cover
Contact Name
Ayusia Sabhita Kusuma
Contact Email
ayusia.kusuma@unsoed.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
insignia.hi@unsoed.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Insignia: Journal of International Relations
ISSN : 20891962     EISSN : 25979868     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Insignia Journal of International Relations is published biannually (April & November) by Laboratorium of International Relations, Faculty of Social and Political Sciences, Jenderal Soedirman University. This journal contains articles or publications from all issues of International Relations such as: International Politics, Foreign Policy, Security Studies, International Political Economy, Transnational Studies, Area Studies & Non-traditional Issues.
Arjuna Subject : -
Articles 177 Documents
Pengaruh Perspektif Pemberdayaan Perempuan dalam Kebangkitan Ekonomi Lokal: Industri Tempe Sagu di Dusun Mrisi-Yogyakarta Kusumaningrum, Demeiati Nur
Insignia: Journal of International Relations Vol 3 No 02 (2016): November 2016
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1428.24 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2016.3.02.470

Abstract

AbstrakKosmopolitanisme Hak Asasi Manusia (HAM) menempatkan isu kesetaraan gender menjadi penting bagi studi politik-ekonomi pembangunan internasional. PBB melalui UNDP dan UN Woman menekankan peran perempuan tidak hanya sebagai subjek pembangunan daerah. Perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan kaum pria untuk memaksimalkan potensinya dalam pembangunan dan terlibat secara aktif untuk merencanakan masa depannya. Tulisan ini mengamati berkembangnya UKM Kripik Tempe Sagu di Dusun Mrisi, Bantul, DIY yang memberi makna bagi pengembangan ekonomi pedesaan. Usaha ini didirikan pada tahun 2012 dan mampu meraih omzet 50-60 juta per bulan dengan mempekerjakan hanya 3 laki-laki dan 6 perempuan. Tulisan menggambarkan bagaimana potensi komunitas perempuan berpendidikan rendah mampu ditransformasikan sebagai penggerak roda perekonomian pedesaan. Tulisan ini merupakan penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan pemilik UKM yang merupakan individu bependidikan tinggi mengadopsi perspektif pemberdayaan perempuan yang dimaknai sebagai kebermanfaatan bagi sesama dan inovasi berkelanjutan demi pembangunan desa. Dengan mengembangkan potensi ibu-ibu rumah tangga, UKM ini tidak hanya mampu meningkatkan kesejahteraan bagi pemilik dan pekerja tapi juga menjadi sentra pendidikan, studi banding bagi UKM lain di Indonesia, representasi pembinaan dari Dinas Koperasi dan Pemberdayaan UKM Kab. Bantul, dan aktif mengikuti pameran-pameran UKM seperti Bantul Expo. Tantangan normatif-kultural di mana istri pada umumnya tidak bekerja dan merawat anak dapat diatasi dengan membangun jam kerja yang ramah keluarga serta komunikasi yang efektif dengan masyarakat sekitar.Kata-kata Kunci: ekonomi pedesaaan, kesetaraan gender, pemberdayaan perempuanAbstractCosmopolitanism Human Rights put the issue of gender equality to be important for the study of global political development. United Nations through UNDP and UN Women stressed the role of women as a subject of regional development. Women have the same rights and opportunities as men to maximize their potential in development and actively involved to plan its future. This article looks at the development of SMEs named Kripik Tempe Sagu at Kabupaten Bantul, Yogyakarta which gives meaning to the development of the rural economy. This business was founded in 2012 and is able to achieve a turnover of 50-60 million per month by employing only 3 males and 6 females. This paper illustrate how the potential community of low-educated women were able to be transformed as the driving wheel of the rural economy. It is a qualitative research by descriptive method of analysis. The data and information obtained from observation, interview and literature study. The results explained that SME owner is an individual that has high decree of education background so that, she adopted the perspective of women's empowerment is understood as how she share knowledge and benefits for others and bring sustainability innovation for the sake of rural development improvement. By improving the potential of women households, the SMEs economic activities are not only able to improve the welfare of the owners and workers but also become a center of education, study visits for other SMEs in Indonesia. Normative-cultural challenges where wives generally do not work and care for children can be overcome by building a family-friendly working hours and effective communication with the surrounding community.Keywords: rural economy, gender equality, women's empowerment
Poros Maritim Indonesia Sebagai Upaya Membangun Kembali Kejayaan Nusantara Yamin, Muhammad
Insignia: Journal of International Relations Vol 2 No 02 (2015): November 2015
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (800.804 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2015.2.02.458

Abstract

AbstractThe shift of Indonesian government regime in 2014 had led to a seachange in development approach. Joko Widodo prioritises iridentism based on maritime sector. Maritime is essentially one of potentials that had not been optimalised by the previous government. As a country with around half of its territory consists of ocean, realising the dream of welfare state for Indonesia is a challenge and opprtunity of the maritime axis. Indonesia is a country with the second longest coastal line in the world, and need to be used as potency for the welfare of Indonesian citizens. Pursuing strong economy and stability in security is the key for the nation‘s welfare. Presenting this hope through maritime axis is a real work of this government and may be a constructive and productive discourse for the future Indonesia. Keywords: Economy, security, welfare, maritime. AbstrakPergantian rezim pemerintahan di Indonesia pada tahun 2014 dari Susilo Bambang Yudhoyono ke Joko Widodo membawa angin perubahan pada pendekatan pembangunan. Joko Widodo mengedepankan iridentisme kejayaan masa lalu Indonesia yang berbasis pada sektor maritim. Kemaritiman sejatinya merupakan salah satu potensi yang belum atau bahkan tidak terlalu diberdayakan pada masa pemerintahan yang lalu. Sebagai wilayah yang sebagian besar wilayahnya adalah laut, mewujudkan cita-cita negara kesejahteraan bagi Indonesia merupakan sebuah tantangan dan potensi yang coba diwujudkan melalui konseptual poros maritim. Indonesia yang tercatat memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia harus dimanfaatkan sebagai potensi bagi kesejahteraan rakyat Indonesia seluas-luasnya. Kemaritiman yang kembali dipromosikan pada saat ini sebenarnya memiliki konsekuensi terhadap pembangunan, ekonomi dan keamanan bagi Indonesia. Menciptakan bangsa dengan ekonomi yang kuat dan stabilitas keamanan yang baik merupakan kunci dari terwujudnya kesejahteraan bangsa dan negara. Menghadirkan kembali harapan kejayaan bangsa melalui kemaritiman merupakan impian dan kerja nyata dari pemerintahan baru ini yang sekiranya dapat menjadi wacana yang konstruktif dan produktif bagi kemajuan Indonesia di masa yang akan datang. Kata-Kata Kunci : Ekonomi, Keamanan, Kesejahteraan, Maritim
Home Country Features dalam Mendukung Internasionalisasi Perusahaan (Studi Kasus : Internasionalisasi Foxconn)
Insignia: Journal of International Relations Vol 4 No 02 (2017): November 2017
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.214 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2017.4.02.664

Abstract

AbstractDeveloping a company from local level to multinational company generally is not a trait that could easily be achieved in a small developing state. Nevertheless, Foxconn as a company originate from Taiwan--a small developing state-- was able to grow into big multinational company supplying it’s product globally. This paper is written to see how Foxconn developed from being a local company to internationalization process in which allow it to be one of the biggest electronic manufacturing service (EMS) company in the world. The role of home country will be seen as a driving factor--how home country features influence state’s policies dan the character of a company--which have an important role in the proccess of Foxconn internationalization and its journey to become one of the biggest multinational company in it’s sector.Keywords: home country, multinational company, Foxconn, internasionalizationAbstrakBagi perusahaan yang berasal dari negara kecil berkembang, mengembangkan perusahannya dari lokal menjadi suatu perusahaan multinasional merupakan hal yang umumnya sulit untuk dilakukan. Namun, Foxconn sebagai perusahaan yang berasal dari Taiwan, sebuah negara kecil berkembang, mampu tumbuh menjadi perusahaan multinasional besar yang memasok produknya secara global. Tulisan ini mencoba melihat bagaimana Foxconn berkembang dari perusahaan lokal hingga mengalami internasionalisasi dan berhasil menjadi salah satu perusahaan electronic manufacturing service terbesar di dunia dengan melihat peran home country atau negara asal perusahaan sebagai faktor pendorong. Akan dilihat bagaimana home country features berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan negara dan karakter sebuah perusahaan yang berperan penting dalam proses internasionalisasi Foxconn dan prosesnya menjadi salah satu perusahaan multinasional terbesar dalam sektornya.Kata-kata Kunci: home country, multinational company, Foxconn, internasionalisasi
Seladang meski tak Serumpun Hubungan Indonesia-Malaysia dalam Perspektif Geostrategis Prasetya, Dion Maulana
Insignia: Journal of International Relations Vol 2 No 01 (2015): April 2015
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.587 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2015.2.01.433

Abstract

AbstrakIndonesia dan Malaysia sering dianggap sebagai negara serumpun. Pandangan tersebutberpengaruh terhadap hubungan antara dua negara yang banyak dibentuk oleh diskursus-diskursusidentitas. Seringkali dalam proses pengambilan kebijakan, para elit politik dipengaruhi oleh“ikatan kekerabatan” antara kedua negara. Namun sejarah membuktikan bahwa pertimbangangeostrategis sangat memengaruhi hubungan Indonesia-Malaysia di masa lampau. Tulisan ini akanmembahas mengenai hubungan kedua negara di masa lampau jika dipandang dari sudut pandanggeostrategis, serta bagaimana prospek hubungan Indonesia-Malaysia di era Poros Maritim.Argumentasi utama tulisan ini adalah hubungan Indonesia-Malaysia tidak hanya digerakkan olehfaktor-faktor identitas, tetapi juga oleh faktor geostrategis. Jika selama ini hubungan keduanyaseringkali diterjemahkan sebagai hasil dari politisasi kebudayaan, tulisan ini lebih menekankanpada faktor-faktor strategis di mana Selat Malaka menjadi salah satu center of gravity-nya. Tulisanini akan dibagi menjadi empat bagian. Pertama akan membahas hubungan Indonesia-Malaysia dariperspektif identitas. Bagian kedua membahas sejarah hubungan Indonesia-Malaysia dari perspektifhistoris dengan menitik beratkan pada aspek geostrategisnya. Sedangkan bagian ketiga akanmembahas hubungan Indonesia-Malaysia kontemporer dengan penekanan pada visi Indonesiasebagai poros maritim. Bagian keempat adalah kesimpulan. Kata-kata kunci: Serumpun, Identitas, Geostrategi, Poros Maritim AbstractIndonesia and Malaysia are often considered as kins. The perspective has been influencing therelationship between the two which has been shaped by identity discourse. In the decision makingprocess, political elite are often influenced by the ‘kinship bound’ between two countries. History,however, proved that geostrategic considerations determined the relationship of the twosignificantly in the past. This article aims to discuss the Indonesia-Malaysia relationship in the pastfrom geostrategic perspective, and to discuss how are the prospects of the relationship in theMaritime Axis era. This article argues, the relationshi between Indonesia and Malaysia is not onlydetermined by identity factors, but also geostrategic ones. Most scholars think that therelationship of the two are the result of culture politicization, but the author sees that geostrategicfactors, which is Malaka as one of the center of gravity, are very determinant. This article isdevided into four section. The first section will discuss the Indonesia-Malaysia relationship fromthe identity perspective. The second one talks about the history of the two with an emphasis ongeostrategic aspects. The third section discusses contemporary Indonesia-Malaysia relationshipwith an emphasis on Indonesia vision as maritime axis. The last part is the conlusion of the article. Keywords: Serumpun, Identity, Geostrategic, Maritime Axis.
Kepentingan Rusia dalam Proyek Pembangunan Pipa Gas Turkish Stream tahun 2014-2016 Yamin, Muhammad
Insignia: Journal of International Relations Vol 4 No 01 (2017): April 2017
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1069.022 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2017.4.01.481

Abstract

AbstractThis paper aims to analyze Rusia’s interest in the development of Turkish Stream Project in 2014 until 2016. Energy is the most notable sector for Russia that can affect the economy-politics. From economy side, energy exports are largely included in state revenues. Politically, energy is a top priority in every political agenda and foreign policy. Energy is one of determining Russia’s foreign policy toward its energy importing countries. EU is a region that has dependence on Russian energy, especially natural gas. Therefore Russia sees EU as a great opportunity and wants to dominate European’s energy market. So the South Stream project was formed which would deliver Russian natural gas directly to Europe via the Black Sea. This is one of Russia’s step to maintain the EU’s dependence on Russia and dominating energy market. Unfortunately, this project must be stalled due to the Third Energy Package policy implemented by EU. Russia, with its ambition to dominate the European energy market, has had an alternative project to achieve that ambition. The Turkish Stream project was formed in cooperation between Russia dan Turkey. The project planned not only deliver Russian natural gas to Turkey but also Europe via Greece. Although the negotiations and deliberations of this project were delayed, the project was finally continued.Keywords : Energy, National Interest, Third Energy Package, European Union , Russia.AbstrakArtikel ini hendak menganalisa kepentingan Rusia dalam pembangunan proyek “Turkish Stream”. Energi adalah sektor yang paling menonjol bagi Rusia yang dapat mempengaruhi ekonomi-politik. Dari sisi ekonomi, ekspor energi sebagian besar masuk dalam penerimaan negara. Secara politis, energi merupakan prioritas utama dalam setiap agenda politik dan kebijakan luar negeri. Energi adalah salah satu penentu kebijakan luar negeri Rusia terhadap negara pengimpor energinya. UE adalah wilayah yang memiliki ketergantungan terhadap energi Rusia, terutama gas alam. Oleh karena itu Rusia melihat Uni Eropa sebagai peluang yang bagus dan ingin mendominasi pasar energi Eropa. Proyek South Stream yang dibentuk ini akan mengantarkan gas alam Rusia langsung ke Eropa melalui Laut Hitam. Hal ini adalah salah satu langkah Rusia untuk menjaga ketergantungan Uni Eropa terhadap Rusia dan mendominasi pasar energi. Sayangnya, proyek ini harus macet karena kebijakan Third Energy Package yang diimplementasikan oleh UE. Rusia, dengan ambisinya mendominasi pasar energi Eropa, telah memiliki proyek alternatif untuk mencapai ambisi tersebut. Proyek Turkish Stream dibentuk atas kerjasama antara Rusia dan Turki. Proyek ini direncanakan tidak hanya mengantarkan gas alam Rusia ke Turki tapi juga Eropa via Yunani. Meski negosiasi dan pembahasan proyek ini tertunda, proyek tersebut akhirnya dilanjutkan.Kata-kata Kunci: Energi, Kepentingan Nasional, Third Energy Package, Uni Eropa, Rusia.
Kerjasama Pengelolaan Perikanan Samudera Hindia Dalam Rezim Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) Anwar, Soni Martin
Insignia: Journal of International Relations Vol 3 No 01 (2016): April 2016
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (784.584 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2016.3.01.466

Abstract

AbstrakNegara-negara di sekitar Samudera Hindia dihadapkan pada permasalahan perikanan yaitu berupa kegiatan penangkapan Ikan Tuna secara tidak sah (illegal), tidak dilaporkan (unreported) dan tidak sesuai dengan peraturan (unregulated) atau IUU fishing. Dari tahun ke tahun jumlah penangkapan Ikan Tuna di Samudera Hindia terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia terhadap daging Ikan Tuna. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya kegiatan penangkapan ikan IUU tersebut yang tentu saja memberikan dampak negatif terhadap ketersediaan dan kelestarian Ikan Tuna itu sendiri. Perbedaan kapasitas yang dimiliki negara-negara di sekitar wilayah Samudera Hindia atau negara-negara lain yang memiliki kepentingan di wilayah tersebut dalam menanggulangi masalah IUU telah mendorong negara-negara tersebut untuk membentuk rezim kerjasama perikanan regional melalui pembentukan Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). Kerjasama ini diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan kegiatan penangkapan Tuna secara IUU disamping pula permasalahan lain terkait pengelolaan dan konservasi Ikan Tuna di Samudera Hindia.Kata-kata kunci: kerjasama, rezim, perikanan tuna, IOTC, Samudera Hindia AbstractThe countries in Indian Ocean has several fishing problems such as Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Tuna fishing. Year by year Tuna fishing in Indian Ocean continue increase due to the increase of Tuna meat needed by people arround the world. This condition encourage the rise of IUU fishing that give a negative impact to the availability and conservation of the Tuna fish themself. The distinction of the countries capacity in Indian Ocean and another countries that have many interest and needed in that area has encourage those countries to establish regional cooperation regime in Tuna fishing through the establishment of Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). This cooperation is expected to solve IUU fishing and also another problems in management and conservation of Tuna Fish in Indian Ocean.Keywords: cooperation, rezim, tuna fisheries, IOTC, Indian Ocean
“Selamat Datang Perang Dingin!” Kepentingan Rusia Di Krimea Dan Ukraina Timur Dan Ketegangan Hubungan Dengan Barat Muhammad, Ali
Insignia: Journal of International Relations Vol 2 No 02 (2015): November 2015
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (799.251 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2015.2.02.454

Abstract

AbstrakPaper ini berupaya memahami memburuknya hubungan antara Rusia dan Barat (Uni Eropa danAmerika Serikat) terkait dengan dengan Ukraina. Yang akan menjadi fokus pembahasan adalahmengapa Rusia melakukan anekasi semenajung Krimea dan melakukan intervensi di Ukraina Timur.Inti argumennya adalah bahwa, pertama, aksi aneksasi Rusia sebenarnya adalah hal yang bisadipahami sebagai puncak reaksi terhadap aksi ekspansi masif pengaruh Barat ke Eropa Timur sejakberakhirnya Perang Dingin. Ukraina hanyalah salah satu sisa-sisa dan benteng akhir mitra Rusia diEropa Timur. Kejatuhan tragis presiden Viktor Janukovych yang pro-Rusia di negara tersebut hanyalahmenjadi faktor pemicu bagi tindakan petualangan Rusia. Kedua, sejauh mana efektivitas respons ataureaksi Barat yang berupa sanksi ekonomi dan diplomatik negara-negara Barat atas Rusia belum bisadipastikan. Bagi Barat, upaya mengendalikan aksi ”illegal” Rusia sangat dilematis mengingat Rusiaadalah negara great power. Serangkian aksi Rusia sangat mengkawatirkan Barat dan telah memicuketegangan serius, yakni, ”Perang Dingin Baru” yang tak terelakkan Kata-kata Kunci: Rusia, Barat, Ukraina, Krimea, Ukraina Timur, Perang Dingin AbstractThis paper attempts to explain the worsening relationship between Russia and the West (EuropeanUnion and the United States) related to Ukraine issue. The focus of the discussion is to elaborate whyRussia carried out an annexation of Crimea peninsula and intervention in the Eastern Ukraine. Themain argument of the paper consists of two points; firstly, annexation by Russia is a peak of reactionsagainst massive expansion of the Western to Eastern Europe since the end of Cold War. Ukraine wasthe last standing partner of Russia in the Eastern Europe. The tragic fall of Victor Janukovych whichwas pro-Russia in the country was only a trigger to Russia’s action. Secondly, the extent of effectivityof response or reaction from the West, for example the economic and diplomatic sanction of Westercountries to Russia is still uncertain. For the West, the attempts to control the “illegal” action of Russiais found to be a dillematic issue considering that Russia is one of the great powers. This worrisomeaction by Russia has led to a sirious tension, namely “a New Cold War”. Keywords: Rusia, West, Ukraine, Crimea, East Ukraine, Cold War
European Stability Mechanism Sebagai Upaya Uni Eropa Menangani Krisis Finansial Spanyol Rahmanita, Nidya; Miryanti, Renny
Insignia: Journal of International Relations Vol 5 No 1 (2018): April 2018
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1164.073 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2018.5.1.706

Abstract

Global Financial Crisis has revealed major weakness in the design and implementation of the existing economic governance framework of the European Union. In addition, the first temporary fiscal backstop is EFSF (The European Financial Stability Facility) as a temporary crisis resolution mechanism by the Euro area Member States. In this case, The EFSF does not provide any further financial assistance, so the task of EFSF being replace by the new mechanism that includes the establishment of a permanent crisis management mechanism as the safeguard against imbalances in individual countries that is ESM (European Stability Mechanism).             Spain as one of the Eurozone Member States that fall on financial crisis caused by disproportionate growth in the real estate sector, along with the expansion of credit, on 25 June 2012 made an official request for financial assistance through ESM for its banking system. In accordance with MoU, Spain must conduct a structural adjustment program through identifying individual bank capital needs, recapitalising and restructuring.
Pengaruh Brain Circulation untuk Memperkuat Pasar Tenaga Kerja dalam Masyarakat ASEAN 2015 Darmawan, Arif; Desiera, Qisty Anzilni
Insignia: Journal of International Relations Vol 1 No 01 (2014): November 2014
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (935.368 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2014.1.01.429

Abstract

ASEAN Community 2015 became one of its own products made by ASEAN leaders to ease the creation of a variety of access both in the economic, political, social, cultural, defense and security. Within the ASEAN Community 2015, becoming one of its own steps to open markets more freely so that the movement of the mobility of goods and services can be channeled properly not only in the country in each of the ASEAN countries, however, can be transferred to all other countries. One of the constraints in this regard is how the readiness of the government of a country in ASEAN to face of fierce competition that will take place freely and openly among various countries so that if not handled properly can result in a fairly high unemployment because the foreign labor which is presented in one of the ASEAN countries is a labor that has a high skill. Therefore, the government must also concern related to the brain circulation phenomenon are able to strengthen the various sectors where the government is able to provide its own facilitieswith the provision of the allocation of funds for research and development and create policies that ensure the products to the convenience of skilled labor to carry out research in homeland then it will strengthen the stability of labor market in ASEAN. Keywords: ASEAN Community 2015, Imbalancing Competition, Brain Circulation, R&D,Stability in ASEAN labor market
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Sirkuler Pasien Kanker Payudara di Yogyakarta Dewi, Ratna
Insignia: Journal of International Relations Vol 3 No 02 (2016): November 2016
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.675 KB) | DOI: 10.20884/1.ins.2016.3.02.471

Abstract

AbstrakMigrasi penduduk merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini juga terjadi pada pasien kanker. Keterbatasan fasilitas kesehatan di daerah asal akan dapat mendorong mereka untuk mencari pengobatan di luar tempat tinggalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengambilan keputusan untuk melakukan mobiitas pada pasien kanker yang melakukan pengobatan di yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan pelayanan kesehatan di daerah asal menyebabkan pasien melakukan pengobatan keluar daerahnya. Ada banyak pertimbangan bagi pasien kanker untuk mengambil keputusan melakukan migrasi. Pertimbangan dapat berupa pengaruh dari dalam maupun luar diri pasien. Kuatnya ikatan kekeluargaan membuat mereka berat meninggalkan daeraah asalnya. Proses pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah karena berkaitan dengan keluarga ataupun pekerjaan yang harus ditinggalkan. Pilihan daerah tujuan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jarak antara tempat tinggal dengan kota tujuan, informasi yang diterima mengenai daerah tujuan, dan penilaian pasien kanker terhadap daeah tujuan.Kata-kata Kunci: migrasi sirkuler, kajian lokal Yogyakarta, social ekonomiAbstractPeople migration is an effort to fulfill their living needs. It was happened to the cancer patients. Limited facility of health services in one place can encourage people to get a healing outside the town of origin where the more complete facilities are available. The contrast in the services and facilities of health sector inter-regionally has become one of the matters encouring people to move to find far more complete health facilities. This research was aimed to determine the process of the decision-making of the cancer patient for treatment in Yogyakarta. This happened due to the limited cancer facilities and services in a number of hospitals. The result of the research shows that the limitation of health care facilities in the native region is one of the matters causing the patients to take medication outside their domicilies. There are many considerations to decide to move. Those considerations are the external and also internal effects. The strength of the kinship makes people are hard to leave their town of origin. The decision is not easy to be taken due to issues related to the family or the work which must be abandoned.In case of choosing the recovery place, there are some considerations on it, there are, the distance from the town of origin, the affection from the other people, and the condition or environment.

Page 4 of 18 | Total Record : 177