cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
SELONDING
ISSN : 14121514     EISSN : 26859327     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 115 Documents
Sampek Sebagai Pengiring Tari Pampaga Suku Dayak Kenyah Dalam Sajian Wisata Di Desa Pampang Samarinda Kalimantan Timur Muhammad Gilang Ramadhan
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.3714

Abstract

Musik Sampek di Desa Pampang, Samarinda, Kalimatan Timur biasanya dipertunjukkan sebagai pengiring tari-tarian yang bersifat hiburan seperti: Lembada Lasan, Nyelamasakai, Pepatay, Enggang Terbang, Hudoq, Ajai Piling, Anyam Tali, Pampaga dan Leleng. Diantara beberapa pertunjukan musik sampek sebagai pengiring tari-tarian penulis lebih tertarik kepada musik sampek sebagai pengiring Tari Pampaga karena selain terdapat pertunjukan musik sampek sebagai pengiring tari terdapat pula permainan tradisional bilah-bilah bambu yang menghasilkan bunyi-bunyian seperti hentakan irama yang tidak ditemukan pada pertunjukan musik sampek yang lain. Permainan musik sampek sebagai pengiring tari Pampaga saat ini dipertunjukkan secara rutin setiap hari Minggu sebagai sajian wisata. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui struktur musik sampek dan fungsi Musik Sampek sebagai pengiring Tari Pampaga serta musik sampek sebagai pengiring Tari Pampaga dalam sajian wisata. Metode penulisan adalah kualitatif, dengan pendekatan Etnomusikologis. Adapun teori yang digunakan yakni fungsi musik dalam tarian menggunakan teori Oha Graha, struktur musik menggunakan teori Jamalus dan fungsi musik sampek sebagai pengiring tari pampaga sebagai sajian wisata menggunakan teori R.M. Soedarsono.
GRUP ORKES GAMBUS DIAN UTAMA DI PEKON PADANG DALOM, KECAMATAN BALIK BUKIT, KABUPATEN LAMPUNG BARAT Fathan Maheswara
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.3729

Abstract

Grup Orkes Gambus Dian Utama adalah grup yang didirikan pada tahun 1980-an, grup ini sempat tenggelam pada kurun Tahun 1990-an akhir hingga 2017. Pada tahun 2017 Peratin atau Kepala Desa memanfaatkan anggaran Desa yang digelontorkan kepada Pekon Padang Dalom untuk membeli seperangkat alat musik Orkes Gambus beserta sound system.Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan penyajian serta melihat apakah kesenian orkes gambus khususnya Grup orkes Gambus Dian Utama yang sempat tenggelam karena tergerus kemajuan zaman masih memiliki fungsi dan nilai yang relevan terhadap kehidupan masyarakat Pekon Padang Dalom pada masa sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan empat aspek penelitian yaitu, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnomusikologis. Penelitian ini akhirnya menemukan bahwa Grup Orkes Gambus Dian Utama adalah jenis musik ansambel yang memainkan lagu Sakheh dalam bentuk lagu dua bagian. Adapun fungsi Grup Orkes Gambus Dian Utama yang relevan dengan masyarakat Pekon Padang Dalom pada masa sekarang adalah sebagai media pengungkapan emosional, media hiburan, kesinambungan budaya, pengintegrasian masyarakat, Presentasi estetis, dan Respon Fisik.
MUSIK TURUNANI SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN MUSIK ETNIS DENGAN JUDUL MO’ELA Rangga Setiawan Monoarfa
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.3726

Abstract

Komposisi Mo’ela merupakan suatu bentuk karya musik etnis yang lahir dari tradisi lisan dan pola ritme rebana masyarakat Gorontalo. Kisah hidup Nabi Ayyub AS oleh masyarakat Gorontalo diterjemahkan ke dalam pola-pola ritmis rebana yang sampai sekarang masih dipakai khususnya dalam kesenian Turunani. Kisah Nabi Ayyub AS dengan pola-pola ritme rebana tesebut kemudian ditransformasikan ke dalam sebuah karya musik etnis. Penciptaan sebuah karya komposisi musik tentu memerlukan metode sabagai landasan guna mewujudkan sebuah bentuk karya seni yang ideal. Pada kesempatan ini metode yang digunakan mengacu pada teori Alma M. Hawkins. Teori ini sering digunakan dalam komposisi karya-karya seni sebelumnya, yang menjadi kitab suci di Jurusan Seni Tari. Namun demikian teori ini bisa diaplikasikan dalam penciptaan musik etnis. Adapun teori penciptaan ini meliputi ekplorasi, improvisasi dan pembantukan atau komposisi. Penyajian komposisi Mo’ela merupakan sebuah campuran antara instrumen etnis, barat dan olahan vokal. Selain itu juga diadopsi beberapa pola atau motif tabuhan dari rebana Gorontalo yang kemudian dikembangkan dengan teknik-teknik penggarapan musik. Bentuk penyajian yang ada dalam karya komposisi musik etnis Mo’ela mengacu pada kisah hidup Nabi Ayyub AS dan pola ritme rebana Gorontalo, secara garis besar terdapat tiga bagian suasana peristiwa dalam karya
Video pada Platfom Youtube sebagai Inspirasi dalam Karya Cipta Musik Fransiscus Daniel Nuhan
SELONDING Vol 18, No 1 (2022): : Maret 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v18i1.7119

Abstract

Inspirasi untuk membuat karya musik salah satunya dapat diperoleh dari platform digital seperti Youtube, sehingga ruang dunia siber dewasa ini terus berkembang dengan pesat. Keuntungan mencari sumber melalui media Youtube salah satunya adalah nilai-nilai intramusikal yang dapat diadopsi dalam sebuah karya cipta musik seperti apa yang dialami oleh pengkarya ketika membuat karya musik berjudul Tinggang Tamuei. Video berbagai karya musik seperti oleh Huun Huur Tu, Khusugtun, Chamber Kuartet Bulgaria dan Abagar Quartet mampu memberikan input berupa masukan pada wilayah-wilayah garapan musik. Metode yang digunakan adalah netnografi karena video yang menjadi sumber inspirasi merupakan bagian dari ruang siber. Hasil menunjukan bahwa unsur intramusikal dari karya seni yang terdapat dalam platform Youtube dapat dipergunakan sebagai modal untuk mengembangkan, mengkreasikan suatu karya musik.  
MENAK JINGGA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN MUSIK ETNIS SATYA SANGKARA Ubaid Ijlal Abrar; Sudarno Sudarno
SELONDING Vol 18, No 1 (2022): : Maret 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v18i1.5859

Abstract

Satya Sangkara merupakan sebuah komposisi musik yang bersumber dari kisah tradisi lisan masyarakat banyuwangi akan sosok raja Blambangan yang bergelar Menak Jingga. Karya ini bercerita tentang kehidupan sang raja yang dulunya hanya seorang pemuda desa bernama Jaka Umbaran. Kegigihan dan kesetian terhadap ratu dan rakyat Blambangan yang diolah untuk menjadi dasar penciptaan musik etnis, dengan menguraikan nilai – nilai moral yang terkandung dalam kisah Menak Jinggo untuk dibuat sebagai alur atau bagian dalam komposisi musik etnis. Penciptaan sebuah karya komposisi musik tentu memerlukan metode sabagai landasan guna mewujudkan sebuah bentuk karya seni yang ideal. Pada kesempatan ini metode yang digunakan mengacu pada teori Alma M. Hawkins. Teori ini sering digunakan dalam komposisi karya-karya seni sebelumnya, yang menjadi kitab suci di Jurusan Seni Tari. Namun demikian teori ini bisa diaplikasikan dalam penciptaan musik etnis. Adapun teori penciptaan ini meliputi ekplorasi, improvisasi dan pembantukan atau komposisi. Penyajian komposisi Satya Sangkara menggunakan idiomatik dari etnis Banyuwangi. Instrumen yang digunakan dalam karya ini ialah penggabungan dari tiga genre etnis yaitu Bali, Banyuwangi, dan musik barat. Bentuk penyajian yang ada dalam karya komposisi musik etnis Satya Sangkara mengacu pada kisah hidup Jaka Umbaran atau Menak Jingga, secara garis besar terdapat lima bagian suasana peristiwa dalam karya.
MERANTAU SEBAGAI INSPIRASI KARYA MANGARATTO Krismus Purba
SELONDING Vol 18, No 1 (2022): : Maret 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v18i1.7024

Abstract

Penciptaan karya Mangaratto terinspirasi dari fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat Batak di perantauan. Merantau bagi masyarakat Batak tidak hanya  sekedar berpindah badan dari tempat asal ke tempat perantauan, tetapi di latar-belakangi oleh beberapa faktor seperti faktor geografis, sosial, dan ekonomi. Di perantauan spirit leluhur tetap dipegang teguh oleh masyarakat perantauan. Sebagai contoh masyarakat Batak yang ada di Yogyakarta yang beragam marga dan status sosial, tetap menjalin sistem kekerabatan yang memicu  semangat solidaritas di antara sesama. Hubungan tersebut pun berlanjut dengan menjalin hubungan baik dengan masyarakat Yogyakarta dan dengan sesama pendatang  seperti dengan pendatang berasal dari Minangkabau,  Kalimantan, Bali, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, sebagai masyarakat pendatang harus menyesuaikan diri dengan masyarakat yang didatanginya. Hal ini menjadikan inspirasi karya Mangaratto. Berdasar hal tersebut muncul ide untuk menciptakan karya dengan menggunakan idiom dan medium musikal yang berasal dari wilayah-wilayah tersebut. Tujuan dari penciptaan karya ini  adalah untuk mentransformasikan fenomena sosial ke dalam bentuk karya seni serta menawarkan implementasi baru sebagai hasil dari percampuran idiom musical yang berbeda
Narasi Musik Kalimantan pada Abad IX : Tinjauan Relief Candi Borobudur Haryanto Haryanto
SELONDING Vol 18, No 1 (2022): : Maret 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v18i1.7026

Abstract

Perkembangan musik tidak bisa lepas dari cerita rakyat yang terdapat di berbagai tempat seperti naskah, manuskrip dan relief, seperti yang terdapat pada relief candi borobudur yang memberikan informasi mengenai keberadaan instrumen etnis di Indonesia. sudut pandang yang menarik dari relief candi Borobudur adalah tentang keberadaan instrumen etnis kalimantan yang terdapat pada dinding candi, fakta ini menarik karena sampai saat ini masih terjadi simpangsiur terhadap informasi asal-usul instrumen etnis kalimantan. berdasarkan fenomena tersebut maka fokus kajian adalah menarasikan musik kalimantan sesuai relief candi borobudur. metode narasi menjadi pilhan karena konsep sejarah mengikuti proses pengumpulan, dan analisis data. hasil menunjukkan bahwa relief candi borobudur adalah interaksi agama dan musik
Implementasi Bagian Burung Elang dengan mempergunakan Metode Algoritma pada komposisi karya musik CHE Hitman Kristianto Siahaan
SELONDING Vol 18, No 1 (2022): : Maret 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v18i1.6249

Abstract

Elang merupakan burung yang mempunyai keunikan wujud fisiknya yang diidentifikasi dengan simbol gagah, setia dan kemandirian, tetapi sering dilupakan adalah karakter burung elang terlihat dari bulu yang terdapat pada bagian-bagian tubuhnya, secara kuantitatif dapat kita hitung dari bagian leher, sayap, sampai bagian ekor. Titik-titik pada setiap bagian tubuh elang secara tidak langsung juga merupakan landasan karakter jatidirinya sebagai salah satu makhluk yang sering dijadikan pedoman oleh berbagai organisasi, permasalahannya sampai konsep titik bagian yang ada pada elang sebagai wujud dari fisiolobiologis mahkluk hidup masih jarang di jadikan bahan penelitian, padahal yang ada disetiap tubuh mahkluk hidup pasti mempunyai makna bahkan secara empiris matetmatis dapat dipelajari. Berdasarkan hal tersebut maka fokus penelitian penciptaan adalah mengenai implementasi titik-titik burung Elang sebagai ide garapan karya musik. Metode yang paling sederhana digunakan adalah sistem deret aritmatika dimana proseduralnya mempergunakan algoritma jumlah titik dihitung secara manual kemudian dijadikan sumber ide garapan. Hasil penelitian penciptaan menunjukkan bahwa secara deret aritmatika, relasi titik-titik pada bagian tubuh elang membentuk sebuah harmoni dan melodi yang menjadi karakteristik pada karya musik CHE
SAPE' SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN MUSIK ETNIS "MANAI" Nadia Anjani; Warsana Warsana; Amir Razak
SELONDING Vol 18, No 1 (2022): : Maret 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v18i1.5858

Abstract

Sape’ merupakan sebuah instrumen musik yang menurut kepercayaan masyarakat hanya boleh dimainkan oleh kaum laki-laki, terlarang jika dimainkan oleh perempuan. Konteks akademis, terdapat fenomena perempuan yang mulai mempelajari sape’, terlihat begitu anggun dan mempunyai wibawa. Paradigma ini menjadi sebuah permasalahan yang menarik untuk diangkat dalam komposisi musik etnis yang berjudul Manai. Sebagai bentuk representasi kritis posisi perempuan terhadap laki-laki dalam memainkan Sape’. Berdasarkan pengamatan pengkarya, sangat penting untuk dipublikasikan sebagai pengetahuan budaya, serta sebagai contoh kepada khalayak betapa pentingnya posisi perempuan dalam menstransmisikan, mempertahankan identitas sebuah budaya masyarakat. Metode yang digunakan dalam proses penciptaan musik etnis yang berjudul Manai mengacu pada teori Alma M. Hawkins. Teori ini berisi tentang proses penciptaan yaitu Eksplorasi, Improvisasi, dan pembentukan.Penyajian komposisi Manai merupakan perpaduan dari instrumen etnis Nusantara, instrumen barat dan vokal. Selain itu, Sape’ Leto merupakan pola permainan utama dari karya ini yang berasal dari suku Dayak Kenyah sebagai pendukung terciptanya komposisi musik etnis yang berjudul Manai. Secara garis besar nuansa dalam karya ini merupakan representasi dari peristiwa yang terjadi pada sosok gadis Dayak yang terdiri dari tiga bagian yaitu kelahiran, kehidupan, dan kesedihan. Kata Kunci: Manai, Sape’. Maskulinitas.
SENGKILIK SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA MUSIK ETNIS BERJUDUL “KENAI BI” Erlika Firanda; Supriyadi Supriyadi
SELONDING Vol 18, No 2 (2022): : September 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v18i2.5857

Abstract

Komposisi Kenai Bi merupakan bentuk transformasi dari bunyi Sengkilik yang ada di Kampung Linggang Amer, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Sengkilik merupakan sebutan untuk kincir angin di daerah tersebut. Banyaknya Sengkilik yang terpasang menyebabkan adanya fenomena bunyi unik yang terdengar. Penelitian memperoleh hasil bahwa masih adanya kepercayaan masyarakat Dayak Tunjung Linggang terhadap hal yang bersifat transenden, sehingga masih banyak Sengkilik yang dipasang di kampung tersebut. Metode yang digunakan dalam proses penciptaan musik etnis ini mengacu pada teori Alma M. Hawkins, yakni : Eksplorasi, Improvisasi, dan Komposisi. Penyajian komposisi ini merupakan sebuah komposisi campuran, berupa instrumental dan vokal dengan penggabungan instrumen etnis dan barat.

Page 10 of 12 | Total Record : 115