cover
Contact Name
Sugeng Setia Nugroho
Contact Email
sugengsnugroho@uny.ac.id
Phone
+628562977629
Journal Mail Official
sugengsnugroho@uny.ac.id
Editorial Address
Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Karangmalang Yogyakarta 55281, Indonesia
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Medikora: Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga
ISSN : 02169940     EISSN : 27212823     DOI : 10.21831
Core Subject : Health, Education,
MEDIKORA is a sports health scientific journal published by the Sports Science Study Program of the Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Yogyakarta which contains the results of critical analysis studies and research in the field of sports health. The Journal is published twice a year (April and October).
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 283 Documents
FREKUENSI CEDERA ATLET PELATDA SEPATU RODA (PERSEROSI DIY) Yoga Bagaswara dan Bambang Priyonoadi
MEDIKORA Vol 14, No 2 (2015): Oktober
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.877 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v14i2.7932

Abstract

AbstrakSepatu roda merupakan olahraga modern yang yang sedang berkembang diYogyakarta. Tim Pra PON Perserosi DIY memiliki 16 atlet yang akan di berangkatkandalam ajang tersebut. Suatu hari peneliti diminta untuk membantu melatih Club sepaturoda EMIC Sleman. Ketika awal melatih banyak atlet yang mengeluhkan sakit atau nyeridi bagian betis dan lutut, dan juga ketika peneliti mengamati pertandingan sepatu roda diajang HB X cup Mei 2014 peneliti melihat ada beberapa atlet yang mengalamikecelakaan ketika pertandingan atau race dilangsungkan. Sampai saat ini potensi cederayang terjadi pada atlet sepatu roda belum diketahui untuk itu penelitian inidilakukan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi cedera yang terjadi padaatlet sepato roda.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metodesurvey.Sampel dalam penelitian ini adalah 16 orang atlet yang tergabung dalam Tim PraPon 2015 Perserosi DIY.Penelitian ini mengidentifikasi tingkat potensi cedera dapat yangterjadi pada atlet sepatu roda.Teknik pengambilan data menggunakan angket denganjumlah 67 butir pertanyaan meliputi lokasi dan jenis cedera, faktor penyebab cedera,waktu kejadian, dan juga alat keamanan yang digunakan.Analisis data menggunakananalisis data deskriptif persentase.Hasil penelitian menunjukan bahwa cedera yang terjadi pada atlet sepatu rodameliputi cedera ankle 18 %, lutut 18 %, tungkai bawah 14 %, tungkai atas 13 %, siku 12%, jari dan pergelangan tangan 12 %, pinggang 7%, panggul 5%. Cedera yang terjadidisebabkan karena karena terpeleset 14 %, kondisi cuaca 13 %, kondisi lintasan 13 %,bentuk lintasan 12 %, tabrakan antar atlet 11 %, salah mengambil tikungan 11 %, latihanberat terlalu lama 11 %, kondisi sepatu roda 9% yang terakhir karena menabrak pagarpembatas lintasan 7 %. Terjadinya cedera banyak terjadi saat latihan onskate 35 %, race25 %, warm-up 22 %, dan saat latihan (dryland/offskate) 18 %. Alat kemanan yang seringdigunakan Helm 42 %, sarung tangan 33 %, kacamata 11 %, knee pad 9 %, dan elbowpad 5 %.Kata kunci: Frekuensi, cedera, atlet sepatu roda
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS MELALUI OLAHRAGA Sigit Nugroho
MEDIKORA Vol. IX No. 1 Oktober 2012
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.414 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v0i1.4640

Abstract

Diabetes melitus adalah suatu sindroma yang ditandai dengan hiperglikemiakronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungandengan defisiensi absolut atau relatif pada sekresi insulin dan aksi insulin. Ada empatsyarat untuk mencegah dan mengendalikan diabetes melitus yaitu edukasi, perencanaanmakan, olahraga dan intervensi farmakologis. Salah satu syarat pengelolaan diabetesmelitus yaitu dengan berolahraga. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang murah,mudah dan dapat dikerjakan setiap waktu serta aman selama dipersiapkan dan dimonitordengan baik. Olahraga bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan memperbaikisensitivitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.Sekalipun tidak terjadi penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas insulin sertapenurunan kadar glukosa darah tetap terjadi. Walaupun demikian, penderita diabetesmelitus yang mengalami penurunan berat badan akan mendapat manfaat yang lebihbesar. Sebelum melakukan olahraga, penderita diabetes harus memperhatikan persiapanpersiapan khusus, memilih jenis-jenis olahraga yang cocok, berserta intensitas danfrekuensinya yang tepat sehingga olahraga tersebut dapat memberikan manfaat yanglebih besar, aman, nyaman dan memperbaiki kualitas hidup penderita diabetes melitus. Kata Kunci: diabetes melitus dan olahraga
PENGARUH LATIHAN SENAM AEROBIK LOW IMPACK TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH DAN KADAR HDL PADA REMAJA PUTRI DENGAN BERAT BADAN BERLEBIH (OVERWEIGHT) Moch Yunus
MEDIKORA Vol 15, No 2 (2016): Oktober
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.745 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v15i2.23141

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh latihan senam aerobik low impact terhadap penurunan indeks massa tubuh (IMT) dan kenaikan HDL dalam darah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu dengan desain randomized control group, pretest-postest design. Populasi adalah mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang yang mengalami obesitas. Sampel berjumlah 16 orang, yang diambil secara Purposive random sampling. Subjek penelitian mendapatkan perlakuan latihan senam aerobik low impact 3 kali dalam seminggu, selama 8 minggu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan senam aerobik low impact dapat menurunkan IMT dan menaikan HDL dalam darah secara bermakna, sehingga dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler. Disarankan untuk mengendalikan IMT dan HDL dalam darah pada individu yang mengalami overweight dengan melakukan latihan senam aerobik low impact.
OLAHRAGA RITMIK DALAM PENATALAKSANAAN PENYAKIT DIABETES MILITUS Paiman Paiman
MEDIKORA Vol. VII No. 1 April 2011
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2544.09 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v0i1.4656

Abstract

Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh terganggunya metabolisme energikarena kurang adekuatnya hormon insulin. Penyebab penyakit diabetes melitusdibagi dua hal, yaitu: (1 ) jumlah insulin kurang, dan (2) jumlah insulin cukup bahkanberlebih tetapi pintu masuk sel (rescptor) mengalami kerusakan sehingga gula darahddak dapat masuk ke dalam sel dan hanya menumpuk di dalam darah.Pengaruh olahraga terhadap pendcrita penyakit diabetes di antaranya: (1 )meningkatkan kualitas kondisi fisik, (2) meningkatkan kemampuan tubuh menahanpertumbuhan virus, (3) meningkatkan efcktivitas proses metabolisme organ tubuh,meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap histamin, (4) meningkatkankemampuan jantung, (5) meningkatkan elastisitas pembulu h darah, (6)meningkatkan efekdvitas proses respirasi, (7) meningkatkan fungsi ginjal, dan (8)meningkatkan daya scrap glukosa langsung ke dalam sel hingga mencapai 40 %tanpa bantuan insulin. Olahraga ritmik sangat baik dilakukan oleh penderita diabeteskarena memiliki beberapa keuntungan di antaranya adalah; pcralatan sedcrhana,tidak membutuhkan tempat yang luas, dapat dilakukan di rumah sendiri ataulingkungan sekitar rumah, dapat dilakukan scndirian atau bersama-sama orang lain,aman, dan menyenangkan.Program ladhan olahraga ritmik yang dapat membantu penyembuhan diabetesadalah yang bersifat intermitknt. Pengerdan intermittent pada bahasan ini adalahberlatih dengan perpaduan ladhan anaerobik dan aerobik, yakni: anaerobik selama1 menit, aerobik 3 menit dengan cara isdrahat aktif, 1 mcnit lauhan anaerobik,aerobik 3 menit dengan cara istirahat akdf, demikian seterusnya dilakukan secaraberulang-ulang selama kurang lebih 30 menit, dan latihan sekurang-kurangnyadilakukan 3 kaU dalam seminggu. Lauhan dianggap benar apabila lauhan anaerobik1 menit telah menyebabkan napas tercngah-engah. Jika dalam waktu kurang dari 1menit pelaku telah tercngah-engah, latihan anaerobik harus dihentikan, sebaliknyaapabila waktu 1 menit tclah berlalu tetapi tctap belum terengah maka intensitaslauhan harus ditingkatkan.Kata Kunci : penyakit diabetes melitus, olahraga ritmik, dan penyembuhan
PROFIL DAYA TAHAN AEROBIK POSISI GUARD, FORWARD, DAN CENTER ATLET BOLA BASKET Muhamad Fanani Augi Nugraha; Cerika Rismayanthi
MEDIKORA Vol 16, No 1 (2017): April
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.892 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v16i1.23480

Abstract

Pemahaman atlet bola basket Kabupaten Indramayu tentang daya tahan aerobik masih terbatas. Tidak optimalnya daya tahan aerobik dapat mengakibatkan penurunan kemampuan konsentrasi, kecepatan reaksi dan mudah lelah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan aerobik posisi guard, forward, dan center atlet bola basket Kabupaten Indramayu.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini adalah atlet bola basket Kabupaten Indramayu dengan jumlah 30 atlet. Pengambilan data menggunakan tes, dengan instrument yang digunakan adalah yo-yo intermittent recovery test. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase, yang terbagi dalam enam kategori pada norma VO2 Max.Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa daya tahan aerobik (VO2 Max) atlet bola basket Kabupaten Indramayu yang terdiri dari 30 atlet terdapat 25 atlet (83,33 %) dalam kategori sedang. Daya tahan aerobik (VO2 Max) pada posisi guard (80 %) dalam kategori sedang, posisi forward (81,81 %) dalam kategori sedang, dan posisi center (88,89 %) dalam kategori sedang.
PERAN OLAHRAGA SEBAGAI SUMBER KEKUATAN MENGHADAPI PENYAKIT KANKER Banu Setyo Adi
MEDIKORA Vol. VI No. 1 April 2010
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1888.98 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v0i1.4667

Abstract

Kesehatan adalah sesuatu yang penting dalam diri setiap individu. Olahraga adalah cara alami menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Di negara maju seperti Belanda, biaya perawatan kesehatan meningkat hingga 2,5 persen, di Kanada 6  persen, dan di Amerika Serikat (AS) mencapai 8 persen,  sebagai akibat warga masyarakat kurang melakukan aktivitas jasmani.  Penelitian membuktikan, aktif bergerak  setiap hari dapat menjauhkan dari risiko penyakit seperti kanker.Olahraga adalah aktivitas jasmani apapun yang memiliki ciri permainan dan  unsur satu perjuangan dengan diri sendiri, atau dengan orang lain atau satu  tantangan alam. Manfaat olahraga terhadap otak adalah meningkatkan  kemampuan  otak, membantu menunda proses penuaan, mengurangi stress, menaikkan daya tahan tubuh, mengobari gangguan emosional. Kanker  adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak  terkendali dan kemampuan  sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis  lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Olahraga  dapat dikatakan sebagai obat, karena orang  yang melakukan olahraga secara rutin dapat menghasilkan endorphin (sebagai penghilang sakit) yang lebih  banyak.Orang yang menderita penyakit kanker tidak hanya sakit secara fisik, tetapi  bisa mempengaruhi psikologisnya yaitu terjadi penolakan dalam diri,  muncul rasa cemas, dan depresi. Salah satu cara untuk menghilangkan rasa  depresi adalah  dengan berolahraga. Apabila seseorang berolahraga maka akan muncul manfaat  yang sangat banyak, antara lain membuat mental menjadi  lebih sehat, pikiran  jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan  bahagia.Kata Kunci: kanker, olahraga
GAMBARAN KOMPONEN FISIK PREDOMINAN (KOMPONEN FISIK DASAR) PELATIH SSO REAL MADRID FIK UNY Fatkurahman Arjuna
MEDIKORA Vol 17, No 2 (2018): Oktober
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.446 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v17i2.29181

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komponen fisik predominan (komponen fisik dasar) pelatih SSO Real Madrid FC FIK UNY 2016.  Adapun komponen fisik predominan (komponen fisik dasar) yang diukur meliputi kekuatan, daya tahan otot, speed, kelincahan, kelentukan, power dan daya tahan dasar (kardiovaskuler). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survai, dengan teknik tes. Subjek penelitian ini adalah pelatih SSO Real Madrid FC FIK UNY tahun 2016 sebanyak 11 orang. Instrumen yang digunakan untuk kekuatan otot punggung dan tungkai dalah leg and back dynamometer. Daya tahan otot perut diukur dengan tes sit up, daya tahan otot lengan dan bahu dengan tes push up, daya tahan otot tungkai dengan tes squat jump. Speed dengan tes lari 30 meter. Kelincahan dengan tes beam side step. Kelentukan dengan alat flexometer. Power otot tungkai dengan tes vertical jumps. Daya tahan umum (kardiovascular) dengan multistage test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatih SSO Real Madrid FC FIK UNY 2016 secara umum memiliki kekuatan otot punggung yang baik sekali dengan rata-rata 138,7 kg. Pengukuran kekuatan otot tungkai menunjukkan rata-rata 170,9 kg yang artinya mayoritas pelatih memiliki kekuatan otot tungkai yang cukup dan kurang. Pelatih SSO Real Madrid FC secara umum memiliki daya tahan otot perut yang kurang dengan rata-rata sit up 45,5 kali dan daya tahan otot lengan dan bahu yang baik dan cukup dengan rata-rata push up 20,9 kali. Sedangkan daya tahan otot tungkai secara umum masuk kategori kurang dengan rata-rata squat jump 16,4 kali. Pelatih SSO Real Madrid FC memiliki speed yang kurang dengan rata-rata 4,826 detik. Hasil pengukuran menunjukkan seluruh pelatih memiliki kelincahan yang kurang dengan rata-rata 27,4 detik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pelatih memiliki kelentukan yang sempurna dengan rata-rata 37,9 cm. Hasil pengukuran power menunjukkan rata-rata vertical jump 45,8 cm, yang artinya pelatih SSO Real Madrid FC memiliki power yang cukup. Sementara hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatih SSO Real Madrid FC secara umum memiliki tingkat daya tahan umum (kardiovaskuler) yang kurang dengan rata-rata 33,67 ml.kg/menit. DESCRIPTION OF PREDOMINANT PHYSICAL COMPONENTS (BASIC PHYSICAL COMPONENTS) REAL MADRID SSO TRAINER AbstractThis study aims to determine the description of predominant physical components (basic physical components) SSO coach of Real Madrid FC FIK UNY 2016. The predominant physical components (basic physical components) measured include strength, muscular endurance, speed, agility, flexibility, power and power basic (cardiovascular) resistance. The design used in this study was survey research, with test techniques. The subjects of this study were 11 SSO Real Madrid FC FIK UNY trainers. The instrument used for back and leg muscle strength is leg and back dynamometer. Abdominal muscle endurance was measured by sit-up tests, arm and shoulder muscular endurance by push-up tests, leg endurance by squat jump tests. Speed with a 30 meter test run. Agility with beam side step tests. Make use of the flexometer. Leg muscle power with a vertical jump test. General endurance (cardiovascular) with a multistage test. The results showed that the 2016 Real Madrid FC FIK UNY SSO coach in general had excellent back muscle strength with an average of 138.7 kg. Measurement of leg muscle strength shows an average of 170.9 kg, which means the majority of trainers have sufficient and less leg muscle strength. SSO coaches Real Madrid FC in general have less abdominal endurance with an average sit-up of 45.5 times and good endurance of arm and shoulder muscles and enough with an average push-up of 20.9 times. While leg muscle endurance is generally in the category of less with an average squat jump of 16.4 times. SSO coaches Real Madrid FC have less speed with an average of 4.826 seconds. The measurement results show that all trainers have less agility with an average of 27.4 seconds. The results showed that all trainers had perfect flexibility with an average of 37.9 cm. Power measurement results show an average vertical jump of 45.8 cm, which means SSO Real Madrid FC coaches have enough power. While the results of the study show that SSO coaches Real Madrid FC in general have a general level of endurance (cardiovascular) which is less with an average of 33.67 ml.kg/min.
TERAPI LATIHAN PASCACEDERA BAHU BM. Wara Kushartanti
MEDIKORA Vol. V, No. 2, Oktober 2009
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2997.155 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v0i2.4685

Abstract

Cedem merupakan masalah yang sulit dihindari oleh olahragawan, baikdi dalam kompetisi maupun di saat latihan. Beberapa kasus, cedera membuatseorang olahragawan terpaksa harus pensiun dini dari dunia olahraga prestasi.Cedera diakibatkan oleh kekuatan luar yang menimpa tubuh, melebihidaya tahan jaringan tubuh. Cedera bisa mengenai otot dan tendon, sendidan ligamen, tulang, serta saraf.Berbagai model terapi latihan unmk rehabilitasi cedera sudah diteliti.Model Terapi Larihan untuk cedera bahu dan lengan telah banyak ditelitidan terbukd bermanfaat dalam memulihkan cedera, baik secara subjektifmaupun objektif komponen dasar terapi latihan melipuri latihan fleksibiiitasdan ROM, latihan kekuatan dan daya tahan otot, serta latihan proprioseptif,koordinasi, dan kelincahan.Hasil Latihan dapat diketahui adanya peningkatan fleksibiiitas atauRange of Movement (ROiVI), kekuatan, dan daya tahan otot. Untuk unsur kekuatandapat dinilai dari kemampuannya melawan beban, baik mendorong,menarik, mengangkat, maupun menekan. Untuk daya tahan otot dapat dinilaidari kemampuannya melakukan usaha secara berulang-ulang, sedangkanuntuk fleksibiiitas dinilai dari kemampuannya menusuri kisaran gerak sendi.Besarnya kisaran gerak sendi pada saat tidak cedera dapat menjadi targethasil latihan, dan secara rinci tersaji sebagai berikut: (1) fleksi ke depan: 0 -180 derajat, (2) ekstensi: 0 - 7 0 derajat, dan (3) adduksi: 0 - 4 5 derajatKata kunci: Cedera, Terapi Latihan
PROFIL KONDISI FISIK ATLET SEPATU RODA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bayu Aji Saputra; Eka Novita Indra
MEDIKORA Vol 18, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.553 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v18i2.29199

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui profil fisik atlet sepatu roda di Daerah Istimewa Yogyakarta. Profil fisik yang diukur meliputi daya tahan, kekuatan otot perut, kekuatan otot lengan, kelincahan, daya ledak, kelentukan, kecepatan dan keseimbangan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik pengumpulan data berupa tes dan pengukuran. Populasi dalam penelitian adalah atlet Puslatda Pra Pon Daerah Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 12. Indikator tes dan pengukuran yaitu tes kecepatan (sprint 30 m), kekuatan (sit up test dan push up test), power (standing long jump test), kelentukan (sit and reach test), kelincahan (shuttle run test), keseimbangan (stork stand), dan daya tahan (multistage fitness test). Pemilihan subjek penelitian menggunakan purposive sampling, diperoleh seluruh populasi sebagai subjek. Teknik analisis data menggunakan deskriptif. Hasil penelitian profil kondisi fisik dengan tes dan pengukuran menunjukkan hasil sebagai berikut: (1) Kecepatan atlet sepatu roda dikategorikan “kurang sekali” dengan presentase sebanyak 75%, (2) kekuatan otot perut atlet sepatu roda dikategorikan “baik” dengan presentase sebanyak 66%, (3) kekuatan otot lengan atlet sepatu roda dikategorikan “cukup” dengan presentase sebanyak 58.3%, (4) power atau daya ledak atlet sepatu roda dikategorikan “cukup“ dengan presentase sebanyak 66.6%, (5) fleksibilitas atau kelentukan atlet sepatu roda dikategorikan “baik sekali” sekali dengan presentase sebanyak 41.6%. (6) kelincahan atlet sepatu roda dikategorikan “baik” dengan presentase terbesar sebanyak 50%. (7) keseimbangan dikategorikan “baik sekali” dengan presentase sebanyak 100%. (8) daya tahan atlet sepatu roda dikategorikan “baik” dengan presentase sebanyak 50%. Jadi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil konfisi fisik atlet sepatu roda dalam kategori cukup. PHYSICAL CONDITION PROFILE OF ROLLER SKATES ATHLETES IN THE SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA AbstractThis study aims to determine the physical profile of roller skates athletes in the Special Region of Yogyakarta. The physical profile measured includes endurance, abdominal muscle strength, arm muscle strength, agility, explosive power, flexibility, speed and balance. This research is quantitative descriptive. This study use survey method with data collection techniques in the form of tests and measurements. The population in this research is all athletes of the Pre-National Sport Week of Yogyakarta Special Region which is twelve athletes join progressively in training. Test and measurement indicators namely speed test (sprint 30 m), strength (sit-up test and push-up test), power (standing long jump test), flexibility (sit and reach test), agility (shuttle run test), balance (stork stand), and endurance (multistage fitness test). The selection of research subjects using purposive sampling, then obtained entire population as subjects. The data analysis technique uses descriptive. The results of the physical condition profile research with tests and measurements showed the following results: (1) The speed of roller skates was categorized as "very poor" with a percentage of 75%, (2) the abdominal strength of roller skates was categorized as "good" with a percentage of 66% , (3) the arm muscle strength of roller skates is categorized as "sufficient" with a percentage of 58.3%, (4) the power or explosive power of roller skates is categorized as "sufficient" with a percentage of 66.6%, (5) the flexibility or flexibility of the roller skates is categorized "Very good" with a percentage of 41.6%. (6) the agility of roller skaters are categorized as "good" with the largest percentage of 50%. (7) the balance is categorized as "very good" with a percentage of 100%. (8) endurance of roller skaters are categorized as "good" with a percentage of 50%. So this study can be concluded that the profile of physical roller skates athletes in the category is sufficient.
CEDERA OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF TEORI MODEL EKOLOGI Yustinus Sukarmin
MEDIKORA Vol. I, No. 1, April 2005
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5281.543 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v0i1.4702

Abstract

Semua aktivitas manusia, termasuk olahraga, penuh dengan risiko atau bahaya.   Seiring dengan meningkatnya aktivitas olahraga meningkat pula risiko  atau bahaya tersebut. Sekecil apa pun risiko atau bahaya yang ada dalam aktivitas  olahraga, jika diabaikan atau tidak ditangani dengan sungguh-sungguh dan  tidak  dapat dikendalikan sepenuhnya akan menimbulkan kecelakaan dengan  segala  akibat yang merugikan manusia, di antaranya cedera.Cedera yang terjadi pada waktu seseorang melakukan aktivitas fitness,  latihan, atau pertandingan olahraga, — kemudian disebut cedera olahraga —  meliputi sistem muskulosekeletal. Ada dua tipe cedera olahraga, yaitu: cedera  akut dan cedera kronis. Patah tulang, memar, robek ligamen, robek otot atau  tendo,  lecet, dan tergores adalah beberapa contoh cedera akut, sedangkan stress fractures, tendinitis, dan epifisitis atau apofisitis merupakan sebagian contoh  cedera  kronis.Menurut teori keselamatan, kecelakaan (cedera) itu dapat dicegah atau  dihindari. Untuk mencegah terjadinya cedera olahraga secara akurat, orang  harus  tahu penyebabnya. Agar kejadian serupa tidak terulang kembali, penyebab  terjadinya kecelakaan (cedera) harus dihilangkan atau dikendalikan.    Teori model  ekologi mengatakan kecelakaan terjadi karena ada interaksi yang dinamis antara  dua faktor, yaitu faktor manusia (intrinsik) dan faktor  lingkungan (ekstrinsik).  Oleh sebab itu, penanganan terhadap faktor penyebab terjadinya kecelakaan  (cedera) harus dilakukan secara terpadu, artinya kedua-duanya harus  mendapatkan perhatian.Kata kunci : cedera olahraga, model ekologi.

Page 2 of 29 | Total Record : 283