cover
Contact Name
Fidrayani
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
psga@uinjkt.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender
ISSN : 14122324     EISSN : 26557428     DOI : 10.15408/harkat
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender is published by the Center for Gender and Child Studies (Pusat Studi Gender dan Anak) LP2M, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. the journal has been issued two times a year. Harkat invites scholarly articles on gender and child studies from multiple disciplines and perspectives, including religion, education, psychology, law, social studies, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 120 Documents
LANDASAN AGAMA DALAM PENDIDIKAN PUBERTAS DI SEKOLAH DASAR Erry Utomo; Nurfadhilah Nurfadhilah; Agung Purwanto; Jatu Wahyu Wicaksono; Alrahmat Arif
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(1), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2295.01 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.13440

Abstract

Abstract. Indonesia is experiencing a demographic bonus, and a good education and health situation will determine the quality of human resources so that this situation does not turn into a demographic burden or disaster. The Indonesian Adolescent Reproductive Health Survey shows the in-depth knowledge of adolescents about puberty, whereas adolescence is a golden period that will determine the quality of the next generation. This study aims to get a picture of the perception of teachers and students in particular about puberty and its relation to religion. The approach used is qualitative, data collected by conducting in-depth interviews with teachers, parents, and students. There were ten informants, consisting of teachers, parents, and students from 2 public and religious-based elementary schools in North Jakarta. In general, teachers have low knowledge / understanding of puberty, as well as students' knowledge. Most teachers have the perception that education about puberty in the classroom, according to the curriculum, turns out to be too vulgar so that some information is not conveyed to students. Religion is considered as the most reliable foundation in shaping student behavior. Teachers tend to hand over responsibility to religious teachers to deliver material on puberty, at religiously-based schools specifically mentioned teachers of fiqh. Teacher capacity building is needed regarding the material that must be taught, and it is delivery methods to suit the needs of students and have an impact on improving knowledge and improving behavior.Abstrak. Indonesia sedang mengalami bonus demografi dan situasi pendidikan dan kesehatan yang baik sangat menentukan kualitas sumber daya insani agar situasi ini tidak berbalik menjadi beban atau bencana demografi. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia memperlihatkan rendahnya pengetahuan remaja tentang pubertas, padahal masa remaja merupakan periode emas yang akan menentukan kualitas generasi berikutnya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran persepsi guru dan peserta didik di khususnya tentang pubertas dan kaitannya dengan agama. Pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif, data dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam kepada guru, orang tua, dan peserta didik. Jumlah informan 10 orang, terdiri dari guru, orang tua, dan peserta didik dari 2 sekolah dasar umum dan berbasis agama di Jakarta Utara. Secara umum guru memiliki pengetahuan/pemahaman yang rendah tentang pubertas, demikian pula pengetahuan peserta didik. Kebanyakan guru memiliki persepsi bahwa edukasi tentang pubertas di kelas sesuai kurikulum ternyata dianggap terlalu vulgar sehingga sebagian informasi tidak disampaikan kepada peserta didik. Agama dianggap sebagai landasan paling diandalkan dalam membentuk perilaku peserta didik. Guru cenderung menyerahkan tanggung jawab kepada guru agama untuk menyampaikan materi tentang pubertas, pada sekolah berbasis agama disebutkan secara spesifik guru fiqih. Dibutuhkan pengembangan kapasitas guru tentang materi yang harus diajarkan dan metode penyampaiannya agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan berdampak terhadap peningkatan pengetahuan serta perbaikan perilaku. 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA WANITA IKM GIPANG WILAYAH CILEGON Tri Partuti
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(2), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1953.143 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i2.13470

Abstract

Abstract. Work productivity is a concept that shows the relationship between work results and the unit of time needed to produce the product. A worker is said to be productive if he is able to produce more output than other workers for the same unit of time. Work productivity is influenced by several factors, including gender, age, health status / nutritional status, biological disorders of the female workforce, education, years of service and disruption in the work environment. A study of women has been carried out in a number of Gipang Small and Medium Industries (IKM) in the Cilegon area, Banten to determine the relationship between the nutritional status of female workers on the productivity of their work in making gipang (a typical Banten food made from sticky rice mixed with sugar water). The number of respondents as many as 40 people with criteria for female workers aged 20-45 years with healthy conditions, no menstruation, not pregnant, not in the puerperium and menopause, have worked to make gipang at least 2 years and at least educated at the level of junior / equivalent. Data analysis was performed using the statistical regression analysis method. The results of data processing showed that Fcount <Ftable (0.362 <0.55) showed that the nutritional value or Body Mass Index (BMI) did not significantly influence the productivity of female workers in GIPang Gipang. The p-value (Significance F) = 0.55 indicates that height and weight did not significantly influence the nutritional value of female workers. Tcount <ttable also shows that nutritional status does not have a significant effect on work productivity.Abstrak. Produktivitas kerja adalah suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Seorang tenaga kerja dikatakan produktif jika ia mampu menghasilkan keluaran (output) yang lebih banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jenis kelamin, usia, status kesehatan/status gizi, gangguan biologis tenaga kerja wanita, pendidikan, masa kerja dan gangguan di lingkungan kerja. Telah dilakukan penelitian kajian wanita di beberapa Industri Kecil Menengah (IKM) gipang di daerah Cilegon, Banten untuk mengetahui hubungan antara status gizi pekerja wanita terhadap produktivitas kerjanya dalam membuat gipang (makanan khas daerah Banten yang terbuat dari ketan dicampur dengan air gula). Jumlah responden sebanyak 40 orang dengan kriteria tenaga kerja wanita usia 20-45 tahun dengan kondisi sehat, tidak mengalami menstruasi, tidak hamil, tidak dalam masa nifas dan menopouse, telah bekerja membuat gipang minimal 2 tahun dan minimal berpendidikan setingkat SLTP/sederajat. Analisa data dilakukan dengan metode analisis statistik regresi.  Hasil pengolahan data didapatkan Fhitung < Ftabel (0,362 < 0,55) menunjukkan bahwa nilai gizi atau Indeks Masa Tubuh (IMT) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas pekerja wanita pada IKM gipang. Nilai  p-value (Significance F) = 0,55 menunjukkan bahwa tinggi badan dan berat badan  tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai gizi pekerja wanita. Nilai thitung < ttabel juga menunjukkan bahwa status gizi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja.
KESETARAAN GENDER TENTANG PENDIDIKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Dewi Ratnawati; Sulistyorini Sulistyorini; Ahmad Zainal Abidin
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(1), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4948.97 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.13436

Abstract

Abstract. Educational discrimination often occurs in people's lives. This is influenced by the distinction that appear from the community itself. This distinction can be seen from the perspective of the community to educational rights of men and women. The main factors that influence the emergence of discrimination against the right to education include normal or traditional rules that kill the character of women, the physical form of women, the economic pace, misinterpretation of religious teachings, and cultural beliefs that grow in the lives of rural communities. This requires a maximum effort in aligning the paradigm between rural communities and communities by involving religious teachings as supporters of the realization of equal educational rights for men and women. By using exploratory-descriptive eruption studies, it results in findings that the viewpoints related to equality of education rights of men and women are divided in two. First, the viewpoint of the community which encompasses patriarchal culture, humanism, economics, and education. Second, the viewpoint of the Hadith and the Al-Qur'an. Abstrak. Diskriminasi pendidikan kerapkali terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh distingsi yang muncul dari masyarakat itu sendiri. Distingsi itu dapat dilihat dari sudut pandang masyarakat terhadap hak pendidikan laki-laki dan perempuan. Faktor utama yang mempengaruhi munculnya diskriminasi terhadap hak pendidikan meliputi normal atau aturan tradisional yang membunuh karakter perempuan, bentuk fisik perempuan, laju ekonomi, penafsiran yang salah terhadap ajaran agama, serta keyakinan budaya yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Hal ini membutuhkan usaha maksimal dalam penyelarasan paradigma antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dengan melibatkan ajaran agama sebagai pendukung terhadap realisasi kesetaraan hak pendidikan laki-laki dan perempuan. Dengan menggunakan studi leterasi berupa eksploratif-deskriptif, mengahasilkan temuan bahwa sudut pandang terkait kesetaraan hak pendidikan laki-laki dan perempuan dibagi dua. Pertama, sudut pandang masyarakat yang meliputi budaya patriarki, budaya humanisme, ekonomi, dan edukasi. Kedua, sudut pandang perspektif hadits dan Al-Qur’an. 
A PORTRAIT OF THE SAKINAH FAMILY IN MANUSCRIPT TEXTS BY WOMEN SCHOLARS FROM THE PESANTREN Samsul Arifin; Ummi Khairiyah; Minhaji Minhaji
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(1), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3121.997 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.13441

Abstract

Abstract. The formation of the personality characteristics of a married couple is very important and decisive inthinking and acting in building a sakinah household. Sakinah will appear in the calmness of the heart and the clarity of their minds. The scholars, including women scholars from the pesantren have written about it. The purpose of this paper is to uncover and describe the ideal quality of the personality of a married couple in the eyes of women scholars from the pesantren. This article is interesting, because so far many books on household written by male scholars, not female scholars, so it tends to be paternalistic. This paper is useful for the development of Marriage Counseling science based on local pesantren wisdom. The focus of this paper is the portrait of the quality of the personality of a married couple in reaching a sakinah family in the book Zadu Az-Zaujayn (a reinterpretation of the book of Uqud al-Lujjayn ) by Ibu Nyai Zainiyah As'ad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo from the perspective of marriage counseling. This research method uses Gadamer's hermeneutic approach. The results showed, married couples should have the quality of personality that has knowledge (about some rights and obligations, fiqh of women, and the ability to educate children), gracefully when bitter experiences (sabar), affection, acceptance of life as is (ridha and ikhlas), and create a good impression of their partner (self presentation). The focus of marriage counseling adhered to by the pesantren is directed at the improvement and development of the quality of the personality of a married couple rather than the problems in the marriage itself. If a married couple has a good personality then problems in a marriage can be solved by themselves. That personality will radiate in thinking and acting in everyday life to create a sakinah family.Abstrak. Pembentukan karakteristik kepribadian pasangan menikah sangat penting dan menentukan dalam berpikir dan bertindak dalam membangun rumah tangga sakinah. Sakinah akan muncul dalam ketenangan hati dan kejernihan pikiran mereka. Para cendekiawan, termasuk cendekiawan perempuan dari pesantren telah menulis tentang itu. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengungkap dan menggambarkan kualitas ideal kepribadian pasangan yang sudah menikah di mata ulama perempuan dari pesantren. Artikel ini menarik, karena selama ini banyak buku tentang rumah tangga yang ditulis oleh sarjana laki-laki, bukan sarjana perempuan, sehingga cenderung paternalistik. Makalah ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu Konseling Perkawinan berdasarkan kearifan lokal pesantren. Fokus dari makalah ini adalah potret kualitas kepribadian pasangan yang sudah menikah dalam mencapai keluarga sakinah dalam buku Zadu Az-Zaujayn (reinterpretasi buku Uqud al-Lujjayn) oleh Ibu Nyai Zainiyah As'ad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo dari perspektif konseling perkawinan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik Gadamer. Hasil penelitian menunjukkan, pasangan suami istri harus memiliki kualitas kepribadian yang memiliki pengetahuan (tentang beberapa hak dan kewajiban, fiqh perempuan, dan kemampuan untuk mendidik anak), anggun ketika pengalaman pahit (sabar), kasih sayang, penerimaan hidup apa adanya ( ridha dan ikhlas), dan menciptakan kesan yang baik tentang pasangan mereka (presentasi diri). Fokus konseling perkawinan yang dianut oleh pesantren diarahkan pada peningkatan dan pengembangan kualitas kepribadian pasangan menikah daripada masalah dalam pernikahan itu sendiri. Jika pasangan menikah memiliki kepribadian yang baik maka masalah dalam perkawinan dapat diselesaikan sendiri. Kepribadian itu akan terpancar dalam pemikiran dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan keluarga sakinah.
PERKAWINAN ANAK: Pandangan Ulama dan Tokoh Masyarakat Pamekasan Umi Supraptiningsih; Erie Hariyanto
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(2), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3510.812 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i2.13466

Abstract

Abstract. Child marriages as well as the prosession are happen due to the role of both ulama (the Islamic leaders) and the community leaders. This paper aimed at exploring the perception of ulama and the community leaders in line with the factors of child marriage as well as the minimum age of marriage. The descriptive qualitative were implemented in this study. Meanwhile, the data were gathered by conducting observation, interview, and documentation. The first finding of the study is in line with the factors of child marriages. The educational background of the parents and the children, economic factors, cultural factors, and the uncontrolled relationship among teens were regarded to influence the child marriage in Pamekasan. Second, the ulama and the community leader argued that the child marriage should be avoided because it determine the life of the spouse after marriage. It must be considered that marriage is a time to realize the happy family (sakinah). Therefore, maturation is important in attempt to mentally and economically prepare for the marriage. Also, the limitation of marriage is not merely about the minimum age, but also the preoparation and the in-depth understanding of the spouse. Third, there is no clear statement in Alquran regard to the minimum age of marriage. Alquran stated akil baligh as the requirement. Meanwhile, the marriage law stated that minimum age for man is 19 years old and 16 years old for woman. In child protection laws, the minimum age for both man and woman are 18 years old. Abstrak. Perkawinan Anak dapat terjadi karena peran serta dari para ulama atau tokoh masyarakat, begitu pula prosesi perkawinan dengan restu keduanya. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui peranan ulama dan tokoh masyarakat Kabupaten Pamekasan dalam terwujudnya perkawinan anak serta pendapat tentang batasan usia perkawinan. Metode penelitian mengunakan pendekatan kualitatif (qualitative approach) dan metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ada beberapa temuan dalam penelitian ini yaitu pertama Perkawinan anak masih saja terjadi diwilayah Kabupaten Pamekasan, hal ini dilatar belakangi beberapa faktor, yaitu faktor rendahnya pendidikan baik dari orang tua maupun anak, tidak adanya aktifitas atau kegiatan karena selepas dari pesantren atau MA mereka menganggur, faktor ekonomi, faktor budaya atau tradisi, dan faktor pergaulan bebas; kedua Para ulama dan tokoh masyarakat berpendapat bahwa perkawinan anak harus dihindarikarena berdampak pada kelangsungan rumah tangga yang tentunya pasca perkawinan adalah waktu yang panjang untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah. Pendewasaan perkawinan penting karena untuk mempersiapkan mental dan ekonomi dalam sebuah perkawinan. Batasan perkawinan tidak hanya sekedar usia namun persiapan dan pemahaman hak dan kewajiban bagi pasangan yang harus matang. Ketiga Batasan usia pernikahan dalam Al Qur’an dan hadis tidak secara jelas disebutkan hanya menjelaskan akil baliq, sedangkan dalam Undang- Undang Perkawinan usia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Dalam UU Perlindungan ana laki-laki dan perempuan sama yaitu 18 tahun ke atas.
PANDANGAN AL-QUR’AN TENTANG PEREMPUAN BEKERJA (HIKMAH DIBALIK SURAT AL-QASHASH) M. Nurul Qomar
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(1), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3292.126 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.12972

Abstract

Abstract. The concept of gender is an even more interesting problem when it is associated with the perspective of Islam and the Koran. The role of women in the fabric of life is not in doubt. But there is still debate about permitting women to work outside the home among scholars. To better understand the concept of gender (women in the workplace) attached to Surat al-Qashash (28) verse 23, further analysis is needed using the content analysis approach in the commentary science corridor. Also, the library research approach is used to explore primary and secondary libraries to support this paper. Resulting in the conclusion that the Mufassir mentioned above does not differ significantly in interpreting Surah al-Qashash verse 23. However, the scholars differed in interpreting the father of two women who were assisted by Prophet Musa. b. Economic wisdom that can be learned from Surat al-Qashash verse 23 is that women are allowed to work as long as they can maintain their honor. Also, through this verse, it is understood that for economic activities (mu'amalah), a man is allowed to talk and see the opposite gender.Abstrak  Konsep gender merupakan isu menarik lebih-lebih jika dikaitkan dengan perspektif islam dan al-Qur’an. Peran perempuan dalam tatanan kehidupan tidak diragukan lagi. Namun masih menjadi perdebatan tentang diperbolehkannya perempuan untuk bekerja di luar rumah di kalangan ulama’.  Untuk lebih memahami konsep gender (wanita dalam bekerja) yang melekat pada surat al-Qashash (28) ayat 23 tentu diperlukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan analisis konten dalam koridor ilmu tafsir.  Selain itu pendekatan library research digunakan untuk menelusuri pustaka baik primer maupun sekunder untuk mendukung tulisan ini. Sehingga menghasilkan simpulan bahwa: a. Para Mufassir yang disebut di atas tidak berbeda jauh dalam menafsirkan surat al-Qashash ayat 23. Akan tetapi para ulama’ berbeda pendapat menafsirkan ayah dari dua perempuan yang ditolong oleh Nabi Musa. b. hikmah ekonomi yang dapat dipetik dari surat al-Qashash ayat 23 adalah diperbolehkan perempuan dalam bekerja, asalkan mampu menjaga kehormatannya, selain itu melalui ayat ini dapat dipahami bahwa atas kegiatan ekonomi (mu’amalah), seorang laki-laki diperbolehkan berbicara dan memandang lawan jenis. 
PATOLOGI SOSIAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP REMAJA Ulfah Fajarini
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(1), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2974.102 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.13444

Abstract

Abstract. The development of the city of Jakarta, has an impact on the surrounding area, especially in the Ciputat region, accompanied by very rapid population growth. This article discusses social pathology. Qualitative research methods in the form of interviews and observations. There are social pathologies (social ills), such as stress, increased crime, unemployment, juvenile delinquency, and prostitution. The negative impact also occurs in adolescents in the Ciputat-Tangerang sub-district, which is located in South Jakarta. Abstrak. Perkembangan kota Jakarta, berdampak pada wilayah sekitarnya, khususnya di wilayah Ciputat, diiringi dengan  pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Artikel ini membahas mengenai patologi sosial. Metode penelitian kualitatif berupa wawancara dan pengamatan. Adanya  patologi sosial (penyakit sosial), seperti stress, meningkatnya kriminalitas, pengangguran, kenakalan remaja serta prostitusi.. Dampak negatif tersebut juga terjadi pada remaja di daerah kecamatan Ciputat- Tangerang, yang berada di Selatan Jakarta. 
DAMPAK PERNIKAHAN DINI BAGI PEREMPUAN Lina Dina Maudina
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(2), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2451.706 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i2.13465

Abstract

Abstract. This study aims to determine what factors are actually causing early marriage in the village of Bedahan. As well as any impacts arising from early marriage in the village of Bedahan This research is a qualitative study, data collection techniques by conducting observations, interviews and documentation. The sampling technique in this study uses purposive sampling, which is a sampling technique based on criteria, meaning that the natives living in the village of Bedahan are perpetrators of early marriage. The factors causing early marriage in the village of Bedahan are the factors of parents who want to quickly marry off their children, some are pregnant out of wedlock, economics and also education. However, the most dominant factor is due to the parents' factor so that the child can be married quickly and easily understand the proposal of the male candidate. While the impact of early marriage in Bedahan Village is broadly three, namely psychological, health, and social impacts. the economy. When viewed from the psychological impact, they often experience problems such as easy emotions, stress, and burdened, in terms of health due to immature reproductive organs of women prone to giving birth premature babies, if viewed from a socio-economic perspective that is the lack of socialization to the local community shame because of their education disconnected, they only work improvised to meet their needs and are still dependent on their parents.Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang sebenarnya mengakibatkan pernikahan dini di Desa Bedahan.  Serta dampak apa saja yang ditimbulkan dari pernikahan dini di Desa Bedahan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan atas kriteria, maksudnya penduduk asli yang tinggal di Desa Bedahan yang merupakan pelaku pernikahan dini. faktor penyebab terjadinya pernikahan dini di Desa Bedahan yaitu faktor orangtua yang ingin cepat-cepat menikahkan anaknya, ada pula yang hamil diluar nikah, ekonomi dan juga pendidikan. Namun yang paling dominan adalah karena faktor orang tua agar si anak cepat-cepat untuk dinikahkan dan mudah menerimana pinangan si calon pria .Sedangkan dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini di Desa Bedahan secara garis besar ada tiga yaitu dampak psikologis, kesehatan, dan juga sosial-ekonomi. Jika dilihat dari dampak psikologis masih sering mengalami masalah seperti mudah emosi,stress,dan terbebani , dari segi kesehatan karena belum matangnya alat reproduksi perempuan rentan mengalami melahirkan bayi prematur,jika dilihat dari segi sosial-ekonomi yaitu kurangnya bersosialisasi kepada masyarakat setempat malu karena pendidikannya pun terputus, mereka hanya bekerja seadanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan masih bergantung kepada orangtuanya.
FENOMENA PERNIKAHAN ANAK DI SUMENEP MADURA Jamilah; Jamilah Jamilah; Raudlatun Raudlatun
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(1), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2055.493 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.13437

Abstract

Abstract. In the current era of globalization, early marriage still often occurs. Factors causing early marriage are economic factors, educational factors, parental factors, and pregnancy factors outside of marriage. Early marriage also has physical and psychological effects. As for physically covering the household economy because at the age of adolescence is still unable to provide for his own family, while economic factors are factors that can prosper the household, besides that there is also a risk of pregnant women, in adolescence are generally a danger to health because if a person is under age 20 years of pregnancy results in death of mother and child or can experience premature childbirth. While the psychological impact of early marriage there is a severe depression which is a symptom that causes a person to become a private person who is not sociable, and there are conflicts that lead to divorce because of emotions in adolescents who are unstable lead to prolonged conflict in couples who marry at an early age which results in divorce.Abstrak. Di era globalisasi saat ini pernikahan dini masih kerap terjadi. Faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan dini adalah faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor orang tua dan faktor hamil di luar nikah. Pernikahan dini juga mempunyai dampak secara fisik maupun psikologis. Adapun secara fisik meliputi ekonomi rumah tangga karena pada usia remaja masih belum bisa menafkahi keluarganya sendiri, sementara faktor ekonomi merupakan faktor yang dapat mensejahterakan rumah tangga, selain itu ada pula resiko ibu hamil, di usia remaja umumnya bahaya bagi kesehatan karena apabila seorang yang berusia dibawah 20 tahun hamil mengakibatkan kematian pada ibu dan anak atau dapat mengalami melahirkan sebelum waktunya. Sedangkan dampak pernikahan dini secara psikologis terdapat depresi berat yaitu suatu gejala yang mengakibatkan seseorang menjadi pribadi yang tertutup dan tidak mudah bergaul, adapula konflik yang berujung perceraian karena emosi pada remaja yang tidak sabil mengakibatkan terjadinya konflik secara berkepanjangan pada pasangan yang menikah di usia dini yang mengakibatkan terjadinya perceraian.
COOPERATIVE PLAY UNTUK MENURUNKAN PERILAKU SIBLING RIVALRY PADA ANAK Julhan Efendi Lubis
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 15(2), 2019
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3326.89 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i2.13467

Abstract

Abstract. This method aims to find out and understand more deeply how cooperative play can reduce sibling rivalry behavior in children. The approach taken is to use pre-post test interventions. The subjects in this study were selected using purposive sampling techniques and data collection techniques, which were carried out by the method of observation and in-depth interviews. Topics in this study amounted to two people aged five years and four years. The results showed that cooperative play could reduce sibling rivalry behavior in children. Abstrak. Metode ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai bagaimana cooperative play untuk menurunkan perilaku sibling rivalry pada anak. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunan intervensi pre post test. Subjek dalam penelitian ini dipilih dengan teknik pusposive sampling dan Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan metode oberservasi dan wawancara mendalam. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua orang yang berusia 5 tahun dan 4 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cooperative play mampu menurunkan perilaku sibling rivalry pada anak.

Page 1 of 12 | Total Record : 120