cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Penelitian Kesehatan
ISSN : 01259695     EISSN : 23383453     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Buletin Penelitian Kesehatan (Bulletin of Health Research) merupakan salah satu jurnal yang dipublikasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (National Institute of Health Research and Development), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan diterbitkan 4 kali dalam setahun dan telah terakreditasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indonesian Institute of Sciences) dengan SK No. 387/AU/P2MI/04/2012.
Arjuna Subject : -
Articles 149 Documents
Kondisi Masyarakat pada Masa Surveilans Pasca-Transmission Assessment Survey (TAS)-2 Menuju Eliminasi Filariasis di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung Nungki Hapsari Suryaningtyas; Maya Arisanti; Ade Verientic Satriani; Nur Inzana; Santoso Santoso; Suhardi Suhardi
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.811 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v46i1.55

Abstract

Abstract Filariasis elimination program in West Bangka Regency had been in the fourth year to stop MDA filariasis surveillance period. This study aims to describe the condition of the community covering microfilariaemia rate, knowledge, attitudes, behavior, and environment of filariasis Data was collected through interviews and examination of venous blood filtration to 150 people in four selected villages. Result showed that three respondents were positive Brugia malayi microfilariae with density of microfilariae was 116, 245 and 112 respectively. Respondents’ knowledge about the symptoms, modes of transmission, consequences and ways of preventing filariasis was still very low.. Most respondents had received preventive treatment of filariasis, but only 2% had taken medicine to prevent filariasis for five times. Behavior of respondents to prevent themself against mosquito bites using mosquito nets (73.3%) and mosquito repellent (65.3%). Most respondents had the habit of going out at night (78.7%). Swamp was found (23.3%) and reservoir host (cats) by 40.7% of respondents around the house. The presence of positive microfilariae indicates that the presence of transmission of filariasis. The presence of swamps shows the availability of the potential breeding places of the vector. Cats around the house can be a source of transmission of filariasis. Keywords: microfilariaemia rate, KAP, environment, West Bangka Abstrak Program eliminasi filariasis di Kabupaten Bangka Barat telah memasuki tahun ke empat tahap surveilans periode stop POPM filariasis. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi masyarakat yang meliputi: microfilariaemia rate, pengetahuan, sikap, perilaku dan lingkungan masyarakat tentang filariasis. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan darah vena dengan metode filtrasi terhadap 150 orang yang berada di empat desa Hasil menunjukkan bahwa ditemukan tiga responden positif mikrofilaria (mf) dengan spesies Brugia malayi dan kepadatan pada masing-masing penderita sebesar 116, 245 dan 112. Pengetahuan responden mengenai gejala, cara penularan, akibat yang ditimbulkan dan cara pencegahan filariasis masih rendah. Sebagian besar responden pernah mendapatkan pengobatan pencegahan filariasis, akan tetapi hanya 2% yang pernah minum obat sebanyak lima kali. Perilaku responden terhadap upaya perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk dilakukan dengan menggunakan kelambu (73,3%) dan anti nyamuk (65,3%). Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan keluar rumah pada malam hari (78,7%). Ditemukan rawa (23,3%) dan hewan reservoir (kucing) sebesar 40,7% di sekitar rumah responden. Masih ditemukannya penderita positif microfilaria mengindikasikan adanya penularan filariasis. Adanya rawa menunjukkan tersedianya tempat perindukan vector filariasis yang potensial. Kucing sebagai reservoir yang ditemukan di sekitar rumah dapat menjadi sumber penularan filariasis. Kata kunci: microfilariaemia rate, pengetahuan, sikap, perilaku, lingkungan, Bangka Barat
Arah Kebijakan Kesehatan Mental: Tren Global dan Nasional Serta Tantangan Aktual Ilham Akhsanu Ridlo; Rizqy Amelia Zein
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.878 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v46i1.56

Abstract

Abstract Globally, during the last three decades, mental health has played significant role in regards to the discourse of global health policy. Since two decades ago, WHO has firmly defined health as a rounded state of condition where an individual reach “...not merely the absence of the illness, but also achievement of physical, mental and social well-being.” WHO’s definition of health implies a significant impact on global health policy – all members of states should adhere their health policy to this definition. The Global Burden of Disease study carried out by IHME (The Institute for Health Metrics and Evaluation) in 2012 that mapped out the burden of disease around the world revealed an appalling fact namely worsened mental health condition. Years lost due to disability (YLD) study mentioned that 6 out to 20 diseases that were most responsible in causing disability were mental illnesses. Therefore, this article aimed to describe the mental illness prevalence in global and national level by reviewing several mental illness epidemiological studies. Additionally, this article highlighted some of important challenges that should be considered by healthcare service providers and policymakers in tackling mental health issues, which are treatment gap and mental health stigma. Keywords: Mental Health Policy, Global and National Prevalence, Treatment Gap Abstrak Secara global, dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, isu mengenai kesehatan mental memainkan peran penting dalam perumusan kebijakan kesehatan global. Sejak dua dekade yang lalu, WHO mengeluarkan definisi sehat sebagai suatu kondisi dimana seorang indvidu mencapai “...tak sekedar bebas dari penyakit, melainkan mampu mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial.” Definisi dari WHO tersebut berkonsekuensi besar dalam perumusan kebijakan kesehatan mental, dimana seluruh negara anggotanya harus menyandarkan garis besar kebijakan kesehatannya pada definisi ini. Studi mengenai Global Burden of Disease yang diselenggarakan oleh IHME (The Institute for Health Metrics and Evaluation) mengungkapkan bahwa ada tren yang menunjukkan bahwa kondisi kesehatan mental menjadi ancaman serius. Studi mengenai jumlah tahun yang hilang akibat disabilitas (YLD) menyebutkan bahwa 6 dari 20 penyakit yang paling bertanggung jawab menyebabkan disabilitas adalah penyakit mental. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan prevalensi gangguan mental dalam skup global dan nasional dengan cara meninjau beberapa riset epidemiologis yang berfokus pada gangguan mental. Selain itu, artikel ini akan membahas mengenai isu-isu penting yang merupakan tantangan bagi pelayanan kesehatan mental di Indonesia yang harus ditanggapi serius oleh penyedia layanan kesehatan mental dan pembuat kebijakan, yaitu kesenjangan perawatan dan stigma. Kata kunci: Kebijakan Kesehatan Mental, Prevalensi Global dan Nasional, Kesenjangan
Respons Sitokin TNF-Α Dan Il-4 Pasca Stimulasi Antigen Fusi Resat-6-CFP-10 Rahma Indah Pratiwi; Jusak Nugraha; Betty Agustina Tambunan; Francisca Srioetami Tanoerahardjo
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.136 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v46i1.57

Abstract

Abstract Protective immunity of tuberculosis (TB) infection is highly dependent on the balance of Th1 and Th2 cytokines. TNF-α cytokines produced by Th1 cell retain a latent status, and IL-4 produced by Th2 aids in the production of antibodies. The recent development of the vaccine candidates shows that rESAT-6- CFP-10 fusion antigen is specific to induce protective immune responses. The objective of the study was to determine the immune response. This study used a quasi experimental design in the laboratory in vitro with cultured PBMC of patients with new cases of pulmonary TB, latent TB and healthy individuals. Examination of TNF-α and IL-4 levels was done by ELISA. The highest TNF-α mean levels were 866,05 in the latent TB group, compared to 814,56 in active TB and 414,58 in healthy individuals, but they were not significantly different. The highest IL-4 mean levels were 1,39 in the active TB group, compared to 0,88 in latent TB and 0,74 in healthy individuals, but they were not significantly different. High levels of TNF-α and low levels of Il-4 in latent TB post-stimulation of rESAT-6-CFP-10 fusion antigen show that the candidate vaccine is capable of providing protective reponse against Mycobacterium tuberculosis infection. Key words : TNF-α, IL-4, PBMC, ELISA, rESAT-6-CFP-10 Abstrak Imunitas protektif terhadap infeksi tuberculosis sangat bergantung terhadap keseimbangan sitokin T-helper (Th)-1 dan Th2. Sitokin TNF-α yang disekresi oleh sel Th1 mampu mempertahankan status laten, dan IL-4 yang disekresi oleh Th2 membantu produksi antibodi. Pengembangan kandidat vaksin terbaru yaitu antigen fusi rESAT-6-CFP-10 bersifat spesifik terhadap respons imun protektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respons imun seluler melalui kadar TNF-α dan IL-4 pasca stimulasi antigen fusi rESAT-6-CFP-10. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu di laboratorium secara in vitro pada kultur PBMC. Pemeriksaan kadar sitokin TNF-α dan IL-4 dengan metode ELISA. Rerata kadar TNF-α pasca stimulasi paling tinggi ditemukan pada kelompok TB laten 866,05, dibandingkan TB aktif 814,56 dan orang sehat 414,58, tetapi tidak berbeda bermakna. Reratakadar IL-4 pasca stimulasi paling tinggi ditemukan pada kelompok TB aktif, dibandingkan TB laten dan orang sehat, tetapi tidak berbeda bermakna. Kadar TNF-α yang tinggi dan kadar IL-4 yang rendah pada TB laten pasca stimulasi antigen fusi rESAT-6-CFP-10 menunjukkan bahwa kandidat vaksin mampu memberikan repons protektif terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis secara invitro. Kata kunci : TNF-α, IL-4, PBMC, ELISA, rESAT-6-CFP-10.
Kombinasi Salam, Pegagan, Alang-Alang, dan Pala Terhadap Fungsi Kardiovaskuler Pasien Hipertensi Esensial Ulfatun Nisa; Tyas Friska Dewi
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.663 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v46i1.58

Abstract

Abstract Hypertension is one of cardiovascular risk factors. This study aims to determine the effect of combinations of bay leaf (Syzygium polyanthum), gotu kola (Centella asiatica), cogon grass (Imperata cylindrica), and nutmeg (Myristica fragrans) to the cardiovascular function of essential hypertensive patient as alternative therapy. The study used a pre experimental quasi and post test design. Sixty new patients which came between Juni-October 2016 that fulfilled inclusion criteria, 18-60 years old with mild hypertension and stable health conditions, and exclusion criteria, doesn’t have severe comorbid disease, pregnant, or have allergic reaction toward given combination of bay, gotu kola, cogon grass, and nutmeg (jamu). The subjects drank given jamu formula twice a day for 56 days. Measurement of blood pressure, heart rate, RPP, PP, and MAP done once a week in Rumah Riset Jamu Tawangmangu. The results showed a decrease in systolic pressure from 147.16 ± 6.46 mmHg to 132.25 ± 11, 21 mmHg with p value = 0.001%, diastolic pressure decreased from 92.16 ± 2.49 mmHg to 77.83 ± 8 , 98 mmHg with p value = 0.001%, mean arterial pressure, heart rate, RPP, and PP also decreased. The results showed that combination of bay leaf, gotu kola, cogon grass, nutmeg can increase cardiovascular function by decreasing in blood pressure, heart rate, RPP, PP, and MAP. Keywords : hypertension, bay leaf, gotu kola, cogon grass, nutmeg Abstrak Hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ramuan kombinasi daun salam (Syzygium polyanthum), pegagan (Centella asiatica), akar alang-alang (Imperata cylindrica), dan biji pala (Myristica fragrans) terhadap fungsi kardiovaskuler pasien hipertensi esensial sebagai terapi alternatif. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimental pre dan post test design. Pasien baru berjumlah 60 orang yang datang pada bulan Juni-Oktober 2016, yang memenuhi kriteria inklusi usia 18-60 tahun dengan hipertensi ringan serta kondisi pasien stabil dan kriteria eksklusi tidak mempunyai penyakit komorbid yang berat, hamil atau adanya alergi terhadap salah satu tanaman dalam kombinasi tersebut Subyek diberi ramuan jamu yang diminum 2 kali setiap hari selama 56 hari. Pengukuran terhadap tekanan darah, heart rate, RPP, PP, dan MAP dilakukan setiap minggu di Rumah Riset Jamu Tawangmangu. Hasil yang didapat menunjukkan penurunan tekanan sistolik dari 147,16 ± 6,46 mmHg menjadi 132,25 ± 11, 21 mmHg dengan nilai p = 0,001%, tekanan diastolik menurun dari 92,16 ± 2,49 mmHg menjadi 77,83 ± 8,98 mmHg dengan nilai p = 0,001%, tekanan arteri rata-rata, heart rate, RPP, dan PP juga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan kombinasi daun salam, pegagan, akar alang-alang, dan biji pala dapat meningkatkan fungsi kardiovaskular dengan menurunkan tekanan sistolik, diastolik, tekanan arteri rata-rata, nilai PP dan RPP. Kata kunci:hipertensi, salam, pegagan, alang-alang, pala
Kepadatan dan Tingkat Infeksi Serkaria Schistosoma japonicum pada Keong Oncomelania hupensis lindoensis dengan Kasus Schistosomiasis di Daerah Endemis Schistosomiasis, Sulawesi Tengah Anis Nurwidayati; Junus Widjaja; Samarang Samarang; Made Agus Nurjana; Intan Tolistiawaty; Phetisya PFS
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.076 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v46i1.59

Abstract

Abstract Schistosomiasis in Indonesia only found in Napu and Bada Highlands, Poso district and Lindu Highlands in Sigi district, Central Sulawesi Province. Schistosomiasis in Indonesia caused by Schistosoma japonicum and Oncomelania hupensis lindoensis is the intermediate snail host. The mapping of snail foci areas in 2017 showed that there was a significant change in the spread of the snail's foci. This paper aimed to describe the density and infection rate of S. japonicum cercariae in the snail host in the endemic areas of schistosomiasis in Central Sulawesi Province. The mean O.hupensis lindoensis snail density in Napu ranged from 0.9 to 6.6/m2, with mean rates of cercariae infections ranging from 0.4% to 21.4%. The snail density average in Lindu ranging from 3/m2 to 69,1/m2, with 4.4%-72.9% of cercariae infections. In bada the snail density ranged from 0.1 to 4.9/m2, with mean rates of cercariae infections ranging from 0% to 14.9%. Bivariate analysis showed there was no correlation between snail density and cercariae infection rate with schistosomiasis case (p value> 0.05). Keywords : Schistosomiasis, density, infection rate, Oncomelania hupensis lindoensis, Central Sulawesi Abstrak Schistosomiasis di Indonesia hanya ditemukan di Propinsi Sulawesi Tengah, yaitu Dataran Tinggi Napu dan Dataran Tinggi Bada, Kabupaten Poso serta Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi. Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong Oncomelania hupensis lindoensis. Pemetaan daerah fokus pada tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan dalam penyebaran fokus keong. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan kepadatan dan infection rate serkaria S.japonicum pada keong perantara schistosomiasis di wilayah endemis schistosomiasis di Provinsi Sulawesi Tengah. Rerata kepadatan keong O.hupensis lindoensis di Napu berkisar dari 0,9 – 6,6/m2, dengan rerata tingkat infeksi serkaria berkisar antara 0,4% sampai 21,4%, di Lindu kepadatan keong berkisar antara 3/m2 sampai 69,1/m2, dengan tingkat infeksi serkaria 4,4%¬72,9%, dan di Bada kepadatan keong berkisar antara 0,1 – 4,9/m2, dengan rerata tingkat infeksi serkaria berkisar antara 0 % sampai 14,9%. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada korelasi antara kepadatan keong dan tingkat infeksi serkaria dengan jumlah kasus schistosomiasis nilai p value > 0.05. Kata kunci: Schistosomiasis, kepadatan, tingkat infeksi, Oncomelania hupensis lindoensis, Sulawesi Tengah
Front Matter vol 46 No 1 Maret 2018 Buletin Penelitian Kesehatan
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.352 KB)

Abstract

Back Matter Vol 46 No. 1 Maret 2018 bpk managerxot
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1993.063 KB)

Abstract

MODEL PENDEKATAN MULTISEKTOR UNTUK PENINGKATAN STATUS GIZI IBU DAN ANAK ETNIS MOLO DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Ira Ummu Aimanah; Made Asri Budisuari; Eka Denis Machfutra
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 4 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.668 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v46i4.85

Abstract

Status gizi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan balita yang berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan. Namun, etnis Molo di Desa Fatumnasi, Timur Tengah Selatan (TTS), masih menjalankan adat taskon yang berpotensi menurunkan tingkat kesehatan ibu dan anak. Adat taskon merupakan serangkaian kegiatan bertujuan merawat ibu selama masa nifas yaitu pantangan terhadap makanan selama 40 hari dengan hanya memakan jagung bose, yang mempengaruhi pemenuhan gizi ibu dan anak. Penelitian ini bertujuan memahami mengapa dan bagaimana masyarakat etnis Molo melaksanakan taskon dan menyusun model intervensi peningkatan status gizi ibu dan anak Etnis Molo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan wawancara mendalam terhadap ibu nifas, tokoh agama dan tokoh masyarakat etnis Molo pada April-Oktober 2017. Hasil menunjukkan taskon masih banyak dilakukan Marga Oematan, walaupun kini hanya dilakukan 4-8 hari pertama kelahiran. Adat ini turun temurun masih dilakukan karena masyarakat takut jika melanggar bisa mengalami sakit bahkan mengakibatkan kematian. Hasil observasi menggambarkan kondisi vegetasi Desa Fatumnasi dataran tinggi subur tetapi sedikit penduduk yang memanfaatkan potensi tersebut. Akses transportasi dan infrastruktur kurang mendukung dalam memasarkan hasil perkebunan. Mengatasi gizi buruk tidak bisa dilakukan sektor kesehatan sendiri, tetapi sektor lain yang terkait yaitu pertanian, peternakan dan kesehatan hewan. Model intervensi multisektor diharapkan bisa menekan kasus gizi buruk.
Kesiapan Stakeholder Pengobatan Massal Filariasis di Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya Yona Patanduk; Rais Yunarko; Majematang Mading
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 46 No 2 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.691 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v46i2.98

Abstract

Abstract Mass drugs administration (MDA) of filariasis is one part of the filariasis elimination program as it is targeted by World Health Organization to complete by 2020. Some efforts are made to ensure successful MDA with coverage and compliance according to the target set. There are several important things that can affect the success of the MDA. It is related to the readiness of implementers in planning, coordination and distribution of drugs. The result of the first year of MDA could be used as a recommendation for the next period. The aim of this study is to describe the readiness of the MDA in the first round in Southwest Sumba District, especially in Kodi Balaghar Sub District. Data were obtained by in-depth interviews at district and sub-district implementers. The results of this study showed that there is no readiness in the implementation of MDA of which is seen from the lack of knowledge from each stakeholder on filariasis disease and stages in the implementation of MDA. A better planning is needed to reduce operational and technical constraints. Keywords : mass drugs administration, constraints, stakeholder Abstrak Pemberian obat pencegah filariasis secara massal adalah salah satu bagian dari program eliminasi filariasis yang oleh organisasi kesehatan dunia ditargetkan selesai pada tahun 2020. Berbagai upaya dilakukan agar pelaksanan pengobatan massal berhasil dengan cakupan dan kepatuhan minum obat sesuai dengan target yang ditentukan. Dalam pengobatan massal terdapat beberapa hal penting yang dapat memengaruhi suksesnya pengobatan yaitu terkait kesiapan pihak pelaksana dalam perencanaan, koordinasi dan pembagian obat. Pengobatan massal tahun pertama menjadi indikator yang dapat dijadikan rekomendasi dalam pengobatan periode selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kesiapan pelaksanaan pengobatan massal filariasis tahap pertama di Kabupaten Sumba Barat Daya khususnya di Kecamatan Kodi Balaghar. Data penelitian ini diperoleh dengan wawancara mendalam pada pelaksana kabupaten hingga kecamatan. Hasil penelitian ini memperlihatkan belum adanya kesiapan dalam pelaksanaan pengobatan massal filariasis yang terlihat dari kurangnya pengetahuan dari tiap stakeholder tentang penyakit filariasis dan tahapan dalam pelaksanaan pengobatan massal. Perencanaan yang lebih baik diperlukan untuk mengurangi hambatan operasional dan teknis yang dihadapi. Kata kunci : Pengobatan massal filariasis, hambatan, stakeholder
Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda Terhadap Status Gizi Remaja di Kota Banda Aceh Zurnila Marli Kesuma; Siti Rusdiana; Asep Rusyana; Latifah Rahayu; Romi Rosadi
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 47 No 1 (2019)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.057 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v47i1.143

Abstract

This study aimed to determine factors related to the nutritional status of adolescents in the city of BandaAceh. Cross sectional study was conducted through interview using questionnaires regarding nutritionalstatus, knowledge and income of parents. Correspondence analysis was used to determinefactors relatedto adolescent nutritional status.. The results revealed that the adolescents with normal nutritional statustend to have good knowledge and good diet. Key words : multiple correspondence analysis, diet, knowledge, adolescent nutritional status Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remajadi kota Banda Aceh. Penelitian potong lintang dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesionermengenai status gizi, pengetahuan dan pendapatan orang tua. Untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan status gizi remaja, digunakan analisis korespondensi. Hasil plot korespondensimenunjukkan bahwa, remaja dengan status gizi normal cenderung memiliki pengetahuan yang baik dandiet yang baik. Kata kunci : korespondensi berganda, uji Khi-kuadrat, status gizi remaja.

Page 2 of 15 | Total Record : 149