cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
pusbullhsr@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN
ISSN : 14102935     EISSN : 23548738     DOI : https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.3101
hasil-hasil penelitian, survei dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang sistem dan kebijakan kesehatan
Articles 154 Documents
KEBIJAKAN TRANSPLANTASI GINJAL DI INDONESIA Makassari Dewi
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.412 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i1.97

Abstract

Within the last few years there have been an increasing number of patients with end stage renal desease (ESRD). But the increase is not offset by the amount of the maximum service ESRD therapy. Compared with countries in the world, a renal transplant in Indonesia is still far behind. One of the hurdles is still weak due to regulatory support renal transplant in Indonesia. This article aims to look at the policy issues become an obstacle in the implementation of a renal transplant in Indonesia. This paper uses methods of regulatory reviews and articles related to a renal transplant. The analysis shows that the legal basis for a renal transplant in the form of existing legislation. However, the absence of specific regulations for a renal transplant and the decease donor in the form of technical instructions and guidelines for implementation rules became one of the obstacles in the development of renal transplantation in Indonesia. Renal transplants are covered by government funding, but still found gaps allocation of the amount of financing required a renal transplant so that implementation of clinical pathways on budgetary renal transplant is needed. ABSTRAK Dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit ginjal kronis (PGK) stadium akhir di Indonesia. Namun meningkatnya jumlah tersebut belum diimbangi dengan pelayanan yang maksimal terhadap terapi PGK stadium akhir. Dibandingkan dengan negara di dunia, transplantasi ginjal di Indonesia masih jauh tertinggal. Salah satu hambatannya adalah disebabkan masih lemahnya dukungan regulasi transplantasi ginjal di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk melihat permasalahan kebijakan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan transplantasi ginjal di Indonesia. Tulisan ini menggunakan metode review peraturan dan artikel terkait transplantasi ginjal. Hasil analisa menunjukkan bahwa payung hukum terhadap transplantasi ginjal dalam bentuk perundang-undangan sudah ada. Namun, belum adanya peraturan spesifik terhadap transplantasi ginjal dan donor jenazah dalam bentuk petunjuk teknis dan pedoman peraturan pelaksanaannya menjadi salah satu kendala dalam pengembangan transplantasi ginjal di Indonesia. Transplantasi ginjal sudah ditanggung pembiayaannya oleh pemerintah, namun masih ditemukan kesenjangan alokasi besaran pembiayaan transplantasi ginjal sehingga diperlukan penerapan clinical pathways transplantasi ginjal pada penyusunan anggaran transplantasi ginjal.
Sistem Pembayaran Kolektif Peserta Mandiri dengan Status Kepesertaan dan Kepatuhan Pembayaran Iuran BPJS Kesehatan di Kabupaten Malang zulfa auliyati agustina; Nailul Izza
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 1 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.899 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i1.157

Abstract

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengalami defisit anggaran sekitar Rp. 5.7 triliun pada tahun 2015, pada tahun 2016 mencapai Rp. 9,7 triliun dan pada akhir tahun 2017 defisit anggaran juga mencapai Rp. 9 triliun. Pemerintah berupaya untuk meminimalkan defisit anggaran yang terjadi pada BPJS dengan meningkatkan besaran iuran bulanan untuk peserta mandiri kelas satu dan dua. Selain itu, sistem pembayaran juga mengalami perubahan yaitu bersifat kolektif untuk seluruh anggota keluarga. Tujuan penelitian adalah untuk melakukan analisis hubungan sistem pembayaran iuran satu keluarga (kolektif) terhadap perpindahan kelas kepesertaan dan kepatuhan peserta dalam membayaran iuran bulanan. Metode penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan sampel penelitian adalah peserta BPJS mandiri di Kabupaten Malang yang terpilih secara acak. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan (67%), dengan pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga (40%). Rentang umur terbanyak 35-44 tahun (27%) dengan pendidikan terakhir tamat SMA (41%). Pendapatan berada pada tingkat sedang dan pengeluaran rendah. Penerapan sistem pembayaran iuran kolektif berhubungan dengan terjadinya perpindahan kelas kepesertaan (p=0,032) dan kepatuhan pembayaran iuran (p=0,007). Upaya edukasi dan sosialisasi kepada peserta BPJS mandiri perlu terus dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran peserta dalam kepatuhan membayar iuran. Memberdayakan kelompok-kelompok kegiatan masyarakat dalam rangka memampukan peserta BPJS mandiri memenuhi iuran bulanan.
INTERVENSI TOKOH AGAMA DAN TOKOH ADAT PADA TRADISI MENIKAH SUKU SASAK DALAM RANGKA MENURUNKAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN LOMBOK BARAT PROVINSI NTB Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti; Syajaratuddur Faiqah; Ati Sulanty; Ristrini Ristrini
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.558 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.166

Abstract

The high amount of early marriage in Lombok was caused by several factors namely social and cultural factors, as well as economic factors. The Sasak tribe has a culture of “Merarik” or Eloping. Higher pregnancies and births in adolescence can be prevented by delaying early marriage until healthy reproductive age by optimizing the role of figures who are considered as role models, so that the potential in society needs to be mobilized. This type of research is quasi experiment, with a pretest posttest design. Sample size 60 adolescents grouped into 2 groups with purposive sampling technique. Increased knowledge of adolescents about the effects of early marriage and changes in adolescent attitudes towards a better delay in early marriage. Formed rules (awek-awek) when married adolescents <20 years pay a custom fine and set in the rules of local custom. There is one young woman who wants to delay her marriage up to age> 20 years. Need further research parent participation and involvement of education as reinforcement of adolescent understanding. The involvement of parents and the education sector is needed to strengthen adolescent understanding. Abstrak Tingginya menikah usia dini di Lombok disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial dan budaya, serta faktor ekonomi. Suku Sasak memiliki budaya “Merarik” atau Kawin Lari. Tingginya kehamilan dan kelahiran pada usia remaja bisa dicegah dengan menunda pernikahan usia dini sampai dengan usia reproduksi sehat dengan mengoptimalkan peran serta para tokoh yang dianggap sebagai panutan, sehingga potensi yang ada di masyarakat perlu digerakkan. Jenis penelitian ini quasi experiment, dengan rancangan pretest posttest design. Besar sampel 60 remaja dikelompokkan menjadi 2 kelompok, memiliki pacar (Kelompok I) dan belum memiliki pacar (kelompok II) dengan teknik purposive sampling. Terjadi peningkatan pengetahuan remaja terhadap dampak pernikahan dini dan perubahan sikap remaja ke arah yang lebih baik terhadap penundaan pernikahan usia dini. Terbentuk aturan (awek-awek) apabila remaja menikah < 20 tahun membayar denda adat dan tertuang dalam aturan adat setempat. Terdapat satu remaja putri yang ingin menunda pernikahannya sampai dengan usia > 20 tahun. Perlu pelibatan peran serta orang tua dan pihak pendidikan sebagai penguat pemahaman remaja.
Meningkatnya Risiko Disabilitas Pada Penduduk Dengan Penyakit Tidak Menular: Analisa Lanjut Riskesdas 2013 Isfandari Siti; betty roosihermiatie
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.057 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.221

Abstract

Intersectoral approach is essential to develop program for people with disability in Indonesia. Coordination across ministries are necessary to manage this issue. The planning, provision and monitoring of medical and support services as well as program for population groups with disability may require assessment. Purpose of this study is to assess disability in Indonesia. Methods: performing analysis of disability data from 2013 Indonesian Household Health Survey known as Riskesdas. Level of disability obtained from two main population groups: those with and without non communicable disease (NCD). They then divided by age. The World Health Organization Disability Assessment Schedule II (WHODASII) was used to measure disability. Results: contribution of NCD on disability is obvious among older age indicated by higher proportion of disability with NCD. While risk of disability among younger age is unclear, since disability with NCDproportion is lower than disability without NCD. Probably risk of disability among younger age is other than NCD. None of the groups had members with extreme disability on their global WHO-DASII scores. The analysis identifi es target groups for each stakeholder to develop program for people with disability to reach their maximum potential. Abstrak Penanganan penduduk dengan disabilitas membutuhkan keterlibatan lintas kementerian. Diperlukan informasi besar masalah penduduk dengan disabilitas di Indonesia. Analisa bertujuan mengetahui besaran masalah. Metode: analisa deskriptif univariat dan bivariat data disabilitas Riskesdas 2013 untuk memperoleh Informasi disabilitas seluruh penduduk. Selanjutnya dilakukan analisa besaran disabilitas pada penduduk dengan dan tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM). Kelompok ini kemudian digolongkan menurut umur. Instrumen The World Health Organization Disability Assessment Schedule II (WHO-DASII) digunakan untuk mengukur disabilitas. Hasil: 18% penduduk Indonesia mengalami disabilitas. Informasi lebih rinci 8,2% mengalami kesulitan ringan, 6,8% kesulitan sedang dan 3% kesulitan berat. Kontribusi PTM terhadap disabilitas terlihat jelas pada kelompok usia 45 tahun atau lebih ditunjukkan dengan lebih tingginya proporsi disabilitas dengan PTM. Sedangkan risiko disabilitas pada kelompok usia sebelum 45 tahun bukan PTM, karena proporsidisabilitas dengan PTM lebih rendah.
PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG AKSES PELAYANAN KESEHATAN Hario Megatsari; Agung Dwi Laksono; Ilham Akhsanu Ridlo; Mohammad Yoto; Arsya Nur Azizah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.031 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.231

Abstract

Access to health services is often seen only from the provider perspective, while from the community side as a user is less noticed. Improving the quality of health services access requires a complete perspective on two diff erent sides. This research is designed descriptively qualitative. Data were collected by Focus Group Discussion (FGD), in-depth interview and observation. The research was conducted in Malang Regency in June-August 2018. The study results showed health services access generally the community believes that there are still perceived defi ciencies. Especially on the aspect of physical access, due to poor facilities and infrastructure. In addition, social access was also considered inadequate, because there were still health workers who served with less friendly. This study concludes that people still feel access to physical and social aspects is still diffi cult. It should be recommended to the local government for eff orts to improve physical access, and the Health Offi ce to disseminate health information about the rights of patients to the community. Abstrak Akses pelayanan kesehatan seringkali dilihat hanya dari perspektif pemberi pelayanan saja, sementara akses dari sisi masyarakat sebagai pengguna kurang terperhatikan. Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dari sisi akses memerlukan perspektif yang lengkap dari dua sisi yang berbeda. Penelitian ini didesain secara deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam dan pengamatan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Malang pada bulan Juni–Agustus 2018. Hasil penelitian menunjukkan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang ada, secara umum masyarakat berpendapat bahwa masih ada kekurangan yang dirasakan. Terutama pada aspek akses secara fisik, dikarenakan sarana dan prasarana yang kurang baik. Selain itu akses secara sosial juga dirasa kurang, karena masih ada tenaga kesehatan yang melayani dengan kurang ramah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat masih merasa akses dari aspek fisik dan sosial masih sulit. Perlu direkomendasikan pada pemerintah daerah setempat untuk upayaperbaikan akses secara fi sik, dan Dinkes untuk mendiseminasikan informasi kesehatan mengenai hak pasien kepada masyarakat.
PEMODELAN ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI INDONESIA TAHUN 2016 Herti Maryani; Lusi Kristiana
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.168 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.245

Abstract

Life Expectancy is a tool for evaluating government performance in improving the welfare of the population in general, and improving health status in particular. Research on life expectancy is necessary, as life expectancy is an important indicator of health and economic development. The research aims to make the modeling of life expectancy of men and women in Indonesia based on health variables that exist in susenas 2016. This research is a research of secondary data with multiple linear regression analysis. There were 17 predictor variables analyzed for female AHH and 13 predictor variables for male AHH. Most of the variables are health variables. there are only 2 variables of all variables were signifi cant to female AHH. there are only 4 variables were signifi cant to male AHH The regression model shows that AHH has a higher constant than the male AHH. The results show that the variables that give signifi cant effect to the female AHH were the percentage of people who ever been hospitalized, Toddler age 0–2 year was still breastfed and the household using the toilet facility. For male AHH the signifi cant variables are Toddler age 0–2 year was still breastfed, household using the toilet facility, and residents using health insurance for inpatient and outpatient. Abstrak Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkankesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Penelitian mengenai AHH sangat diperlukan, mengingat Angka Harapan Hidup merupakan indikator penting pembangunan kesehatan dan ekonomi. Penelitian bertujuan untuk membuat pemodelan AHH laki-laki dan perempuan di Indonesia berdasarkan variabel yang ada di susenas 2016. Penelitian ini merupakan penelitian data sekunder dengan analisis regresi linier berganda. Terdapat 17 variabel prediktor yang dianalisis untuk AHH perempuan dan 13 variabel prediktor untuk AHH laki-laki. Sebagian besar variabel merupakan variabel kesehatan. Dari variabel tersebut hanya 3 variabel prediktor yang signifi kan terhadap AHH perempuan dan 4 variabel yang signifi kan terhadap AHH laki-laki. Model regresi menunjukkan AHH perempuan mempunyai konstanta yang lebih besar daripada AHH laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memberi pengaruh signifi kan terhadap AHH perempuan adalah persentase penduduk yang pernah rawat inap, Baduta masih ASI dan rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB). Untuk AHH laki-laki variabel yang signifi kans adalah Baduta masih ASI, rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB),serta penduduk yang menggunakan jaminan kesehatan untuk rawat inap dan rawat jalan.
HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA BALITA DI INDONESIA Syajaratuddur Faiqah; Ristrini Ristrini; Irmayani Irmayani
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.004 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.260

Abstract

Anemia is a condition where haemoglobin is below the normal value. Anaemia is often meet at children and pregnant women. Many factors cause anaemia i.e. iron, deficiency of folic acid and vitamin B12, Babies who are born prematurely or have a low birth weight . The aim of this research was to know correlation between age, sex, birthweight with anemia. This study is a part of Basic health research (Riskesdas) 2013 data. The study population was children under five years old, who were respondents Riskesdas 2013, analysis used in this study is the Chi-Square test. The results showed that 194,668 children, the highest anemia at the age of 12-24 months 36,1%, female gender 57,9%, low birth weight 20,6%, prevalence anemia 20,4%. Based on bivariate analysis it is known that the related variables (p <0.05) with the incidence of anemia were age and sex (p = 0.0001). Variables unrelated to anemia are birthweight. There is a significant relationships between age and sex with the incidence of anemia among children in Indonesia, it needs to be counseling on the parents of children to provide adequate nutrition so that it can prevent the incidence of anemia in infants, especially at the age of 12-24 months with female sex. Abstrak Anemia adalah suatu kondisi di mana hemoglobin berada di bawah nilai normal. Anemia sering ditemukan pada anak-anak dan wanita hamil. Banyak faktor yang menyebabkan anemia yaitu kekurangn zat besi, defisiensi asam folat dan vitamin B12, bayi yang lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara Usia, Jenis kelamin dan berat badan lahir dengan anemia pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun, yang menjadi responden Riskesdas 2013, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square.Penelitian menunjukkan dari 194,668 balita, yang mengalami anemia tertinggi pada usia 12 – 24 bulan yaitu 36,1%, jenis kelamin perempuan yaitu 57,9%, berat badan lahir rendah sebanyak 20,6%, prevalensi anemia 20,4%. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang berhubungan (p < 0,05) dengan kejadian anemia adalah usia dan jenis kelamin (p = 0,0001). Variabel yang tidak berhubungan dengan anemia adalah berat badan lahir. Ada hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin dengan kejadian anemia pada balita di Indonesia, perlu dilakukan penyuluhan pada orang tua balita memberikan asupan nutrisi yang adekuat sehingga dapat mencegah kejadian anemia pada balita terutama pada usia 12 – 24 bulan dengan jenis kelamin perempuan.
PERTUNJUKAN WAYANG INTERAKTIF SEBAGAI SARANA PROMOSI KESEHATAN REMAJA TENTANG ROKOK, NARKOBA DAN PERGAULAN BEBAS Weny Lestari; Suci Wulansari
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.301 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.262

Abstract

Adolescents were prone’s ages to the risk behaviors. Health’s promotion was be the efforts to reduce adolescent involvement in their risk behaviors. Selected of health promotion’s media will increase the adolescents’ knowledge. The aim of the study were to determine the adolescents’ opinion about interactive’s puppet show as a health’s promotion on adolescents’ risk behaviors. The methods of the study were qualitative research with rapid assesment and use the opinion’s questionnaires as a tool. The study was conducted during the Interactive’s Puppet Show and held at Graha Indrapura Surabaya on November 2014. Samples of the study were high school’s students who present at the event. The results showed that 40 from 42 students gave their satisfi ed opinions about the interactive’s puppet show as a health’s promotion medium. The show for them as new thing, consider a very creative, interesting, funny, providing motivation and knowledge to youth-related issues as cigarettes, drugs and promiscuity. Opinions of respondents which were related to the issues were varied. The study concluded that adolescents gave positive’s opinions about puppets show and interactivediscussions as a health promotion’s medium. Adolescents had good responses to get knowledge about their problem. and interactive’s puppet show as health’s promotion models could be enjoyed and understood the content that were delivered to the audience. A good health’s promotion that could be accepted by adolescents were need to consider the topic and new alternative media for them. By holding adolescents as an equal partners was indispensable in delivered health’s promotion messages that were associated with adolescent problem itself. Abstrak Usia remaja merupakan usia rentan terhadap paparan perilaku berisiko. Promosi kesehatan adalah salah satu upaya untuk mengurangi keterlibatan remaja dalam perilaku berisiko. Pemilihan media promosi kesehatan yang tepat akan meningkatkan pengetahuan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat remaja terhadap pertunjukan wayang interaktif sebagai sarana promosi kesehatan tentang perilaku berisiko pada remaja. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan penilaian cepat melalui angket. Penelitian dilakukan saat pertunjukan Wayang Interaktif di Graha Indrapura pada bulan November 2014. Sampel adalah siswa Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat yang menghadiri acara tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40 dari 42 siswa/siswi sekolah yang hadir menyatakan puas dengan pertunjukan wayang interaktif sebagai media promosi kesehatan. Pertunjukkan tersebut dianggap hal baru bagi remaja, kreatif, menarik, lucu, memberikan motivasi dan pengetahuan kepada remaja terkait masalah rokok, narkoba dan pergaulan bebas. Semua responden berpendapat bahwa permasalahan rokok, narkoba dan pergaulan bebas merupakan perilaku negatif, dengan alasan yang sangat bervariasi. Kesimpulannya remaja memberikan pendapat yang positif terhadap promosi kesehatan menggunakan media wayang dan diskusi interaktif. Respons remaja untuk mendapat pengetahuan tentang masalah remaja adalah baik dan model promosi kesehatan wayang interaktif bisa dinikmati dan dipahami isi materinya oleh remaja. Promosi kesehatan yang baik agar bisa diterima di kalangan remaja perlu mempertimbangkan topik yang sesuai dengan kebutuhan masa remaja disertai pemanfaatan media promosi kesehatan alternatif yang lebih komunikatif. Menggandeng remaja sebagai mitra yang setara diperlukan dalam penyampaian pesan promosi kesehatan terkait dengan masalah remaja itu sendiri.
KAJIAN KEBERLANGSUNGAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN (RTK) DALAM UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL DI INDONESIA Noor Edi Widya Sukoco
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.989 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.277

Abstract

Maternal Mortality Rate in Indonesia is still the highest compared to other ASEAN countries and faces a gap in access to health services. It needs a waiting house that is close to health service facility and can be temporarily occupied by pregnant mother before delivery which is Maternal Waiting Homes (MWH). This analysis to know aspects that can maintain the continuity of RTK services. This study uses secondary data by listing the policy and regulatory documents related to RTK policy and by organizing several workshops to gain a view of policy makers. The results show that the MWH fi nancing system is still local and not well coordinated. The number of health workers who provide services in MWH is still limited. Likewise, MWH facilities and facilities are still inadequate, in particular, water and electricity problems, as well as a place for families accompanying maternity mothers. Most MWH s only provide facilities for living without maternal and neonatal care services. Several efforts have been made by the local government in encouraging the utilization of MWH in pregnant women among others by involving customary institutions and the use of communication technology for early emergency detection of pregnant women. MWH sustainability can be built with the full support of local government, socialization and synergies with related sectors. Abstrak Angka Kematian Ibu di Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lain dan menghadapikesenjangan akses pelayanan kesehatan. Rumah tempat menunggu yang dekat dengan fasilitas pelayanankesehatan dan dapat dihuni sementara oleh ibu hamil sebelum persalinan yaitu Rumah Tunggu Kelahiran(RTK) merupakan salah satu alternatif solusi. Analisis dilakukan untuk mengetahui aspek yang dapat menjagakeberlangsungan layanan RTK. Kajian ini menggunakan data sekunder dengan cara menginventarisir dokumenkebijakan dan peraturan perundangan yang terkait dengan kebijakan RTK serta dengan mengadakan beberapaworkhop untuk memperoleh sudut pandang para penentu kebijakan. Hasil menunjukkan sistem pembiayaanRTK masih bersifat lokal dan belum terkoordinasi dengan baik. Jumlah tenaga kesehatan yang memberikanpelayanan di RTK masih terbatas. Demikian juga fasilitas dan sarana RTK masih belum memadai, terutama,masalah air dan listrik, serta tempat untuk keluarga yang mendampingi ibu bersalin. Sebagian besar RTKhanya menyediakan fasilitas untuk tinggal tanpa pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi. Beberapaupaya telah dilakukan pemerintah lokal dalam mendorong pemanfaatan RTK pada ibu hamil di antaranyadengan melibatkan lembaga adat dan penggunaan teknologi komunikasi untuk deteksi darurat dini bumil risti.Keberlangsungan RTK dapat dibangun dengan dukungan penuh pemerintah daerah, sosialisasi dan bersinergidengan lintas sektor terkait.
Identifikasi Praktik Kefarmasian Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Pasien Dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Selma Siahaan; Rini Sasanti Handayani
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 2 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.647 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i2.285

Abstract

The study of pharmaceutical practices in health care facilities was conducted in 2016. It aimed to identify pharmaceutical practices needed by patients and health care facilities. The study sites were in Central Java, Bali, South Kalimantan, and South Sulawesi. In each provinces, the study was conducted in one urban and one rural district areas. The sample locations were both government and private hospitals, health centers and pharmacies. The study design study was cross sectional. Data collection was carried out by in-depth interview to responsible pharmacists who did medicines management, and exit interview to patients after they received medicines services from government hospitals and primary health cares. The results showed that pharmaceutical practices needed by the health care facilities were good medicines planning andprocurement that can maintain the continuity of the availability of medicine stocks needed for patients, and the ability in managing medicines effi ciently and eff ectively. Moreover, the pharmaceutical practices needed by the communities were medicines completeness, quick services, as well as simple and complete medicines information. It is recommended that pharmacists should be trained on comprehensive medicines planning, strategy to anticipate the emptiness of medicines including lead times, and communication skills to the patients. In addition, IT supports for pharmacy services development is also needed. Abstrak Telah dilakukan studi mengenai praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan yang bertujuan mengidentifikasi pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan pasien dan fasilitas pelayanan kesehatan. Kegiatan studi dilaksanakan di Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan. Dari masing-masing propinsi di atas dipilih satu kota dan satu kabupaten. Studi dilakukan pada tahun 2016. Lokasi penelitian adalah rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, puskesmas dan apotek dengan desain potong lintang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap apoteker penanggung jawab/pengelola obat, dan exit interview terhadap pasien rumah sakit pemerintah dan puskesmas yang baru selesai menerima pelayanan obat. Hasil penelitian menunjukkan praktik kefarmasian yang dibutuhkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan pengadaan obat yang baik yang dapat menjaga kesinambungan ketersediaan stok obat yang diperlukan bagi pelayanan ke pasien serta pengelolaan obat yang efektif dan efi sien. Praktikkefarmasian yang dibutuhkan masyarakat adalah tersedianya obat lengkap, kecepatan pelayanan, dan informasi obat yang singkat padat. Disarankan perlunya pelatihan perencanaan obat yang lebih komprehensif, kiat-kiat mengantisipasi kekosongan obat dan lamanya pengiriman, serta pelatihan cara berkomunikasi yang baik kepada pasien secara menyeluruh. Selain itu, dukungan teknologi informasi bagi pengembangan pelayanan farmasi juga dibutuhkan.

Page 3 of 16 | Total Record : 154