cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Nutrition College
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23376236     EISSN : 2622884X     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Journal of Nutrition College (P-ISSN : 2337-6236; E-ISSN : 2622-884X) diterbitkan oleh Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro sebagai media publikasi artikel-artikel ilmiah dalam biang Ilmu Gizi dengan skala terbit 4 kali dalam setahun, yaitu pada Januari, April, Juli, dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 664 Documents
PENGARUH PEMBERIAN FORMULA ENTERAL BERBAHAN DASAR LABU KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH POSTPRANDIAL TIKUS DIABETES MELITUS Hawa, Izzaty Izzul; Murbawani, Etisa Adi
Journal of Nutrition College Vol 4, No 4 (2015): Oktober 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.11 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i4.10115

Abstract

Latar belakang :. Hiperglikemia postprandial merupakan keadaan yang sering dialami penderita DM. Penderita DM dapat diberi terapi gizi berupa nutrisi enteral. Labu kuning (Cucurbita moschata) merupakan salah satu pangan tradisional bersifat antidiabetik dan antihiperglikemia yang dapat dijadikan bahan formula enteral. Kandungan polisakarida dan  pektin diklaim mampu menurunkan kadar glukosa darah dan mengontrol kadar glikemik. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh formula enteral berbahan dasar labu kuning terhadap kadar glukosa darah postprandial tikus diabetes. Metode : Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experimental with pre-post test group esign. Subjek sebanyak 14 ekor tikus jantan galur Sprague dawley berumur 9 minggu, berat badan 160-260 gram; dibagi menjadi 2 kelompok secara acak sederhana. Sebelumnya subjek dibuat DM dengan induksi Streptozotocin 65 mg/kg berat badan dan nikotinamida 230 mg/kg berat badan secara intraperitoneal. Kelompok perlakuan diberi formula enteral labu kuning sedangkan kelompok kontrol diberi diabetasol 20 g/kg bb/ekor. Kadar glukosa darah diambil sebelum dan 2 jam setelah diberi formula enteral. Penelitian ini dilakukan selama 1 hari di Laboratorium Pangan dan Gizi Pusat Antar Universitas, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Analisis statistik dilakukan menggunakan Independent t-test, dan Paired t-test. Hasil : Delta glukosa darah pada 2 kelompok mengalami perbedaan bermakna (p=0.000) yaitu kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (5.09±0.31 mg/dl). Sedangkan kadar glukosa darah postprandial antara 2 kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0.605).  Simpulan : Pemberian formula enteral labu kuning sebanyak 20 g/kg berat badan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kadar glukosa darah postprandial tikus diabetes melitus. Akan tetapi, berpengaruh bermakna terhadap Δ glukosa darah.
PENGARUH KONSUMSI MINUMAN MADU TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH ATLET SEPAK BOLA REMAJA SELAMA SIMULASI PERTANDINGAN Anggraini, Agustya Dewi; Murbawani, Etisa Adi
Journal of Nutrition College Vol 2, No 3 (2013): Juli 2013
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.395 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v2i3.3435

Abstract

Latar Belakang: Ketersediaan glukosa darah selama latihan atau pertandingan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap performa endurance. Pemberian minuman yang mengandung karbohidrat sederhana selama latihan atau pertandingan dapat membantu meningkatkan performa atlet dengan mempertahankan kadar glukosa darah dan menunda kelelahan. Madu merupakan sumber karbohidrat alami yang dapat bertindak sebagai penyuplai energi pada olahraga endurance.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman madu terhadap kadar glukosa darah atlet sepak bola remaja selama simulasi pertandingan.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Crossover study. 18 atlet sepak bola usia 16-18 tahun di Persatuan Sepak Bola Kudus (PERSIKU) berpartisipasi dalam penelitian dan menjalani dua kali simulasi pertandingan. Subjek menerima intervensi pemberian minuman madu dan air putih (plasebo) sebanyak 200 ml setiap interval 20 menit selama 100 menit simulasi pertandingan. Kadar glukosa darah diukur sesaat sebelum dan setelah simulasi pertandingan.Hasil: Terdapat penurunan yang tidak bermakna sebesar 1.89 ± 34.17 mg/dl antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah simulasi pertandingan pada perlakuan minuman madu (p = 0.817). Terdapat penurunan yang bermakna sebesar 11.22 ± 0.013 mg/dl antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah simulasi pertandingan pada perlakuan air putih (p = 0.013). Simpulan: Pemberian minuman madu lebih efektif dalam mempertahankan kadar glukosa darah selama simulasi pertandingan dibanding air putih (plasebo).
Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 pada petani dan buruh Kusnadi, Gita; Murbawani, Etisa Adi; Fitranti, Deny Yudi
Journal of Nutrition College Vol 6, No 2 (2017): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.439 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i2.16905

Abstract

Latar Belakang: Petani dan buruh mempunyai aktivitas fisik yang tinggi yang seharusnya mempunyai risiko rendah untuk menderita Diabetes Mellitus Tipe 2(DMT2), namun prevalensinya saat ini sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DMT2 pada petani dan buruh serta mengukur besarnya pengaruh faktor risiko tersebut.Metode: Rancangan penelitian ini adalah matched case-control berdasarkan jenis kelamin dan umur. Jumlah sampel yang diambil adalah 29 sampel pada masing-masing kelompok. Sampel merupakan petani dan buruh di kabupaten Semarang. Faktor risiko yang diteliti adalah riwayat keluarga DM, kebiasaan merokok, pengetahuan, IMT, aktivitas fisik, asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, tiamin, dan vitamin D.Hasil: Rerata usia sampel adalah 47 tahun dengan usia termuda 30 tahun. 5 dari 10 sampel pada kelompok kasus mempunyai riwayat BBLR dan malnutrisi. Faktor risiko yang terbukti berhubungan dengan kejadian DMT2 adalah riwayat keluarga DM(OR=6,075; CI 95%=1,181-31,244), IMT (OR=3,819 ;CI 95%=1,046-13,943), dan asupan tiamin (OR=11,875; CI 95%=3,223-43,746). Regresi logistik menunjukkan IMT dan asupan tiamin mempunyai pengaruh sebesar 35% terhadap kejadian DMT2 pada petani dan buruh,Kesimpulan: Faktor risiko DMT2 pada petani dan buruh adalah riwayat keluarga, IMT, asupan energi dan asupan tiamin.
PENGARUH PENERAPAN POLA DIET DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) TERHADAP TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PADA KELOMPOK LANSIA DI KOTA SEMARANG Nurhumaira, Nadya Syafa; Rahayuningsih, Hesti Murwani
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.831 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6850

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya komorbid pada sistem kardiovaskular, ginjal dan otak. Peningkatan prevalensi hipertensi berbanding lurus dengan peningkatan usia. Salah satu upaya pengendalian hipertensi pada kelompok lansia adalah melalui pemilihan pola makan seperti pola diet DASH.Metode: Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan rancangan pre-post test control group design. Sebanyak 17 lansia dengan tekanan darah sistolik 120-200 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-120 mmHg dibagi menjadi 2 kelompok. Intervensi berupa pemberian makanan sesuai pola diet DASH sebanyak 3 kali sehari selama 14 hari. Kelompok kontrol  mengkonsumsi pola makan sehari-hari. Tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer aneroid satu hari sebelum dan setelah intervensi. Asupan makan selama intervensi diperoleh dengan metode food recall. Analisis data menggunakan Shapiro-Wilk, paired-t test dan Wilcoxon.                                 Hasil: Pada kelompok perlakuan, rerata tekanan darah sistolik dan diastolik awal sebelum dilakukan intervensi masing-masing adalah 138.57 mmHg dan 84.29 mmHg. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik setelah dilakukan intervensi masing-masing adalah 144.29 mmHg dan 82.86 mmHg. Tidak ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah intervensi selama 14 hari.Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh penerapan pola diet DASH selama 14 hari terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok lansia.
INDEKS GLIKEMIK, BEBAN GLIKEMIK, KADAR PROTEIN, SERAT, DAN TINGKAT KESUKAAN KUE KERING TEPUNG GARUT DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH Istiqomah, Annisa; Rustanti, Ninik
Journal of Nutrition College Vol 4, No 4 (2015): Oktober 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.811 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i4.10171

Abstract

Latar belakang: Diabetes Melitus Tipe 2 berkaitan erat dengan pola hidup. Dalam penatalaksanaannya diperlukan kontrol gula darah untuk mengurangi risiko komplikasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu melalui pemilihan makanan ber-indeks glikemik (IG) rendah. Garut dan kacang merah mengandung tinggi serat, amilosa, pati resisten dan indeks glikemik rendah. Pemanfaatan garut dan kacang merah yang diolah menjadi kue kering diharapkan menghasilkan makanan selingan ber-IG rendah.Tujuan: Menganalisis indeks glikemik, beban glikemik, kadar protein, serat, dan tingkat kesukaan kue kering garut dengan substitusi tepung kacang merah.Metode: Penelitian eksperimental acak lengkap satu faktor yaitu empat variasi kadar tepung kacang merah (0%, 15%, 25%, and 35%) yang disubstitusikan pada kue kering. Data indeks glikemik, beban glikemik, kadar protein, dan serat dianalisis menggunakan One Way ANOVA dilanjutkan uji Tukey, sedangkan tingkat kesukaan dianalisis menggunakan uji Friedman.Hasil: IG kue kering terendah yaitu pada substitusi tepung kacang merah 35% (11,42). Sedangkan BG terendah pada substitusi tepung kacang merah 0% (2,54). Substitusi tepung kacang merah berpengaruh nyata terhadap kadar protein, serat dan tingkat kesukaan warna, aroma, dan rasa, namun tidak berpengaruh terhadap tekstur.Kesimpulan: Keempat formulasi kue kering memiliki IG dan BG rendah. Semakin banyak kadar tepung kacang merah, kadar protein dan serat semakin meningkat. Kue kering yang paling disukai berdasarkan uji kesukaan adalah kue kering dengan substitusi tepung kacang merah 25%.
HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 5 – 6 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF Ardiny, Fidya; Rahayuni, Arintina
Journal of Nutrition College Vol 2, No 4 (2013): Oktober 2013
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.198 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v2i4.3820

Abstract

Latar belakang : Pemerintah menetapkan progam ASI eksklusif untuk mencapai Millenium Developmental Goal’s (MDG’s). Bayi ASI eksklusif sangat bergantung pada asupan ASI saja selama 6 bulan. Status gizi ibu menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI. Bayi yang mendapat cukup ASI diharapkan dapat mencapai status gizi optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi ibu dengan status gizi bayi usia 5 dan 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif.Metode : Penelitian cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 35 bayi usia 5 dan 6 bulan yang dipilih secara consecutive sampling di wilayah kerja Puskesmas Pandanaran dan Ngemplak Simongan pada bulan Mei – Juni. Data identitas dan  pemberian ASI eksklusif didapat melalui wawancara dengan ibu bayi. Status gizi bayi dinilai berdasarkan z-score BB/U, sedang status gizi ibu dinilai menggunakan IMT. Analisis bivariat menggunakan correlation Pearson product moment.Hasil : Rerata z-score BB/U bayi adalah (-0,114) ± 1,00. Rerata IMT ibu menyusui  adalah  23,93  ±  3,71. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi ibu dengan status gizi bayi usia 5 dan 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif.Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara status gizi ibu dengan status gizi bayi usia 5 dan 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif.
KEJADIAN RESISTENSI INSULIN PADA ANAK OBESITAS USIA 9-12 TAHUN DI KOTA SEMARANG Asnelviana, Hana; Sulchan, Muhammad; Panunggal, Binar
Journal of Nutrition College Vol 6, No 4 (2017): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.049 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i4.18793

Abstract

Introduction: Obesity is caused by imbalance amount of energy intake and energy requirement of the body. Obesity in children has high risk to become obesity in adult and results in degenerative diseases. In obese children have higher of getting insulin  resistance. This study was aimed to determine insulin resistance in obesity children aged 9-12 years in Semarang.Methods: This study used a cross-sectional design with two groups: height below the median-obesity circumference (TBBM-obesity) and height above the median-obesity (TBAM-obesity). Screening was done in 602 children aged 9-12 years in urban and suburban areas of Semarang. Nutritional status was determined with measurements of z-scores of height-for-age (HAZ) and waist circumference. To define insulin resistance were measured using homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR). Data were then analyzed by Mann-Whitney test and Spearman test.Results: There was found 75% subjects with high HOMA-IR value. HOMA-IR value in TBAM-obesity was 42.5% higher than TBBM-obesity was 32.5% (p= 0,088). Waist circumference and Waist to Height Ratio(WHtR) has a correlation on the increased HOMA-IR value (r= 0.662 p=0.000 and  r= 0.333 p=0.036) and height does not has a correlation on the increased HOMA-IR value (r=0.235; p= 0.144). Conclusion: Insulin resistance from all subject were found 75%. Waist circumference and Waist to Height Ratio(WHtR) has a correlation on the increased HOMA-IR value and height does not has a correlation on the increased HOMA-IR value.
PENGARUH PEMBERIAN JUS PARE (Momordica Charantia L.) DAN JUS JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS SPRAGUE DAWLEY HIPERKOLSTEROLEMIA Purnamasari, Aresta Wulan; Isnawati, Muflidah
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.129 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6896

Abstract

Latar Belakang : Hiperkolesterolemia merupakan faktor utama dan faktor risiko independen penyakit kardiovaskuler. Penurunan kolesterol total merupakan salah satu strategi dalam terapi penyakit kardiovaskuler.  Buah pare dan jeruk nipis memilki potensi menurunkan kolesterol total. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus pare, jus jeruk nipis dan kombinasi kedua  buah dalam menurunkan kolesterol total.Metode : Penelitian ini merupakan true experimental dengan rancangan  pre-post test randomized control group design. Sampel terdiri dari 28 tikus jantan Sprague Dawley hiperkolesterolemia yang dibagi menjadi 4 kelompok. Intervensi dilakukan selama 14 hari dengan kelompok kontrol hanya diberi pakan standar, perlakuan 1 (P1) diberi jus pare 2 ml/ekor/hari, perlakuan 2 (P2) diberi jus jeruk nipis 2 ml/ekor/hari dan perlakuan 3 (P3) diberi kombinasi jus pare dan jus jeruk nipis sebanyak 4 ml/ekor/hari. Kadar kolsterol total dianalisis dengan metode CHOD-PAP. Data dianalisis dengan uji Paired t-test dan one way Anova.Hasil : Penelitian ini menunjukkan terjadi penurunan kolesterol total setelah pemberian jus pare (22,51%), jus jeruk nipis (28,93%) dan kombinasi jus pare+jeruk nipis (24,04%) (p<0,05). Namun tidak terdapat perbedaan rerata perubahan kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dan perlakuan  dengan p=0,105 (p>0,05)Simpulan : Tidak terdapat perbedaan pengaruh pemberian pare, jus jeruk nipis dan kombinasi jus pare+jeruk nipis terhadap penurunan kolesterol total tikus hiperkolesterolemia.
ASUPAN TINGGI NATRIUM DAN LAMA MENONTON TV SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERTENSI OBESITIK PADA REMAJA AWAL Destiany, Vindy; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.136 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v1i1.517

Abstract

Background : Obesitic hypertension not only occurred in adults but also in adolescents. The prevalence of obesitic hypertension has increased in recent years. Consumption of high sodium foods and watching tv are risk factors were thought to cause obesitic hypertension in adolescents. The study aims to analyze consumption of high sodium foods and watching tv habits as risk factors for obesitic hypertension in early adolescents. Methods: This study used case control design with a comparator (38 cases and 38 controls). Obesity is determined by weight percentile for age and hypertension percentile determined by age, sex, and height. Sodium intake obtained by semi quantitative FFQ and watching tv habits used watching tv habits questionnaire. Results: The prevalence of obesitic hypertension is 7,5%. Consumption of high sodium foods have a significant correlation with incident of obesitic hypertension (p=0,001; OR=7,906) while watching tv habits hasn’t significantly increases incident of obesitic hypertension but this study show that it has correlation (p=0,648; OR=1,23).. Conclusion: T he study concludes that consumption of high sodium foods and watching tv habits are risk factors of obesitic hypertension occurrence on early adolescents. The multitude of consumption of high sodium foods and watching tv habits factors is respectively 7,9 times and 1,23 times.
KEJADIAN SINDROM METABOLIK PADA REMAJA PUTRI STUNTED OBESITY DI PEDESAAN JEPARA Saraswati, Audina Tyas; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 5, No 3 (2016): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.635 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i3.16399

Abstract

Latar belakang: Stunted menjadi salah satu permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia. Remaja perempuan stunted lebih berisiko mengalami obesitas dibandingkan remaja laki-laki. Kondisi obesitas dapat menyebabkan perubahan metabolik melalui mekanisme disfungsi endotel dan stres oksidatif yang ditetapkan berdasarkan lingkar pinggang, HDL, trigliserida, gula darah puasa dan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stunted obesity dengan kejadian sindrom metabolik pada remaja putri.Metode: Desain penelitian adalah studi kasus kontrol dengan populasi 1002 remaja putri di SMP dan MTS Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Pemilihan subjek penelitian menggunakan multistage random sampling. Kelompok kasus adalah 21 remaja putri stunted obesity, sedangkan kelompok kontrol adalah 21 remaja putri stunted non-obesity. Status gizi dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar pinggang. Termasuk sindrom metabolik jika memenuhi 3 kriteria yaitu obesitas, kadar glukosa darah ≥100 mg/dL, profil lipid (kadar trigliserida ≥150 mg/dL dan kadar HDL ≤40 mg/dL). Analisis univariat menggunakan uji deskriptif, sedangkan analisis bivariat untuk menentukan hubungan menggunakan uji chi-square.Hasil: Kejadian stunted pada remaja putri mencapai 23,35%. Obesitas abdominal pada remaja putri stunted mencapai 11,11%, sedangkan non stunted 8,85%. Pada kelompok kasus terdapat 5 subjek (23,8%) yang mengalami sindrom metabolik. Terdapat hubungan antara stunted obesity dengan kejadian sindrom metabolik dengan nilai (ρ=0,057). Simpulan: Obesitas abdominal pada remaja putri stunted lebih besar dibandingkan dengan non-stunted. Nilai ρ=0,057 menyatakan terdapat hubungan antara stunted obesity dengan kejadian sindrom metabolik.

Page 1 of 67 | Total Record : 664