cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Teknika
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 104 Documents
Pengaturan Motor Induksi Putaran Rendah Menggunakan Metode Kontrol Adaptif Noor Tjahjono,
Teknika Vol 6, No 2 (2005)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penelitian ini dilakukan pengontrolan motor induksi tiga fasa rotor sangkar pada putaran rendah dalam arti dalam kondisi arus dan torsi motor besar dengan menggunakan metode algoritma kontrol adaptif. Dalam hal ini model motor diturunkan dengan menggunakan konsep vektor kontrol dalam kerangka acuan fluks rotor yang bertujuan untuk melakukan pemisahan antara arus penghasil fluks dan arus penghasil torsi motor. Dalam proses pengontrolannya, metode kontrol adaptif yang digunakan ada dua macam, yaitu pengontrolan  fluks rotor dengan menggunakan metode komposit adaptif, sedangkan untuk mengontrol putaran motor digunakan metode kontrol adaptif model acuan. Hasil running program model motor dan metode kontrol yang digunakan dengan menggunakan Simulink dari Matlab menunjukkan bahwa pada putaran acuan antara 20 hingga 100 rpm, putaran motor menunjukkan respon tanpa overshoot dengan waktu turun 0,1 detik. Motor juga memiliki ketegaran terhadap perubahan torsi beban. Perubahan sebesar torsi nominal motor hanya menyebabkan kejutan putaran sebesar 3% yang dapat diperbaiki dalam waktu 3 sampai 5 mdetik. Low Speed Drive Of Induction Motor Using Adaptive Control Method This paper described the speed drive of squirrel-cage three phase induction motor on low speed and high torque condition using adaptive control algorithm. Vector control concept on rotor flux reference adopted to get motor model in separated motor’s current which producing flux rotor and motor torque.There were two adaptive control methods applied on the control mode. First, composite adaptive method for controlling rotor flux, and secondly, model reference adaptive control method used for controlling motor speed.Running program in Stimuli link from Mat lab shows that at set point 20 rpm to 100 rpm, motor response has no overshoot with 0.1 second in decrease time. Besides that, motor has robustness to the change of load motor. Changing of load motor as heavy as its nominal load just gives 3% in overshoot and will be settled in 3 mille second  to 5 mille second.
Metode Pelacakan Heuristik Pada TSP (Traveling Salesman Problem) Rina Harimurti,
Teknika Vol 6, No 2 (2005)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebuah sistem yang dibangun dengan menggunakan Kecerdasan Buatan haruslah dilengkapi dengan basis pengetahuan dan mesin inferensi. Karena sistem ini harus mampu menganalisis masalah, mencari teknik penyelesaian masalah yang sesuai dan memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Dalam penyelesaian kasus TSP (Traveling Salesman Problem) ini metode pelacakan heuristik merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan, yaitu generate and test dan simple hill climbing. Generate and test adalah merupakan penggabungan antara depth-first search dengan backtracking, namun kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang cukup besar karena harus membangkitkan semua kemungkinan sebelum dilakukan pengujian. Metode yang kedua adalah simple hill climbing, metode ini untuk membangkitkan keadaan berikutnya sangat bergantung pada umpan balik dari prosedur pengetesan. Setelah membahas kedua metode tersebut khususnya untuk penyelesaian kasus TSP (Traveling Salesman Problem), ternyata lintasan yang didapatkan adalah MKLN atau NLKM (=15) menggunakan metode generate and test. Dan dengan metode simple hill climbing didapatkan lintasan NLKM (=15).  Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa metode simple hill climbing lebih sederhana dibandingkan metode generate and test. Karena pada simple hill climbing kemungkinan solusi akan lebih cepat ditemukan karena cabang-cabang pada pohon pelacakan yang tidak berguna akan langsung ditinggalkan. Dan juga dengan pemakaian operator yang lengkap maka akan didapatkan nilai minimum globalnya. The system is build with use Artificial Intelligence must completed with knowledge based and inference engine. Because of this system must capable to analyses problem, seeks problem solving suitable and gives solution from the problem. The solving of TSP (Traveling Salesman Problem) case uses heuristic method. This method was generate and test and simple hill climbing. Generate and tests were combination between depth-first search and backtracking, in spite of powerless from this method was need a large time because must ruse the whole possibility before is done verification. The second method were simple hill climbing, this method for continued condition was depended on feedback from procedure testing. After debate generate and test and simple hill climbing method especially for the TSP (Traveling Salesman Problem), in fact transition was available is MKLN or NLKM (=15) use generate and test and with simple hill climbing method is able transition NLKM (=15).  Conclusion was available is that simple hill climbing method may be get quickly solution, because of branch from search tree not use and directly was abandoned, and with using completed operator so is available on the global minimum value.
Pengaruh Perubahan Kecepatan Potong Dan Ketebalan Pelat Terhadap Kekasaran Permukaan JIS G 3101 Pada Proses Laser Cutting Arya Mahendra Sakti,
Teknika Vol 6, No 2 (2005)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pengerjaan menggunakan alat laser cutting adalah proses pengerjaan dengan tingkat ketelitian yang tinggi serta kekasaran permukaan hasil pemotongan yang rendah. Dengan penggunaan alat ini dipergunakan untuk mengurangi waktu dan biaya yang terbuang percuma dikarenakan oleh adanya proses pengerjaaan yang selanjutnya.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental dengan dua variabel bebas kecepatan potong dan ketebalan pelat, variabel terikatnya adalah kekasaran permukaan, penyelesaiannya menggunakan analisis varian dua arah supaya dapat diketahui kekasaran permukaan hasil pemotongan.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa angka kekasarannya berada pada kisaran daerah N6 sampai dengan N10, yang hal ini berbeda sedikit lebih kasar dibandingkan dengan angka kekasaran yang telah ditetapkan yaitu kisaran N6 sampai dengan N9.  The Influence Of Cutting Speed And Plate Thickness Toward JIS G 3101 Surface Roughness In Laser Cutting Process Working process using laser cutting tool is a working process with high level accuracy and low level cutting result surface roughness. Using this tool means reducing time and cost. Two independent variables were used in experimental research. They were cutting speed and plate thickness, and the dependent variable is the plate roughness, the finishing uses two-direction variant analysis in order to find out the cutting result surface roughness. The result shows that the roughness coefficient  N6 to N10 were higher than the standard of  N6 to N9.
Pengaruh Panjang Serat Dan Komposisi Volume Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) Terhadap Sifat Mekaniknya Agung Prijo Budijono,
Teknika Vol 6, No 2 (2005)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan material komposit pada masa kini mulai dirasakan kemajuaanya. Hal ini tentu saja harus diimbangi dengan lebih banyak penelitian dan percobaan agar perkembangan material komposit tidak sampai terhambat. Terutama untuk material komposit serta teknik-teknik pembuatan dan pengerjaan yang sudah ada dapat dilanjutkan untuk mendapat kemampuan material komposit yang lebih handalPada penelitian yang dilakukan saat ini menganalisis pengaruh panjang serat dan fraksi volume serat acak terhadap kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas dengan matrik polyester yaitu resin modulus elastisitas dengan matrik polyester yaitu resin 157 BQTN dengan penguat serat gelas. Panjang serat yang digunakan diambil secara acak. Sedang serat acak yang ada dipasaran panjangnya sekitar 5 cm. Hal ini akan termasuk di dalam jangkauan serat acak yang akan diketahui. Sedangkan pengujian yang dilakukan adalah uji tarik dengan standar ASTM D-638-M.Berdasarkan pengujian tarik didapatkan bahwa kekuatan tarik meningkat sampai panjang serat 60 mm dan mengalami penurunan pada panjang serat 100mm, hal ini juga terjadi pada regangan dan modulus elastisitasnya. Sedangkan fraksi volumenya juga cenderung untuk menaikkan kekuatan tariknya. Composite material uses at present day start felt by progress. This matter of course have to be made balance to with interest a lot of research and attempt so that composite material growth do not reaching be pursued. Especially for the material of composite and also technique of workmanship and making there can be continued to get the more reliable composite material abilityAt research done in this time analyse the long influence of fibre and random fibre volume fraction to strength, strain and elasticity modulus by matrik polyester that is resin of elasticity modulus by matrik polyester that is resin 157 BQTN with the lasing of glass fibre. Length of fibre used to be taken at random. Existing random Medium fibre is length marketing of about 5 cm. This matterr will the inclusive of in random fibre reach to be known. The standard of tensile strength was ASTM D-638-M.Pursuant to interesting examination got by that strength mount until fibre length 60 mm and experience of the degradation at fibre length 100 mm, this matter also happened in strain and its elasticity modulus. While its volume faction also trend to to boost up the its strength
Evaluasi Rumah Tipe 36 Yang Sudah Direnovasi Ditinjau Dari Kriteria Rumah Sehat (studi Kasus Di Perumahan Wisma Lidah Kulon Surabaya) Titiek Winanti, ; M. Ibrahim,
Teknika Vol 6, No 2 (2005)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah tipe kecil, yang luasnya <50 m2 pada dasarnya belum  mencukupi kebutuhan untuk melakukan kegiatan sebuah keluarga. Jumlah anggota keluarga di kota Surabaya berkisar antara 4-6 orang setiap rumah.  Rumah tipe 36 sangat diminati oleh masyarakat, karena harganya terjangkau, pada kenyataannya selalu dikembangkan  sendiri oleh penghuninya. Masalahnya apakah renovasi dilakukan dengan benar artinya apakah rumah yang direnovasi memenuhi kriteria rumah sehat?, apakah dalam renovasi melibatkan para ahli teknik?. Variabel sebagai kriteria rumah sehat dalam penelitian ini adalah: konstruksi atap, kondisi lantai, dinding, ventilasi, penerangan alami, sanitasi air kotor. Sebagai sampel dalam penelitian ini 10 rumah dari 68 rumah yang memenuhi kriteria sebagai populasi, yang ditetapkan secara acak.Hasil penelitian menyatakan bahwa perluasan luas lantai menjadi berkisar antara 44-86 m2, jumlah penghuni antara 3-6 setiap rumah. Renovasi dilakukan sendiri oleh pemiliknya dengan bantuan tukang bangunan. Hasil renovasi paling parah adalah ventilasi yang jelek, pemanfaatan penerangan alami hanya 58%, hal in akan mengganggu kesehatannya. Konstruksi yang lain: atap, lantai, dinding,   sanitasi air kotor, dan septictank bagus, tidak menimbulkan masalah. Dengan demikian disimpulkan bahwa renovasi belum memenuhi kriteria rumah sehat dan tidak melibatkan ahli teknik.Penenitian  menyarankan agar dalam merenovasi rumah menggunakan jasa ahli teknik supaya didapatkan rumah yang sehat. Agar para penghuni rumah yang direnovasi memeriksa kesehatannya minimal setahun sekali. The small type house, less than 50 m2, not enough space to fulfill the need all activity in a family. The number of a family in Surabaya regency average 4-6 person per house. Almost of the people interest with 36 type house, because it was an attainable price.  Actually, after occupant stay in this type for several times for about 2-4 years, this house usually was expanded.   Problems in this research, is in renovation process involved civil engineer?, is the result of renovation fulfill criteria as healthy house?The variables in this research were: roof construction,  moist ration  of floor, moist ration  of wall, wastewater sanitation, ventilation, and the wide of window  for through in  sunlight. As the sample   10 unit houses be elected by random sampling from 68 unit houses as the number of population. The result of the research show that the wide of the house average 44-86 square meters, the number person of every house average 3-6. Renovation process was done by themselves not involved civil engineer. The worst  condition was air ventilation, too small, the second the wide of for through in  sunlight,  too small to. The another variables were good.Finally the conclusion of this research were: the renovation houses not fulfill as healthy house, in renovation process not involved civil engineer.
Studi Pengaruh Perendaman Menggunakan Air Laut Pada Kayu Meranti Merah Terhadap Kekuatan Kayu Robby Tamba,
Teknika Vol 6, No 2 (2005)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengamati tentang pengaruh perendaman kayu meranti yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh % NaCl terhadap kuat lentur, kuat tarik dan kuat tekan kayu meranti, sebab ada pendapat bahwa kayu sangat tahan terhadap garam air laut (NaCl) bahkan sebuah perusahaan yaitu PT. KTI juga melakukan perendaman untuk kayu yang diproduksinya. Dalam penelitian ini diadakan pengamatan pada tujuh kelompok penelitian yaitu satu kelompok tidak diadakan (sebagai kontrol) sedang enem kelompok yang lain diadakan perendaman mengakbatkan meningkatnya kadar garam dalam kayu sebesar 0,6 % s/d 2,5% tetapi akibat meningkatnya kadar garam ini mengakibatkan penurunan kekuatan kayu : sebesar 1,33% s/d 16,10% terhadap kuat tekan kayu tanpa perendaman; 3,42% s/d 23,29% terhadap kuat tarik kayu tanpa perendaman dan sebesar 1,36% s/d 20,85% terhadap kuat lentur kayu tanpa perendaman. This paper discussed about the  influence of curing meranti wood at sea water. There were seven group of sample, one of them was the control sample (without curing) and the other group were curing in salt concentration of 0,6% to 2,5% .The result shows that the effect of curing in sea water was decreasing 1,33% to 16,10%. of compression strength. The tensile strength was lower 3,42% to 23,29% than the control one. The flexure was lower1,36 % to 20,85% than the control one.
Pengaturan Kapasitas Pembangkit Termal Saat Terjadi Gangguan Beban Minimum Menggunakan Metode Unit Commitment Gatot Widodo,
Teknika Vol 7, No 1 (2006)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paper ini mengajukan sebuah metode unit commitment untuk menyelesaikan masalah pengaturan kapasitas pembangkit termal saat terjadi gangguan beban minimum. Dalam sistem tenaga kondisi beban minimum adalah kondisi di mana permintaan  melebihi kebutuhan, dalam industri dikenal sebagai periode beban minimum.Pada prosedur unit commitment, pengaturan kapasitas pembangkitan awal unit-unit yang disediakan untuk menanggung beban pada periode studi dilakukan dengan penjadwalan ekonomis dengan pendekatan iterasi lambda. Kemudian dilakukan proses optimasi dengan Program Dinamis berdasarkan kriteria ekonomis untuk memproleh pengaturan kapasitas unit-unit pembangkit termal yang  feasible.Pengaturan kapasitas pembangkitan dilakukan dengan cara simulasi yang menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 5.0. Simulasi yang dilakukan dengan prosedur unit commitment, menghasilkan kombinasi pengaturan kapasitas (penjadwalan) pembangkit termal pada kondisi beban minimum yang relatif feasible, sehingga diperoleh penghematan pembangkitan yang  signifikan. This paper proposed a unit commitment method to solve scheduling problem of thermal power generation at minimum load condition. In power system minimum load condition is a condition when supply beyond demand, in industrial case it is known as minimum load period because minimum load.In unit decommitment procedure, an early shceduling of units available to cover the demand in study period is economic dispatch with lambda iteration procedure. And then be use decommitment method with dynamic programming based on economical criteria to get a feasible scheduling of thermal power generation units.The simulation result from applied unit decommitment procedure gives relative feasibilities in combination scheduling of minimum load condition and computation of operational cost.
Perancangan Mesin Press Kedelai Menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) Yosia Daniel,
Teknika Vol 7, No 1 (2006)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada dunia otomatisasi kini banyak dipakai kontrol otomatik dengan pengontrol logika yang dapat diprogram yang disebut dengan Programmable Logic Controller (PLC). PLC adalah komputer yang dirancang untuk penggunaan mesin-mesin industri yang telah menjadi standard untuk pengendali relai yang ada sebelumnya yang masih bersifat konvensional, tetapi mengambil alih banyak fungsi kontrol tambahan yang lebih komplek dan fleksibel. Tidak seperti komputer, pengontrol ini telah dirancang untuk bekerja pada lingkungan industri dan dilengkapi dengan input/output khusus dan pengendali bahasa pemrograman.Pemanfaatan PLC sebagai kontroler untuk mesin press kedelai sebagai bahan pembuat tahu, mudah direalisasikan dari pada dengan cara lain yang memerlukan sensor dengan alur program yang rumit. Dengan menggunakan PLC hanya perlu memprogram sistem dengan logika program yang cukup mudah. Perancangan mesin press kedelai ini sangat besar manfaatnya bagi industri pembuat tahu, di mana mesin press yang ada masih menggunakan cara konvensional, sehingga peralatan kontrol di industri menjadi lebih efisien, praktis dan meningkatkan produksi. On  industrial control field, Programmable Logic Controller (PLC), is most widely used recently because of its capability in controlling relay for industrial machine and is offer low cost in operation and maintenance. As controlling device, PLC had been designed for industrial product and process environment and completed with Input/Output port.One of application of PLC is in soybean press machine whichproducing tofu found easier that another controlling device. Pressing soybean machine controlling by PLC in tofu producing industry replacing conventional tofu producing machine gives satisfied result, namely, more efficient, more practice and increasing tofu product.
Uji Kualitas Jenis Bahan Gelas Terhadap Kerusakan Cacat Produk Triyanto, ; Slamet Riyanto,
Teknika Vol 7, No 1 (2006)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pengujian bahan atau  kontrol kualitas  adalah bagian penting  dari kegiatan proses produksi. Produk akan bagus apabila telah melalui proses pengujian bahan. Keuntungan dengan dilakukan proses pengujian produk yaitu perusahaan akan lebih produktif,  efektif dan efisien, dan lebih ekonomis. Perlunya dilakukan uji produk ini adalah untuk mengetahui terjadinya atau timbulnya cacat – cacat yang tampak maupun tidak tampak secara visual. Masalah yang sering dihadapi oleh sebagian besar industri yaitu jika produk yang dihasilkan berkapasitas atau mencapai volume besar, sehingga memerlukan penanganan dan  rencana  uji kualitas produk secara akurat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi uji kualitas produk sehingga hasil produk akan memiliki mutu yang bagus antara lain : (1) Alat uji yang digunakan, (2) metode yang digunakan, (3) manusia yang mengoperasikan, (4) lingkungan pendukung, dan (5) materialnya yang diuji. Oleh karena itu bila ingin memeroleh hasil produk yang bagus minimal kelima kriteria itu dapat dipenuhi, akan lebih bagus diusahakan secara optimal.Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan didukung data angka-angka atau persentase. Populasi dalam penelitian ini adalah  jumlah produk botol yang mengalami cacat visual loading marks yang terjadi pada bulan Maret, April, dan Mei tahun 2000 yaitu sebesar 401.638 botol, sedang sampel diambil sejumlah produk botol  yang mengalami cacat visual loading marks pada mesin cetak II.1 sejumlah 135.252 botol.Hasil penelitian menyatakan banyak terjadi cacat visual loading marks pada mesin cetak II.1 yang diakibatkan karena alat dan metode penggunaannya yaitu sebesar 42,32 %.  Saran yang perlu diperhatikan adalah, diusahakan perlunya dibuatkan standarisasi  atau prosedur kerja yang lebih baik, perlunya inspeksi secara teratur, berkala, dan  menggunakan metode pengendalian mutu dengan cara penggunaan alat-alat yang benar-benar akurat.    Material testing or quality control is an essential part of production process. Product will be good if it has passed material testing or has been manufactured accurately. The benefit of applying the test is that the company will be more productive, effective, efficient, and more economical. The test is necessary to know the occurrence or the appearance of failure whether it can be seen visually or not. The problems which are often faced by most industry is when the yielded product has big capacity or achieve big volume so that requires accurate product quality testing plan and conduct. The factors which influence product testing to gain high quality product are the: (1) equipments, (2) applied method, (3) operators, (4) supporting environment, and (5) tested material. Therefore, wanting to yield good product means that the five criteria should be available, and it will be a lot better if the criteria is provided optimally.The method which is employed in this research is descriptive qualitative which is supported by numeric data or percentage. The population of the research is the number of bottle products which fail on visual loading marks in March, April and May 2000 that is 401,638 bottles, in which 135,252 bottles of the printing machine II.1, which carry visual loading marks failure, are taken as the sample. The research finding is that many visual loading marks failures in printing machine II.1 as the result of the equipment and the using method is as many as 42,32%. The suggestions to be paid attention are it is important to make a standard or better working procedures, conduct regular and periodical inspection, and use quality control method by using precisely accurate equipments.
Korelasi Pengelasan Permukaan Poros St 60 Dengan Peningkatan Nilai Kekerasan Permukaannya Yunus, ; Eko Santoso,
Teknika Vol 7, No 1 (2006)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini ingin mengungkap korelasi antara pengelasan permukaan   dengan peningkatan nilai kekerasan permukaan poros St 60. Pengelasan permukaan dilakukan pada seluruh permukaan keliling poros dengan menggunakan las listrik yang selanjutnya didinginkan dalam udara bebas. Proses tersebut diharapkan dapat merubah struktur bahan sehingga kekerasannya meningkat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu.  Uji kekeraskan dilakukan terhadap spesimen sebelum dan sesudah dilakukan pengelasan permukaan. Data hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis korelasi product moment rumus angka kasar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada peningkatan nilai kekerasan yang cukup tinggi setelah dilakukan pengelasan permukaan, yaitu dari 42,2 HRC sebelum dilas menjadi 48,8 HRC setelah dilas, (2) pengelasan dengan variasi arus 70, 90 dan 110 amper mempunyai korelasi rxy =-0,195 yang tidak signifikan terhadap peningkatan nilai kekerasan poros St 60. Besarnya nilai kekerasan secara berurutan 49,9 HRC, 47,9 HRC dan 48,8 HRC, dan (3) pengelasan dengan arus 70, 90 dan 110 amper mempunyai korelasi negatif  dan signifikan terhadap peningkatan nilai kekerasan poros St 60. pada kedalaman 1 mm, 2 mm, 3 mm dan 4 mm.  Besarnya nilai korelasi adalah rxy 70 amper = -0,757, rxy 90 amper = -0,724, dan rxy 110 amper = -0,835. The purpose of the experiment is to know the correlation between surface welding with surface hardness  value on shaft St 60. Welding of the surface us done to whole’s surface  round axis using electrical welding at open air environment. This process is purposed to change stuff main structure so that the hardness value increases.The method which will be used for this experiment is experiment method. The test is conducted to specimen  before and after surface welding process. The data will be analysed by quantitative descriptive analysis method and crude number formula moment product correlation technique analysis.The result of the experiment are (1) show there is significant increase in hardness surface value after conducting surface welding technique. The numbers range from 42,2 HRC up to 48,8 HRC after welding surface. (2) The welding with current variations 70,90 and 110 ampere has rxy=-0,195 which is not significant toward the increase of the shaft St 60 hardness value. The hardness value are 49,9 HRC, 47,9 HRC, and $8,8 HRC respectively, and (3) Welding with 70, 90, and 110 ampere current has negative correlation and significant toward the increase of shaft St 60 hardness value in depth 1 mm, 2 mm, 3 mm, and 4 mm. The number of correlation value is rxy 70 ampere=-0,757, rxy 90 ampere=-0,724, and rxy 110 ampere=-0,835. The negative correlation indicates that the deeper the position, the lower the hardness value.

Page 1 of 11 | Total Record : 104