Jawa pada umumnya dan Indonesia pada khususnya antara lain: pertama, norma agama, yang bertentangan karena ritual tersebut dianggap syirik. Kedua, norma kesopanan kelompok kesenian Kuda Lumping dalam pertunjukan selalu memperhatikan kepentingan yang ada di masyarakat. Ketiga, norma kesusilaan terlihat dari hubungan penari kuda lumping dengan penontonnya. Keempat, kesenian Kuda Lumping masih diperbolehkan jika dilihat dari norma hukum sejauh pada saat dipentaskan tidak melanggar aturan hukum yang ada di negara Indonesia pada khususnya. Oleh karena itu, temuan empat norma masyarakat dalam permainan Jawa Kuda Lumping merepresentasikan budaya Indonesia yang masih hidup dalam masyarakat.Community norms in the traditional Javanese game “Kuda Lumping”This study aimed to describe the community norms contained in the traditional Javanese game named Kuda Lumping. This qualitative descriptive research used a case study model by observing Kuda Lumping show and interviews with some related parties. The results of the study show that the social norms contained in the practice of Kuda Lumping include: First, regarding religious norms (which are predominantly Muslim), this game is considered contradictory because the ritual is considered Shirk or the sin of idolatry or polytheism. Second, in the norm of decency, the Kuda Lumping art group in performances always pays attention to the interests of the community. Third, in the moral norm, there is a close relationship between the Kuda Lumping dancers and the audience. Fourth, judging from legal norms, if there are no acts that violate legal norms, performances are still permitted. From the four societal norms, it can be concluded that Kuda Lumping represents Indonesian culture that is still alive in society.
Rebu: Tradisi pantangan suku Karo (Studi etnografi pada suku Karo di kota Medan) Susanto Ginting; Rosmawaty Harahap; Elly Prihastuti Wuriyani
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 27, No 1 (2022)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v27i1.50073

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor penyebab pergeseran tradisi rebu pada suku Karo di Kota Medan. Lokasi penelitian adalah Kota Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan etnografi. Teori yang digunakan sebagai alat analisis dan dasar pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah teori dekonstruksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik analisa data adalah dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab pergeseran tradisi rebu disebabkan dua faktor. Pertama faktor dari dalam masyarakat sendiri yakni: kurangnya pemahaman terhadap tradisi rebu, kurangnya sosialisasi dalam masyarakat, hilangnya nilai-nilai budaya. Kedua, faktor dari luar masyarakat yakni adanya arus modernisasi dan globalisasi yang mengubah pola pikir, faktor lingkungan yang harus beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal, perkawinan antarsuku atau perkawinan campur, faktor ekonomi untuk memenuhi kebutuhan  hidup, dan faktor politik untuk mencapai sesuatu kepentingan politik.Rebu: Tradition of avoiding the Karo tribe (Ethnographic Study of the Karo Tribe in Medan City) The purpose of this study was to describe and analyze the factors causing the shift in the rebu tradition in the Karo Tribe, Medan. This research was conducted in Medan. The method used in this study is an ethnographic approach. The theory used as an analytical tool and the basis for discussing the problem in this study is the theory of deconstruction. Data collection techniques are observation, in-depth interviews, and documentation. The data were then analyzed using a qualitative descriptive analysis with an ethnographic approach. The results showed that the factors causing the shift in the rebu tradition were caused by two factors. First, factors from within the community itself, namely: lack of understanding of the rebu tradition, lack of socialization in society, and loss of cultural values. Second, factors from outside the community, namely the currents of modernization and globalization that change mindsets, environmental factors that must adapt to the environment in which they live, inter-ethnic marriages or mixed marriages, economic factors to meet the needs of life, and political factors to achieve political interests.
Ajaran mistik kejawen dalam teks menak Amir Hamza pupuh IX-XI Ari Suryanto; Hesti Mulyani
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 27, No 1 (2022)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v27i1.49740

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa ajaran mistik kejawen yang terkandung dalam teks Menak Amir Hamza pupuh IX-XI. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dan penelitian filologi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu naskah yang memuat teks Menak Amir Hamza pupuh IX-XI. Data primer penelitian ini yaitu naskah Menak Amir Hamza yang disimpan di Museum British dengan kode Add. 12309. Data sekunder penelitian ini yaitu buku dengan judul Alih Aksara Teks Ménak Amir Hamza Jilid 1. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan langkah-langkah penelitian filologi. Instrumen penelitian berwujud kartu data yang disajikan dalam tabel. Teknik keabsahan data menggunakan validitas semantis dan reliabilitas intrarater serta reliabilitas interrarer. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian ajaran yang terkandung didalamnya masih bisa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena piwulang mistik kejawen memuat lampah-lampah spiritual dalam keterkaitanya untuk mencapai kesempurnaan batin dan ajaran untuk menjaga keselarasan antara hubungan horizontal dengan sesama dan hubungan vertikal dengan Tuhannya. Lampah-lampah spiritual yang dimaksud yakni: lampah syariat, lampah tarekat, lampah hakikat dan makrifat.The mystical teachings of kejawen contained in the text of Menak Amir Hamza Pupuh IX-XIThis study was conducted to analyze the mystical teachings of kejawen contained in the text of Menak Amir Hamza Pupuh IX-XI. This research is descriptive research and philological research. The source of the data in this study is a manuscript containing the text of Menak Amir Hamza Pupuh IX-XI. The primary data of this research is the Menak Amir Hamza manuscript which is stored in the British Museum with the code Add. 12309. The secondary data of this research is a book with the title of Text Literacy Translation of Menak Amir Hamza Volume 1. The data collection technique in this research is philological research steps. The research instrument is in the form of data cards which are presented in the table. The data validity technique used semantic validity, intrarater reliability and interrarer reliability. Furthermore, the data were analyzed using a descriptive method. Based on the results, the teachings contained could be applied in everyday life because piwulang mystical kejawen contains spiritual lampahs in relation to achieving inner perfection and teachings to maintain harmony between horizontal relationships with others and vertical relationships with God. The spiritual lampahs are: lampah syariat, lampah tarekat, lampah essence and makrifat.
Nilai sosial-religius pada tradisi pantang tanah dan monjojak tanah Fitri Zulhandayani; Elly Prihastuti Wuriyani; Rosmawaty Harahap
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 27, No 1 (2022)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v27i1.50071

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan nilai sosial-religius terhadap kajian tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Suku Rao, tradisi tersebut adalah “pantang tanah” dan “monjojak tanah”. Metodologi yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif deskriptif dengan melakukan studi pustaka dan metode analisis data menggunakan metode analisis isi. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa masyarakat Suku Rao pada sebuah tradisi pantang tanah dan monjojak tanah hingga saat ini masih dipercaya mempunyai manfaat serta dipercayakan membawa berkah, keselamatan bahkan menghindari anak dari marabahaya, seperti sakit perut, lumpuh, bisu, cacat mental dan lain sebagainya. Niali social religious menitikberatkan pada rasa penghormatan kepada orang lain. Tradisi pantang tanah mendeskripsikan masyarakat setempat menghormati petuah-petuah dari orang tua suku Rao. Sama halnya dengan tradisi upacara monjojak tanah dimana prosesi upacara itu sendiri memiliki nilai sosial-religius dari segi menghormati lelur, mencintai masyarakat bahkan bergotong-royong membantu segala persiapan prosesi upacara monjojak tanah itu sendiri.Social-religious value in the tradition of pantang tanah and monjojak tanahThis study was aimed at explaining the socio-religious value of oral traditions owned by the Rao people, these traditions are "pantang tanah" and "monjojak tanah". The methodology used was descriptive qualitative approach by conducting library research and data analysis method using content analysis method. Based on results show that the Rao Tribe community in a tradition of pantang tanah and monjojak tanah is still believed to have benefits and is entrusted with bringing blessings, safety and even avoiding children from harm, such as stomach pain, paralysis, muteness, disability. mentally and so on. Social religious values focus on respect for others. The tradition of pantang tanah describes the local people respecting the advice of their parents from the Rao tribe. It is the same with the tradition of the monjojak tanah ceremony where the ceremonial procession itself has a socio-religious value in terms of respecting ancestors, loving the community, and even working together to help in all the preparations for the procession of monjojak tanah ceremony itself.
Struktur semantis dalam wacana antologi geguritan gurit Musthika Buwana Nahrul Hakim
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 27, No 1 (2022)
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v27i1.50094

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan struktur semantis dalam antologi geguritan Gurit Musthika Buwana. Penelitain ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah beberapa geguritan dalam Antologi Geguritan yaitu dengan jumlah tiga geguritan, yaitu mecaki awang suwung, satriyatama, dongane sukma, dan eling. Kemudian, penentuan unit analisis didasarkan pada unit Sintaksis, yaitu kalimat atau larik yang puisi yang mengandung topik utama. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Validitas yang digunakan yaitu validitas semantis, Sementara itu, reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tingkat akurasinya. Data yang sudah diklasisfikasikan kemudian dijabarkan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa struktur semantis dalam Antologi Geguritan Musthika Buwana ada tinjauan topikalisasi, gagasan utama, dan struktur semantis. Hasil menunjukkan bahwa pada topikalisasi terdapat empat topik yaitu cinta, nasionalisme, nasihat, dan religi. Kesatuan tunggal berjumlah satu dan kesatuan gabungan mempunyai empat gagasan. Pengembangan terkait struktur semantis yaitu pengulangan berjumlah satu dan penjajaran berjumlah tiga. Dari hasil pembahasan meninjukan bahwa pada setiap puisi mempunyai topik, gagasan, dan pengembangan masing-masing.Semantic structure in the anthology discourse of geguritan Gurit Musthika BuwanaThis study aimed to explain the semantic structure in the Gurit Musthika Buwana geguritan anthology. This research is a descriptive research. The subjects of this study were three geguritans in Geguritan Anthology, namely mecaki awang suwung, satriyatama, dongane sukma, and eling. Then, the determination of the unit of analysis is based on the syntactic unit, namely a sentence or an array of poetry containing the main topic. While the data collection was done by reading and note-taking techniques. The validity used was semantic validity. Meanwhile, the reliability used in this study was the level of accuracy. The data that has been classified were then described using a descriptive-qualitative approach. The results of this study explain that the semantic structure in the Geguritan Musthika Buwana Anthology contains a review of topicalization, main ideas, and semantic structure. The results show that the topicalization contained four topics, namely love, nationalism, advice, and religion. The single entity is one and the combined entity has four ideas. Developments related to the semantic structure, namely the repetition of one and the alignment of three. The results of the discussion show that each poem has its own topic, idea, and development.