cover
Contact Name
Gusti Ayu Made Suartika
Contact Email
ayusuartika@unud.ac.id
Phone
+6289685501932
Journal Mail Official
ruang-space@unud.ac.id
Editorial Address
R. 1.24 LT.1, Gedung Pascasarjana, Universitas Udayana, Kampus Sudirman Denpasar Jalan P.B. Sudirman, Denpasar 80232, Bali (Indonesia).
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
RUANG: JURNAL LINGKUNGAN BINAAN (SPACE: JOURNAL OF THE BUILT ENVIRONMENT)
Published by Universitas Udayana
ISSN : 23555718     EISSN : 2355570X     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal RUANG-SPACE mempublikasikan artikel-artikel yang telah melalui proses review. Jurnal ini memfokuskan publikasinya dalam bidang lingkungan binaan yang melingkup beragam topik, termasuk pembangunan dan perencanaan spasial, permukiman, pelestarian lingkungan binaan, perancangan kota, dan lingkungan binaan etnik. Artikel-artikel yang dipublikasikan merupakan dokumentasi dari hasil aktivitas penelitian, pembangunan teori-teori baru, kajian terhadap teori-teori yang ada, atau penerapan dari eksisting teori maupun konsep berkenaan lingkungan terbangun. Ruang-Space dipublikasi dua kali dalam setahun, setiap bulan April dan Oktober, oleh Program Studi Studi Magister Arsitektur Universitas Udayana yang membawahi Program Keahlian Perencanaan dan Pembangunan Desa/Kota; Konservasi Lingkungan Binaan; dan Kajian Lingkungan Binaan Etnik.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 178 Documents
KARAKTER TAPAK PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR Ayu Wadhanti
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 2 No 1 (2015): April 2015
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.439 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2015.v02.i01.p04

Abstract

Abstract This article examines the development of slum settlements across Denpasar City. The government's latest identification shows 35 slum areas expanding in four districts of North, West, East and South Denpasar. Each exhibits a specific stage of development, which varies from one slum to another. This research attempts to understand the spatial characteristics of slum settlements, by studying both determining factors and processes. Qualitative research methods are used for 8 selected case studies. What emerges is that slums have been developed either on rented land or within inadequately constructed buildings. Dominant influences include the provision of infrastructure; building form and materials in use; occupation and social conditions of the inhabitants. Additionally, these areas tend to grow in unprotected land/space located along rivers; within settlement areas; within the city's economic centre; within a neglected building; and on unproductive land consequent upon specific government activities and programs. Key words: Slums, development factor, site Abstrak Artikel ini mengkaji proses kemunculan permukiman kumuh di Kota Denpasar. Berdasarkan identifikasi terakhir yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar, terdapat 35 titik kumuh yang tersebar di empat kecamatan, yaitu Denpasar Utara, Selatan, Timur dan Barat. Masing-masing menunjukan tahapan perkembangan yang spesifik, serta berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penelitian ini mencoba memahami karakteristik dari ruang-ruang kota yang memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi permukiman kumuh, dengan mengkaji faktor-faktor penentu serta proses kemunculannya. Metode penelitian kualitatif telah digunakan dalam mengkaji kondisi ini di 8 titik kumuh. Ditemukan bahwa, permukiman informal cenderung muncul di atas dua tipe lahan, yaitu lahan sewa dan lahan tidak dipakai yang ada pada site-site konstruksi. Faktor-faktor penentu perkembangannya termasuk keberadaan infrastruktur pendukung permukiman; adanya bangunan yang terbengkelai; keberadaan bahan bangunan; ketersediaan pekerjaan di area sekitarnya; serta kondisi sosial penghuni. Sementara itu, karakter ruang dalam kota yang memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi permukiman kumuh adalah lahan yang bersebelahan dengan sungai;  berada di area permukiman; berdekatan dengan pusat kota; memiliki bangunan yang tidak terpakai; merupakan lahan negara yang tidak terpakai karena adanya kegitan atau rencana khusus pemerintah yang belum diaktualisasikan. Kata kunci: Permukiman kumuh, faktor pembangunan, tapak
Eksistensi Lahan Terlantar di Kawasan Renon Denpasar Marthin Gunardhy; Ngakan Ketut Acwin Dwijendra; Ni Made Yudantini
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 1 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1669.042 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2019.v06.i01.p06

Abstract

The development of Denpasar City that stands out will run well if it is on land that is in accordance with the function of land use and runs continuously.The phenomenon that occurs in the Renon Area of Denpasar is that there are dozens of land that are not functioning or utilized to the maximum so that the land is vacant. This study identified the characteristics of vacant land and the factors that caused the vacant land in the Renon Area of Denpasar. The existence of vacant land can have a negative impact on the potential decline in land use, as well as the implications for the image of the city in the Renon Area of Denpasar. Typological theory, characteristics of vacant land and land use are used in the theoretical study approach. This study used a qualitative method, as a source of data carried out observation, direct documentation and data from interviews with informants of vacant landowners and surrounding communities. The results showed that the typology of vacant land in the Renon Area was land with natural vegetation and was not maintained, land with vacant buildings, land with building debris, and land with semi-permanent buildings that were used for temporary activities. Factors causing the vacant land include: socio-economic factors, factors in physical conditions / location, government policy / administration factors. The results of the research in the form of identifying typologies and causes of vacant land can have significant implications for the development of government policies, and for urban planners and designers in seeking the best benefits in the use of vacant land for the benefit of all parties. Keywords: function, vacant land, land utilization, Renon Area Abstrak Perkembangan pembangunan Kota Denpasar yang menonjol akan berjalan dengan baik apabila berada diatas lahan yang sesuai dengan fungsi dari peruntukan lahan dan berjalan secara berkesinambungan. Fenomena yang terjadi di Kawasan Renon Denpasar terdapat puluhan lahan yang tidak difungsikan ataupun dimanfaatkan dengan maksimal sehingga terjadinya lahan terlantar. Penelitian ini mengidentifikasikan karakteristik lahan terlantar dan faktor-faktor penyebab terjadinya lahan terlantar di Kawasan Renon Denpasar. Eksistensi lahan terlantar dapat berdampak buruk pada turunnya potensi pemanfaatan lahan, maupun implikasi terhadap citra kota di Kawasan Renon Denpasar. Teori tipologi, karakteristik lahan terlantar dan penggunaan lahan digunakan dalam pendekatan kajian teori. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sebagai sumber data dilakukan observasi, dokumentasi langsung dan data hasil wawancara informan pemilik lahan terlantar serta masyarakat sekitar. Hasil penelitian menunjukkan tipologi lahan terlantar pada Kawasan Renon adalah lahan dengan tumbuh-tumbuhan alami dan tidak terawat, lahan dengan bangunan yang terbengkalai, lahan dengan puing-puing bangunan, dan lahan dengan bangunan semi permanen yang difungsikan untuk kegiatan temporer.Faktor penyebab terjadinya lahan terlantar diantaranya: faktor sosial-ekonomi,faktor kondisi fisik / lokasi,faktor kebijakan / administrasi pemerintah. Hasil penelitian yang berupa pengidentifikasian tipologi dan penyebab dari lahan terlantar ini dapat memberikan implikasi yang signifikan terhadap pengembangan kebijakkan pemerintah, dan bagi perencana serta perancang kota dalam mencari manfaat terbaik dalam pemanfaatan lahan terlantar demi kepentingan semua pihak. Kata kunci : fungsi, lahan terlantar, pemanfaatan lahan, Kawasan Renon
Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Spasial dan Sosial Ekonomi di Desa Tumbang Marikoi, Kec. Damang Batu, Kab. Gunung Mas Tari Budayanti Usop; Doddy Aditya Iskandar
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 1 (2020): April 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1022.215 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i01.p09

Abstract

Explorative development produces various impacts that endanger the environment and human life. The impact occurred disturbed the awareness of the world community to be more sensitive and wise in their environmental management. Tumbang Marikoi village is one of the villages in Damang Batu sub-district, Gunung Mas regency. The condition of the village is in the upstream Kahayan river basin. The development of modernization and industrialization has led to changes in land use; the conversion of forest, bush, and swampland to oil palm plantations, and exploitation of gold mining land. This circumstance leads to the socio-economic changes in livelihoods and education levels, while aspects of environmental pollution occur in the river, air, and soil water. The purpose of this study is to examine the aspects of resilience and space in ecological principles due to the transformation that result from unsustainable development, so that the need for revitalization of living space values in Tumbang Marikoi Village, Damang Batu sub-district, Gunung Mas regency. A phenomenological qualitative research approach was employed in this research. Data collection used interviews and observations in the field. The results showed that spatial transformation affected the cultural life arrangements of the Dayak people, the occurrence of vulnerability towards the changes of where previously the forest was an “economic niche”, management, and the life cycle in the forest as a concept of resilience. Can Dayak people find and develop their cultural identity? Keywords: rural spatial; Dayak; resilience; identity Abstrak Pembangunan yang eksploratif menghasilkan berbagai dampak yang membahayakan lingkungan, dan kehidupan manusia. Dampak yang terjadi mengusik kesadaran masyarakat dunia untuk lebih peka, arif, bijak dalam tata kelola lingkungannya. Desa Tumbang Marikoi salah satu desa yang berada di Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, kondisi desa berada di daerah aliran Sungai Kahayan hulu. Adanya perkembangan modernisasi dan industrialisasi memberikan perubahan pada penggunaan lahan, yaitu adanya konversi lahan hutan, semak, dan rawa menjadi perkebunan kelapa sawit, dan eksploitasi lahan tambang emas. Kemudian secara sosial ekonomi perubahan mata pencaharian dan tingkat pendidikan, sedangkan aspek pencemaran lingkungan terjadinya pencemaran air sungai, udara, dan tanah. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji aspek kebertahanan (resilience) dan ruang dalam prinsip ekologi akibat transformasi yang terjadi sebagai dampak dari pembangunan yang tidak berkelanjutan, sehingga perlunya revitalisasi nilai-nilai ruang hidup di Desa Tumbang Marikoi Kecamatan Damang Batu Kabupaten Gunung Mas. Pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara serta pengamatan di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: transformasi ruang berpengaruh terhadap tata kehidupan budaya masyarakat Dayak, terjadinya kerentanan terhadap perubahan dimana sebelumnya hutan adalah “ceruk ekonomi”, manajemen, dan siklus hidup di hutan sebagai konsep ketahanan. Mampukah masyarakat Dayak menemukan dan mengembangkan jati diri budayanya? Kata kunci: tata ruang desa; Dayak; kebertahanan; jati diri
PELESTARIAN KAWASAN YAROANA MASIGI PENINGGALAN KESULTANAN BUTON DI KOTA BAUBAU, SULAWESI TENGGARA Sketsa Ultra Pelangi
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 2 No 2 (2015): Oktober 2015
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.034 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2015.v02.i02.p07

Abstract

Abstract The Masigi Yaarana is the remaining public space of the Kesultanan Buton in Baubau, South-East Sulawesi. This public space represents a number of traditional activities that took place in the days of empire. Unfortunately, lack of concern regarding heritage conservation preservation has decreased the quality of the area. The study investigates the existing physical characteristics and historical properties as well as  a trajectory for conservation. It demonstrates that the existing layout is hierarchic,and its magnitude and spatial boundaries are  influenced by the concept of cosmological Buton. Thishierarchy of public (Yaroana Masigi) is a core element of Buton castle: with the Great Mosque at the pinnacle. The historical values of this public space are dependent on the roles historical buildings and suggest which cultural activities are be reinforced. The  conservation programme should be based on this assessment. It should consist of six criteria: aesthetics, plurality, scarcity, value, the role of history, and the image of the area. In the light of implementing such value, physical conservation, preservation, restoration and reconstruction are significant. Meanwhile, guidelines for nonphysical preservation include a group of referrals to maintain cultural activities and a number of relevant policies, namely regulations, consciousness and initiative aspects. Keywords: public space, Yaroana Masigi, conservation Abstrak Kawasan Yaroana Masigi merupakan satu-satunya ruang publik peninggalan Kesultanan Buton yang masih bertahan. Yaroana Masigi mewadahi sejumlah aktivitas tradisi yang berlangsung di zaman kesultanan. Perkembangan zaman dan ketidakpahaman mengenai pelestarian dikhawatirkan akan menurunkan kualitas kawasan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik eksisting kawasan, nilai sejarah dan signifikansinya, serta arahan pelestariannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisik eksisting ruang publik memiliki tata letak dan hirarki yang  dipengaruhi oleh sejarah serta konsep kosmologis masyarakat Buton, besaran dan batasan ruangnya berupa jalan dan ruang-ruang terbuka tanpa batasan jarak pandang. Hirarki ruang publik Yaroana Masigi merupakan elemen inti kawasan Benteng Keraton Buton. Sedangkan di dalam Yaroana Masigi, obyek Masjid Agung Keraton memiliki hirarki teratas. Nilai sejarah  ruang publik ini dijabarkan melalui peran masing-masing bangunan terhadap sejarah dalam Yaroana Masigi. Signifikansi budayanya tercermin pada aktivitas budaya yang diwadahi. Adapun upaya pelestarian kawasan ini didasarkan atas penilaian makna kultural yang terdiri dari enam kriteria yaitu estetika, kejamakan, kelangkaan, keluarbiasaan, peranan sejarah, dan citra kawasan. Dengan mendapatkan nilai potensial tinggi, rendah hingga sedang untuk tiap obyek dengan arahan pelestarian fisik berupa preservasi, konservasi, restorasi, dan rekonstruksi. Arahan pelestarian non fisik mencakup arahan untuk mempertahankan aktivitas budaya, serta kebijakan yang mencakup aspek peraturan, aspek kesadaran dan inisiatif. Kata kunci: ruang publik, Yaroana Masigi, pelestarian
Pengaruh Penyebaran Fasilitas Sosial terhadap Sirkulasi Dalam Kota di Desa Dauh Puri Kelod Denpasar Barat Nyoman Siska Dessy Krisanti
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 5 No 2 (2018): October 2018
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1138.108 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2018.v05.i02.p04

Abstract

Social facilities are central to the welfare of a city.Depending on level of accessibility each infrastructure has, its uses by urban dwellers from all over town, creates a collection of complex movements which very often would generate chaotic urban circulations. An obvious implication one easily observes is a circulation deadlock taking the form as a traffic jam: a condition widely encountered by urban dwellers of DauhPuriKelod of Denpasar.This circumstance provides a ground to conduct a study of impacts of the distribution of social facilities on the urban circulation of the DauhPuriKelod area. The study first investigates the spread of the social facilities. Second, it studies traffics incurred when social facilities are accessed by urban dwellers from certain point of departures, at certain timing; and in a certain manner. And third, it analyses how these traffics contribute to the smooth operation and efficient use of urban road networks available across town. This research applies qualitative research method using naturalistic paradigm. Primary data is obtainedby conducting physical observation and individual interview. The study finds that traffic congestions taking place on circulation paths & networks across DauhPuriKelod are partially resulted by the widely spread location of numerous social facilities. This mainly due to a lack of city planning that coordinates this issue. To ease this condition, urban dwellers are strongly advised to reduce the use of private vehicles as they rely on heavily on such form of transportations at present. Keywords: Patterns of movement, inner circulation, accessibility, social facilities
PELESTARIAN POTENSI RUANG PUBLIK SEBAGAI ELEMEN PENTING DALAM PEMBANGUNAN DESA PAKRAMAN KENDRAN SEBAGAI DESA WISATA A A Gde Mahendra Giri
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 3 No 3 (2016): Oktober 2016
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.004 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2016.v03.i03.p07

Abstract

Public space is an important element in the development of tourism village. Likewise Desa Pakraman Kendran, preservation of public spaces that have been managed by communities aimed to improve the quality of tourism village. The potentiality of these public spaces include telajakan, square, and two riversides of Tukad Telagawaja and Tukad Petanu. The study aims to: 1) identify the potentiality for internal and external environment in Desa Pakraman Kendran; 2) determine the potential of public space in Desa Pakraman Kendran; and 3) identify the spatial pattern of public spaces in this customary village as a tourism village. The approach taken is to identify the environmental factors, both internal and external and analyze with the SWOT matrix. Results suggests that local government should be consistent to preserve the public spaces by involving local communities in a sustainable development. Keywords: public spaces; preservation; tourism villages; Desa Pakraman Kendran Abstrak Ruang publik merupakan elemen penting dalam pembangunan desa wisata. Demikian juga dengan Desa Pakraman Kendran, pelestarian ruang publik yang dikelola oleh masyarakat ditujukan untuk meningkatkan pariwisata perdesaan. Potensi ruang publik di desa ini meliputi telajakan, alun-alun desa, dan sempadan dua sungai yaitu Tukad Telagawaja dan Tukad Petanu. Studi ini bertujuan: 1) Mengetahui potensi lingkungan internal dan eksternal yang ada di Desa Pakraman Kendran; 2) Merumuskan potensi ruang publik di Desa Pakraman Kendran untuk sebagai desa wisata; dan 3) Mengetahui pola ruang publik di Desa Pakraman Kendran dalam mendukung potensi Desa Pakraman Kendran sebagai desa wisata. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan  mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan, baik internal dan eksternal dan menganalisanya dengan matriks SWOT. Hasil penelitian ini berupa rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar pada konsistensi untuk melestarikan ruang publik tersebut dengan melibatkan masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Detil Publikasi Made Swanendri
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 1 (2020): April 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.548 KB)

Abstract

KAJIAN ALIH FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA DENPASAR I Nengah Riana; Widiastuti Widiastuti; Ida Bagus Gde Primayatna
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 1 No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.392 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2014.v01.i01.p07

Abstract

Abstract Denpasar city is both the capital as well as the major growth center in Bali. This growth however has caused problems for open space provision. Green open space in urban areas is a necessary part of spatial planning in order to maintain water catchment areas to improve urban environmental compatibility, creation of an urban environment that is safe, comfortable, fresh, beautiful and healthy, and to provide a balance between the natural environment, the built environment and the public realm. The transformation of open space to urban uses in cities is ubiquitous and impacts on spatial planning. This study aims to determine the extent of land conversion in Denpasar and the reasons for such change. Quantitative analysis is used to focus on the form of land use change and the logic behind it. The study concentrates on open space conversion. Data was collected by observation, questionnaires and interview. The final results of this research will hopefully enrich the field of regional development and urban spatial planning, and provide a useful stimulus in the forward planning of Denpasar. Preliminary results suggest that land conversion predominantly serves residential land use (94.12%). Dominant factors that affect its transfer are due to its strategic location (69.50%) and blocked irrigation channels (30.1%). The analysis demonstrates that many open green spaces are located in strategic areas with a complete infrastructure that supports land conversion but are located beside irrigation channels than cannot function optimally. Keywords: land conversion, green open space, urban open space AbstrakDenpasar merupakan ibu kota Provinsi dan pusat pertumbuhan di Bali. Pesatnya pertumbuhan kota memunculkan permasalahan terkait pengadaan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota dengan tujuan menjaga ketersediaan lahan, sebagai kawasan resapan air, menjaga keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan, meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan, menciptakan lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih. Fenomena alih fungsi banyak terjadi di kota-kota besar dan berdampak pada tata ruang kota secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena alih fungsi lahan yang terjadi di kota Denpasar dan alasan akan terjadinya perubahan ini. Denga menerapkan pendekatan kuantitatif, penelitian ini memfokus kajiannya pada: jenis alih fungsi, faktor mempengaruhi alih fungsi, dan faktor dominan yang mempengaruhi alih fungsi ruang terbuka hujau di Kota Denpasar. Data diperoleh dengan melakukan observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil analisis menunjukan bahwa mayoritas alih fungsi dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal (94,12%). Sedangkan faktor yang mempengaruhi alih fungsi adalah lokasi yang strategis (69,50%) dan saluran irigasi tidak berfungsi dengan maksimal (30,1%). Alih fungsi ini juga didorong karena ruang terbuka hijau banyak berlokasi di kawasan strategis dengan infrastruktur yang lengkap sehingga menarik masyarakat untuk melakukan alih fungsi, khususnya jika saluran irigasi yang ada tidak bisa difungsikan secara optimal.Kata kunci: alih fungsi, ruang terbuka hijau, ruang terbuka perkotaan
Sumber Air dalam Ruang Budaya Masyarakat Desa Toyomerto Singosari, Malang Ema Yunita Titisari; - Antariksa; Lisa Dwi Wulandari; - Surjono
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 5 No 1 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.998 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2018.v05.i01.p08

Abstract

Pada akhir era Majapahit, umat Budha mendirikan bangunan suci di dekat sumber air Sumberawan Desa Toyomerto dengan tujuan untuk memperkuat khasiat air dan mengubahnya menjadi tirta amerta. Selain bermakna suci dan digunakan untuk upacara ritual, air Sumberawan juga digunakan untuk mengairi sawah dan memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat desa. Setiap tahun, mereka mengadakan Slametan Banyu. Kajian ini menyoroti sumber air dalam ruang budaya masyarakat Desa Toyomerto, khususnya dikaitkan dengan upaya menjaga kelestarian sumber air. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan antropologi-historis dan antropologi-ekologi. Data-data dianalisis dengan teknik analisis wacana. Wacana yang dianalisis adalah sumber air dari perspektif budaya. Hasil kajian menunjukkan upaya masyarakat Desa Toyomerto dalam menjaga kelestarian sumber air tak hanya dilakukan secara fisik, tetapi juga secara transendental. Pendirian candi di sumber air, mitos, dan cerita-cerita rakyat yang dipercaya kebenarannnya oleh masyarakat mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan sumber air. Kelestarian sumber air dijaga dengan jalan menjaga keseimbangan hubungan vertikal-transendental dan horisontal-sosial. Kata kunci: sumber air, ritual, ruang budaya
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA ZONASI PERMUKIMAN ADAT DI DESA NGGELA, ENDE-FLORES Fabiola T A Kerong
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 3 No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.286 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2016.v03.i02.p05

Abstract

The Adat settlement of Nggela Village (Desa Nggela) is a traditional village in the Ende Regency of Flores Island, one of the Lesser Sunda Islands in the Indonesian archipelago. It is a vernacular settlement strictly regulated by layers of adat codes and practices, and governed by a unique organizational structure. The whole settlement is divided into several zones. These reflect three cultural dimensions. First, the historical journey the community has undertaken; second the cosmological beliefs of the people, third the environment within which the village is located. This article demonstrates how each of these elements has determined the spatial laying out of the village. The analysis of interrelationships suggests the emergence of values pertaining to beliefs; the function of the village as a living space for the whole community; and a container for various symbolic meanings. In so doing, the study demonstrates the more dominating and determining position of the adat advisory board members in governing day-to-day life of the settlement in comparison to the actual roles undertaken by members of the Desa Nggela’s adat leadership. Keywords: adat settlement; spatial zones; organizational structure; cosmological beliefs; topography, landscape Abstrak Permukiman adat Desa Nggela merupakan permukiman tradisional yang terletak di Kabupaten Ende di Pulau Flores, salah satu pulau di Kepulauan Sunda Kecil. Permukiman ini memberlakukan aturan adat secara ketat dan dikelola oleh struktur organisasi yang unik. Permukiman ini juga terdiri atas beberapa zona yang merefleksikan tiga dimensi budaya. Pertama, perjalanan sejarah dari komunitas yang telah dilewati; kedua, konsep kosmologi dari masyarakatnya; dan ketiga, lingkungan dimana permukiman ini berada. Tulisan ini memaparkan bagaimana setiap elemen budaya tersebut menentukan pola tata letak permukiman tersebut. Analisa dari hubungan antar elemen tersebut mengungkapkan kemunculan  dari nilai-nilai sistem kepercayaan; fungsi permukiman sebagai tempat hidup dari masyarakat Desa Nggela; dan kandungan nilai dari berbagai makna simbolik. Selain itu, paparan ini juga mengungkapkan dominasi dan posisi tetua adat dalam pengelolaan permukiman dibandingkan dengan peran pemimpin adat Desa Nggela.

Page 2 of 18 | Total Record : 178