cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Filsafat
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Jurnal Filsafat is a scientific journal that first published in 1990, as a forum for scientific communication, development of thinking and research in philosophy. Jurnal Filsafat is published twice a year, in February and August with p-ISSN: 0853-1870, and e-ISSN: 2528-6811 The Editorial Team of Jurnal Filsafat accepts manuscript in the field of philosophy which has never been published in other media. Editorial Team has the right to edit the manuscript as far as not changing the substance of its contents. Jurnal Filsafat Address: Notonagoro Building, 2nd Floor, Faculty of Philosophy, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Jl. Olahraga Bulaksumur, Yogyakarta, 55281; Email: jurnal-wisdom@ugm.ac.id; Website: jurnal.ugm.ac.id/wisdom; Phone: (0274) 515368 / (0274) 546 605.
Arjuna Subject : -
Articles 600 Documents
RELASI ANTARMANUSIA DALAM NILAI-NILAI BUDAYA BUGIS: PERSPEKTIF FILSAFAT DIALOGIS MARTIN BUBER Hadis Badewi, Muhammad
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12581

Abstract

Artikel ini ingin mengungkap fenomena kearifan lokal tentang relasi antarmanusia pada masyarakat Bugis yang terdapat dalam kitab La Galigo. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan konsep relasi antarmanusia yang terdapat dalam nilai-nilai budaya Bugis dan relevansinya dengan pembangunan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Filsafat dialogis Martin Buber, yang menguraikan tentang relasi antarmanusia, digunakan sebagai sebuah perspektif dalam artikel ini. Ada tiga bentuk relasi yang terdapat dalam pemikiran Buber, I – It, I – Thou, dan I – Eternal Thou. Berbicara tentang relasi antarmanusia, dalam kearifan lokal masyarakat Bugis, nilai-nilai semacam itu telah lama dimiliki dan dipahami dalam bentuk konsepsi budaya. Konsep relasi sipakasiri' dipahami sebagai konsep relasi yang tabu, konsep relasi sipassiriki dianggap sebagai konsep ideal dalam membangun relasi antarmanusia, yang kemudian memuncak pada konsep mappesona ri dewata seuwwae. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, bisa dikatakan bahwa kajian relasi antarmanusia yang terdapat dalam nilai-nilai budaya Bugis, memiliki relevansi yang kuat dengan upaya pembangunan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
CHARACTER BUILDING DALAM KONSEP PENDIDIKAN IMAM ZARKASYI DITINJAU DARI FILSAFAT MORAL IBNU MISKAWAIH Mu'minah, Najwaa
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12582

Abstract

Pudarnya nilai-nilai moralitas dalam kehidupan masyarakat, terlebih dalam birokrasi politik dan pemerintahan, ditunjukkan oleh berbagai anomali dan immoralitas, seperti korupsi, sudah menjadi norma dan budaya yang sulit dikendalikan. Kondisi spirit dan moralitas bangsa yang sedemikian ini menunjukkan urgensi pengembangan kembali model pendidikan karakter sebagai upaya national healing. Imam Zarkasyi,pendiri Pondok Pesantren Modern Gontor, menerapkan character building dalam pendidikan modernnya. Ditinjau dari filsafat akhlak Miskawaih, Imam Zarkasyi mengajarkan keutamaan akhlak dengan mentransformasi livingvalues dari Panca Jiwa dan Motto Kemodernan. Upaya pembaharuan sistem, metode, dan kurikulum pendidikan dilakukan dalam rangka pembangunan karakter, dengan menerapkan prinsip jalan tengah (the Golden Mean) Ibnu Miskawaih, tetapi ia dudukkan dalam konteks modernisme pendidikan Islam. Beberapa aspek pendidikan karakter Imam Zarkasy yang sangat mendukung bagiprogram pendidikan karakter dan menemukan relevasinya adalah: pertama, keunggulan wawasan kepemimpinan dalam model pesantrennya; kedua, konsepsi teleologis tentang akhlak mulia sebagai tujuan pendidikan karakter; ketiga, pengembangan metodis melalui lingkungan pendidikan bermodel pondok pesantren agar pendidikan lebih optimal dan efisien; keempat, sumbangan praksis berupa kurikulum yang integral dan komprehensif. Di dalam konsep dan gerakan pembaharuan pendidikan yang ia lakukan, terkandung konsep pendidikan karakter yang cukup matang dan teruji sehingga patut digali manfaatnya oleh bangsa ini.
MAKNA KEJAHATAN STRUKTURAL KORUPSI DALAM PERSPEKTIF TEORI STRUKTURASI ANTHONY GIDDENS Thoyibbah, Imadah
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12583

Abstract

Korupsi adalah realitas kejahatan yang tidak lepas dari struktur dan agensi manusia. Perspektif teori strukturasi menekankan adanya relasi dualitas antara agen dan struktur. Struktur meliputi aturan-aturan dan sumberdaya-sumberdaya, serta sistem sosial yang dimobilisasi dalam ruang-waktu oleh agenagen sosial. Korupsi sebagai kejahatan struktural melibatkan struktur mikro dan struktur makro. Pertama, korupsi merupakan kejahatan yang terjadi akibat banalitas (pembiaran/pembiasaan) yang motifnya adalah keserakahan, ketidakjujuran, kesombongan, kepicikan, kedangkalan berpikir dan kepuasan yang sifatnya subjektif. Motif-motif ini terbungkus dalam sistem produksi dan reproduksi aktivitas sosial yang bersifat dialektik. Kedua, korupsi ditopang oleh kondisi modernitas yang mengglobal akibat peristiwa; perentangan ruangwaktu, perkembangan mekanisme pencabutan/ketaktersimpanan lokalitas konteks, dan perkembangan refleksivitas pengetahuan. Agen-agennya adalah mereka yang memiliki nilai intervensi (efek) terhadap suatu tindakan yang korup. Berbagai upaya pembenaran terhadap tindakan korupsi merupakan bentuk rasionalisasi tindakan oleh agen manusia sebagai makhluk kreatif dan refleksif. Motifnya adalah untuk menghindari tanggung jawab moral dan hukum sosial. Perubahan sosial yang bisa dilakukan adalah dengan 'derutinisasi' struktur atau mengambil jarak dengan pengawasan refleksif dari struktur yang mengekang sekaligus memberdayakan benih-benih korupsi yang melibatkan struktur signifikasi, dominasi, dan legitimasi dalam konstitusi-konstitusi sosial.
SISTEM KEKERABATAN DALAM KEBUDAYAAN MINANGKABAU: PERSPEKTIF ALIRAN FILSAFAT STRUKTURALISME JEAN CLAUDE LEVI-STRAUSS Munir, Misnal
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12584

Abstract

Kebudayaan Minangkabau adalah satu kebudayaan yang masih menganut sistem kekerabatan yang berdasarkan pada asas matrilineal hingga saat ini. Artikel ini bertujuan untuk memahami hubungan kekerabatan dalam kebudayaan Minangkabau berdasarkan teori Strukturalisme antropologis Levi-Strauss. Sistem kekerabatan dalam kebudayaan Minangkabau, menurut perspektif Strukturalisme Levi-Strauss, menempatkan laki-laki sebagai sarana komunikasi antarklen atau suku. Kebudayaan Minangkabau yang menganut sistem matrilineal menempatkan perempuan sebagai pihak yang menetap, sedangkan laki-laki sebagai pihak yang mendatangi rumah perempuan. Sistem kekerabatan matrilineal ini menempatkan perempuan sebagai pewaris harta kekayaan, dan laki-laki sebagai pihak yang berpindah ke rumah perempuan.
NILAI FILOSOFIS BUDAYA MATRILINEAL DI MINANGKABAU (RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN HAK-HAK PEREMPUAN DI INDONESIA) Ariani, Iva
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12585

Abstract

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk menemukan esensi budaya matrilineal adat Minangkabau menurut Filsafat Feminisme. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membagi daerah penelitian di Sumatera Barat ke dalam dua kelompok besar yaitu Minang Pesisir dan Minang Bukit. Selanjutnya peneliti mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi langsung ke daerah tersebut untuk mendapatkan bukti dan data tentang sistem matrilineal di Sumatera Barat. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode interpretasi dan hermeneutika yang selanjutnya dijabarkan ke dalam suatu konsep yang dapat dipakai sebagai bahan masukan bagi perkembangan proses penegakan hak-hak perempuan di Indonesia. Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan gerakan- gerakan wanita dan undang-undang tentang kewanitaan di Indonesia dari sisi yang lebih sesuai dengan kepribadian dan budaya masyarakat Indonesia sendiri karena diangkat dari kearifan lokal dan budaya lokal masyarakat Indonesia sehingga diharapkan akan lebih sesuai dalam rangka menawarkan nilainilai feminis yang sesuai untuk masyarakat Indonesia.
FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DAN SUMBANGANNYA BAGI PENDIDIKAN INDONESIA Suparlan, Henricus
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12586

Abstract

Globalisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan pasar telah mengakibatkan pendidikan tidak sepenuhnya dipandang sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan proses pemerdekaan manusia, tetapi mulai bergeser menuju pendidikan sebagai komoditas. Untuk menangkal model pendidikan sebagai komoditas maka konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ditawarkan sebagai solusi terhadap distorsi-distorsi pelaksanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini. Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah sebagai usaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga anak menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut dengan filsafat pendidikan among yang di dalamnya merupakan konvergensi dari filsafat progresivisme tentang kemampuan kodrati anak untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya, dipadukan dengan pemikiran esensialisme yang memegang teguh kebudayaan yang sudah teruji selama ini. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara menggunakan kebudayaan asli Indonesia sedangkan nilai-nilai dari Barat diambil secara selektif adaptatif sesuai dengan teori trikon (kontinyuitas, konvergen dan konsentris). Tiga kontribusi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan Indonesia adalah penerapan trilogi kepemimpinan dalam pendidikan, tri pusat pendidikan dan sistem paguron.
SISTEM KEKERABATAN DALAM KEBUDAYAAN MINANGKABAU: PERSPEKTIF ALIRAN FILSAFAT STRUKTURALISME JEAN CLAUDE LEVI-STRAUSS Munir, Misnal
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.937 KB) | DOI: 10.22146/jf.12612

Abstract

The culture of Minangkabau is one culture that embraces the matrilineal kinship system until now. This article aims to comprehend a kinship relation in the culture of Minangkabau based on the anthropological structuralism theory of Levi-Strauss. The kinship system of the culture of Minangkabau, according to the structuralism perspective of Levi-Strauss, places a man as a medium in communicating among clans or tribes. The matrilineal system of the culture of Minangkabau places a woman as a remaining side, while a man as a visiting side to woman house. The matrilineal system places a woman as a heritant of wealth and a man as a person who move to woman house.
NILAI FILOSOFIS BUDAYA MATRILINEAL DI MINANGKABAU (RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN HAK-HAK PEREMPUAN DI INDONESIA) Ariani, Iva
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.261 KB) | DOI: 10.22146/jf.12613

Abstract

This research is a qualitative research to find an essence of matrilineal culture in Minangkabau tradition from the philosophical perspective of Feminism. Method of data collection is dividing research areas in West Sumatra into two big groups that are Minang Pesisir and Minang Bukit. Then, collecting data through direct interview and observation to get data about matrilineal system in West Sumatra. Data which has collected then be analyzed using interpretation and hermeneutics method and described as a concept to develop the rights of enforcer process of woman in Indonesia. This research is to develop the woman movements and law concerning femininity in Indonesia that is more suitable with the personality and cultural of Indonesia because it lifted from local and cultural wisdom in Indonesia. The expectation is that it will be able to more suitable to the agenda of offering values of feminist appropriate for public of Indonesia.
FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DAN SUMBANGANNYA BAGI PENDIDIKAN INDONESIA Suparlan, Henricus
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.114 KB) | DOI: 10.22146/jf.12614

Abstract

Globalization is influenced by fundamentalist spirit of the market has resulted in education is not fully regarded as an effort to educate the nation and the liberation of man, but began to shift toward education as a commodity. To counteract this kind of educational model, the concepts of Ki Hadjar Dewantara education is offered as a solution to the distortions implementation of education in Indonesia today. According to Ki Hadjar Dewantara, the essence of education is to incorporate culture in the child, and put the child into the culture so that children become human beings. Educational philosophy Ki Hadjar Dewantara Among these so-called philosophy of education in which the convergence of the philosophy of progressivism about the child's natural ability to resolve the problems faced by giving the widest freedom of thought, but it also uses culture that has stood the test of time, according to essentialism, as the basic education of the child to achieve his goal. In this case Ki Hadjar Dewantara using native Indonesian culture while the values of the West are taken in accordance with the theory of selective adaptative Trikon (continuity, convergent and concentric). Three contributions of Ki Hadjar Dewantara’s educational philosophy for the Indonesian education are the application of a trilogy of leadership in education, three centers of education and the paguron system.
RELASI ANTARMANUSIA DALAM NILAI-NILAI BUDAYA BUGIS: PERSPEKTIF FILSAFAT DIALOGIS MARTIN BUBER Hadis Badewi, Muhammad
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.028 KB) | DOI: 10.22146/jf.12615

Abstract

This article analyzes the local wisdom of Bugisnese that guide the relationship among human which is highlighted in the Bugis ancient book, La Galigo. This article aims to explain concepts of the human relationship in the cultural values of Bugisnese and its relevance to the human rights development in Indonesia. Using Martin Buber's philosophical perspective, this article adopts three types of relationship known as I-It, I-Thou and I-Eternal Thou. In Bugisnese context, Buber's perspectives have been adopted and understood into the cultural concept/values for a long time. They practiced sipakasiri' which highlights a taboo relationship. They believed in sipassiriki as an ideal concept in human being relationship and contended that mappesona ri dewata seuwwae is the most crucial concept that exist among them. These shared Bugisnese values are relevant to the development of human rights in Indonesia.

Page 1 of 60 | Total Record : 600


Filter by Year

1990 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 2 (2021) Vol 31, No 1 (2021) Vol 30, No 2 (2020) Vol 30, No 1 (2020) Vol 29, No 2 (2019) Vol 29, No 1 (2019) Vol 29, No 1 (2019) Vol 28, No 2 (2018) Vol 28, No 1 (2018) Vol 27, No 2 (2017) Vol 27, No 2 (2017) Vol 27, No 1 (2017) Vol 26, No 2 (2016) Vol 26, No 2 (2016) Vol 26, No 1 (2016) Vol 25, No 2 (2015) Vol 25, No 1 (2015) Vol 24, No 1 (2014) Vol 24, No 1 (2014) Vol 23, No 3 (2013) Vol 23, No 2 (2013) Vol 23, No 1 (2013) Vol 22, No 3 (2012) Vol 22, No 3 (2012) Vol 22, No 2 (2012) Vol 22, No 2 (2012) Vol 22, No 1 (2012) Vol 22, No 1 (2012) Vol 21, No 3 (2011) Vol 21, No 3 (2011) Vol 21, No 2 (2011) Vol 21, No 2 (2011) Vol 21, No 1 (2011) Vol 21, No 1 (2011) Vol 20, No 3 (2010) Vol 20, No 3 (2010) Vol 20, No 2 (2010) Vol 20, No 2 (2010) Vol 20, No 1 (2010) Vol 20, No 1 (2010) Vol 19, No 3 (2009) Vol 19, No 3 (2009) Vol 19, No 2 (2009) Vol 19, No 2 (2009) Vol 19, No 1 (2009) Vol 19, No 1 (2009) Vol 18, No 3 (2008) Vol 18, No 3 (2008) Vol 18, No 2 (2008) Vol 18, No 2 (2008) Vol 18, No 1 (2008) Vol 18, No 1 (2008) Vol 17, No 3 (2007) Vol 17, No 2 (2007) Vol 17, No 1 (2007) Vol 16, No 3 (2006) Vol 16, No 3 (2006) Vol 16, No 2 (2006) Vol 16, No 1 (2006) Vol 14, No 3 (2004) Vol 14, No 2 (2004) Vol 14, No 1 (2004) Vol 13, No 3 (2003) Vol 13, No 2 (2003) Vol 13, No 1 (2003) Vol 10, No 2 (2000) Jurnal Filsafat Seri 30 Oktober 1999 Jurnal Filsafat Seri 29 Juni 1999 Jurnal Filsafat Seri 28 Juli 1997 Jurnal Filsafat Seri 28 Juli 1997 Jurnal Filsafat Seri 27 Maret 1997 Jurnal Filsafat Seri 27 Maret 1997 Jurnal Filsafat Edisi Khusus Agustus 1997 Jurnal Filsafat Seri 26 Desember 1996 Jurnal Filsafat Seri 26 Desember 1996 Jurnal Filsafat Seri 25 Mei 1996 Jurnal Filsafat Seri 25 Mei 1996 Jurnal Filsafat Seri 24 Februari 1996 Jurnal Filsafat Seri 24 Februari 1996 Jurnal Filsafat Seri 23 November 1995 Jurnal Filsafat Seri 23 November 1995 Jurnal Filsafat Seri 22 Agustus 1995 Jurnal Filsafat Seri 22 Agustus 1995 Jurnal Filsafat Seri 21 Mei 1995 Jurnal Filsafat Seri 21 Mei 1995 Jurnal Filsafat Seri 20 Desember 1994 Jurnal Filsafat Seri 20 Desember 1994 Jurnal Filsafat Seri 19 Agustus 1994 Jurnal Filsafat Seri 19 Agustus 1994 Jurnal Filsafat Seri 18 Mei 1994 Jurnal Filsafat Seri 18 Mei 1994 Jurnal Filsafat Seri 17 Februari 1994 Jurnal Filsafat Seri 17 Februari 1994 Jurnal Filsafat Seri 16 November 1993 Jurnal Filsafat Seri 16 November 1993 Jurnal Filsafat Seri 15 Agustus 1993 Jurnal Filsafat Seri 15 Agustus 1993 Jurnal Filsafat Seri 14 Mei 1993 Jurnal Filsafat Seri 14 Mei 1993 Jurnal Filsafat Seri 13 Februari 1993 Jurnal Filsafat Seri 13 Februari 1993 Jurnal Filsafat Seri 12 November 1992 Jurnal Filsafat Seri 11 Agustus 1992 Jurnal Filsafat Seri 10 Mei 1992 Jurnal Filsafat Seri 10 Mei 1992 Jurnal Filsafat Seri 9 Februari 1992 Jurnal Filsafat Seri 8 November 1991 Jurnal Filsafat Seri 7 Agustus 1991 Jurnal Filsafat Seri 6 Mei 1991 Jurnal Filsafat Seri 5 Februari 1991 Jurnal Filsafat Seri 5 Februari 1991 Jurnal Filsafat Seri 4 November 1990 Jurnal Filsafat Seri 3 1990 Jurnal Filsafat Seri 1 1990 More Issue