cover
Contact Name
Nungki Hapsari Suryaningtyas
Contact Email
nungkihapsari36@gmail.com
Phone
+62735322774
Journal Mail Official
buletin.spirakel@gmail.com
Editorial Address
Balai Litbangkes Baturaja Jalan Jenderal Ahmad Yani km. 7 Kemelak Baturaja, Sumatera Selatan
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Spirakel
ISSN : 20861346     EISSN : 23548819     DOI : https://doi.org/10.22435/spirakel
Core Subject : Health,
SPIRAKEL is a media for researchers / academics / students / practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service Center, to obtain or disseminate scientific information on tropical infectious diseases.
Articles 50 Documents
STUDI KUALITATIF PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KADER DESA DALAM PROGRAM PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN MAMUJU UTARA PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2015 Made Agus Nurjana; Hayani Anastasia; Rosmini Rosmini; Sitti Chadijah; Mujiyanto Mujiyanto; Ni Nyoman Veridiana; Octaviani Octaviani; Leonardo Taruk Lobo
SPIRAKEL Vol 10 No 1 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.165 KB)

Abstract

The role of health workers and health volunteer are essential in the implementation of mass drug administration (MDA) in North Mamuju District. Several activities were conducted prior MDA, such as advocacy to policy makers (e.g regent) and socialization from district level to village level. Qualitative research methods and datacollection were carried out for six months. Interviewed to 17 health workers and 60 health volunteers were conducted by using an open questionnaire, which aimed to know the role of each health workers and health volunteers in the implementation of MDA for the last two years. The study result showed that the role of health workers and health volunteers was not fully optimised because the lack of budget and human resource. Therefore, to optimise the role of health workers and health volunteers, the authority needs to consider to allocate a sufficient budget and human resource for the implementation of MDA
ANALISIS DATA SPASIAL MALARIA DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2017 Nungki Hapsari Suryaningtyas; Milana Salim; Indah Margarethy
SPIRAKEL Vol 11 No 2 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.18 KB) | DOI: 10.22435/spirakel.v11i2.1291

Abstract

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tidak terlepas dari keberadaan lingkungan fisik dan biologis yang mendukung terjadinya penyakit. Faktor lingkungan seperti iklim, temperatur dan curah hujan merupakan faktor pemicu pemunculan kembali penyakit malaria di suatu wilayah. Kejadian malaria di Provinsi DIY hanya terjadi di Kabupaten Kulon Progo dengan penyebaran di enam kecamatan. Tujuan analisis ini untuk mengetahui hubungan perubahan iklim (curah hujan dan hari hujan) dan ketinggian tempat terhadap kejadian malaria di Kabupaten Kulon Progo. Kajian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder malaria di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2017. Data kejadian malaria diperoleh dari Profil Kesehatan Kab. Kulon Progo, sedangkan data curah hujan, hari hujan dan ketinggian tempat berasal dari Badan Pusat Statistik. Data diolah dan dianalisis dengan melakukan overlay antara variabel stratifikasi malaria dengan variabel ketinggian, curah hujan dan hari hujan. Hasil penelitian menunjukkan pola spasial kejadian malaria tersebar di seluruh ketinggian dengan kejadian tertinggi berada di ketinggian 500-1000 mdpl, dengan curah hujan >200 mm (bulan basah) dan hari hujan yang tinggi. Perlu dilakukan peningkatan kewaspadaan dengan melakukan pengamatan terhadap curah hujan, kelembapan dan suhu dalam skala mingguan bekerjasama dengan BMKG. Disarankan pula untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah perbatasan mengenai upaya pencegahan penularan malaria.
POTENSI DAN PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR NYAMUK Vivin Mahdalena; Tanwirotun Ni'mah
SPIRAKEL Vol 11 No 2 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.144 KB) | DOI: 10.22435/spirakel.v11i2.1292

Abstract

Beberapa nyamuk adalah vektor berbagai penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Salah satu cara menurunkan angka penyakit tular nyamuk adalah dengan memutus rantai penularan dengan mencegah gigitan nyamuk. Pencegahan gigitan nyamuk sebagian besar memakai cara kimiawi baik menggunakan obat nyamuk bakar, repelen, maupun insektisida lainnya. Dampak negatif penggunaan insektisida kimia mendorong pengembangan dan penggunaan metode pengendalian nyamuk sebagai alternatif seperti pengendalian biologi. Pengendalian biologi dapat menggunakan mikroorganisme atau organisme yang berukuran kecil. Metode yang digunakan dalam penulisan adalah dengan menggunakan penelusuran literatur melalui buku, jurnal penelitian dan web page dengan rentang tahun 2010 sampai dengan bulan Agustus tahun 2019. Mikroorganisme golongan bakteri dan fungi dapat dijadikan sebagai agen pengendali biologi untuk pengendalian nyamuk terutama untuk larvasida. Mikroorganisme ini terdiri dari Bacillus thuringiensis, Bacillus sphaericus, Bacillus subtilis, Wolbachia pipientis, Bacillus mycoides, Klebsiella ozaenae, Pseudomonas pseudomallei, Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae. Pengendalian nyamuk menggunakan mikroorganisme telah dilakukan pada genus Aedes, Culex, Anopheles dan Mansonia.
PENGARUH SUHU RUANGAN, KELEMBAPAN UDARA, pH DAN SUHU AIR TERHADAP JUMLAH PUPA Aedes aegypti STRAIN LIVERPOOL (LVP) Yahya Yahya; Ritawati Ritawati; Dwi Putri Rahmiati
SPIRAKEL Vol 11 No 1 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.235 KB)

Abstract

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat, baik di perkotaan maupun perdesaan. Vektor utama demam berdarah di Indonesia adalah Aedes aegypti sedangkan Ae. albopictus berperan sebagai vektor sekunder. Mempelajari perkembangan Ae. aegypti diperlukan agar dapat memberikan informasi mengenai karakteristik siklus hidup dan mengevaluasi upaya pengendalian vektor. Penelitian ini menganalisis data rutin atau perkembangan harian Ae. aegypti strain Liverpool yang dipelihara di laboratorium dari Oktober hingga Desember 2018. Selama pengamatan beberapa variabel yang dicatat meliputi suhu ruangan, kelembapan relatif, suhu air, nilai pH, dan jumlah pupa yang berkembang. Hasil pengamatan dianalisis dengan teknik Non parametric correlations melalui uji Spearman rank dan dilakukan uji t (t-test) menggunakan aplikasi statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara jumlah pupa dan suhu ruangan. Semakin tinggi suhu ruangan maka ada kecenderungan terjadi penurunan terhadap jumlah larva yang berkembang menjadi pupa, jumlah pupa yang berkembang akan berkurang seiring kenaikan suhu hingga ≥ 300C.
PERIODISITAS MIKROFILARIA Brugia malayi DALAM DARAH DI KABUPATEN MUARO JAMBI Yanelza Supranelfy; Ritawati Ritawati; Reni Oktarina
SPIRAKEL Vol 11 No 1 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.29 KB)

Abstract

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian endemisitas filariasis di Kabupaten Muaro Jambi yang telah dilakukan pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka mikrofilaria rate masih ≥ 1% setelah lima tahun pengobatan massal filariasis. Salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku mikrofilaria dalam darah. Kegiatan yang dilakukan adalah pengambilan sediaan darah jari dilakukan setiap 2 jam sekali mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB hari selanjutnya, terhadap 5 orang responden yang positif mikrofilaria. Setiap responden diambil 2 sediaan darah pada setiap jam yaitu sediaan A dan sediaan B, tetapi analisis hanya dilakukan pada sediaan B. Analisis periodisitas dilakukan menggunakan metode Aikat dan Das yang merupakan metode matematis yang dapat memberikan variasi kepadatan mikrofilaria Brugia malayi dalam darah tepi pada jam yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan empat orang kasus dari kelima kasus di atas mempunyai sifat gelombang yang harmonik. Puncak kepadatan mikrofilaria berbeda-beda, sebagian besar pada tengah malam, sedangkan pada kasus kelima, puncak kepadatan pukul 16040’48’’ (pukul empat sore hari).
EFEKTIVITAS PERANGKAP BERPEREKAT SEDERHANA MENGGUNAKAN ATRAKTAN RENDAMAN JERAMI TERHADAP NYAMUK DI LABORATORIUM Lasbudi Pertama Ambarita; Hotnida Sitorus; Tanwirotun Ni'mah; Marini Marini; Katarina Sri Rahayu; Surakhmi Oktavia
SPIRAKEL Vol 11 No 1 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.149 KB)

Abstract

Pengendalian penyakit demam berdarah dengue masih bertumpu kepada kegiatan pengendalian vektor karena hingga saat ini belum ditemukan obat ataupun vaksin yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perangkat nyamuk berperekat menggunakan atraktan rendaman jerami dengan 4 konsentrasi yang berbeda. Uji efektivitas perangkap berperekat ini dilaksanakan di ruang pemeliharaan nyamuk Laboratorium Entomologi Balai Litbangkes Baturaja. Konsentrasi rendaman jerami yang digunakan adalah 0%, 10%, 50% dan 100% dengan 6 pengulangan. Pengamatan nyamuk yang terperangkap dilakukan setiap hari pada jam yang sama. Hasil penelitian menunjukkan nyamuk mulai terperangkap sejak hari pertama pengamatan pada seluruh konsentrasi. Hari terakhir pengamatan (hari ke-17) menunjukkan jumlah nyamuk paling banyak terperangkap pada konsentrasi 50% (rerata 28,5 nyamuk) diikuti konsentrasi 100% (rerata 26,0 nyamuk), 10% (rerata 20,0 nyamuk) dan 0% (rerata 10,7 nyamuk). Secara statistik hasil uji sidik ragam menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antar konsentrasi atraktan yang digunakan.Komposisi nyamuk yang tertangkap antara lain nyamuk betina lebih banyak tertangkap dibandingkan nyamuk jantan (65%) serta Ae. aegypti dominan terperangkap (95,1%) dibandingkan Culex quinquefasciatus. Meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan antar perlakuan namun bila dilihat dari jumlah nyamuk yang terperangkap perangkap nyamuk berperekat berpotensi digunakan dalam penanggulangan DBD baik dalam konteks pengendalian maupun surveilans.
BEBERAPA TANAMAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI REPELEN DI INDONESIA Marini Marini; Hotnida Sitorus
SPIRAKEL Vol 11 No 1 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.53 KB)

Abstract

Penyakit tular vektor, khususnya vektor nyamuk merupakan penyakit zoonosis yang hingga saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan di seluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia. Menghindari gigitan nyamuk masih menjadi pilihan yang efektif untuk mencegah penularan penyakit akibat tular vektor ini. Salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk adalah dengan menggunakan insektisida jenis repelen. Pemakaian insektisida jenis repelen cukup populer di kalangan masyarakat karena penggunaannya yang dianggap lebih efisien dan efektif untuk menghindari gigitan nyamuk. Penggunaan insektisida kimiawi banyak memberikan efek negatif bagi manusia dan lingkungannya, sehingga diperlukan insektisida alami yang aman dan ramah lingkungan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan bahan aktif yang berasal dari tumbuhan di lingkungan sekitar. Diperlukan informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai bahan aktif alami untuk repelen, maka tulisan ini merangkum beberapa hasil penelitian tentang repelen berbahan dasar tumbuhan. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka diperoleh 13 jenis tanaman yang memiliki daya proteksi diatas 50% selama 6 jam pengujian. Ketiga belas tanaman yang disajikan dalam tulisan ini dapat tumbuh dengan baik dengan iklim di wilayah Indonesia, sehingga masyarakat dapat membudidayakannya dan mengembangkannya sebagai bahan insektisida alami.
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN OLEANDER (Nerium oleander L.) SEBAGAI BIOLARVASIDA TERHADAP Aedes aegypti Milana Salim; Ayu Permatasari Putri; Syalfinaf Manaf
SPIRAKEL Vol 11 No 2 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.973 KB) | DOI: 10.22435/spirakel.v11i2.1836

Abstract

Penggunaan produk herbal merupakan alternatif terbaik dalam mengendalikan populasi nyamuk. Banyak jenis tanaman diketahui memiliki aktivitas biologi, yakni menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai larvasida, salah satunya adalah tanaman oleander (Nerium oleander L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun oleander sebagai biolarvasida terhadap larva Aedes aegypti L. instar III. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan. Sampel penelitian sebanyak 25 larva Aedes aegypti instar III strain lokal Bengkulu per gelas uji. Pembuatan ekstrak daun oleander dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% yang dipekatkan dengan rotary evaporator. Konsentrasi ekstrak untuk uji efektivitas didapatkan dari hasil uji pendahuluan: 50 ppm, 200 ppm, 350 ppm, 500 ppm, dan 650 ppm. Kontrol positif menggunakan larutan temefos 1000 ppm dan kontrol negatif menggunakan akuades. Penentuan efektivitas konsentrasi ekstrak daun oleander dengan mencari nilai LC50. Selanjutnya data kematian larva Ae. aegypti dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kematian larva terbanyak pada konsentrasi 650 ppm. Hasil analisis varian menunjukkan ada perbedaan nyata antar konsentrasi terhadap kematian larva dengan konsentrasi efektif 127,938 ppm. Ekstrak daun oleander efektif sebagai biolarvasida terhadap larva Ae.aegypti strain Bengkulu.
KEJADIAN MALARIA PADA ANAK DAN IBU HAMIL DAN PROGRAM PENGENDALIAN MALARIA DI DESA SUKAJAYA LEMPASING, KABUPATEN PESAWARAN Santoso Santoso; Indah Margarethy; Maya Arisanti; Rizki Nurmaliani
SPIRAKEL Vol 11 No 2 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.564 KB) | DOI: 10.22435/spirakel.v11i2.1837

Abstract

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria. Kabupaten dengan prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Pesawaran dengan API sebesar 4,8‰. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dan balita yang ada di wilayah Desa Sukajaya Lempasing Puskesmas Hanura.Jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 orang ibu hamil dan balita. Informan untuk wawancara mendalam adalah petugas pengelola program Malaria. Hasil pengambilan darah dengan RDT terhadap 100 sampel mendapatkan tiga sampel positif malaria falciparum. Hasil pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan slide positif Plasmodium. Penduduk yang pernah mengalami demam sebanyak 42%. Hasil analisis bivariat mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat demam dengan riwayat kontak dengan penderita malaria sebelumnya. Penggunaan kelambu pada saat tidur sudah merupakan kebiasaan masyarakat khususnya ibu hamil dan balita untuk mencegah gigitan nyamuk. Pengendalian malaria yang telah dilakukan diantaranya penyemprotan, larvasidasi, dan pembagian kelambu.
PENGARUH IKLIM TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA TERNATE M. Rasyid Ridha; Liestiana Indriyati; Amalan Tomia; Juhairiyah Juhairiyah
SPIRAKEL Vol 11 No 2 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.926 KB) | DOI: 10.22435/spirakel.v11i2.1984

Abstract

Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap peningkatan risiko penularan khususnya penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kajian mengenai perubahan iklim khususnya suhu, kelembaban, dan curah hujan diperlukan guna kewaspadaan dini peningkatan kasus DBD. Sumber data menggunakan data penelitian “Kejadian DBD berdasarkan faktor iklim di Kota Ternate”. Analisis menggunaan analisis jalur untuk menjelaskan mekanisme hubungan kausal antara curah hujan, kelembaban udara, suhu udara terhadap kejadian penyakit DBD. Kasus DBD di Kota Ternate ditemukan relatif lebih tinggi pada bulan basah yaitu kisaran curah hujan > 200-412 mm, suhu 23-27oC dan kelembaban 67-82 mmHg. Suhu dan kelembaban dinyatakan berpengaruh secara signifikan pada kasus DBD di Kota Ternate (p value<0,005). Curah hujan meskipun tidak terbukti berpengaruh pada kasus DBD, akan tetapi berdasarkan diagram jalur, curah hujan berpengaruh positif terhadap kejadian penyakit DBD sebesar 8,4% yang berarti bahwa tinggi rendahnya kejadian DBD dipengaruhi oleh curah hujan sebesar 84%. Hal ini disebabkan karena curah hujan berpengaruh langsung terhadap keberadaan tempat perkembangbiakan nyamuk vektor DBD. Diperlukan kerjasama antara instansi kesehatan dengan BMKG guna sistem kewaspadaan dini peningkatan kasus DBD dengan memperhatikan tren fluktuasis suhu, kelembaban, dan curah hujan.