cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
SELONDING
ISSN : 14121514     EISSN : 26859327     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 115 Documents
Gendang Sarune sebagai Iringan Gendang Morah – Morah di Desa Kemenangan Tani Kota Medan Januar Alfaredo Purba
SELONDING Vol 19, No 1 (2023): : Maret 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i1.6830

Abstract

Gendang Sarune merupakan instrumen yang digunakan dalam menyampaikan pesan repertoar Gendang Morah-Morah yang dimainkan pada tari Lima Serangkai. Repertoar ini bersifat khusus, diciptakan sebagai tanda pembuka pada iringan tariannya. Nilai kekhusuan tersebut memberikan permasalahan terhadap penyajian yang sekarang ini mempergunakan mp3, walaupun masih ada sajian yang original seperti di Desa Kemenangan Tani sehingga fokus penelitian adalah mendeskripsikan fungsi Gendang Sarune sebagai iringan Gendang Morah-Morah di Desa Kemenangan Tani. Metode penelitian mempergunakan deskripsi analitis yang mencoba menggambarkan fenomena dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa Gendang Sarune mempunyai beberapa fungsi seperti integrasi sosial, penghayatan estetis, pengungkapan emosional, hiburan.
KERONCONG BIRU DALAM PERTUNJUKAN VIRTUAL DI PLATFORM YOUTUBE Tri Prasetyo; Citra Aryandari; Sudarno Sudarno
SELONDING Vol 19, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i2.7899

Abstract

Keroncong Biru adalah kelompok Keroncong yang berasal dari Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta sejak tahun 2016. Ia adalah pemuda Katolik St. Maria Assumpta Pakem. Tujuan Keroncong Biru adalah menjadi musik pengiring gereja untuk melestarikan dan memperkenalkan musik keroncong kepada generasi muda; dan memperkenalkan komunitas keroncong di Yogyakarta kepada dunia melalui Community, Scene, Tribe, Subculture, Audience, dan Consumer. Keroncong Biru mengemas musik populer ke dalam keroncong. Situasi pandemi mau tidak mau membuat grup ini tampil live (offline) yang dihadiri penonton, namun berubah menjadi virtual performance. Penelitian ini menganalisis aktivitas Keroncong Biru dalam situasi pandemi dengan menggunakan metode etnografi. Makalah ini menggambarkan alam semesta maya sebagai ruang belajar.
INSTRUMEN TIUP PUIK-PUIK DALAM PERSPEKTIF EKOMUSIKOLOGIS: PEDAGOGIS, ALAM DAN BUDAYA Rahmat Kurniawan
SELONDING Vol 19, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i2.10761

Abstract

Instrumen tiup Puik-puik merupakan instrumen tiup kayu dari Sulawesi Selatan suku Bugis-Makassar yang biasanya digunakan dalam ansambel gandrang makassar pada acara tunrung rinci dan juga upacara tradisional. Melalui objek materi ini instrumen pui-puik sangat jarang sekalai dijadikann bahan pembelajaran pedagogik untuk di pelajari dari segi organologi maupun akustika musik. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melakukan penerapan intrumen tiup puik-puik dalam pembelajaran akademis melalui pendekatan ekomusikologis dan juga etnomusikologis. Hasil dari analisis tulisan ini yaitu, ekomusikologi sebagai alat yang dapat digunakan banyak orang dan dapat bermanfaat, menawarkan kepada kita cara untuk menjembatani antara alam dan budaya khususnya dalam bidang musik. Musik berasal juga dari soundscape (bunyi-bunyian dari alam) tentu juga menghubungkan dengan masalah pedagogis yang sebagai wadah lebih besar memahami peran studi lingkungan dan musik dalam konteks pendididikan musik formal. Sarana pembelajaran ini mengajarkan untuk berpikir kritis yang kreatif, karena perlu diingat bahwa krisis lingkungan bukan hanya  krisis sains tetapi juga krisis budaya, sehingga perlu kumpulkan semua sumber daya humanistik dan ilmiah untuk membayangkan, memahami dan menghadapinya. Lingkungan akademis merupakan tempat untuk diskursus dan sebagai tempat memikirkan hal-hal preventif terkait lingkungan kedepan nya melalui musik.Kata kunci: Puik-Puik, Ekomusikologis, Pedagogis
PERUBAHAN GENRANG PALILI’ DALAM RITUAL ADAT MAPPALILI’ DI KELURAHAN BONTOMATE’NE KECAMATAN SEGERI KABUPATEN PANGKAJE’NE DAN KEPULAUAN SULAWESI SELATAN Agim Gunawan; Ela Yulaeliah; Amir Razak
SELONDING Vol 19, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i2.7743

Abstract

ABSTRAKGenrang palili’ merupakan ansambel musik yang memiliki peran penting dalam ritual adat Mappalili’ di Kelurahan Bontomate’ne, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkaje’ne dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Ritual ini menyangkut keselamatan dan kemakmuran masyarakat Bontomate’ne, terutama agar terhindar dari penyakit, bencana, serta gangguan hama dari segi pertanian. Mappalili’ merupakan ritual adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Bontomate’ne, dengan tujuan mengarak alat kerajaan berkeliling kampung, dalam hal ini ialah rakkala (alat bajak). Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan-perubahan yang terjadi di dalam Mappalili’, baik itu perubahan secara musikal, maupun non musikal. Perubahan tersebut dibagi menjadi faktor eksternal, yaitu perubahan yang terjadi akibat masuknya teknologi dan globalisasi ke dalam masyarakat, dan faktor internal, yaitu perubahan karena pemilik kebudayaan itu sendiri.
Dendang Ratok dalam Acara Baralek di Nagari Guguak Malalo Sumatera Barat Ratna Wulan Sari
SELONDING Vol 19, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v19i2.8329

Abstract

Ratok dalam Bahasa Indonesia berarti “Ratap, Ratapan, Meratap” yaitu, tangisan yang disertai dengan ucapan yang menyedihkan. Dendang ratok merupakan jenis dendang yang disuguhkan dalam kesenian bansi malalo, ditampilkan sebagai hiburan dalam acara baralek (perkawinan) yang notabene identik dengan pesta suka cita. Sehingga, muncul rumusan masalah mengenai bagaimana bentuk penyajian dan apa fungsi dendang ratok dalam acara baralek di Nagari Guguak Malalo Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, melalui pendekatan Etnomusikologis, dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil dari analisis teks musik menunjukkan, dendang ratok memiliki karakteristik dan ciri khas yang dapat dilihat dari vokal bergaya melismatik dan irreguler (tidak terikat) tempo dan pola ritme, teks dendang berupa pantun bertema kontekstual fenomena-fenomena kehidupan masyarakat Nagari Guguak Malalo. Dendang ratok merupakan manifestasi atau perwujudan dari masyarakat Nagari Guguak Malalo yang digambarkan dalam bentuk dendang. Dapat dilihat dalam bentuk penyajian dendang ratok dalam acara baralek yang ditampilkan sebagai ungkapan emosional, sebagai hiburan, sebagai komunikasi, sebagai sarana pendidikan,yang diminati dan dikehendaki oleh masyarakat pemiliknya sebagai suatu produk budaya.

Page 12 of 12 | Total Record : 115