cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Imajinasi
ISSN : 1829930X     EISSN : 25496697     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Jurnal Seni Imajinasi merupakan jurnal seni yang dikelola oleh Jurusan Senirupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes. Terbit perdana pada bulan Juli 2004. Terbit dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juli dan Januari, dengan isi artikel tentang kajian atau analisis kritis dan hasil penelitian di bidang seni rupa.
Arjuna Subject : -
Articles 81 Documents
PRESENTASI REALITAS DALAM KARYA SENI RUPA MURNI Mujiyono, -
Imajinasi Vol 5, No 1 (2009): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menghadirkan atau mempresentasikan realitas dalam karya seni rupa sangat kompleks karena bisa didekati secara objektif dan subjektif. Realitas sendiri hakikatnya juga memiliki ragam yang tidak terbatas. Secara historis, seniman dalam menuangkan realitas sebagai sumber inspirasi ke dalam karyanya mengalami tahapan yakni: mimesis, representasi, dan simulasi. Ketiga mode presentasi realitas tersebut merupakan kelanjutan atau juga perlawanan dari mode sebelumnya. Mimesis menghadirkan realitas tanpa distorsi untuk menghadirkan realitas yang diacunya, representasi menghadirkan realitas dengan distorsi untuk mengacu pada realitas yang lain, simulasi menghadirkan realitas untuk menghasilkan realitas yang dihasilkannya itu sendiri.
SENI SEBAGAI EKSPRESI EMOSI (Telaah Hakiki dan Nilai Seni dalam Ekspresivisme) Sunarto, -
Imajinasi Vol 5, No 1 (2009): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hakiki seni merupakan topik perdebatan yang seakan tiada habis dalam estetika atau filsafat seni. Ekspresivime merupakan aliran estetika yang mendefinisikan seni dalam konteks emosi dan perasaan. Hal ini berbeda dengan, aliran  representasi yang mendefinisikan seni dalam konteks tiruan realitas dan aliran formal yang mendefinisikan seni dalam konteks struktur karya seni. Penelitian ini bertujuan menunjukkan konsep hakikat seni menurut ekspresivisme, perbandingan antar sub-aliran di dalamnya, kelemahan-kelemahan, dan ide-ide berharganya. Tulisan ini berfokus pada estetika tradisional sebagai objek formal dan pandangan ekspresivisme tentang seni sebagai objek material. Kerangka analisis yang digunakan adalah konsep hakikat dan kualitas seni, sarana seni, kandungan seni, dan audien seni. Hakiki seni menurut ekspresivisme adalah ekspresi emosi.Sub-aliran di dalam ekspresivisme, baik ekspresivisme harian atau ekspresivisme lanjut memiliki beberapa pokok persamaan, perbedaan, dan kelemahan dalam konsep kualitas seni, sarana seni, kandungan seni, dan audien seni. Aliran ini mempunyai andil besar dalam membedakan antara memahami seni secara imajinasi dan konseptual.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SENI RUPA: KAJIAN DALAM KONTEKS KBK Rondhi, Mohammad
Imajinasi Vol 1, No 1 (2005): IMAJINASI
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pusat Kurikulum Depdiknas telah mengembangkan suatu kurikulum yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan reaksi terhadap praktek di mana program pendidikan direncanakan dan dilaksanakan dengan bertolak dari mata pelajaran atau disiplin ilmu. Sebaliknya KBK memberi tekanan khusus pada pembentukan kompetensi secara langsung dan sistematis, yaitu dengan mengkaji dan menguji kaitan antara materi pelajaran, pencapaian hasil belajar, kompetensi dan pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa. Pelaksanaan proses belajar mengajar kecuali ditentukan oleh program yang telah ditentukan juga tergantung pada pihak-pihak yang terkait termasuk guru. Persepsi guru atau pengajar terhadap suatu program pembelajaran menentukan bagaimana program tersebut dilaksanakan. Pemahaman yang keliru terhadap kurikulum akan dapat menyebabkan terjadinya ‘malpraktik’ pendidikan. Sesuai dengan landasan filosofi yang dianutnya, ada dua bentuk kurikulum pendidikan seni yaitu kurikulum kontekstual dan kurikulum esensial. Kedua bentuk kurikulum tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu penggabungan kedua bentuk kurikulum tersebut sangat tepat dan diharapkan sesuai dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi. Kata Kunci: kompetensi, kurikulum kontekstual, kurikulum esensial, homologi, paralogi , pranata,seni rupa
SENI LUKIS WAYANG KAMASAN BALI DAN PERUBAHANNYA Giari M, Nunuk
Imajinasi Vol 5, No 1 (2009): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara turun temurun seni lukis klasik Bali bukanlah sekadar karya untuk penggalian keindahan saja, yang utama adalah sebuah karya berfungsi sebagai benda ritual sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menunjukkan kehidupan yang baik dan buruk. Melalui pengabdian dan penghambaan tersebut maka diwujudkan lukisan kisah-kisah wayang sebagai bentuk keterkaitan dengan ajaran-ajaran agama Hindu Bali. Pembagian bidang dalam seni lukis wayang Kamasan juga mengacu pada ajaran Hindu tentang Tri Loka, yaitu bawah, tengah, dan atas. Semakin tinggi dunia atau ruangnya maka dianggap semakin suci. Seiring perjalanan waktu terjadilah perubahan-perubahan budaya begitu juga dialami pada seni lukis wayang Kamasan, tentunya masih sesuai dengan tradisi yang masih berlaku. Perubahan yang terjadi melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditandai dengan karya seni lukis wayang semula semata-mata untuk benda ritual, kemudian tidak hanya untuk ritual saja tetapi keindahan secara inderawi juga diwujudkan, perkembangan berikut unsur inderawi lebih menguat.
MOTIF DAN POLA ORNAMEN CANDI KALASAN YOGYAKARTA Supatmo,, -
Imajinasi Vol 5, No 1 (2009): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Candi Kalasan merupakan salah satu candi Budha yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai sumber menyebutkan bahwa candi Kalasan memiliki ornamen yang kaya dan indah. Oleh karena itu ornamen candi Kalasan, dalam hal ini motif dan pola hiasnya menarik untuk dijadikan kajian penelitian. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengidentifikasi dan menjelaskan jenis, bentuk dan prinsip pemolaan motif ornamen candi Kalasan Yogyakarta. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat praktis dan teoretis dalam bidang seni rupa khususnya ornamen Nusantara. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi dengan alat bantu kamera. Teknik analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, sajian data, verifikasi dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis motif ornamen yang ditemui pada candi Kalasan adalah motif Kala, Makara, Jambangan, Sulur, Roncean Bunga, Antefik, Kain/Permadani, geometris dan pilar. Motif tersebut ditampilkan sebagian besar menonjol di atas permukaan. Prinsip pemolaan yang digunakan adalah simetris dan paralel. Saran yang dikemukakan adalah perlu dilakukan dokumentasi yang lebih sistematis, dan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan ornamen-ornamen pada kompleks percandian yang lain.
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA : SEBUAH REFLEKSI Ismiyanto, PC. S.
Imajinasi Vol 1, No 1 (2005): IMAJINASI
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendekatan CTL, selain untuk pengembangan kreativitas dan kemandirian anak, diharapkan pula dapat mengatrol kreativitas dan keprofesionalan guru. Kedua, agar dalam pembelajaran tidak lagi berorientasi pada content transmission model tetapi beranjak ke knowledge based environment, sehingga berpeluang untuk survive dan excel. Pendekatan CTL yang knowledge based environment dapat membantu anak mengkaitkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan situasi-kondisi nyata. Anak dapat belajar dari dan melalui mengalami serta mengkonstruksi pengetahuan baru yang bermakna baginya. Agar CTL dapat efektif, dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan prinsip-prinsipnya.Pendekatan CTL dalam pembelajaran seni rupa pada hakikatnya bukan pendekatan baru karena art as a way of knowing, yang pada kegiatannya telah juga menuntut peserta didik menjadi problem solver; melakukan observasi, inkuiri, refleksi, dan membuat simpulan serta menyajikan hasil belajarnya. Kata kunci : Pendekatan CTL, meaningfull learning, knowledge based environment, perbaikan pendidikan, CTL dalam seni rupa
MAKNA SIMBOLIK FILOSOFIS DALAM PELEMBAGAAN TARI BEDHAYA BEDHAH MADIUN DI KERATON YOGYAKARTA Kusumastuti, Eny
Imajinasi Vol 1, No 1 (2005): IMAJINASI
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Muatan makna simbolik filosofis yang begitu tinggi dalam tari Bedhaya, menyebabkan genre tari ini senantiasa ditempatkan sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan yang paling penting di keraton-keraton Jawa. Di Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, tarian ini dianggap sebagai salah satu atribut sang raja, yang pada gilirannya juga berfungsi sebagai sarana untuk melegitimasi kekuasaan dan kewibawaan para Sultan atau Sunan. Tari Bedhaya Bedhah Madiun merupakan sebuah tari Bedhaya ciptaan Hamengku Buwana VII seorang Sultan Yogyakarta. Sesuai dengan pandangan filosofis yang melatarbelakanginya serta berdasarkan fenomena visualnya, tari Bedhaya Bedhah Madiun merupakan gambaran proses kehidupan manusia dalam mencapai kesejahteraan dan menuju kesempurnaan. Niat dari setiap pelembagaan tari Bedhaya adalah untuk state ritual, yang bisa dilihat di dalam Kandha Bedhaya Srimpi, yakni selalu ditujukan untuk membangun kesejahteraan serta kemakmuran rakyat dan negara. Hal itu terkait dengan kelangsungan kekuasaan sang raja, upaya semakin meningkatkan kewibawaan dan kemashuran, serta harapan agar sang raja mendapatkan anugerah usia yang panjang. Kata kunci: bedhaya, makna simbolik filosofis, fenomena visual, bentuk dan struktur tari
PENGARUH GAMBAR DI TABLOID SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK REMAJA MASA KINI -, Aprillia
Imajinasi Vol 3, No 1 (2007): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Media komunikasi masa kini semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang dibutuhkan manusia. Mempelajari ilmu pengetahuan dapat dilakukan melalui berbagai media, salah satunya adalah melalui cetak dalam bentuk tabloid. Anak remaja seusia anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) rentan terhadap pengaruh dari segala jenis media yang diketahui atau diterimanya. Tabloid sebagai media informasi dalam bentuk tulisan dan gambar yang bersifat umum, tersebar seakan-akan tanpa ada seleksi jenis, bentuk, dan isi beritanya, dan hal ini terlihat serta dapat ditemui di tempat-tempat di lingkungan masyarakat luas. Oleh sebab itu, semestinya perlu mendapat perhatian dan pemikiran, berkaitan dengan tujuan dalam proses pendidikan bagi kaum remaja untuk mengantisipasi perilaku, sikap, (terlebih aspek moral) bila ada gambar atau foto yang terpampang seronok. Sebagai salah satu media komunikasi, tabloid sering pula memuat unsur visual berisi informasi yang memiliki sisi positif dan negatif bagi masyarakat luas. Aspek positifnya adalah penyampaian suatu berita yang sering disertai dengan gambar atau foto itu bertujuan untuk memperjelas berita tertentu. Namun aspek negatifnya, justru gambar atau foto tersebut kadang mengandung unsur yang dinilai tidak etis dan kemungkinan besar karena ada unsur rekayasa teknis untuk tujuan tertentu. Pemanfaatan ilmu dan teknologi tentang media komunikasi dengan citra digital dapat memberi pengalaman dan peningkatan kemampuan bagi anak dan memberi keleluasaan untuk bereksplorasi. Hal ini dapat diperoleh melalui pendidikan yang tepat, sehingga dalam penyampaian pengetahuan tentang media komunikasi diberikan secara benar. Penting bagi remaja seusia anak SMP perlu memiliki pengetahuan seluas mungkin sesuai dengan karakter mereka. Melalui pendidikan pengetahuan tentang berbagai bentuk dan jenis media komunikasi yang beredar selama ini, anak akan dapat mengetahui teknik atau pun proses pembuatan gambar/foto yang terpampang sepertiyang terdapat di tabloid.Kata kunci: tabloid, anak remaja, komunikasi visual, rekayasa, citra digital.
DI BALIK KEINDAHAN BENTUK HIASAN SENGKALAN MEMET PADA GAPURA TAMAN SARI Sunaryo, Aryo
Imajinasi Vol 1, No 1 (2005): IMAJINASI
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Taman Sari merupakan sebuah kawasan taman kerajaan Yogyakarta yang dibangun pada abad ke-18 oleh Sultan Hamengku Buwana I. Sebagian taman sampai sekarang masih tersisa dan dapat dinikmati keagungan dan keindahan bentuknya. Titimangsa pembangunannya ditandai oleh sengkalan memet yang terdapat di gapura Panggung dan gapura Agung dalam kompleks taman. Sengkalan memet di gapura Panggung berupa hiasan patung dua ekor naga berhadapan ke arah pintu masuk gapura, seolah sedang bercakap-cakap, dan dibaca catur naga rasa tunggal (percakapan naga rasa satu). Yang di gapura Agung berupa hiasan relief bermotif tumbuh-tumbuhan dan burung yang digambarkan sedang menghisap bunga. Sengkalannya berbunyi lajering sekar sinesep peksi (pokok bunga terisap burung). Kedua sengkalan memet yang menghiasi gapura taman menunjuk angka tahun yang bertalian dengan pembangunan Taman Sari. Hiasan bentuk sengkalan memet tidak semata memperindah dan menandai titimangsa bangunan, melainkan beserta keseluruhan bangunan gapura mengandung pesan-pesan, harapan, dan makna simbolis yang dalam. Kata kunci: sengkalan memet, titimangsa, hiasan, taman, gapura.
BARONG DAN RANGDA : SAKRALISASI PEMBUATANNYA DAN PESAN-PESAN BUDAYA DI BALIK PENAMPILANNYA SEBAGAI KESENIAN TRADISIONAL BALI Kartadinata, Dewa Made
Imajinasi Vol 3, No 1 (2007): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertunjukan barong dan rangda sangat kental bernuansa ritual magis yang sampai sekarang masih tetap ada dan didukung oleh masyarakat di Bali. Pertunjukan barong dan rangda tersebut merupakan warisan budaya yangmenunjukkan adanya bentuk dan struktur kesenian dari paham animisme. Permasalahan penelitian ini adalah pesanpesan budaya yang terdapat pada barong dan rangda. Masalah difokuskan pada (1) bagaimana proses pembuatan danasal-usul barong dan rangda, (2) bagaimana tahapan sakralisasi barong dan rangda, (4) pesan-pesan budaya apakah yang terdapat pada barong dan rangda yang meliputi estetika, simbol, mitos, dan pertunjukan. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan pendekatan etnografis. Latar penelitian adalah daerah propinsi Bali. Data dikumpulkan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumen. Analisis data melalui tahapan pereduksian data, penyajian data hasil reduksi, verifikasi, dan pengambilan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan fakta-fakta sebagai berikut: (1) bentuk barong dan rangda menunjukkan adanya perpaduan antara kesenian Jawa dengan Bali danmendapat pengaruh atau inspirasi Barongsai dari Cina (2) proses pembentukan, diawali dengan melakukan upacara memohon kayu atau nuwedin dan upacara pralina, setelah itu sangging memulai mengerjakan kayu tersebut hinggamenjadi bentuk topeng dengan tahapan makalin, ngerupa, ngalusin, dan, memulas (3) proses sakralisasi melalui upacara prayascita atau pemelaspas, dan kemudian mengisi topeng barong dan rangda dengan pedagingan, selanjutnyadilakukan upacara pasupati dan ngerehin (4) barong dan rangda merupakan karya seni rupa yang disakralkan masyarakat, oleh sebab itu sarat dengan pesan-pesan budaya dan merupakan simbol/mitos dalam pertunjukannya.Kata kunci : barong, rangda, karya seni, pesan budaya, simbol dan mitos