cover
Contact Name
Gusti Ayu Made Suartika
Contact Email
ayusuartika@unud.ac.id
Phone
+6289685501932
Journal Mail Official
ruang-space@unud.ac.id
Editorial Address
R. 1.24 LT.1, Gedung Pascasarjana, Universitas Udayana, Kampus Sudirman Denpasar Jalan P.B. Sudirman, Denpasar 80232, Bali (Indonesia).
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
RUANG: JURNAL LINGKUNGAN BINAAN (SPACE: JOURNAL OF THE BUILT ENVIRONMENT)
Published by Universitas Udayana
ISSN : 23555718     EISSN : 2355570X     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal RUANG-SPACE mempublikasikan artikel-artikel yang telah melalui proses review. Jurnal ini memfokuskan publikasinya dalam bidang lingkungan binaan yang melingkup beragam topik, termasuk pembangunan dan perencanaan spasial, permukiman, pelestarian lingkungan binaan, perancangan kota, dan lingkungan binaan etnik. Artikel-artikel yang dipublikasikan merupakan dokumentasi dari hasil aktivitas penelitian, pembangunan teori-teori baru, kajian terhadap teori-teori yang ada, atau penerapan dari eksisting teori maupun konsep berkenaan lingkungan terbangun. Ruang-Space dipublikasi dua kali dalam setahun, setiap bulan April dan Oktober, oleh Program Studi Studi Magister Arsitektur Universitas Udayana yang membawahi Program Keahlian Perencanaan dan Pembangunan Desa/Kota; Konservasi Lingkungan Binaan; dan Kajian Lingkungan Binaan Etnik.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 178 Documents
Pengaruh Desa Wisata terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Desa Sedit Kabupaten Bangli Ida Rayta Wira Pratami
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 5 No 2 (2018): October 2018
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1216.013 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2018.v05.i02.p05

Abstract

Government Regulation Number 16 Year 2014 of Bangli Regency in Bali stipulates that Sedit Village is among the 22 communities within this region, which are planned to be community-based tourist destinations. As is often to be the case, such a policy heavily aspires to boost the economy of all parties involved, at all different levels. This is also aim at reducing the rate of people migrating out the village and entering into the city for economic reason. However, when such a development is not well thought, it generates problems that likely cost greater than economic benefits it harvests. Contextualizing its focus on this circumstance, the article discusses impacts of the tourist industry on land development and utilization. It employs a mixed of both qualitative and quantitative research methods relying on data acquired from respondents when interviews are conducted and questionnaires are distributed. Study results corroborate the current trend of development in many developing countries in which a short-term economic gain defeats social and environmental interests, as it also takes place within the development of Sedit Village as a community-based tourism. Several relevant cases pertaining to land use changes are presented within to substantiate this assertion. Prominent among the exhibited instances is an awakening speed of paddy field conversions into numerous commercial uses to support the tourist industry. Since rice farming remains a major form of subsistence for the village, such a condition will ideally have to be taken into account, before it is too late. Keywords: impact, community-based tourism, land use change, Sedit Village
PENGADAAN PERUMAHAN SKALA MENENGAH DI DENPASAR: STUDI BERDASARKAN STRATEGI PENGEMBANG Dewa Ngakan Made Juliastika; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Ciptadi Trimarianto
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 3 No 3 (2016): Oktober 2016
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.354 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2016.v03.i03.p08

Abstract

In Denpasar, demands for housing are increasing rapidly and creating a potential economic opportunity in housing development. Since housing is seldom provided by the state, its provision relies heavily on developers, who, to date, have successfully delivered various housing types as well as competitive marketing strategies to attract more consumers. But problems occur when developers focus more on generating profits than conforming to the housing development guidelines and policies that have been established. Taking this situation as a point of departure, this paper suggests seven sets of strategies implemented by various developers at seven different housing developments. Utilizing qualitative research methods, the study has identified three important strategies in the development of medium-scale housing by developers in Denpasar, including: (1) those used during pre-construction; (2) those implemented during  the construction phase; and those applied in the aftermath of sales post-construction. All three strategic groupings of strategies are the basis for developing the characteristics of medium-scale housing delivery in Denpasar. Keywords: housing delivery; strategy of housing development; developer Abstrak Pertambahan penduduk di kota Denpasar menyebabkan peningkatan permintaan akan kebutuhan perumahan,sehingga pihak swasta, khususnya developer, berupaya mengembangkan perumahan dengan berbagai tipe. Adanya persaingan antar pengembang dalam pengadaan perumahan memunculkan berbagai konsep strategi untuk menarik calon pembeli. Permasalahan yang sering terjadi adalah pihak pengembang kurang memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam mengembangkan perumahan yang sudah diatur pada kebijakan-kebijakan terkait pengadaan perumahan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif induktif. Lokasi penelitian terletak di Kota Denpasar dengan mengambil tujuh kasus yang mewakili masing-masing kecamatan. Hasil penelitian ini adalah: (1) Konsep pengadaan perumahan skala menengah pada tahap pra konstruksi dan juga tahap konstruksi; (2) Pengelolaan perumahan skala menengah pada tahap pasca konstruksi, yaitu pada tahap purna jual; dan (3) Karakteristik pengadaan perumahan skala menengah di Denpasar. Ketiga hasil penelitian ini ditinjau dari strategi yang dilakukan oleh pengembang. Dialog dilakukan meliputi dialog antar isu di lapangan, serta dialog antara isu di lapangan dengan pemahaman umum secara etik.
Editorial: Getting Arround Alexander R. Cuthbert
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 1 (2020): April 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.878 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i01.p01

Abstract

-
PERUMAHAN MULTI-LANTAI DAN DIMENSINYA: PEMBANGUNAN HUNIAN MASYARAKAT PERKOTAAN BERPENGHASILAN RENDAH DI INDONESIA Gusti Ayu Made Suartika
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 1 No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.577 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2014.v01.i01.p08

Abstract

Abstract This article questions the idea that multi-storey housing is an appropriate solution to the demand for affordable houses in urban areas, including Indonesian cities. It holds that problems pertaining to urban settlements cannot be separated from a high and uncontrolled flow of people into the city for economic reasons. In addition, it also promotes the idea that development of housing units does not merely address the problem of shelter. More importantly is the principle of constructing a flourishing community. Thus, the instigation of appropriate policies and strategies in handling a need for low income homes should be approached holistically. Following from this, consideration of political, legal-judicial, economic, technological, health, socio-cultural aspects should be included. Other items might include personal security, sustainability, and the provision of basic infrastructure. The basic principle here is the idea of constructing 'homes' not 'housing.' This article is structured into four sections. The first part lays out the context. The second section outlines practices involved in the provision of public housing in Indonesia including multi-storey development. The third section discusses the pros and cons of this process, using relevant experiences and case studies worldwide. The final section summarises prior discussions towards appropriate policy making in low income housing provision. The article concludes with a suggestion that the development of high-rise housing units should be thoroughly examined before adopting it as a general policy. Keywords: Urbanisation, urban density, multi-storey housing unit, policies and strategies in housing provision AbstrakArtikel ini mempertanyakan ide tentang pembangunan perumahan multi-lantai sebagai solusi yang tepat dalam menangani kebutuhan perumahan yang layak di daerah perkotaan, termasuk kota-kota di Indonesia. Tulisan ini memandang bahwa, permasalahan perumahan di perkotaan berkaitan erat dengan terjadinya perpindahan penduduk yang tidak terkontrol menuju ke kota, untuk alasan ekonomi. Selain itu, paper ini mempromosikan ide bahwa pembangunan perumahan tidak hanya menangani masalah perumahan. Tetapi prinsip yang lebih penting disini adalah proses membangun sebuah komunitas serta mengakomodasi perkembangannya. Sehingga, instigasi kebijakan dan strategi berkenaan penanganan kebutuhan akan perumahan untuk golongan kurang mampu di daerah perkotaan harus didekati secara holistik. Beranjak dari ide ini, maka prosesnya harus melibatkan pertimbangan atas aspek politik, legal-judisial, ekonomi, teknologi, kesehatan, dan sosial-budaya. Elemen lain yang juga penting untuk diperhatikan disini adalah pertimbangan akan keamanan, sustanabilitas, dan ketersediaan infrastruktur pokok permukiman. Satu lagi prinsip dasar yang diusung disini adalah usaha untuk membangun 'rumah,' bukan 'tempat tinggal.' Artikel ini distrukturisasi menjadi empat bagian. Bagian pertama memaparkan konteks diskusi. Bagian kedua menjelaskan praktek-praktek yang terlibat dalam pengadaan perumahan untuk publik di Indonesia, termasuk pembangunan multi-lantai. Bagian ketiga mendiskusikan potensi dan hambatan dalam pembangunan perumahan multi-lantai, dengan memakai pengalaman serta beberapa kasus dari beberapa negara di dunia. Bagian terakhir menyimpulkan diskusi-diskusi sebelumnya menuju pembangunan kebijakan yang tepat berkenaan pengadaan perumahan untuk kelompok berpendapatan rendah di kota. Artikel ini menyarankan bahwa pebangunan unit perumahan bertingkat tinggi harus secara seksama dikaji sebelum mengadopsinya sebagai sebuah kebijakan yang umum. Kata kunci: Urbanisasi, urban densitas, rumah susun, kebijakan dan strategi dalam pengadaan perumahan
Proses Terbentuknya Teritorialitas pada Permukiman Padat Penghuni di Kampung Jawa, Denpasar Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 5 No 1 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1376.12 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2018.v05.i01.p09

Abstract

Teritorialitas merupakan salah satu aspek penting dalam bidang ilmu arsitektur karena berkaitan dengan fungsi dari teritori sebagai sebuah perwujudan dari perilaku keruangan seseorang untuk mencapai privasi tertentu. Teritorialitas sangat identik dengan rasa kepemilikan, upaya kontrol, dan mekanisme defensif terhadap suatu tempat atau ruang. Pada permukiman padat penghuni di perkotaan, khususnya pada kawasan permukiman Kampung Jawa Denpasar, ruang menjadi sesuatu yang sangat berharga. Fakta tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat dalam berbagi dan memaknai sebuah ruang. Tingginya kebutuhan terhadap ruang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang cukup, memicu terjadinya fenomena-fenomena teritorialitas di lingkungan permukiman yang menarik untuk dikaji. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana proses terbentuknya teritorialitas di kawasan studi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menampilkan data-data primer hasil observasi dan wawancara di lapangan serta membandingkannya dengan teori yang terkait. Secara umum dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa tekanan lingkungan berupa keterbatasan ruang sangat mempengaruhi teritorialitas yang terbentuk di permukiman, serta nilai fleksibilitas yang terkandung dari ruang tersebut. Kata kunci: teritorialitas, permukiman padat, Kampung Jawa, Kota Denpasar
EKSISTENSI TRADISI BALI AGA PADA ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL DI DESA PAKRAMAN TIMBRAH Ni Made Swanendri
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 3 No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.32 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2016.v03.i02.p04

Abstract

This article discusses the uniqueness of Bali Aga settlements, focuses its observation on belief systems, house forms, the organization of the surrounding environment, and how these attributes have either evolved or revolutionized for various reasons. Differences in geographical position and social development have in subsequent contributed to the complexity of these attributes and their representations within one village or another. Taking Timbrah Village of Karangasem Regency of Bali as its locus of study, this research finds that minor adaptations have occurred on the lay-outing of the village at a macro level, while revolutionary changes happens at the domestic level. The latter encounter is inevitable following the elimination of karang paumahan (the site where traditionally formed homes are constructed upon). Such a shift is further enabled by an improved financial state of many households which leads to the thriving home-renovation related activities. This however is larger than a mere case of affordability. It is frequented by other grounds including, first, a need for spatial arrangement to comfortably accommodate the current lifestyle of the inhabitants; and second, a necessity to have flexible and multi-function spaces/rooms that can be interchangeably used for both ritual and living purposes. All of these forces have created a firm basis for the erection of non-traditional style buildings, leaving the least, if not zero, concerns in regard to the perpetuation of the bale adat (tradition-based building). Nevertheless, there are two elements of home unique to Timbrah that remain untouched. First is an unfenced sanggah (family shrine), and second is the lelompong/pemedal (entry) for the taksu desa (a female virgin whose presence is required during each ritul ceremony (bali aga ritual) held by the village). Keywords: bali aga, tradition, taksu, Timbrah village Abstrak Keunikan yang dimiliki oleh masyarakat/desa Bali Aga meliputi hampir setiap aspek kehidupan dari sistem kepercayaan, sistem budaya sampai pada perwujudan fisik rumah dan lingkungannnya walau dengan derajat keragaman dan kedalaman yang berbeda antara satu desa dengan lainnya.  Tradisi Bali Aga umumnya dilakukan secara konsisten termasuk di Desa Pakaraman Timbrah, Karangasem yang sampai saat ini tetap menjalankan keunikan tradisi adat dan struktur pemerintahan  desa. Dari sisi fisik, pada tataran makro, tatanan ruang tradisi masih terlihat walau telah terjadi penyesuaian. Perubahan cepat justru terjadi pada bangunan rumah tinggal yang ditandai dengan semakin berkurangnya karang paumahan yang di dalamnya terdapat bangunan bali/bale adat yang ketika dilakukan renovasi dapat dipastikan dirubah menjadi bangunan dengan style modern atas nama tuntutan kebutuhan ruang, kenyamanan dan fleksibilitas pemanfaatan ruang bagi ritual keagamaan pada tingkatan rumah tinggal. Eksistensi tradisi bali aga pada arsitektur rumah tinggal di Desa Timbrah masih nampak pada karakteristik bangunan sanggah dan adanya lelompong/pemedal taksu yang keduanya berkaitan erat dengan peran salah satu anggota keluarga sebagai (seorang) taksu desa yang merupakan salah satu bagian penting dari pelaksanaan tradisi ritual bali aga.
Perspektif Jalan Malioboro di Yogyakarta pada Era Revolusi Industri 4.0 Titien Saraswati
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1438.61 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2019.v06.i02.p07

Abstract

Malioboro Street is a well-known tourist destination in Yogyakarta. This is the main shopping boulevard in town enriched with plentiful vendors on its sides. In order to provide visitors with a more vibrant experience and a comfortable shopping area, this venue has gone through continuous and long-lasting improvement. To further increase the number of visitors, Malioboro also went through a major makeover which was completed at the end of 2018. However, within the current Industrial Revolution 4.0 whose one prominent part (among others) is online shopping, the competitiveness of Malioboro as a shopping boulevard should be approached from a different perspective. Taking this condition as its context, this study seeks to explore how Malioboro is seen fit to respond to the Industrial Revolution 4.0 era. Data collection was done by conducting physical observations, interviews, and closed-ended online questionnaires. Data analysis was carried by concurrently examining all data collected through various means. The study result demonstrates that despite the rapid growth of online shopping, the image of Malioboro as a unique shopping lane will continue to thrive including in the minds of the millennial generation. Keywords: Malioboro, sidewalk, street vendor, millennial, Industrial Revolution 4.0 Abstrak Jalan Malioboro di kota Yogyakarta telah dikenal sebagai salah satu destinasi wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Malioboro adalah shopping street utama di Yogyakarta, dengan ciri adanya PKL di kedua sisi trotoarnya. Malioboro telah selesai direnovasi pada akhir 2018, dengan tetap memberi ruang bagi PKL di kedua sisi trotoarnya. Meskipun selesai direnovasi, sampai sekarangpun masih dilakukan berbagai ide dan kreatifitas untuk membuat Malioboro semakin nyaman bagi wisatawan, dalam hal mengisi ruang-ruang Malioboro untuk berbagai event, baik yang terjadwal maupun dari kreatifitas pengunjung. Ini adalah kreatifitas jangka panjang, bahkan mungkin selamanya, agar wisatawan tetap tertarik dan senang mengunjungi Malioboro. Sudah banyak diketahui bahwa berbelanja sekarang, baik barang maupun kuliner, bisa dilakukan dengan memanfaatkan jasa pengantaran melalui jaringan internet yang marak saat Revolusi Industri 4.0 ini. Tujuan penulisan adalah untuk melihat lebih lanjut perspektif Malioboro pada era Revolusi Industri 4.0 ini. Metode mencari data dengan melakukan survei langsung di Malioboro, wawancara, dan memberikan kuesioner tertutup online pada masyarakat. Analisis dilakukan dengan menguji hasil wawancara dan kuesioner tertutup dengan situasi terkini di Malioboro. Kesimpulan yang didapat antara lain bahwa meskipun aktivitas perbelanjaan bisa dilakukan melalui internet, ternyata belanja dengan melihat langsung barang maupun kuliner di Malioboro tidak bisa ditinggalkan bahkan oleh generasi milenial. Kata kunci: Malioboro, trotoar, PKL, milenial, Revolusi Industri 4.0
TIPOLOGI SETTING DAN AKTIVITAS REKREASI DI SEPANJANG TUKAD BADUNG, KOTA DENPASAR Nyoman Gema Endra Persada
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 2 No 1 (2015): April 2015
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.988 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2015.v02.i01.p06

Abstract

Abstract The Revitalization of Badung River has provided a significant waterfront for Denpasar. Having been used for irresponsibly disposed waste, this river has now emerged as a significant public space. It has promoted diverse recreational activities engaged by urban dwellers of both Denpasar and its surrounding areas. This paper analyses the relationship between numerous spatial settings along the river and their contained recreational activities. The potential attraction of each spatial setting is evaluated by the presence of one or more of the following elements, visible sceneries; aesthetic plants; shade trees; fish; planned space; abandoned or/and vacant  land. Meanwhile, type of activities pertained to recreational function of this waterfront include relaxing; sitting around; fishing; chatting; snacking; resting after work; ceremonial activities; and food vendoring (permanent and non-permanent). The research then makes a connection between each spatial element and activities to draw certain relationships between space and its use. Keywords: Badung River, public space, spatial setting, recreational activities Abstrak Kegiatan revitalisasi Sungai Badung telah menghasilkan daerah aliran sungai yang penting bagi Kota Denpasar. Setelah sekian lama dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah kota, area ini muncul sebagai ruang publik yang signifikan. Area ini mengundang terjadinya beragam aktivitas rekreasi yang dilaksanakan baik oleh penduduk kota yang berasal dari Denpasar dan area-area di sekitarnya. Paper ini menganalisa hubungan antara beragam setting keruangan yang terjadi di sepanjang aliran sungai ini dengan aktivitas rekreasi yang terjadi di dalamnya. Ketertarikan dari setiap spasial setting dievaluasi berdasarkan keberadaan dari satu atau lebih elemen-elemen berikut ini: pemandangan (view); tanaman hias; pohon peneduh; ikan hias berenang dalam aliran air sungai; ruang-ruang yang direncanakan; dan ruang-ruang tidak/belum terencanakan. Sementara itu, kegiatan rekreasi yang telah terjadi adalah: bersantai; duduk-duduk; bersenda gurau; memancing; menikmati makanan kecil; istirahat dari kerja; upacara keagamaan; dan berjualan makanan kecil. Penelitian ini kemudian mengkorelasikan antara ruang serta kegiatan yang terjadi dalam rangka mengkaji hubungan antara tempat dan pemakainya. Kata kunci: Tukad Badung, ruang publik, setting keruangan, aktivitas rekreasi
PERKEMBANGAN KERUANGAN DI KORIDOR BYPASS BIL-BATUJAI PASCA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK Desy Rosmawati
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 3 No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.723 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2016.v03.i01.p03

Abstract

Abstract Lombok International Airport (BIL) was located in Central Lombok and was built in 2008. Its efficiency was supported by the construction of the BIL-Batujai bypass - part of BIL-Gerung bypass - in the same year. In anticipating the many forms of uncontrolled development that were likely to take place along this bypass upon its completion, Central Lombok local government had instigated a Detailed Spatial Plan (RDTR) for BIL and its surroundings in 2006. This article therefore has two objectives. First, by investigating those factors determining various forms of land use change occurring along the BIL-Batujai corridor; and second by investigating the conformance of these developments to the 2006's RDTR of Central Lombok. In doing so, this study uses a qualitative approach. Study findings show there are two types of developments including both physical and non-physical. The physical developments cover the construction of both permanent and non-permanent structures, the modification of homes into store-houses, the eviction of many buildings used for art-shops, the failed attempt to relocate Penujak market, and the success story of Batujai settlement relocation. Non-physical development embraces phenomenon such as, changes in the image of Batujai-BIL bypass corridor, the increase in land prices, and the change in the occupations of community members living in proximity to this bypass. This study concludes by suggesting that determining factors underlining these developments are as follows: (1) the emergence of new functions and activities brought by the operation of Lombok International Airport (BIL); (2) accessibility; (3) the topography of BIL-Batujai corridor which is relatively flat and served with adequate infrastructures; (4) the existence of local government spatial planning policies that regulate development of the BIL and its surroundings areas; (5) a tendency of the existing land owners to transfer rights over land to other party/s for economic reasons; (6) the development of housing units initiated by developers in response to a rising need for homes close by the airport; (7) the late response of the local government in controlling rapid spatial developments; and (8) problems associated with the economic rationale behind many forms of development. Keywords: Lombok International Airport (BIL), BIL-Batujaibypass corridor, spatial development Abstrak Bandara Internasional Lombok (BIL) adalah bandara baru bertaraf internasional yang dibangun pada tahun 2008 dan berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah.  Pembangunan bypass BIL-Batujai yang merupakan bagian dari bypass BIL-Gerung adalah prasarana yang dibangun pada tahun 2008 untuk mendukung aktivitas BIL. Pasca pembangunan bypass tersebut, terjadi perkembangan keruangan di koridor tersebut. Dalam mengendalikan perkembangan yang terjadi, pemerintah setempat telah membuat RDTR Kawasan Bandara Lombok Baru (2006). Artikel ini ditulis berdasarkan studi yang bertujuan untuk mengetahui fenomena perkembangan keruangan yang terjadi dan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya perkembangan di koridor tersebut, serta menganalisis kesesuaian perkembangan yang terjadi dengan arahan dalam RDTR. Guna mendukung penelitian, digunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena perkembangan keruangan yang terjadi meliputi aspek fisikal dan non-fisikal. Aspek fisikal meliputi: adanya pembangunan baru baik permanen maupun non-permanen, penambahan fungsi bangunan rumah menjadi toko, hilangnya fungsi bangunan artshop, fenomena gagalnya penggusuran pasar di Penujak dan berhasilnya penggusuran rumah di Batujai, hingga gejala perpindahan keramaian yang terjadi. Aspek non-fisikal meliputi: berubahnya image koridor bypass BIL-Batujai, peningkatan harga lahan, serta berubahnya profesi masyarakat. Faktor-faktor penyebab perkembangan meliputi: (1) aktivitas BIL dan wilayah sekitarnya; (2) aksesibilitas; (3) karakteristik lahan bertopografi datar dengan utilitas yang baik; (4) peraturan penggunaan lahan dalam RTRW Kabupaten Lombok Tengah dan RDTR Kawasan Bandara Lombok Baru; (5) karakteristik pemilik lahan berstatus ekonomi lemah sehingga cenderung untuk menjual lahannya; (6) prakarsa pengembang perumahan yang berperan dalam perkembangan keruangan; (7) kurang antisipatifnya pemerintah terhadap perkembangan yang terjadi; dan (8) permasalahan keruangan berlatar motif ekonomi. Kata kunci: perkembangan, keruangan, koridor, BIL
Detil Publikasi Made Swanendri
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.09 KB)

Abstract

Page 5 of 18 | Total Record : 178