cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
pusbullhsr@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN
ISSN : 14102935     EISSN : 23548738     DOI : https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.3101
hasil-hasil penelitian, survei dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang sistem dan kebijakan kesehatan
Articles 154 Documents
PERANAN AGEN PERUBAHAN DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) DI KECAMATAN INDIHIANG, KOTA TASIKMALAYA Vita Kartika; Tety Rachmawati
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 20 No 4 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.775 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v20i4.77

Abstract

Non-communicable diseases (NCD) death rates in Indonesia have significantly increased in the last twenty years. The government has strategies to control the NCD but not successful. The many controls for the NCD such as hypertension, diabetes, and stroke by health workers are not enough, but it needs full assist from agent of changes as support strength in community. The Government also needs Agent of Change who supports the society to assist the PTM control method. The type of research is operational research. The study was carried out in 4 sub districts Indihiang, Tasikmalaya City. Twenty one agents of changes were selected. Intervention was by triggering agent changes on the NCD control. Quantitative data were collected by questionnaires while qualitative data were by in-depth interviews. Data analysis of knowledge changes that include attitude and behavior was with t test. Results showed that knowledge of the agent of changes increased significantly, (p = 0.00). And after the agents follow the triggering process, there were changes in their behaviors. Their previous negative behaviors that affect high risk of exposure to NCH have been gradually reduced and turned to be positive behaviors to prevent the emergence of NCD such as reducing the number of cigarettes smoked per day. There were also agents of change who quit smoking. Other risky behaviors were also reduced as to reduce the consumption of fried foods and contain excessive fat and coconut foods. Another positive activity that was started by the agent of change after following the trigger was to do physical activity with exercise at least once a week. The agents of changes had do healthy behavior in everyday life. It is expected that healthy behavior of the agents of change could continue and applied by the surrounding community, especially young generation as successor of the nation. ABSTRAK Tingkat kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) telah meningkat secara signifikan selama dua puluh tahun terakhir di Indonesia. Pemerintah telah melakukan beberapa strategi pengendalian PTM tetapi belum berhasil. Upaya pengendalian PTM seperti hipertensi, diabetes, dan stroke tidak cukup hanya dilakukan oleh profesional kesehatan, namun juga harus mendapat dukungan penuh dari agen perubahan sebagai kekuatan pendorong di masyarakat. Jenis penelitian adalah riset operasional. Penelitian dilakukan di 4 kelurahan Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Dipilih 21 agen perubahan. Intervensi dengan pemicuan terhadap agen perubahan dalam pengendalian PTM. Pengumpulan data kuantitatif dengan kuesioner sedangkan data kualitatif dengan wawancara mendalam. Analisis data perubahan pengetahuan yang meliputi sikap dan perilaku dengan uji t test. Hasil menunjukkan pengetahuan agen perubahan meningkat secara signifikan, (p = 0,00). Dan setelah agen perubahan mengikuti proses pemicuan, terjadi perubahan perilaku mereka. Perilaku negatif sebelumnya yang berdampak pada tingginya risiko terkena PTM, telah perlahan dikurangi dan berubah menjadi perilaku- perilaku positif untuk mencegah munculnya PTM seperti mengurangi jumlah rokok yang dihisap per hari. Ada juga agen perubahan yang berhenti merokok. Perilaku berisiko lainnya yang juga berkurang adalah mengurangi konsumsi makanan yang digoreng dan mengandung lemak berlebihan juga makanan bersantan. Kegiatan positif lain yang mulai dibangun oleh agen perubahan setelah mengikuti pemicuan adalah melakukan kegiatan fisik dengan latihan minimal seminggu sekali. Agen Perubahan sudah mulai menerapkan perilaku hidup sehat di kehidupan sehari-hari. Diharapkan perilaku sehat dari para agen perubahan dapat terus dilakukan dan diterapkan oleh masyarakat di sekitarnya, khususnya generasi muda sebagai penerus bangsa.
SENI JATHILAN MODIFIKASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA REMAJA JATHILAN TURONGGO WIRO BUDOYO KOTA YOGYAKARTA Herti Maryani; Sitti Nur Djannah; Septian Emma Dwi Jatmika
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 20 No 4 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.624 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v20i4.83

Abstract

Generaly the adolescent in Turonggo Wiro Budoyo have been dating (50-60%), adolescents ever had sex (30-40%) have been petting and the other have been embracing and holding hands. The impact of promiscuity has been perceived by some teens TWB, such as unwanted pregnancy. abortion and early marriage. The purpose of this study was to analyze the effect modifi cation Jathilan of the level of knowledge and attitudes of adolescent TWB Wirobrajan. Yogyakarta. The study was experimental using comparative test the level of knowledge and attitude of adolescent reproductive health for three group. The intervention group was Jathilan artis who player Jathilan modifi cation (role play) amounted to 24 teenagers. The fi rst control group is Jathilan audience amounted to 21 teenagers. The second control group were given KRR counseling with a combination of lecture and audiovisual methods amounted to 29 teenagers. There are differences in the average level of knowledge signifi cantly between the intervention group and the control group. with p = 0.03 (p < 0.05). where the average level of knowledge in the intervention group was higher (44.29) compared with the control group, both on the fi rst control group (32.90) or the control group (34.72). Jathilan modifi cation is expected to be innovative health promotion media to deliver information about adolescent reproductive health. ABSTRAK Remaja anggota Turonggo Wiro Budoyo (TWB) umumnya telah berpacaran (50-60%), pernah melakukan hubungan intim (30–40%), telah petting dan sisanya berangkulan dan pegangan tangan. Dampak pergaulan bebas seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan perkawinan usia dini terjadi di lingkungan remaja TWB. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Jathilan modifi kasi KRR sebagai media promosi kesehatan berbasis budaya lokal terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja TWB di Wirobrajan, Yogyakarta. Jenis penelitian adalah Experimental menggunakan uji komparatif tingkat pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi remaja antartiga kelompok. Kelompok intervensi adalah anggota seni Jathilan yang berperan sebagai pemain Jathilan modifi kasi KRR (role play) berjumlah 24 remaja. Kelompok kontrol pertama adalah kelompok remaja penonton seni Jathilan modifi kasi KRR berjumlah 21 remaja. Kelompok kontrol kedua adalah kelompok remaja yang diberi penyuluhan KRR dengan metode kombinasi ceramah dan audiovisual terdapat perbedaan rerata tingkat pengetahuan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,03 (p < 0,05), di mana rerata tingkat pengetahuan pada kelompok intervensi lebih tinggi (44,29) dibandingkan dengan kelompok kontrol, baik pada kelompok kontrol pertama (32,90) atau kelompok kontrol kedua (34,72). Diharapkan seni tradisional Jathilan modifi kasi KRR dapat menjadi media inovasi penyampaian informasi kesehatan reproduksi remaja.
RISET EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Gurendro Putro; Betty Roosihermiatie; Abdul Samad
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 20 No 4 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.588 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v20i4.84

Abstract

The implementation of District Health Insurance (the Jamkesda) in Kutai Kartanegara District since the Decree of Kutai Kartanegara District Number 180.188/HK-782/2008 on the initial target of the Jamkesda program in Kutai Kartanegara District 2008, followed by Kutai Kartanegara District Decree Number 1/SK-Bup/HK/2011 on target of the Jamkesda Program Target member in Kutai Kartanegara District. The study aimed to evaluate implementation of the Jamkesda in Kutai Kartanegara District that operating from 2009 to 2013. It was an observational study with a cross sectional design. The total samples were 6.635 people in Kutai Kartanegara District. The study was conducted from August to November 2013. Data collection were by interview. Bivariate data were analyzed by chi square test. Characteristics of members the Jamkesda program in Kutai Kartanegara District were mostly of 50.5% ≥ 41 years old; 26.6% high school educated, 29.1% of farmers; 48.5% with low income of Rp.1.000.0000, - or less; 53.2% had 3–4 family members. For the Jamkesda health services, the majority 90.6% knew about the Jamkesda and 69.4% used the services. People aged ≥ 41 years old, mostly farmers and fi shermen, lower family income, higher family members, and living near to health facilities were associated with utilization of the health services. Education was not associated with utilization of the Jamkesda health services. But the higher education, the higher knowledge on utilization of the Jamkesda (p = 0.000), likely they understood information on the Jamkesda health services. Conversely according to level of satisfaction, the lower education the more satisfi ed to the Jamkesda health services (p=0,029). It needs to socialize the health insurance in providing qualifi ed health services for all patients and its sustainability within the framework of national health scheme to achieve universal health coverage. ABSTRAK Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di Kabupaten Kutai Kartanegara sejak Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 180.188/HK-782/2008 tentang sasaran awal program Jamkesda kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2008, diikuti Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 1/SK-Bup/HK/2011 tentang Penetapan Sasaran Kepesertaan Program Jamkesda Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Jamkesda di Kabupaten Kutai Kartanegara yang berjalan dari tahun 2009 sampai 2013. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain potong lintang. Total sampel sebanyak 6.635 orang di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Waktu penelitian pada bulan Agustus sampai dengan November 2013. Pengumpulan data dengan wawancara. Analisis data bivariat dengan chi square test. Karakteristik masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara peserta program Jamkesda yang terbanyak 50,5% berumur ≥ 41 tahun; 26,6% berpendidikan tamat SMA, 29,1% petani, 48,5% dengan penghasilan rendah yaitu Rp.1.000.0000,- atau kurang, 53,2% memiliki 3-4 anggota keluarga. Pelayanan kesehatan Jamkesda menunjukkan 90,6% masyarakat mengetahui tentang Jamkesda dan 69,4% yang memanfaatkan pelayanannya. Masyarakat dengan umur semakin tua, ≥ 41 tahun, jenis pekerjaan terutama petani dan nelayan, berpenghasilan rendah, jumlah anggota keluarga banyak, dan bertempat tinggal dekat dengan fasilitas kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan Jamkesda. Pendidikan tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan Jamkesda. Tetapi semakin tinggi pendidikan masyarakat maka semakin tinggi pengetahuannya terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan Jamkesda (p = 0,000). Tampaknya mereka paham terhadap informasi pelayanan Jamkesda. Sebaliknya menurut tingkat kepuasannya, semakin rendah pendidikannya maka semakin puas terhadap pelayanan kesehatan Jamkesda (p = 0,029). Perlu sosialisasi tentang jaminan kesehatan untuk memberikan pelayanan jaminan kesehatan yang berkualitas kepada semua pasien dan keberlangsungannya dalam kerangka jaminan kesehatan nasional guna mencapai universal health coverage.
INTENSITAS INFEKSI TRICHURIS TRICHIURA PADA SISWA SDN I MANURUNG DI KECAMATAN KUSAN HILIR, KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN Budi Hairani; Juhairiyah Juhairiyah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 20 No 4 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v20i4.87

Abstract

Worm infection cumulatively can cause loss of nutrients in the form of calories, protein, and blood loss. One of the most important species of intestinal worms is Trichuris trichiura with high prevalence rates. T. trichiura infection mostly affects 5 to 10 year children, the age group that has the highest risk of suffering of severe intensity worm infection. The study aimed to determine the prevalence and intensity of T. trichiura infectionat the SDN 1 Manurung. It was an observational study with a cross sectional design. Samples were total population of subjects who were Class I to VI students at the SDN I Manurung, Kusan Hilir Subdistrict of Tanah Bumbu District, South Kalimantan. Data collection were carried out in October year 2014. Examination of stool samples was using quantitative Kato - Katz method, in order to count number of eggs and the estimated number of worms found in an individual. Among 98 children, there were 31 (31.6%) children had positive worm infections. The types of worm infections were Trichuris trichiur, Ascaris lumbricoides, Enterobius vermiculari, Hymenolepis sp. and hookworm. T. trichiura infection were found in the form of a single infection (22 children) and in the form of a mixture of T. trichiura and A. lumbricoides infection (4 children) so the a total of 26 children suffering from trichiura infection. Intensity of the infection were varied from mild to severe. was The highest prevalence was 26.5% of trichuriasis among SDN Manurung I children. The severe intensity of infection was mostly found among children who suffered from trichuriasis. The government should increase health socialization and monitoring to students and provide routine intestinal worm drugs. ABSTRAK Infeksi cacing secara kumulatif dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan darah. Salah satu spesies cacing usus yang terpenting adalah Trichuris trichiura dengan tingkat prevalensi yang tinggi. Infeksi Trichiuris trichiura sebagian besar diderita oleh anak 5-10 tahun, kelompok umur ini juga paling berisiko menderita infeksi cacing dengan intensitas yang berat. Penelitian ini betujuan menentukan prevalensi dan intensitas infeksi T. trichiura pada murid SDN 1 Manurung. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain potong lintang. Sampel merupakan total sampling populasi sebagai subjek penelitian yaitu siswa kelas I – VI SDN I Manurung, Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014. Pemeriksaan sampel tinja menggunakan metode kuantitatif Kato-katz agar dapat dihitung jumlah telur dan diperkirakan jumlah cacing yang terdapat pada satu individu. Dari total 98 anak yang diperiksa ditemukan 31 orang (31,6%) positif kecacingan. Jenis cacing yang menginfeksi yaitu Trichuris trichiura, Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Hymenolepis sp. dan Hookworm. Infeksi T. trichiura terdiri dari bentuk tunggal (22 orang) dan dalam bentuk campuran antara T. trichiura dan A. lumbricoides (4 orang) sehingga jumlah total anak yang terinfeksi cacing T. trichiura adalah sebanyak 26 orang. Intensitas infeksi yang ditemukan bervariasi dari ringan hingga berat. Prevalensi trichuriasis merupakan yang tertinggi pada murid SDN 1 Manurung yaitu 26,5%. Infeksi dengan intensitas berat merupakan yang terbanyak ditemukan pada anak-anak yang menderita trichuriasis. Pengelola program kesehatan perlu meningkatkan sosialisasi dan monitoring kesehatan pada anak-anak sekolah disertai kegiatan pengobatan kecacingan secara rutin.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, SIKAP DAN PERSEPSI BIDAN TERHADAP PENGGUNAAN PARTOGRAF DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Novia Susianti; Thursina Vera Hayati
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 20 No 4 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.578 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v20i4.88

Abstract

Pregnancy and childbirth are estimated to be 15% with complicated and life-threatening. Most of these complications can be prevented and handled, one of them if health personnel perform appropriate handling procedures, among others, using partograf. The Result of Maternal Health Services Quality Assessment Year 2012 in Provinces of Indonesia showed low compliance of health personnel in using partograf. This research uses quantitative research cross-sectional design and uses different test proportion of “chi-square”. It aims to evaluate the use of partograf and the relationship among factors such as midwives’ characteristics (age, period of working, the competence of helping childbirth, experience, and training), attitude and perception in using partograf in East Tanjung Jabung Regency. The sample of the research, midwives in work area of West Sabak Community Health Centre, East Sabak, Dendang and Simpang Pandan, are chosen by purposive sampling with 58 respondents. The results shows only 74.1% of respondents use partograf well. Although the respondents have good skills, good experience, have enough training, but partograf is not implemented well, yet. Factors which significantly related in the use of partographs by midwife are ability, experience, training, and perceptions of appreciation. A well midwife performance has a 10.3 times chance of using the partograph, with a good experience of 5.8 times, and with good perceptions of awards is 7.6 times more likely to use of partograph. It is necessary to improve the quality of midwives in helping normal childbirth, motivation through performance rewards that has been achieved incentives and opportunities of career enhancement. ABSTRAK Kehamilan dan persalinan diperkirakan 15% akan mengalami komplikasi dan mengancam jiwa. Namun sebagian besar komplikasi tersebut ternyata dapat dicegah dan ditangani, salah satunya apabila tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai antara lain menggunakan partograf. Hasil Assessment Kualitas Pelayanan Kesehatan Maternal tahun 2012 di kabupaten/kota di Indonesia menunjukkan masih rendahnya kepatuhan petugas kesehatan dalam menggunakan partograf. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain cross secsional menggunakan uji beda proporsi “chi-square”, bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan partograf dan hubungan faktor karakteristik bidan (usia, masa kerja, kemampuan pertolongan persalinan, pengalaman, pelatihan), sikap serta persepsi bidan dalam penggunaan partograf di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sampel penelitian adalah bidan di wilayah kerja Puskesmas Sabak Barat, Sabak Timur, Dendang dan Simpang Pandan yang dipilih berdasarkan purposive sampling yaitu sebanyak 58 orang. Hasil penelitian menunjukkan hanya 74,1% responden yang menggunakan partograf dengan baik. Walaupun responden telah memiliki kemampuan baik, pengalaman baik, mengikuti cukup pelatihan, namun partograf belum digunakan sepenuhnya. Faktor yang berhubungan signifikan dalam penggunaan partograf oleh bidan, terdiri dari kemampuan, pengalaman, pelatihan, serta persepsi terhadap penghargaan. Bidan dengan kemampuan yang baik berpeluang 10,3 kali dalam menggunakan partograf dengan baik, dengan pengalaman yang baik berpeluang 5,8 kali, dan dengan persepsi terhadap penghargaan yang baik berpeluang 7,6 kali untuk menggunakan partograf. Perlu dilakukan peningkatan kualitas bidan dalam melakukan pertolongan persalinan normal, pemberian motivasi melalui penghargaan atas kinerja yang telah dicapai berupa insentif maupun kesempatan peningkatan karir.
PENGARUH KESADARAN SITUASI IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARU KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN 2016 Sendy Ayu Mitra Uktutias; Niniek Lely Pratiwi; Windhu Purnomo
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.769 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i1.89

Abstract

Basic Health Research Results (Riskesdas) conducted by the Ministry of Health shows that the coverage of K4 during the last 3 years in 2010–2013 is the year 2010 by 86.85% and the year 2013 of 87.48%. The lack of utilization of ANC by pregnant women is associated with many factors, one of which is the lack of awareness of pregnant women about the importance of pregnancy care. The purpose of this study analyzed the influence of awareness of the situation of pregnant women with the frequency of antenatal visits. The research method was analytic observational with cross sectional study design. The study sample was 38 pregnant women who lived in the working are at waru public health center’s. The sampling technique using simple random sampling. Data collection using primary data by questionnaire and secondary data with the instrument KIA book. Data were processed and analyzed by using frequency distribution and inferential analyze of linier regression with a significance level of 5% (p = 0.05). The results of linear regression analysis in pregnant women showed significant value of β 0.684 (β > 0.500), that the awareness of the situation had an effect on the frequency of antenatal care. A good situation awareness is a necessary process to influence the decision to act, it is a pregnancy test and can be seen the frequency of antenatal care of a pregnant woman. This conclusion Waru public health center’s is a health clinic located in the highlands. Still less maximal antenatal care visits because of the support and access to antenatal care. It is suggested to raise awareness of pregnant women situation through family involvement, husband as reinforcement factor in support of improvement of antenatal care examination.
KAJIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN DAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Lukman Prayitno; Suharmiati Suharmiati
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.152 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i1.91

Abstract

Pharmacy services is one of health care facilities is essential and support services medical care in the era of national health insurance. This study aims to determine the relationship of the quality of pharmaceutical services and outpatient satisfaction in the era of national health insurance. This study is a review of five studies that were taken from google scholar with topics related to quality pharmacy services and patient satisfaction, especially outpatients with the aim to see the relationship between the two topics. Satisfaction outpatient pharmacy services to be measured from five aspects: the tangible (direct evidence / physical), reliability (reliability), responsiveness (responsiveness), assurance (assurance), empathy (hospitality / caring). Outpatient satisfaction with the services of pharmacy measured from five aspects of service quality. There are three research which states that the satisfaction of outpatients have a low value at the time of drug services (reliability). There are two results of the study which states that satisfaction of outpatients have a low value on the guarantee (assurance). Increasing satisfaction with time outpatient drug services can be reached by making work system more simple, adding pharmacy workers, educating consumers about the services provided. While the increase in outpatient satisfaction about the assurance can be reached by increasing the amount of drug in the recipe included in BPJS dependents and ensure the availability of drugs. ABSTRAK Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu sarana layanan kesehatan yang sangat penting dan menunjang layanan perawatan medik pada era jaminan kesehatan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan kefarmasian dan kepuasan pasien rawat jalan pada era jaminan kesehatan nasional. Penelitian ini merupakan review dari 5 penelitian yang diambil dari google scholar dengan topik yang terkait dengan mutu pelayanan farmasi dan kepuasan pasien khususnya pasien rawat jalan dengan tujuan untuk melihat hubungan kedua topik tersebut. Hasil penelitian menunjukkan kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kefarmasian dapat diukur dari 5 aspek yaitu tangible (bukti langsung/ fisik), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), empathy (keramahan/ kepedulian). Terdapat tiga hasil penelitian yang menyatakan bahwa kepuasan pasien rawat jalan mempunyai nilai rendah pada waktu layanan obat (reliability) serta dua hasil penelitian yang menyatakan bahwa kepuasan pasien rawat jalan mempunyai nilai rendah pada jaminan (assurance). Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan kepuasan pasien rawat jalan terhadap waktu layanan obat dapat ditempuh dengan cara membuat sistem kerja yang lebih sederhana, menambah petugas farmasi, edukasi konsumen tentang layanan yang diberikan. Sedangkan peningkatan kepuasan pasien rawat jalan terhadap jaminan (assurance) dapat ditempuh dengan cara meningkatkan jumlah obat dalam resep yang masuk dalam tanggungan BPJS dan menjamin ketersediaan obat.
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN IBU DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Indah Pawitaningtyas; Herti Windya Puspasari
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.163 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i1.94

Abstract

Over the past few years, Timor Tengah Selatan donated the highest number of maternal mortality and infant mortality rates for NTT Province compared to other districts/ cities. In 2012, in Timor Tengah Selatan 25 mother died and as many as 93 children, including infants died. This study is a qualitative study aimed to determine community’s role in attemp to improve maternal health status at Timor Tengah Selatan. Data collection was conducted during March-November 2012 through in-depth interviews and focus group discussions. The result showed that there is community participation of cadres and community leaders as a motivator in improving maternal health status in South Central Timor district. They have also been doing their role in formulating policy in their village such as the agreement that no more birth process is done at home especially by the only help of traditional birth attendant. Their efforts did not mean without the support of health care facilities and good infrastructure. We need a facilitation from health personnel as facilitator for cadres and community leaders and development for better infrastructure. ABSTRAK Selama beberapa tahun terakhir, Kabupaten Timor Tengah Selatan menyumbang angka tertinggi kematian ibu dan kematian bayi bagi Provinsi NTT dibandingkan dengan kabupaten/ kota yang lain. Pada tahun 2012, di Kabupaten Timor Tengah Selatan 25 ibu meninggal dunia dan sebanyak 93 anak termasuk bayi meninggal dunia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran serta masyarakat dalam meningkatkan status kesehatan maternal di kabupaten Timor Tengah Selatan. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Maret–November 2012 dengan cara melakukan wawancara mendalam dan focus group discussion. Penelitian menunjukkan bahwa ada peran serta masyarakat yaitu kader dan tokoh masyarakat sebagai motivator dalam meningkatkan status kesehatan maternal di kabupaten Timor Tengah Selatan. Selain itu kader dan tokoh masyarakat mempunyai peran dalam menyusun kebijakan tingkat desa dalam hal ini yaitu adanya kesepakatan bahwa tidak ada lagi proses kelahiran yang dilakukan di rumah apalagi hanya dengan bantuan dukun bersalin. Upaya mereka tidaklah berarti tanpa dukungan fasilitas pelayanan kesehatan dan infrastruktur wilayah yang baik. Perlu pendampingan yang berkesinambungan dari tenaga kesehatan sebagai fasilitator bagi kader dan tokoh masyarakat serta pembangunan infrastruktur yang lebih baik.
KAJIAN SOSIOLOGIS PERILAKU BERESIKO KESEHATAN PADA KEKERASAN DALAM BERPACARAN MAHASISWA DI YOGYAKARTA Ratna Widyasari; Ni Ketut Aryastami
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.42 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i1.95

Abstract

Dating violence is a kind of violence that still debatable among the lawyers. It is due to there has not yet specific articles in the law such as Law number 23/2004 of women and child’s protection in domestic crime as well as Law number 23/2002 about child’s protection. The purpose of this study was to understand problems related to dating violence to strengthen the policy analysis of women’s protection under the laws. The methods was reviewing of policy and laws related documents and interviewed with the victims as well as partners or executors to understand the evidence. A qualitative analysis was implemented with snow-balling sample selection. Yogyakarta was selected as the study location considering that it has a huge population of colleges which the well known place of ‘kota pelajar’. The phenomenon of dating violence brings about psycho-social and health implication such as un-safe, feeling worry up until suicide trial. In addition un-expected pregnancy and risks of sexual transmitted infection become a serious thread related to un-negotiable power of the victims over the executor lead to inferior position of women when they ask the partners to use condom to prevent pregnancy. ABSTRAK Kekerasan dalam berpacaran (dating violence) merupakan salah satu bentuk kekerasan yang masih menjadi perdebatan di kalangan praktisi hukum, mengingat korban kekerasan dalam berpacaran tidak terlindungi oleh peraturan perundang- undangan yang secara spesifik telah disahkan oleh pemerintah, seperti UU no. 23 Tahun 2004 Tentang perlindungan perempuan dan anak terhadap KDRT serta UU no. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Penelitian ini menggunakan metode pengkajian perundang-undangan serta studi kualitatif sebagai pendamping kajian akan dilakukan pada mahasiswa di sekitar kampus yang bertujuan Mengkaji peran lintas sektoral dalam perlindungan masyarakat, terkait kekerasan, khususnya penanganan kekerasan dalam berpacaran di lingkungan kampus di DI Yogyakarta. Fenomena Kekerasan dalam berpacaran ini memiliki implikasi yang luas baik secara psikososial maupun kesehatan dimana kasus-kasus kekerasan ini berakibat pada mengalami kecemasan hingga keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri sedangkan pada kesehatan kekerasan dalam berpacaran terutama pada kekerasan seksual korban sangat berisiko mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD) tertular penyakit seksual menular. Terkait rendahnya daya tawar korban dalam hubungan dengan pelaku, menimbulkan korban memiliki posisi yang lebih inferior ketika meminta pelaku menggunakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan (kondom).
ANALISIS KEBIJAKAN PELAYANAN VAKSINASI MENINGITIS JEMAAH UMRAH DI INDONESIA Rustika Rustika; Herti Windya Puspasari; Asep Kusnali
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.08 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i1.96

Abstract

Currently, Indonesian people interest in pilgrimage is higher. The dense number of Umrah pilgrims may be at risk of transmission of the disease especially from endemic areas such as meningitis. Since 2002, the Saudi Arabian government has issued a policy requiring meningitis vaccination in both pilgrims and umrah, but there is still little problem in the provision of MM vaccination for Umrah pilgrims. This paper aims to determine the implementation of meningitis vaccination services for Umrah pilgrims in Indonesia. Data collection was done by indepth interview and focus group discussion to stakeholders related to the implementation of Umrah health service and supported by secondary data. The research was conducted at KKP Soekarno-Hatta Airport, Tangerang, Banten. Implementation of the Meningococcus ACYW-135 meningitis vaccine should be carried out at the designated Port Health Office (KKP) or Government Hospital, vaccination is done at least 1 month before the scheduled departure time. KKP is an institution that has the authority to issue International Certificate Vaccination (ICV) as a condition of issuance of Umrah visa from Saudi Arabia. But in the field there are many fraudulent ICV publishing done by some irresponsible umrah travels. ABSTRAK Saat ini, minat masyarakat terhadap ibadah umrah semakin tinggi. Padatnya jumlah Jemaah umrah dapat berisiko terjadinya penularan penyakit terutama yang berasal dari daerah endemis seperti meningitis. Sejak tahun 2002, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan yang Mewajibkan vaksinasi meningitis pada Jemaah haji maupun umrah, namun masih ditemukan adanya sedikit masalah dalam pemberian vaksinasi Meningitis Meningococcus untuk Jemaah umrah. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan vaksinasi meningitis bagi Jemaah umrah di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan indepth interview dan focus group discussion kepada stakeholder terkait pelaksanaan pelayanan kesehatan umrah serta didukung oleh data sekunder. Penelitian dilakukan di KKP bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Pelaksanaan penyuntikan vaksin Meningitis Meningococcus ACYW-135 wajib dilaksanakan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) atau Rumah Sakit Pemerintah yang telah ditunjuk, vaksinasi dilakukan minimal 1 bulan sebelum jadwal keberangkatan. KKP merupakan institusi yang mempunyai kewenangan menerbitkan International Certificate Vaccination (ICV) sebagai syarat penerbitan visa umrah dari Arab Saudi. Namun di lapangan banyak ditemukan penerbitan ICV palsu yang dilakukan oleh beberapa travel umrah yang tidak bertanggung jawab.

Page 2 of 16 | Total Record : 154