cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Jurnal KALAM
ISSN : 08539510     EISSN : 25407759     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
KALAM (ISSN 0853-9510; E-ISSN: 2540-7759) is a journal published by the Ushuluddin Faculty, Raden Intan State Islamic University of Lampung, INDONESIA. KALAM published twice a year. KALAM focused on the Islamic studies, especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, Islamic Philosophy, Theology, and Mysticism. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. Every article submitted and will be published by Kalam will review by two peer review through a double-blind review process. KALAM has been accredited by The Ministry of Research, Technology, and Higher Education, the Republic of Indonesia as an academic journal (SK Dirjen PRP Kemenristekdikti No. 1/E/KPT/2015).
Arjuna Subject : -
Articles 401 Documents
KRITIK HOSSEIN NASR ATAS PROBLEM SAINS DAN MODERNITAS Anas, Muhammad
Jurnal KALAM Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakSains Barat Modern, yang menjadi komponen utama penyokong tumbuhnya modernitas, telah kehilangan rujukan transendental. Hilangnya rujukan kepada yang Mutlak ini disebabkan adanya pemisahan antara sains dan agama sejak munculnya zaman renaissance (pencerahan) yang pada akhirnya bermetamorfosis menjadi modernitas. Peristiwa tersebut dimaknai sebagai peristiwa pemberontakan manusia terhadap kekuasaan Ilahi. Modernitas sebagai anak kandung renaissance lahir dari spirit pemberontakan tersebut. Sebuah zaman yang mempunyai karakter antroposentris, memisahkan antara kontemplatif dan aksi, serta menghilangkan aspek transendental atau spiritual. Akibatnya, dunia modern telah dilanda tragedi dan krisis, seperti krisis spiritual, krisis lingkungan, kecemasan terhadap bahaya perang dan lain-lain. Modern Western science, which became a major proponent of the growth component of modernity, has lost its transcendent reference. Reference to the absolute loss is due to the separation between science and religion since the advent of Renaissance (enlightenment), which eventually morphed into modernity. These events were interpreted as the events of mans rebellion against divine authority. Modernity as a child of the renaissance of the spirit of rebellion was born. An era that has anthropocentric character, split between contemplative and action, as well as eliminating the transcendental or spiritual aspects. As a result, the modern world has been hit by tragedy and crisis, such as spiritual crisis, environmental crisis, anxiety about the dangers of war and otherKeyword: Transenden; Immanen; Sains; Modernitas; Neo-Sufistik dan seterusnya
REKONSTRUKSI POLITIK EGALITARIANISME BANGSA PERSPEKTIF MODEL NEGARA MADINAH Ritaudin, M Sidi
Jurnal KALAM Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPaham persamaan manusia (egalitarianisme) menjamin peran politik Islam dalam panggung politik nasional, termasuk di dalamnya peluang dan kesempatan para aktivis politik Islam untuk berpartisipasi penuh menegakkan syari’at Islam yang berbasis demokrasi dan keadilan dalam proses-proses politik Indonesia, sehingga tidak ada kooptasi pemerintah demi stabilitas politik dengan kontrol kuat atas partisipasi rakyat, seperti terjadi pada rezim Orde Baru, oleh karena itu perlu adanya reorientasi terhadap tujuan-tujuan sosial politik Islam, terutama keharusan mengembangkan tatanan politik yang egalitarianistis, yaitu dengan melakukan pencerahan melalui telaah terhadap model pemerintahan Negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Saw, sebagai amunisi untuk memasuki pentas politik demokratis dan egaliter yang dikembangkan di Indonesia. Egalitarianism guarantee the Islamic politic activities in National political stage, including opportunity or favourable time or chance for Islamic political activists for full participal to establish Islamic Syari’ah with based by democration and justice in process Indonesian political till there is no government cooptation for politic stabilization with strong control on people participation  as in New Order period, there for, necessary needed reorientation for social aims of Islamic political, especially, egalitarianistic politic, with brightness by study to Madinah State government model with conducted by The Prophet saw, as ammunition to show into political democratic and egalitarianism (equality, esp. social and political) where extended in Indonesian. Kata Kunci: Negara Madinah, egalitarianisme, demokrasi, keadilan
MEMBANGUN RELASI AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN Zaprulkhan, Zaprulkhan
Jurnal KALAM Vol 28, No 2 (2013): Vol 28, No 2 Agustus - September 2013
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakScience can purity religion from error and superstation; religions can purify science from idolatry and false absolutes. Each can draw the other into a wider world, a world in which bolh can flourish... We need each other to be what we must be, what we are called to be.[1] Statemen Pans John Paul 11 tersebut merupakan sebuah undangan terhadap Ilmu pengetahuan atau sains dan agama agar melakukan dialog dan interaksi dengan mengupayakan cara-cara bahwa bukan saja agama mendukung segala kegiatan ilmiah, melainkan juga bagaimana sains bisa memperbaiki pemahaman religius demi kesejahteraan umat manusia. Pada awal abad 20, di depan Princeton Theology Seminar), manusia paling cerdas pada abad ke-20, Albert Einstein mengungkapkan sebuah pidato yang ditutup dengan sebuah statemen yang sangat terkenal: ilmu penge-tahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta.  Science can purify religion from error and superstation ; religion can purify science from idolatary and false absolutes. Each can draw the other into wider world, a world in which ....can florish... we need each other to be what we must be, what we are called to be. Statement Pans Jhon Paul 11 is an invitation to knowledge or science and raligion to engage in dialogue ad interaction with to efforts inways that not only religion to support all scientifict activities, but also how to improve scientific understanding of reveal a speech that closed nwith a very famous statement; science without religion lame, religion without science blind. Kata Kunci    : Integrasi, Ilmu Pengetahuan, Agama  
MEMBANGUN KEPRIBADIAN MUSLIM MELALUI TAKWA DAN JIHAD Arif, Mohammad
Jurnal KALAM Vol 28, No 2 (2013): Vol 28, No 2 Agustus - September 2013
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTaqwa sekalipun pendek pelafalannya namun merupakan himpunan dari semua kebaikan, kumpulan dari hak dan kewajiban, sedangkan jihad ‘merupakan “ruhbaniyah” ‘dengan jihad kaum muslimin telah meninggalkan kelezatan duniawiyah, dan kepribadian seorang muslim tidak terlepas dari pada cita-cita Islam yang berarti menyerahkan diri, kepasrahan, ketundukan, kepatuhan terhadap sang pencipta. Allah memerintahkan orang muslim untuk bertaqwa sebelum memerintahkan hal-hal lain, agar taqwa itu menjadi pendorong bagi mereka untuk melaksanakan perintah–perintah-Nya,  dalam kontek ini bahwa mentaati segala apa yang telah dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan menjauhi sebisa mungkin segala apa yang telah dilarang-Nya. Adapun keterkaitan taqwa dan jihad untuk mencapai pribadi yang benar ialah seorang Muslim harus melaksanakan semua yang telah dianjurkan Oleh Allah swt. dan Rasul-Nya tanpa memikir panjang lagi bagaimana keuntungan dan kerugian dalam menjalankan syariat-Nya. Dan kesemuanya itu dapat terwujud yang telah ditentukan oleh Allah melalui jihad fisabilillah  Pronounciation, but even short piety is the set of all godness, a collection of rights and obligations, while Jihad “ruhaniyah”, whit jihad the muslims have abondened delicacy wordly, and personality of a muslim can not be separated rather than the ideals of islam means to surrender, submission, obedience to the creator. Allah the commands pious person before ordering other things, that piety was a driver for them to carry out his commandements, in this context that obey all that has been advocated by Allah almighty and the prophet, and go away as much as possible what has been forbidden, ther is lingkage piety and jihad to acheve the correct person is a muslim must perform all af which have been recommended by Allah almighty and His apostles without thinking long again about how profits and lose out in His running syari’at, and all that can be realized which has been determined by the gos through jihad fi sabilillah. Kata kunci  : Taqwa, Jihad, Kepribadian
MEMAHAMI SYARIAT MELALUI PENDEKATAN SISTEM (Studi Atas Pemikiran Jasser Auda) Faishol, M
Jurnal KALAM Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakArtikel ini mencoba untuk menelusuri gagasan pembaharuan Jasser Auda dalam bidang hukum Islam. Auda menawarkan pendekatan sistem terhadap hukum Islam. Sebagai sistem, hukum Islam harus dijabarkan melalui enam kategori-teoritis, yaitu nature cognitive, interrelated, wholeness, openess, multi dimentionality dan purposefulness. Untuk itu, Auda menawarkan untuk merekonstruksi teori maqaâshid; pada saat yang sama mengkritik teori maqâshid klasik yang lebih cenderung hirarkis dan sempit. Terdapat tiga macam maqaâshid, yaitu maqaâshid khusus, umum dan parsial. Sebuah ijtihad hukum Islam dipandang efektif jika mencerminkan maqâshid (tujuan) di balik teks sebagaimana yang diinginkan oleh shâri’. This article attempts to explore the idea of Jasser Auda renewal in the field of Islamic law. Auda offers a systems approach to Islamic law. As a system, Islamic law must be translated into six categories-theoretical, ie cognitive nature, interrelated, wholeness, openess, multi dimentionality and purposefulness. To that end, Auda offer to reconstruct the theory maqaâshid; at the same time criticizing the theory of classical maqashid hierarchical and more likely to narrow. There are three kinds maqaâshid, namely maqaâshid special, general and partial. An Islamic ijtihad is deemed effective if it reflects the maqasid (purpose) behind the text as desired by the Shari . Kata Kunci: maqâshid, shâri’, syarî’ah, system approach.
NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ISLAM Upaya Merajut Kembali “Spiritualitas” Yang Hilang Kudus, Masturin
Jurnal KALAM Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakSpiritualitas Islam sebagai respon terhadap persoalan sosial-budaya kontemporer bukan saja menjadi keharusan, namun sekaligus menjadi kebutuhan dan keharusan sejarah, baik masa dulu, kini maupun pada abad mendatang. Modernitas dengan segala dampaknya telah menimbulkan kesadaran kultural berupa kerinduan orang untuk kembali pada nilai-nilai spiritual atau terjadi semacam romantisisme sejarah. Spiritualitas Islam yang dibutuhkan ke depan adalah menggabungkan antara kesalehan simbolik-individual dan kesalehan aktual-struktural. Spiritualitas Islam yang menggabungkan sikap kesalehan simbolik dan aktual tersebut harus berfungsi dalam tiga hal yaitu fungsi emansipasi, liberasi dan transendensi.  Islamic spirituality in response to contemporary social and cultural issues not only a necessity, but also as a need and necessity of history, both past, present and in the next century. Modernity with all its cultural impact has raised awareness of the desire of people to return to the spiritual values, or a kind of historical romanticism. Islamic spirituality is needed for the future is to combine individual godliness and godliness symbolic-actual-structural. Islamic spirituality that combines symbolic and actual devotional attitude should serve the function of three things: emancipation, liberation and transcendence. Kata Kunci: Modernitas, Spiritualitas,
STUDI KRITIS PEMIKIRAN NICO SYUKUR DISTER TENTANG PENGALAMAN KEAGAMAAN Ruslan, Idrus
Jurnal KALAM Vol 28, No 2 (2013): Vol 28, No 2 Agustus - September 2013
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKajian studi agama (Religious Studies) meskipun sudah tidak asing lagi dalam wacana intelektual Islam, tetapi dapat dikatakan masih berjalan secara pelan-pelan. Hal ini tentu berbalik arah jika kita bandingkan dengan dunia Barat, di mana studi agama yang mereka lakukan tidak hanya dalam areal agama mereka sendiri, tetapi telah merambah kepada wilayah agama diluar mereka, bahkan telah keluar dari benua di mana mereka berada; sebut saja misalnya kajian agama di Asia Tenggara tidak luput dari sasaran bidik mereka. Dalam kejian keagamaan, banyak cara dan pendekatan yang dapat digunakan.  Apalagi – jika sepakat – mendekati agama berarti pula akan bersentuhan dengan penganut agama, dan dari penganut agama, terdapat banyak aspek yang dapat dilihat seperti aspek internal/batiniyah; dimana penganut agama merasa yakin terhadap sesuatu yang “Maha Kuasa”, o9i76o9i762juga aspek eksternal; merupakan bagaimana penganut agama  melakukan penyembahan (ritus) terhadap yang “Maha Kuasa” tadi.  Dalam konteks ini, tidak ada salahnya mempertimbangkan pemikiran yang coba ditawarkan oleh Seorang Nico Syukur Dister sebagai alternatif dalam pendekatan studi agama.  Study of Religious studies though familiar in Islamic intellectual discourse. But it can be said is still running slowly , it certainly reversed if we campare it with the western world, where the study of religion that they do not just in the area of their own religion, but has penetrated to the territory outside their religion, even been out of the continent where they are located; name it for example the study of religion in south east Asia did not escape from the target scene of them. In religious studies, any ways and approaches that can be viewed as aspect of internal (batinites); where religious believers feel confident about something that “almighty”, is also an external aspect; is how to perform religious worship (rite) of the “almighty”. Inthis context, there is no harm in trying to consider the ideas offered by a Nico Syukur Dister as an alternative to the approaceh to religiouse studies. Kata Kunci    : Pengalaman Keagamaan, Studi Agama.
ANALISIS PENAFSIRAN SUFISTIK TENTANG TOBAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN Septiawadi, Septiawadi
Jurnal KALAM Vol 28, No 2 (2013): Vol 28, No 2 Agustus - September 2013
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTulisan ini mengupas ayat-ayat secara tematis terkait dengan makna tobat. Analisis sufistik yang digunakan berdasarkan kepada kitab tafsir karya Ibnu Arabi, at-Tustari dan Sa‘id Hawwa. Tobat yang dikehendaki dalam Islam harus dilakukan secara berkelanjutan. Tobat yang dilakukan memberikan berpengaruh nyata dalam membentuk pribadi yang tawadhu’. Di samping itu tobat akan selalu menjaga prilaku dan ucapan dari hal-hal yang dapat mencemari kesucian jiwa.  This paper discuss the meaning of repents verses tematically. This paper analyzes sufistically based on tafsir books by Ibnu Arabi, at-Turtasi, and Said Hawwa. Islam requaire the moslem do repent continously. So influence in build the Tawadlu’ person. Beside that, the repent will keep moslem behavior and speech from some thing which contaminate the purity of soul. Kata Kunci: tobat, sufistik, ishari
URGENSI TRANSFORMASI GLOBAL ARABIA-ISLAM Atuti, Widi
Jurnal KALAM Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTulisan ini mengulas tentang transformasi global yang terjadi di Arabia dengan meggunakan pendekatan historis. Globalisasi yang terjadi dikawasan ini menghadapi pro-kontra, yaitu antara kelompok al-mutahawwil (pro perubahan) dengan kelompok ats-tsabit (pro kemapanan). Hal ini perlu diluruskan karena Islam adalah religion dan civilization. Islam sebagai religion mengandung eternality wisdom sehingga wajar jika kita melakukan ittiba.’ Akan tetapi Islam sebagai civilization adalah rahmatan lil alamin yang harus kreatif dan berubah agar dapat menjawab permasalahan setiap zaman. This essay revews about the global transformations happened in Arabia is by using a historical approach. Globalization happened this region face the pros and cons, which is between the al-mutahawwil (pro change) with the ats-Thabit (pro-establishment). This needs to be straightened out because Islam is a religion and civilization. Islam as a religion contains eternality wisdom so normal that we do ittiba. However, Islam as a civilization is rahmatan lil alamin be creative and change in order to answer the problems of every age. Kata Kunci: transformasi global, Islam, Arabia, religion, civilization
kalam kalam, tes jurnal
Jurnal KALAM Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

dxxw

Page 1 of 41 | Total Record : 401