cover
Contact Name
Baskoro Suryo Banindro
Contact Email
banindro@gmail.com
Phone
+6285641432978
Journal Mail Official
paramita@mail.unnes.ac.id
Editorial Address
Sekaran Campus, first floor in C5 building, Gunungpati, Kota Semarang,
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Paramita: Historical Studies Journal
Core Subject : Humanities,
The journal publishes writings on (1) historiography, (2) philosophy of history, (3) history of education, and (4) history educaiton. Historiography means the writing of history based on the critical examination of sources, the selection of particular details from the authentic materials in those sources, and the synthesis of those details into a narrative that stands the test of critical examination. Historiography studies cover chronologically various themes, such as local history, social history, cultural history, economic history, political history, military history, intellectual history, environmental history, and other historical studies. Philosophy of history, the study either of the historical process and its development or of the methods used by historians to understand their material. History of education is a study of the past that focuses on educational issues. These include education systems, institutions, theories, themes and other related phenomena in the past. History education includes studies of how history teaches in school or society, curriculum, educational values in events, figures, and historical heritage, media and sources of historical learning, history teachers, and studies of textbooks.
Articles 712 Documents
DAERAH OTONOM PADA MASA KERAJAAN MATARAM KUNA: TINJAUAN BERDASAR KEDUDUKAN DAN FUNGSINYA Maziyah, Siti
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this research was to know about the autonomy of Old Mataram’s Kingdom in the VIII-XI century, and to know the status and function of region autonomy at that time by the inscriptions. Furthermore, information about region autonomy can be used as comparison wit the current region autonomy. This research used historical method to find data and fact in the field. The first step was heuristic; second was critical sources; third was interpretation, and the last was historiography. Output of the research concludes that autonomy of the region in the Old Mataram’s Kingdom was similar with current era, that is there is tax free area, the region with right to manage itself and finance it self. This was especially for areas that can it self product tax.   Key words: autonomy; the Old Mataram’s Kingdom; tax. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang otonomi dari Kerajaannya Mataram lama pada XI abad VIII, untuk mengetahui status dan fungsi dari otonomi dari daerah di saat itu oleh catatan-catatan kuno. Lebih lanjut lagi, informasi tentang daerah otonom dapat digunakan sebagai perbandingan dengan masa otonomi di saat ini. Penelitian menggunakan metode sejarah untuk menemukan data dan fakta di lapangan. Langkah pertama adalah heuristik; kedua adalah kritik sumber; ketiga adalah penafsiran, dan terakhir adalah historiografi. Keluaran dari penelitian menyimpulkan bahwa otonomi dari daerah di Kerajaannya Mataram kuna adalah serupa dengan saat ini, yakni terdapat daerah bebas pajak, derah yang mengatur daerah tersebut secara mandiri dengan keuangan yang mandiri. Daerah ini terutama area yang menghasilkan pajak.   Kata kunci: otonomi; Kerajaannya Mataram kuna; pajak.  
MODEL PUNGUTAN PAJAK PADA MASA KUMPENI DI JAWA TIMUR Wijayati, Putri Agus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tax collection system in the concept of the modern colonial states was made by Raffles in 1811. But decades earlier, the implementation of natural resource charges on the population has been carried out when Kumpeni started to run "indirect rule system" to get the commodity trade. Model or the way run by Kumpeni essentially another form of what is called the withdrawal of tax, which applies to areas under the East Indies Kumpeni government, one of which is the East End area in East Java. Almost in most of the various regions in Java, the Company completed the cash withdrawals from the tax imposed on many fields and carried out in many ways. VOC financial politics is always tangent to the things that is closely related to tax collection, which is the use of the taxation system that is considered highly efficient and profitable for VOC. How were the conditions which were recorded from the form of taxation practiced by VOC? Those are topics which will be explained in the following topic.   Keywords: tax, kumpeni   Sistem pungutan pajak dalam konsep negara kolonial modern memang baru dibidani oleh Raffles tahun 1811. Namun beberapa puluh tahun sebelumnya, pelaksanaan pungutan hasil bumi terhadap penduduk sudah terlaksana ketika Kumpeni mulai beraksi menjalankan ”sistem pemerintahan tidak langsung” untuk memperoleh komoditas dagangan. Model atau cara yang ditempuh Kumpeni inipun pada esensinya bentuk lain dari apa yang disebut dengan penarikan pajak, yang berlaku bagi daerah-daerah yang berada di bawah ”pemerintahan”  Kumpeni Hindia Timur, salah satu di antaranya  daerah di Ujung Timur Jawa Timur.  Hampir sebagian besar berbagai wilayah di Jawa, kas VOC diisi dari hasil penarikan pajak yang dikenakan pada banyak bidang dan dilaksanakan dengan banyak cara. Politik finansial VOC selalu bersinggungan dengan hal-hal yang berkaiterat dengan penarikan pajak, yaitu penggunaan sistem pemajakan yang dipandangnya sangat efisien dan menguntungkan VOC. Bagaimanakah kondisi yang berhasil direkam dari bentuk pemajakan yang dipraktekkan VOC? Hal-hal inilah yang akan diurai dari bahasan berikut.   Kata Kunci:  pajak, kumpeni  
PENGARUH PENDUDUKAN JEPANG TERHADAP MASYARAKAT MAGELANG 1942-1945 Perdana, Nugroho Adi
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Japan entered through Yogyakarta to Magelang, on March 6, 1942, unlike the Dutch who thought Japan estimation will come from Semarang. The arrival of Japan was warmly welcomed because people already feel hate with the Dutch who like to act arbitrarily. Japan imposed political policies of the economic system of war (kriegwierschaft) that everything is intended to meet the needs of war. Policies include deposit obligation of rice, romusha, taxes, changes in the system of government (decentralization). This policy affects the economy of the people who declined Magelang and adversely affects the condition of society and cause various problems of hunger, lack of clothing, poverty, and social problem from health problems and high death rates are very high. But there is also a positive impact such as the introduction of new rice planting system and the established system of Japanese school in Magelang. The young men in addition to getting a formal education also received military training which is beneficial for the survival struggle of the people of Magelang in the future.   Key words: Japanese occupation, struggle, Magelang   Jepang masuk melalui Yogyakarta ke Magelang, tepatnya tanggal 6 Maret 1942, tidak seperti perkiraan Belanda yang mengira Jepang akan datang dari arah Semarang. Kedatangan Jepang disambut baik karena orang sudah merasa benci Magelang dengan Belanda yang suka bertindak sewenang-wenang. Jepang menerapkan kebijakan politik dari sistem ekonomi perang (kriegwierschaft) yang semuanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan perang. Kebijakan yang mencakup pula kewajiban simpanan wajib beras, romusha, pajak, perubahan sistem pemerintahan (desentralisasi). Kebijakan ini mempengaruhi perekonomian masyarakat yang menolak Magelang dan berakibat buruk pada kondisi masyarakat dan menyebabkan berbagai masalah kelaparan, kekurangan pakaian, kemiskinan, dan masalah sosial dari masalah kesehatan dan tingkat kematian sangat tinggi. Tapi ada juga dampak positif adalah seperti mulai diperkenalkan dengan sistem tanam padi baru dan pendirian sekolah Jepang di Magelang. Orang-orang muda selain mendapatkan pendidikan formal juga menerima pelatihan militer yang bermanfaat bagi perjuangan hidup rakyat Magelang di masa depan.   Kata kunci: pendudukan Jepang, perlawanan, Magelang  
ARCA DWARAPALA PADA CANDI-CANDI BUDDHA DI JAWA TENGAH Sarjanawati, Sri Wahyu
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Temple as a product of the culture of Hindu-Buddhist period is the building that describes the concept of cosmogony and a replica of Mount Mahameru the place of the gods. Dwarapala statue is one of the guards in almost Javanese temple. The existence of this statue in the temple (depiction microcosm) has a meaning. Problems which will be solved, namely: (1) where the statue Dwarapala placed in the temple Plaosan and the temple Sewu (2) how is the depiction of Dwarapala statues in the temple Palosan and the temple Sewu? Gana figure that became the object of the study were analyzed with hermeneutical analysis. Hermeneutical analysis of the statue Dwarapala can only be done if the information about these statues is known. From the results of research and discussion can be seen that the meaning of the statue at Buddhist temple Dwarapala not be separated from the concept of cosmogony. Portrayal system was adapted to the function of these statues at the temple. So it can be said that the statues have meaning that Dwarapala is a portrayal of religious situation in the Hindu-Buddhist and the symbol of the world above (heaven). The placement of temple statues Dwarapala complement cosmogony concept representations, thus building meaning of worship into a whole. Keywords:  Dwarapala, temple, hermeneutic   Candi sebagai produk dari budaya masa Hindu-Buddha adalah bangunan yang menggambarkan konsep kosmogoni dan replika Gunung Mahameru tempat para dewa. Patung Dwarapala adalah salah satu penjaga di kuil hampir Jawa. Keberadaan patung ini di candi (mikrokosmos penggambaran) memiliki arti. Masalah yang akan dipecahkan, yaitu: (1) bagaimana patung Dwarapala ditempatkan di candi Plaosan dan candi Sewu (2) bagaimana penggambaran patung Dwarapala di candi Palosan dan candi Sewu? Gana sosok yang menjadi objek penelitian dianalisis dengan analisis hermeneutis. Analisis hermeneutis patung Dwarapala hanya dapat dilakukan jika informasi tentang patung-patung ini dikenal. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat dilihat bahwa arti dari patung pada candi Budha Dwarapala tidak lepas dari konsep kosmogoni. Penggambaran sistem adalah disesuaikan dengan fungsi dari patung-patung di candi. Jadi dapat dikatakan bahwa patung-patung memiliki makna bahwa Dwarapala adalah gambaran situasi agama di Hindu-Buddha dan simbol dunia atas (surga). Penempatan patung Dwarapala candi melengkapi representasi konsep kosmogoni, demikian membangun makna ibadah menjadi keseluruhan.   Kata kunci: Dwarapala, candi, hermeneutik  
BIROKRASI TRADISIONAL DI JAWA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH Setianto, Yudi
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Historically, the bureaucracies that emerged and developed today have characteristics inheriting the traditional value system which grows in the kingdoms of the past and mixed with colonial-style bureaucracy and modern ideas. Javanese traditional bureaucracy is the most influential among the other regions because of Java as the center of various activities of socio-political and socio-economic activities (Hindu-Buddhist), the Islamic period, the colonial period and the period of independence. From varius influence mentioned aboce in cultural perspective, it seems that the aspect of feudal-aristochratic values tend to give more colour on Indonesian government buerucracy. It is due to the fact that bureaucracy has been rooted in the socio-political life in Indonesia or Java. Traditional bureaucracy is an interesting thing because the bureaucracy is very complex when viewed from the historical angle. Keywords: Bureaucracy, traditional, Java     Secara historis, birokrasi yang muncul dan berkembang sekarang ini mempunyai ciri khas mewarisi sistem nilai tradisional yang tumbuh di masa kerajaan-kerajaan masa lampau dan bercampur dengan birokrasi gaya kolonial serta ide-ide modern. Birokrasi tradisional Jawa paling berpengaruh di antara daerah lain karena Jawa sebagai pusat berbagai aktivitas sosio-politik dan sosio-ekonomi masa kuno (Hindu-Budha), masa Islam, masa kolonial dan masa kemerdekaan. Dari berbagai pengaruh di atas-dalam perspektif kultural-nampaknya unsur nilai-nilai tradisional yang feodal-aristokratis cenderung lebih besar mewarnai sosok birokrasi pemerintah Indonesia disebabkan birokrasi tersebut telah mengakar dalam kehidupan sosio-politik di Indonesa atau Jawa. Birokrasi tradisional sebagi hal yang menarik karena birokrasi tersebut bersifat sangat komplek jika dilihat dari sudut historisnya.   Kata kunci: birokrasi, tradisional, Jawa  
PEMBELAJARAN IPS DALAM REALITA DI ERA KTSP: STUDI EKSPLORASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS PADA JENJANG SMP DI KABUPATEN PATI Sutrisna, Edi; Wasino, Wasino
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Application of KTSP as a curriculum based on competency requires the implementation of strategies and methods that can deliver a number of learners achieving a particular competence. IPS as a subject who has a noble purpose, namely to prepare students to be good citizens, should be taught to students through appropriate strategies and methods by utilizing various media sources and learning. Most social studies teachers still promote the use of expository strategies in presenting lessons of Social Science education and the use of resources and learning media are minimal. Environment, as a laboratory of IPS is not utilized properly.The study shows that most teachers still tend to use expository teaching strategies, use of resources and learning media that are less varied, and integrated approaches to teaching social studies can not be realized by the teachers due to various constraints.   Keywords: learning, IPS, junior school, KTSP   Penerapan KTSP sebagai kurikulum berbasis kompetensi membutuhkan penerapan strategi dan metode yang dapat memberikan sejumlah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. IPS sebagai subjek yang memiliki tujuan mulia, yaitu untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, harus diajarkan kepada siswa melalui strategi yang tepat dan metode dengan memanfaatkan berbagai sumber media dan pembelajaran. Kebanyakan guru IPS masih menggunakan strategi ekspositori dalam menyajikan meteri pelajaran IPS dengan menggunakan sumber daya dan media pembelajaran yang minimal. Lingkungan sekitar, sebagai laboratorium IPS tidak digunakan menunjukkan pembelajaran yang baik. Kebanyakan guru masih cenderung untuk menggunakan strategi pengajaran ekspositori, penggunaan sumber daya dan media pembelajaran yang kurang bervariasi, dan pendekatan terpadu untuk mengajar IPS, sehingga tidak dapat direalisasikan oleh para guru karena berbagai kendala.   Kata kunci: pembelajaran, IPS, SMP, KTSP  
PEMANFAATAN MUSEUM BLAMBANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI KELAS X SMA NEGERI KABUPATEN BANYUWANGI Mursidi, Agus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to determine: (1) Type of Blambangan Museum collection that can be utilized as a resource for high school students learning history, (2) How to utilize Blambangan Museum collection as a source for high school students learning history, (3) Appreciation of high school students to the Museum Blambangan as a source of high school students learning history, and (4) The constraints faced by students and teachers in utilizing the Museum Blambangan as a source of learning history. Types of collections that can be used as a source to learn the history in SMA is keramologika (jar), filologika (sword), historika (clothing regent), etnografika (ax square), arkeologika (papyrus manuscript), teknologika (phonograph) and the fine arts (brick berelief and miniature art infatuated), (2) In accordance with the standards of competence and basic competence as a source of how to utilize the museum to learn history, the learning process can be done is through the method of study tours and home work by teachers to students.   Key words: Blambangan Museum, Learning Resources, Learning History, high school   Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Jenis koleksi Museum Blambangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk siswa SMA belajar sejarah, (2) Bagaimana memanfaatkan koleksi Museum Blambangan sebagai sumber untuk siswa SMA belajar sejarah, (3) Apresiasi siswa sekolah tinggi ke Museum Blambangan sebagai sumber siswa SMA belajar sejarah, dan (4) kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam memanfaatkan Blambangan Museum sebagai sumber belajar sejarah. Jenis koleksi yang dapat digunakan sebagai sumber untuk belajar sejarah SMA keramologika (jar), filologika (pedang), historika (pakaian), etnografika (kapak persegi), arkeologika (naskah papirus), teknologika (phonograph) dan denda seni (batu bata berelief dan seni miniatur tergila-gila), (2) Sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai sumber bagaimana memanfaatkan museum untuk belajar sejarah adalah melalui metode wisata belajar dan bekerja di rumah oleh guru untuk siswa. Kata kunci: Museum Blambangan, Sumber Belajar, Pembelajaran Sejarah, SMA  
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMP NEGERI 1 LIMPUNG MELALUI PEMANFAATAN SITUS BATANG KUNO Buwang, Butuk
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batang regency has many historical sites, especially the classical heritage of Indonesia. Sites located at County Trunk can be used as an alternative source of learning for students of history. The purpose of this research is to find out how to improve school performance through the use of historical sites in the study of ancient trunk. This study uses classroom action research. Research carried out in SMP N 1 Limpung. The results showed that the use of stem sites through field trip activities can enhance learning achievement of history. This is prooven with an increase in each cycle until it reaches the complete study in cycle II.   Key words: learning achievement, history, sites of ancient Batang   Kabupaten Batang memiliki banyak situs sejarah, khususnya warisan klasik Indonesia. Situs yang terletak di Kabupaten Batang dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar bagi siswa sejarah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana memperbaiki kinerja sekolah melalui penggunaan situs sejarah dalam studi batang kuno. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian yang dilakukan di SMP N 1 Limpung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan situs induk melalui kegiatan field trip dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pada setiap siklus sampai mencapai ketuntasan belajar pada siklus II.   Kata kunci: prestasi belajar, sejarah, situs Batang kuno  
UPAYA GURU DALAM MENGATASI HAMBATAN PEMBELAJARAN SEJARAH PADA KTSP DI SMP NEGERI 39 SEMARANG Hidayah, Lukluk Alfi
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Application of KTSP is expected to ward off the perception of learning history that is felt very boring and less meaningful. Based on the results of research carried out in SMP Negeri 39 Semarang, it shows that the curriculum encourages teachers to improve their creativity by having the ability to plan learning according to curriculum. Teacher’s creativity can also be seen from how he/she overcomes learning problems in a one and a half hour of history class. On of the problem is student’s boredom making teacher cut the learning hour to 40 minutes. Second, problem related to the lack of media, such as pictures of history, atlas and proper KTSP books. So far, teacher use books relevant to KRSP, accompanied by some efforts which are very useful in understanding student learning history. The minimum limit that must be achieved is 65 and it has relatively been achieved.   Keywords: KTSP, learning barriers, history  Penerapan KTSP diharapkan untuk menangkal persepsi belajar sejarah yang dirasakan sangat membosankan dan kurang bermakna. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 39 Semarang bahwa kurikulum mendorong guru untuk meningkatkan kreativitas mereka dengan memiliki kemampuan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum, kreativitas guru juga dapat dilihat dari pelaksanaan dalam mengatasi hambatan belajar yang sekitar satu sejaah jam pelajaran siswa sangat memberatkan, pelajaran guru berusaha mengurangi jam hingga 40 menit, kedua kendala dalam hal media minim, dengan media mengubah gambar sejarah, Atlas, untuk buku KTSP yang sesuai, sejauh ini guru menggantinya dengan buku-buku yang relevan dengan KTSP. Upaya guru dapat dilihat keberhasilannya dengan aktivitas siswa dan semangat berpartisipasi dalam belajar sejarah. Dalam belajar sejarah batas-batas yang harus dicapai siswa penguasaan minimum adalah 65, dan relatif telah tercapai.   Kata kunci: KTSP, pembelajaran hambatan, sejarah  
PENINGKATAN PEMAHAMAN FAKTA SEJARAH MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Abimantoro, Heru
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Student learning achievement results on the subjects of History at SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang still low. Therefore, there should be innovation and improvement of learning through the application of methods of assignment. Based on the results of this study concluded that through learning model with the method of giving the task, students skills in presenting material in front of the classroom and independent study at home. Students become more confident at expressing opinions and to apply the science of history in public life. Variation application of this model can avoid the boredom of the students in following the history of learning so that student achievement has increased. After learning the method of giving the task of learning achievement of students increased 20.43% or 70.43% or 26 students. It turns out not as expected. So do the second cycle. And the result increased by 21.57% from the first cycle to 92% or about 34 students. Based on research that learning achievement IPS History student obtained a high school class XI IPS 1 Semarang Sultan Agung Islamic school year 2006/2007 the average value increased in the first cycle is 68 to around 80 on the second cycle. Key words: historical facts, recitation, learning history  Hasil prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang masih rendah. Oleh karena itu, harus ada inovasi dan peningkatan pembelajaran melalui penerapan metode penugasan. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran dengan metode pemberian tugas, kemampuan siswa dalam menyajikan materi di depan kelas dan belajar mandiri di rumah meningkat. Siswa menjadi lebih percaya diri pada pendapat menyatakan dan menerapkan ilmu sejarah dalam kehidupan publik. Variasi penerapan model ini dapat menghindari kebosanan siswa dalam mengikuti sejarah pembelajaran sehingga prestasi siswa meningkat. Setelah mempelajari metode pemberian tugas prestasi belajar siswa meningkat 20,43% atau 70,43% atau 26 siswa. Ternyata tidak seperti yang diharapkan. Begitu juga siklus kedua. Dan hasilnya meningkat sebesar 21,57% dari siklus pertama 92% atau sekitar 34 siswa. Berdasarkan penelitian bahwa prestasi belajar siswa yang diperoleh IPS Sejarah kelas sebuah sekolah tinggi XI IPS 1 Islam Sultan Agung Semarang tahun ajaran 2006/2007 nilai rata-rata meningkat pada siklus pertama adalah 68 untuk sekitar 80 pada siklus kedua.   Kata kunci: fakta-fakta sejarah, penugasa, belajar sejarah  

Page 3 of 72 | Total Record : 712