cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
pusbullhsr@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN
ISSN : 14102935     EISSN : 23548738     DOI : https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.3101
hasil-hasil penelitian, survei dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang sistem dan kebijakan kesehatan
Articles 154 Documents
PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN PASURUAN DAN SAMPANG Tumaji Tumaji; Gurendro Putro
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.196 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.452

Abstract

Maternal death is still a problem in Indonesia. The government has long been improving maternal and child health care programs, including by involving the community through Posyandu and Polindes. However, people do not use both facilities because access is difficult, services are incomplete, or indeed there are no Polindes/Poskesdes. This condition is exacerbated by the practice of clean and healthy living behavior of the community which is still low. On the other hand, since 2015 the government has allocated Village Funds to finance the development and empowerment of rural communities. This study aims to analyze the use of Village Funds for health development. This type of study is descriptive with a cross sectional design. This study was conducted in Pasuruan and Sampang Regencies. Data on the use of the Village Fund in 2017 in all villages in the two districts was processed to obtain the amount of budget used for health development, to find out the reason for the amount of Village use for health development, in-depth interviews were conducted in two selected villages. Result of Village Fund utilization for community development and empowerment in Posyandu activities 0.50%, Polindes/Poskesdes 0.63%, health promotion and healthy and healthy living movements 2.46%, and other activities 0.58%. Village Fund utilization for health development in Pasuruan and Sampang District is still low, an average of 4.17%. The need for socialization to health workers (especially those who work in the village) about the use of Village Funds for health development, the need for advocacy for local / village governments so that 10% of the Village Fund is allocated for health development. And it is necessary to have regulations and written instructions the Ministry of Villages, Development of Disadvantaged Regions and Transmigration regarding the importance of Village Funds allocated to health as an embodiment of improving community welfare. Abstrak Kematian Ibu masih menjadi masalah di Indonesia. Pemerintah telah lama meningkatkan program layanan kesehatan ibu dan anak, termasuk dengan melibatkan masyarakat melalui Posyandu dan Polindes. Namun masyarakat kurang memanfaatkan kedua fasilitas tersebut dikarenakan akses yang sulit, layanan tidak lengkap, atau memang tidak ada Polindes/Poskesdes. Kondisi ini diperparah dengan praktek perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah. Disisi lain, sejak 2015 pemerintah mengalokasikan Dana Desa untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan kesehatan. Jenis kajian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Kajian ini dilakukan di Kabupaten Pasuruan dan Sampang. Data penggunaan Dana Desa tahun 2017 di seluruh desa di kedua kabupaten diolah untuk mendapatkan pagu anggaran yang digunakan untuk pembangunan kesehatan. Untuk mengetahui alasan besaran penggunaan Desa untuk pembangunan kesehatan dilakukan wawancara mendalam di dua desa terpilih. Hasil menunjukkan bahwa pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Posyandu 0,50%, Polindes/Poskesdes 0,63%, promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat 2,46%, dan kegiatan lainnya 0,58%. Pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan kesehatan di Kabupaten Pasuruan dan Sampang masih rendah, rata-rata 4,17%. Perlunya dilakukan sosialisasi kepada tenaga kesehatan (terutama yang bertugas di desa) tentang pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan kesehatan, perlunya dilakukan advokasi kepada pemerintahan daerah/desa agar 10% Dana Desa dialokasikan untuk pembangunan kesehatan. Dan diperlukan peraturan serta petunjuk pelaksanaan secara tertulis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tentang pentingnya Dana Desa dialokasikan untuk kesehatan sebagai perwujudan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
PENGETAHUAN,SIKAP DAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DALAM UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA JEMAAH HAJI INDONESIA DI ARAB SAUDI TAHUN 2016 Rustika Rustika; Esny Burase
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.035 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.469

Abstract

Since 2014, the program to provide masks for Hajj pilgrims from Indonesia in Saudi Arabia as one of the efforts to prevent ISPA, continues to be increased in 2015 Ministry of Health Perform Movement Use Mask (GERMAS). Based on this case, this research focuses on the relationship of Knowledge and Attitude with Mask Usage Behavior among Prayer Hajj Indonesia in Saudi Arabia Year 2016 in preventing the incidence of Acute Respiratory Tract Infection. The design used is cross sectional with quantitative approach. The population in this study is all pilgrims who perform the pilgrimage, amounting to 168,800 people with a sample of 163 respondents. Data analysis techniques include univariate analysis, bivariate analysis with Chi-Square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression test. The result of bivariate selection shows that the knowledge variable has no significant correlation with relationship p-value is 0.284 > 0.05. Where as attitude variable have relationship because p-value value 0.000 < 0.05. In multivariate analysis multiple logistic regression test showed that attitude variable which has the most dominant significance with the mask use on haj pilgrims with p-value 0.000 <0.05 and Odds Ratio 3.558. This means that attitude that does not support the use of masks has a 3 times chance of experiencing ISPA events. Abstrak Sejak tahun 2014 program pemberian masker bagi jemaah haji asal Indonesia di Arab Saudi sebagai salah satu upaya pencegahan ISPA, terus ditingkatkan pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan melakukan Gerakan Memakai Masker (GERMAS). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan penggunaan masker pada jemaah haji Indonesia. Desain yang digunakan cross sectional, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh jemaah haji yang melakukan ibadah haji sebanyak 168.800 jiwa, sampel adalah jemaah haji Indonesia yang berada di Mekkah dan Madinah sebanyak 163 responden. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil seleksi bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dimana nilai p-value 0,284 > 0,05, sedangkan variabel sikap memiliki hubungan karena nilai p-value 0,000 < 0,05. Pada analisis multivariat uji regresi logistik berganda diperoleh bahwa variabel sikap yang memiliki signifikansi paling dominan dengan penggunaan masker pada jemaah haji atau nilai p-value 0,000 < 0,05 dan Odds Ratio 3,558, artinya sikap yang tidak mendukung penggunaan masker berpeluang sebesar 3 kali mengalami kejadian ISPA.
Gambaran Faktor Penyebab Rujukan Di Puskesmas Kota Depok Iin Nurlinawati; Rosita Rosita; Sefrina Werni
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 3 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.37 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i3.512

Abstract

Referral System for Individual Health Services states that health services are conducted in stages according to medical needs, starting from basic, second, and then third level health . The BPJS standard on the referral ratio limitation from health center to hospital is 15%. A total of 22 out of 32 health centers (69%) in Depok have referral ratios above 15%. This study was to identify factors infl uencing high referral ratios at health centers in Depok..This study was implemented from March to October 2017 by cross sectional design. The population was 32 health centers in Depok. Samples were health centers in Depok registered by BPJS as FKTP. There were 12 health centers, each 6 with high and low referrals. The sample of health workers were providers such as: doctors and dentist, heads of health centers and health offi ces. The results showed that the most referenced disease was a refraction disorder, unspecifi ed. Most primary health care with a high referral ratio (> 15%) did not have the required compulsory services at the primary health care, especially emergency and laboratory services (66.7%). The type of health personnel was less than that at Permenkes 75 of 2014 (83.3%). Facilities and infrastructure in health center were out of standards. Less drugs supplies also affected to referral. Suggestion: The government needs to provide more types of services, numbers of health workers and infrastructure in order to support the capacity of the health centre as well as better services . Abstrak Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, dimulai dari pelayanan dasar ke pelayanan kesehatan tingkat kedua berlanjut ke tingkat ketiga. Standar BPJS mengenai batasan rasio rujukan puskesmas ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut maksimal 15%. Sebanyak 22 puskesmas (69%) dari 32 puskesmas di Kota Depok yang memiliki rasio rujukan diatas 15%. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi rasio rujukan tinggi di puskesmas Kota Depok. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2017. Metode yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang). Populasi penelitian sebanyak 32 puskesmas di Kota Depok. Sampel yang diambil adalah puskesmas Kota Depok yang telah terdaftar pada BPJS sebagai FKTP sebanyak 12 puskesmas, 6 puskesmas dengan rujukan tinggi dan 6 puskesmas dengan rujukan rendah. Sampel tenaga kesehatan yang diwawancara meliputi pemberi pelayanan (dokter dan dokter gigi), kepala puskesmas dan Kepala Bidang Yankes Dinas Kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit yang paling banyak dirujuk adalah disorder of refraction, unspecifi ed (kelainan refraksi mata). Sebagian besar puskesmas dengan rasio rujukannya tinggi (>15%) tidak memiliki kelengkapan pelayanan yang wajib ada di puskesmas terutama pelayanan gawat darurat dan laboratorium (66,7%). Jenis tenaga kesehatan kurang dari jumlah yang ada berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014 (83,3%). Sarana dan prasarana belum sesuai dengan standar yang harus ada di puskesmas. Obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas menjadi salah satu alasan melakukan rujukan. Saran: Pemerintah harus selalu berupaya melengkapi jenis pelayanan, tenaga kesehatan dan sarana prasarana di puskesmas, agar kemampuan puskesmas dalam memberikan pelayanan menjadi lebih baik lagi.
Gambaran Pelayanan Klinik Sanitasi Terhadap Pasien Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL) di Puskesmas Gucialit dan Puskesmas Gambut Mugeni sugiharto; Rika Sertiana Oktami
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.604 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.638

Abstract

Sanitation clinic is an innovative health promotion program that is useful to tackle environmental-based diseases. Sanitation clinic activities such as counseling, home care and health interventions. This study aims to know of sanitation clinic activities at Gucialit and Gambut Public Health Center in tackling environment-based illness (PBL). Descriptive research type, using secondary data from sanitation clinic and health profi le of district health offi ce of Lumajang and Banjar 2014-2016, accompanied by indepth interview on information. Sanitation clinic activities obtained at Gucialit and Gambut Public Health Center such as counseling, home care and health intervention are going well. The internal referral system functions optimally, so patient visits at sanitation clinics increase. The existence of sanitation clinics in the Gucialit and Gambut Public Health Centers is very benefi cial in overcoming environmental-based diseases. Every Public health centers is important to carry out sanitation clinics, to support promotive services in tackling environment-based diseases. Abstrak Klinik sanitasi merupakan inovatif program promosi kesehatan yang bermanfaat untuk menanggulangi penyakit berbasis lingkungan. Kegiatan klinik sanitasi seperti konseling, kunjungan rumah (home care) dan intervensi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan klinik sanitasi di Puskesmas Gucialit dan Puskesmas Gambut dalam menanggulangi penyakit berbasis lingkungan. Jenis penelitian deskriptif, menggunakan data sekunder laporan klinik sanitasi dan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Banjar tahun 2014–2016, disertai indepth interview pada informan. Kegiatan klinik sanitasi yang diperoleh di Puskesmas Gucialit dan Puskesmas Gambut seperti konseling, pada tindak lanjut (home care) dan intervensi kesehatan berjalan dengan baik. Sistem rujukan internal berfungsi optimal,sehingga kunjungan pasien di klinik sanitasi meningkat. Keberadaan klinik sanitasi di Puskesmas Gucialit dan Gambut sangat bermanfaat menanggulangi penyakit berbasis lingkungan. Setiap Puskesmas penting untuk melaksanakan klinik sanitasi, untuk mendukung pelayanan promotif dalam menanggulangi penyakit berbasis lingkungan.
Dinamika Jender terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Maternal Sembilan Etnis di Indonesia Isfandari Siti; Selma Siahaan; Grace Wanggae; Ratna Widyasari; Aan Kurniawan; Ni Ketut Aryastami; Niniek Lely Pratiwi
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 1 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.916 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i1.652

Abstract

This is a review of maternal mortality risk due to preference of non skilled health worker delivery assistance among 9 ethnics applying gender analysis. Data obtained from 9 ethnograpic studies reports conducted by Pusat Humaniora. Estimation of maternal mortality rate (MMR) in Indonesia is between 305 (Supas) – 359 (Susenas) per 100.000 live birth. There is no single cause of maternal death. The greatest contributors 75% are due to direct cause namely bleeding, infection, hypertension, delivery complication and unsafe abortion. Government intervention prioritizes to prevent direct cause of maternal death through health service delivery improvement. Among them are midwives in village, PONEK, PONED. However MMR is still high. Social factors as Indirect causes such as poverty, distance, information, inadequate service and culture have not yet considered as important. In fact contribution of social factors cannot be neglected. This review explores gender dynamics of preferences on non skilled health worker delivery assistance from 9 ethnic in Sumatra, Jawa and NTT. The results showed each ethinc had different gender dynamics. Among which are gender relation in each culture. Some ethnic shows gender equity, while others believe woman have full responsibility of her pregnancy and delivery without assistance from others. Powerlessness of woman is indicated by preference of traditional birth attendant for delivery due to culture and comfort. Even the pregnant women herself did not aware that delivery is a life risk. However the studies showed there is no sharp inequity with strong preference to boy over girl. Accessibility, education, comfort perceived culture, and economy are important for delivery assisted by health providers.
Kebugaran Jasmani menurut instrument GPAQ dibandingkan dengan VO2max pada wanita umur 25 sampai 54 tahun Olwin Nainggolan; Lely Indrawati; Julianty Pradono
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.463 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.752

Abstract

The Global Physicall Activity Questionnaire (GPAQ) is the most commonly used tool for measuring physical activity in surveys. Receiver Operating Analysis (ROC) is performed to see the GPAQ instrumen's diagnostic ability to physical activity with VO2max as a comparison. The aims of study is to determine the distribution of METs minutes / weeks of each activity domain, cut off point METs, area under the curve (AUC), sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value of GPAQ instrumen measurement with gold standard VO2max. Examination of fitness level using a bicycle static (ergocycle) with astrand method. Research subjects were women aged 25 to 54 years as many as 117 people in Central Bogor District. It is descriptive research with cross sectional design. The measurement of physical activity is done by interview using GPAQ instrumen version 2 which consists of 16 questions on 3 domains of activities ie work, travel and recreation. The results showed that all respondents did not have heavy category activity either job or recreation domain. Average METs score with moderate job domain 4271,69 ± 2874,34; travel domain 1058 ± 1730; medium category recreation domain with METs value of 181.23 ± 471,594 and the overall average total METs were 5511.11 ± 3440.48. Cut off point value of GPAQ instrumen is 4,668 / week; sensitivity = 50,0; specificity = 43,3; a positive predictive value of 75.9%; negative predictive value of 29.3%. The concluded that the average value of METs for each domains over estimate activity, the level of physical activity using GPAQ instrumen is not accurate and there is no correlation between the level of physical activity with GPAQ instrumen compared with fitness V02max with P = 0.451. An alternative instrumen for the assessment of physical activity in a population-based survey is required. Abstrak Instrumen Global Physicall Activity Questionnaire (GPAQ) adalah tools yang paling sering digunakan untuk mengukur aktifitas fisik dalam survei yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan. Analisis Receiver Operating (ROC) dilakukan untuk melihat kemampuan diagnostik instrumen GPAQ terhadap aktifitas fisik dengan nilai VO2max sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran nilai METs menit/minggu setiap domain aktifitas, nilai cut off point METs, luas daerah di bawah kurva (AUC), sensitifitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif dari pengukuran GPAQ dengan gold standard pemerikaan VO2max. Pemeriksaan tingkat kebugaran menggunakan sepeda statis (ergocycle) dengan metoda astrand. Subyek penelitian adalah wanita umur 25 sampai dengan 54 tahun sebanyak 117 orang di Kecamatan Bogor Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan uji diagnostik dengan disain potong lintang. Pengukuran aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara secara terstruktur menggunakan instrumen GPAQ versi 2 yang terdiri dari 16 pertanyaan pada 3 domain aktifitas yaitu pekerjaan, perjalanan dan rekreasi. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden tidak memiliki aktifitas kategori berat baik domain pekerjaan maupun rekreasi. Rata-rata nilai METs dengan domain pekerjaan level sedang 4271,69±2874,34; domain perjalanan 1058±1730; domain rekreasi kategori sedang dengan nilai METs 181,23±471,594 dan nilai rata-rat total keseluruhan METs adalah 5511,11±3440,48. Nilai cut off point instrumen GPAQ sebesar 4.668/minggu, sensitifitas=50,0; spesifisitas=43,3; nilai prediksi positif 75,9%; nilai prediksi negatif 29,3%. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata METs tiap domain aktifitas over estimate, tingkat aktifitas fisik menggunakan instrumen GPAQ tidak akurat dan tidak ada korelasi antara tingkat aktifitas fisik dengan instrumen GPAQ dibandingkan dengan kebugaran V02max dengan P=0.451. Perlu alternatif instrumen lain untuk penilaian aktifitas fisik dalam survei berbasis populasi diluar instrumen GPAQ.
Upaya Pemerintah Daerah untuk Meningkatkan Cakupan Desa ODF (Open Defi cation Free) di Kabupaten Muaro Jambi, Sumedang dan Lombok Barat Mugeni sugiharto; Nurhayati Nurhayati
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 1 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.791 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i1.855

Abstract

Introduction: The ODF (open defecation free) village to realize a healthy environment in preventing diarrheal diseases.This study aims to. Local government support is very important to accelerate the increase in the number of ODF village coverage. The purpose of this study is to find out the efforts of the regional government to realize the ODF village. This type of research is descriptive, using secondary data obtained and interviews. Research sites in Muaro Jambi, Sumedang and West Lombok Regencies, 2016. ODF villages have progressed along with increasing government support and community participation in encouraging stop open defecation free (SODF). The coverage of SODF people in 2016 in Muaro Jambi Regency was 78.07%, in Sumedang Regency 79.53%, and in West Lombok Regency 85.16%. Innovations to accelerate the realization of ODF villages include regulations, giving prizes, cooperating with NGOs and local entrepreneurs to make sanitation shops and sanitation savings and credit cooperatives, and providing punishment for people who break the agreement to stop defecating. The support of the local government by making innovative activities has accelerated the increase in the coverage of ODF villages in each district. Local government support and community participation are very important to realize the ODF village. ABSTRAK Program desa ODF (open defication free) untuk mewujudkan lingkungan sehat dalam mencegah penyakit diare. Dukungan pemerintah daerah sangat penting untuk percepatan peningkatan jumlah cakupan desa ODF. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui upaya pemerintah daerah untuk menwujudkan desa ODF. Jenis penelitian diskriptif, menggunakan data sekunder diperoleh dan wawancara. Lokasi penelitian di Kabupaten Muaro Jambi, Sumedang dan Lombok Barat, tahun 2016. Terdapat kemajuan desa ODF seiring dengan meningkatnya dukungan pemerintah dan peran serta masyarakat menggalakkan stop buang air besar sembarangan (SBS). Cakupan masyarakat SBS tahun 2016 di Kabupaten Muaro Jambi 78,07%, di Kabupaten Sumedang 79,53%, dan di Kabupaten Lombok Barat 85,16%. Inovasi untuk percepatan mewujudkan desa ODF diantaranya menerbitkan regulasi, pemberian hadiah, kerja sama dengan LSM dan pengusaha lokal membuat toko sanitasi dan koperasi simpan pinjam sanitasi, dan memberikan sangsi bagi masyarakat yang melanggar kesepakatan stop buang air besar. Adanya dukungan pemerintah daerah dengan membuat kegiatan inovatif , telah mempercepat peningkatan cakupan desa ODF disetiap kabupaten. Dukungan pemerintah daerah dan peran serta masyarakat sangat penting untuk mewujudkan desa ODF.
Hambatan Akses ke Puskesmas pada Lansia di Indonesia Agung Dwi Laksono; zainul Khaqiqi Nantabah; Ratna Dwi Wulandari
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.595 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.887

Abstract

The elderly are one of the most vulnerable groups with very high dependency rates. This condition has the potential to cause other problems for the caregiver or his family. The elderly also has the potential to suffer from catastrophic diseases that have costly consequences. This research is a further analysis of Riskesdas 2013 data, that presented in descriptive quantitative. The results showed that elderly people living in urban as well as rural areas have a tendency of moderate access barrier to Puskesmas. There are still 15% of very poor elderly people who have major access barrier to Puskesmas. This study concludes that although elderly access to Puskesmas is quite good, but the access of very poor elderly is still need more attention. The government needs to provide basic health care facilities in more rural areas. The government also needs to realize a National Health Insurance with tax-based funding, to ensure universal coverage regardless of the ability to pay the community. Abstrak Lansia adalah salah satu kelompok rentan yang memiliki angka ketergantungan sangat tinggi. Kondisi ini berpotensi menimbulkan masalah lain bagi yang merawat atau keluarganya. Lansia juga berpotensi menderita penyakit katastropik yang menimbulkan konsekuensi biaya yang mahal. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Riskesdas 2013, yang disajikan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan mempunyai kecenderungan hambatan akses sedang untuk ke Puskesmas. Masih ada 15% lansia sangat miskin yang memiliki hambatan besar ke Puskesmas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meski akses lansia ke Puskesmas sudah cukup baik, tetapi akses lansia yang sangat miskin masih perlu mendapat perhatian lebih. Pemerintah perlu menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar di wilayah perdesaan yang lebih banyak. Pemerintah juga perlu mewujudkan sebuah Jaminan Kesehatan Nasional dengan pendanaan berbasis pajak, untuk memastikan cakupan secara universal dengan tanpa menghiraukan kemampuan membayar masyarakat.
The Kualitas Pelayanan Berhubungan Dengan Kepuasan Peserta Jkn Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sularsih Endartiwi; Pramukti Dian Setianingrum
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 3 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.184 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i3.897

Abstract

BPJS Health targets participant satisfaction to reach 95%, but until 2017 participant satisfaction reaches 85%. Participants who received service at the primary health facilities based on observations averaged 70%. Based on observations at the primary health facility can be seen that participant satisfaction is 70%. The objective was to evaluate the correlation between the quality services and participant satisfaction on the national health insurance at primary health facilities in the province of Yogyakarta. The type of research was quantitative descriptive with cross sectional design. The research location was primary health facilities that cooperate with BPJS Kesehatan in the Province of Yogyakarta. The study was conducted in July 2018. The number of samples in this study was 850 by proportional random sampling. Data analysis was using the Kendall Tau test. Results showed that the quality of health services both in terms of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy were related to the satisfaction of BPJS Kesehatan participants in the primary health facilities. The results of bivariate analysis for each variable had a Sig. (2-tailed) 0,000 with a strong relationship. The quality of health services was related to the satisfaction of patients participating in the BPJS Kesehatan in the primary health facilities of the Province of Yogyakarta. Primary health facilities in order to maintain the quality of its health services so that patients participating in the National Health Insurance program remain satisfi ed with the services that have been provided. Abstrak BPJS Kesehatan menargetkan kepuasan peserta mencapai 95%, akan tetapi sampai tahun 2017 ini kepuasan peserta mencapai 85%. Peserta yang mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan hasil observasi di puskesmas, dokter keluarga dan klinik pratama rata-rata 70%. Berdasarkan hasil observasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dapat diketahui bahwa kepuasan peserta sebesar 70%. Penelitian bertujuan untuk membuktikan bahwa kualitas pelayanan berhubungan dengan kepuasan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian adalah FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 850 secara proportional random sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kendall Tau. Kualitas pelayanan kesehatan baik dari sudut tangible, reliability, responsiveness, assurance maupun empathy berhubungan dengan kepuasan pasien peserta BPJS Kesehatan di FKTP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil analisis bivariat setiap variabel mempunyai nilai Sig. (2-tailed) 0,000 dengan hubungan yang kuat. Kualitas pelayanan kesehatan (tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy) berhubungan dengan kepuasan pasien peserta BPJS Kesehatan di FKTP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. FKTP di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta supaya tetap mempertahankan kualitas pelayanan kesehatannya sehingga pasien peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tetap merasa puas terhadap pelayanan yang sudah diberikan.
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI PUTRI PESANTREN X YOGYAKARTA Eka Denis Machfutra; Annita Noor; Asropi Asropi; Riantina Luxiarti; Nur Fatihah Mutmainah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1940.631 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.930

Abstract

Pesantren X, a place for female Islamic student’s living in from many districts in Indonesia, has a lot of health issues both personal hygiene and environmental health. Room sanitation as a part of wide environment at Pesantren X was determined by student’s daily activity and their behaviours from one to another. This study aims to identify the conditions of female student’s room as well as their behaviour. This is a qualitative study. The data were collected by in-depth interviews with fi ve female Islamic students. The observation was conducted to describe conditions in female student’s room and surrounded environment. Female Islamic students have a risk to disease transmissions such as scabies, severe acute respiratory infection and other disease symptoms. This study indicated female students’ rooms were densely populated, one room occupied by 12 girls. Moreover, they also had not been taught on how to keep their rooms and beds neat and clean. They thought that Pesantren life is to live what it is. This implied an attitude of ignorance by female Islamic studentsin maintaining the rooms cleanliness. Those attitudes and behaviours have to be changed by Pesantren’s teacher by giving them good examples. By this, students would know, have strong will, and do a hygiene and healthy lifestyle. Abstrak Pesantren X, sebagai tempat berkumpulnya para santri dari berbagai daerah di Indonesia, memiliki banyak sekali problematika kesehatan, mulai dari kebersihan diri hingga kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan di dalam kamar ditentukan oleh kebiasaan sehari-hari santri serta perilaku antara santri satu dengan santri lainnya. Hal tersebut berisiko akan terjadinya sakit dan penyakit, diantaranya kudis, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan berbagai macam gejala penyakit. Studi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kamar serta kebiasaan santri putri di dalam kamar mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data wawancara mendalam dan pengamatan (observasi) terhadap 5 (lima) orang santri, di kamar dan ruang-ruang yang bersifat umum. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kamar santri putri dalam keadaan padat karena setiap kamar dihuni oleh 6–8 orang. Santri memiliki kebiasaan meninggalkan kamarnya dalam keadaan tidak rapi atau berantakan. Selain itu, santri juga belum pernah diajarkan tata cara membersihkan dan menata tempat tidur dan sprei. Santri beranggapan bahwa hidup pesantren itu hidup apa adanya. Hal tersebut menyiratkan sikap semau gue atau tidak peduli dalam hal kebersihan dan kerapian kamar. Oleh karena itu. sikap dan kebiasaan tersebut perlu diubah. Perilaku dapat diubah dengan adanya keteladanan dari pengelola pesantren agar santri putri tahu, mau dan mampu hidup bersih dan sehat .

Page 5 of 16 | Total Record : 154