cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
WALISONGO
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Walisongo adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang. Jurnal ini memiliki spesifikasi sebagai media untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang sosial keagamaan Islam. Jurnal ini terbit berkala setiap enam bulan sekali pada bulan Mei dan November
Arjuna Subject : -
Articles 92 Documents
INTERAKSI DAN HARMONI UMAT BERAGAMA Haryanto, Joko Tri
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   The community of Singkawang constituted the multi cultural society, in religion, ethnic, and culture. Historically Singkawang society was able to maintain inter religious harmony. The associative social interaction seemed to be potential to support the harmony in the society. Based on the paradigm of functional-structural, society was assumed as an organic system having inter-relatednes between one organ and another in order to maintain the existence of the society. Social interaction within Singkawang society was developed by the the interaction in the cyrcle of family, neighbourhood, economical activities, religious leaders, and the relation within culture and tradition. Inspite of this the relation between the element of society is still cosmopolitant, on which the society members are less active in developing community harmony.   *** Masyarakat Singkawang adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai kelompok suku bangsa dan agama. Secara historis, masyarakat Singkawang mampu mempertahankan harmoni antar agama. Model interaksi sosial yang bersifat asosiatif tampaknya potensial untuk mendukung harmoni di dalam masyarakat. Berdasarkan paradigma fungsional-struktural, masyarakat diasumsikan sebagai sistem organik yang memiliki huungan antar bagiannya untuk mempertahankan masyarakat. Interaksi sosial di dalam masyarakat Singkawang dikembangkan melalui interaksi di dalam lingkup keluarga, lingkungan sekitar, aktifitas ekonomi, para pimpinan agama, dan hubungan di dalam lingkup budaya dan tradisi. Meskipun demikian, hubungan antar unsur masyarakat masih kosmopolitan, yang di dalamnya anggota masyarakat kurang aktif dalam mengembangkan harmoni masyarakat.   Keywords: interaksi sosial, harmoni, Singkawang, kosmopolitan
THE LIVING AL-QUR’AN: Beberapa Perspektif Antropologi Ahimsa-Putra, Heddy Shri
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   This article deals with the meanings of the living al-Qur’an and how as socio-cultural phenomena they can be studied anthropologically. The living al-Qur’an here is interpreted as the meanings given by the people (Moslem as well as non-Moslem) to al-Qur’an and how these meanings are actualized in their daily lives. Some of its social meanings are given here and explained. Seen in that way, the living al-Qur’an can thus be studied by using anthropological perspectives, such as acculturation perspective or diffusion perspective, functional perspective, structural perspective, phenomenological perspective and hermeneutical or interpretive perspective.   *** Artikel ini membahas tentang makna al-Qur’an hidup dan bagaimana sebagai fenomena sosial bidaya al-Qur’an dapat dikaji secara antropologis. Al-Qur’an yang hidup di sini diinterpretasikan sebagai makna yang diberikan oleh masyarakat (Muslim maupun non-Muslim) terhadap al-Qur’an dan bagaimana makna ini diaktualisasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Beberapa makna sosialnya akan dibahas di sini dan akan dijelaskan. Dengan cara seperti itu al-Qur’an hidup dapat dikaji secara antropologis, yaitu dengan perspektif akulturasi, difusi, fungsional, fungsional struktural, fenomenologi, dan hermeneutic atau interpretif   Keywords: living al-Qur’an, fenomena, perspektif antropologi
FENOMENOLOGI AGAMA: Pendekatan Fenomenologi untuk Memahami Agama Ahimsa-Putra, Heddy Shri
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   In this article the author explains what is called ‘phenomenological approach’ in the study of religion. Starting from Husserl’s philosophy of phenomenology, the author tracing its influences in social science through one of Husserl’s students, Alfred Schutz. Based on Husserl’s ideas developed by Schutz, the author presents his views how those ideas can be applied in the study of religion, and how religion can be defined phenomenologically. The author further explains some methodological ethical implications of doing phenomenological research on religion.   *** Dalam tulisan ini penulis menjelaskan apa yang disebut ‘pendekatan fenomenologi’ dalam kajian agama. Berangkat dari filsafat fenomenologi Husserl, penulis melacak pengaruhnya pada ilmu sosial melalui salah seorang murid Husserl, Alfred Schultz. Berdasarkan ide Husserl yang dikembangkan oleh Schultz, penulis menyajikan pandangannya bagaimana ide-ide itu dapat diterapkan dalam kajian agama, dan bagaimana agama dapat didefinisikan secara fenomenologis. Penulis selanjutnya menjelaskan beberapa implikasi etis metodologis jika melakukan kajian fenomenologis terhadap agama.   Keywords: pendekatan fenomenologi, studi agama
POLITIK DAN “TEATER RITUAL” DI BALI Suryawan, I Ngurah
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   The relation between ritual and socio-political environment should become a deep eflection. Rituals which take place in order for salvation, harmony, and natural balance instead generate the ambigue and ironic situation. Rituals had been going on amazingly but the social as well as natural disasters seems go on continually. In Bali, religious rituals that formerly guarded by mantra-mantra (spiritual wordings) recently enstead by a group of Pecalang (tradition guardian in Bali) and metal detector (at the time of Pamarisudha Karipubhaya Bali Blast of 2002 and 2005). Nowadays Balinese are eager to perform rituals spectacularly. But instead, Bali now is struck by continous disaster, not only the disaster came from external sources but also the internal ones.   *** Hubungan antara ritual dengan lingkungan sosial politik harus menjadi bahan renungan yang dalam. Ritual yang dilakukan untuk tujuan keselamatan, harmoni, dan keseimbangan alam bahkan menimbulkan kondisi ambigue dan ironis. Ritual berjalan secara mengesankan namun bencana sosial maupun bencana alam terus menerus terjadi. Di Bali, ritual agama yang sebelumnya diwarnai mantra-mantra kini diisi oleh Pecalang (pengawal tradisi Bali) dan metal detector (pada saat Pamarisudha Kariphaya Bom Bali 2002 dan 2005). Kini orang Bali cenderung melaksanakan ritual secara spektakuler. Akan tetapi Bali seringkali didera bencana, baik bencana yang berasal dari dalam maupun luar.   Keywords: ritual, disaster, mantra, pecalang, harmoni
PEMIKIRAN SUFISTIK MUHAMMAD SHALIH AL-SAMARANI In’amuzzahidin, M.
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   The ideas of sufism of Muhammad Shalih al-Samarani in Matn al-Ḥikam and Majmū‘at al-Sharī‘ah al-Kāfiyah li ’l-‘Awām is still rarely studied by researcher. The sufism of Muhammad Shalih al-Samarani emphasizes on implementing islamic doctrine with sincerity and submition to God. Muhammad Shalih bases his sufism on practical (sunniamali) sufism. He reject philosophical (falsafi) sufism, embraced by especially lay people.   *** Ide tentang sufismeMuhammad Shalih al-Samarani dalam Matn al-Ḥikam dan Majmū‘at al-Sharī‘ah al-Kāfiyah li ’l-‘Awām masih jarang dikaji. Sufisme Muhammad Shalih alSamarani menekankan implementasi doktrin Islam dengan ketundukan kepada Tuhan. Muhammad Shalih mendasarkan sufismenya pada sufisme praktis (sunni-amali). Dia menolak sifisme filosofis (falsafi), yang khususnya dianut oleh masyarakat awam.   Keywords: faḍl, irādah, tadbīr, ikhlas, zuhud, waḥdat al-wujūd, khushu’
AJARAN TAREKAT SYATTARIYYAH DALAM NASKAH RISĀLAH SHATTARIYYAH GRESIK Fanani, Ahwan
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   Tarekat (sufi order) is an important part of the development of Islam in Indonesia. The early Islamic mission in Nusantara was conducted by sufi’s teacher. Their ability to make close contact to local ruler enabled them to spread Islam in local kingdom. The tarekat had international link so that the acceleration of islamization in Indonesia was supported by the link sufi’s teacher had. The spread of sufi order happened quite smoothly because the teaching they introduced contained mystic elements that were familiar to local community. The gradual introduction of Islam by tarekat master in many places made islamization run peacefully. The mystic tenets brought by tarekat master create a harmony between Islam and local culture. The paper will deal with the manuscript of Risala Syatariya Gresik. The paper is conducted using philology. The main purpose of the paper is to present the text edition of Risala Syatariya from Gresik.   *** Tarekat (aliran sufi) merupakan bagian penting dalam perkembangan Islam di Indonesia. Missi Islam pertama di Nusantara dijalankan oleh para tokoh sufi. Kemampuan mereka untuk mendekati penguasa setempat memungkinkan mereka untuk dapat menyebarkan agama Islam di kerajaan setempat. Tarekat memiliki jaringan internasional sehingga percepatan Islamisasi Indonesia didukung oleh jaringan yang dimiliki oleh para tokoh sufi tersebut. Perkembangan ajaran sufi berjalan dengan sangat halus karena ajaran yang diperkenalkan mengandung unsur-unsur mistis yang telah dikenal oleh masyarakat setempat. Perkenalan Islam secara perlahan oleh para tokoh tarekat di berbagai tempat telah menjadikan persebaran Islam berjalan secara damai. Unsur-unsur mistis yang dibawa oleh para tokoh tarekat ini menciptakan harmoni antara Islam dengan budaya setempat. Tulisan ini membahas manuskrip Risalah Syatariyah Gresik. Pendekatan yang digunakan adalah filologi.   Keywords: teks, manuskrip, Shattariyyah, filologi
KITAB AL-SANĪ AL-MAṬĀLIB: Interkoneksi Nahwu dan Tasawuf Zakiyah, Zakiyah
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   This paper reviews a book entitled al-Sanī al-Maṭālib written by Kiai Nur Iman Mlangi Yogyakarta. This book is written in Arabic containing an interconnection between Arabic grammar and mysticism. This book is very interesting due to the fact that those two knowledges have its own rules. In addition, there is only small number of authors who had written with the same model, to name one of them is Shaikh Abdul Qadir bin Ahmad al-Kuhany with his work entitled Manniyat al-Fāqir al-Munjarid wa Sayrat al-Murīd al-Mutafarrid”. The book al-Sanī al-Maṭālib was predicted written in the late 18s Century or the beginning of 19s century, it is based on the period of Kiai Nur Iman’s life in which around the mid of 18s century. The grammatical rule of Arabic in this book was explained theosophically, it is started with the explanation of tauhid (oneness) as the basic learning for Muslim, followed by the meaning of each Arabic rule in mystical aspect.   *** Tulisan ini mereview buku yang berjudul al-Sanī al-Maṭālib yang ditulis oleh Kiai Nur Iman Mlangi Yogyakarta. Buku ini ditulis dalam bahasa Arab yang mengandung interkoneksi antara ilmu Nahwu (tata bahasa Arab) dengan mistisisme. Buku ini sangat menarik karena kenyataan bahwa kedua pengetahuan tersebut memiliki aturan sendiri-sendiri. Selain itu, sangat sedikit penulis yang menulis dengan gaya seperti itu. Salah satunya adalah Syaikh Abdul Qadir bin Ahmad al-Kuhany dengan karyanya yang berjudul Manniyat al-Fāqir al-Munjarid wa Sayrat al-Murīd al-Mutafarrid. Buku al-Saniy al-Muthalib diduga telah ditulis pada akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19, menurut periode kehidupan Kiai Nur Iman yaitu sekitar pertengahan abad ke-18. Aturan Nahwu dalam buku ini dijelaskan secara teosofi yang dimulai dengan penjelasan mengenai tauhid (keesaan Tuhan) sebagai kajian dasar bagi orang Islam, yang diikuti dengan makna dari masingmasing aturan bahasa Arab dalam aspek mistiknya.   Keywords: al-Sanī al-Maṭālib, Nahwu, tasawuf, Kiai Nur Iman
SUFI HEALING: Terapi dalam Literatur Tasawuf Syukur, M. Amin
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   This study reveals the Sufi healing, a therapy in the literature of Sufism. This study focuses on behaviors associated with the Sufi healing or prevention of disease, both physically and mentally, and then determines the aspects that support a system of rational and empirical therapy. The result achieved through this research is the discovery of an alternative treatment or prevention of appropriate disease in accordance with the tendency of society in the current era, the digital age. After investigation, it is revealed that Sufi healing is a form of alternative therapy that is done by taking the values of Sufism as a means of treatment or prevention. This model has been known in the community since Islam and Sufism itself evolved. Scientific references about the work system of medicine or healing in this manner, was found in a variety of transpersonal psychology theories, in which consciousness become one focus of the study. Medically, it is also known by the term psychoneurons-endocrine-immunology, where the conclusion states that there is a relationship between mind and body in the health problems for everyone. In other word, the mind influences health.   *** Kajian ini mengungkap tentang sufi healing, yaitu terapi di dalam literatur tentang sifisme. Kajian ini memfokuskan pada perilaku yang berasosiasi dengan sufi healing atau pencegahan penyakit, baik secara fisik maupun mental, dan kemudian menentukan aspek-aspek yang mendukung sistem terapi rasional dan empirik. Hasil yang diperoleh dari kajian ini adalah penemuan treatment alternative atau preventif terhadap penyakit secara tepat yang sesuai dengan tuntutan masyarakat saat ini. Ditemukan bahwa sufi healing merupakan bentuk terapi alternatif yang dilakukan dengan menggunakan nilai-nilai sufisme sebagai cara treatment atau pencegahan. Model ini telah dikenal dalam masyarakat sejak Islam dan sufisme berkembang. Rujukan ilmiah dari mengenai sistem kerja pengobatannya dapat ditemukan dalam berbagai teori psikologi transpersonal, di mana kesadaran menjadi fokus kajian. Secara medis, pengobatan ini juga disebut psycho-neurons-endocrine-immunology, yang kesimpulannya adalah adanya hubungan antara fikiran dan tubuh dalam kesehatan manusia,   Keywords: sufi, sufisme, sufi healing, transpersonal, psikologi
KEZUHUDAN ISA AL-MASIH DALAM KITAB AL-ZUHD WA’L-RAQĀ’IQ DAN AL-ZUHD Muhammad, Hasyim
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   The ascetisc of Isa al-Masih is the most polular model in strengtening the ascetism doctrines among tasawwuf experts in clasical periods. At least it was depicted in clasical sunnite sufism that narrated the messages and stories about the escatism of Isa al-Masih. Above all, the more valid source, i.e. al-Qur’an and al-hadits are more than enough to strengten the doctrine of ascetism for the tasawwuf experts (sufi). Ascetism of Isa al-Masih was conformable to the concept of ascetismof the sufi, which meant that have nothing and belong to nothing (lā yamliku shaian walā yamlikuhu shaiun). Ascetism is not only merely spiritual position which is depicted in tasawuf, but ascetisme in this context is the spiritual it self.   *** Asketisme Isa al-Masih merupakan model yang paling populer dalam memperkuat doktrin asketisme di kalangan ahli tasawuf dalam periode klasik. Setidaknya itu digambarkan dalam sufisme sunni klasik yang menarasikan pesan dan kisah mengenai asketisme Isa al-Masih. Di luar itu semua, sumber yang lebih valid, yaitu al-Qur’an dan hadits lebih dari cukup untuk memperkuat doktrin asketisme bag para ahli tasawuf (sufi). Asketisme Isa al-Masih sesuai dengan konsep asketisme sufi yang artinya tidak memiliki apa-apa dan bukan milik siapa-siapa (lā yamliku shaian walā yamliku shaiun). Asketisme bukan sekedar posisi spiritual yang digambarkan di dalam tasawuf, tetapi asketisme dalam konteks ini adalah spiritual itu sendiri.   Keywords: asketisme, Isa al-Masih, doktrin, sufi, spiritual
SPIRITUALITAS MURIA: Akomodasi Tradisi dan Wisata Falah, Ahmad
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   Tradition of “nyekar” which is very familiar among Javanese society, especially in the grave yard Muria Kudus Central Java. This research revealed that most of the visitor of the grave are for getting tabarrukan , some kind safety and ease in any effort in their life, mastering any knowledge, and linuwih, getting for healing from any desease, and asking for blessing for their descendants. The visit to the grave impacted much to the society living, both economically and socially. In the perspective of economy, more than 1.500 force workers depended much the existence of Muria. The other impact are the local solidarity, social competition, and job opportunity, that resulted in the growth of pragmatism among Muria society members.   *** Tradisi “nyekar” sangat dikenal oleh orang Jawa, khususnya di makam Muria Kudus Jawa Tengah. Penelitian ini mengungkap bahwa kebanyakan peziarah makam ini bertujuan untuk mendapatkan keberkahan (tabarrukan), keamanan dan kemudahan dalam hidup, menguasai ilmu linuwih, disembuhkan dari penyakit, dan mengharapkan kebaikan dari nenek moyang. Kunjungan mereka ke makam itu memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial. Dalam perspektif ekonomi, lebih dari 1.500 tenaga kerja tergantung pada keberadaan makam Muria. Dampak yang lain adalah slidaritas setempat, kompetisi sosial, dan kesempatan kerja yang mengakibatkan munculnya tumbuhnya pragmatisme di kalangan anggota masyarakat Muria.   Keywords: Muria, nyekar, tabarrukan, makam, blessing

Page 4 of 10 | Total Record : 92