cover
Contact Name
Haris Murwadi
Contact Email
editor.j@ubl.ac.id
Phone
+6281977948802
Journal Mail Official
editor.j@ubl.ac.id
Editorial Address
Universitas Bandar Lampung Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.26 Labuhanratu Bandar Lampung 35142 Indonesia
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Jurnal Arsitektur
Core Subject : Social, Engineering,
arsitektur dan lingkungan binaan, serta bidang ilmu lain yang sangat erat kaitannya seperti perencanaan kota dan daerah, desain interior, perancangan lansekap, dan sebagainya.
Articles 121 Documents
Motivasi Tindakan Penelantaran Tanah (Kasus di Kota Bandar Lampung) Ima Wulandari; Retno Widodo Dwi Pramono
JURNAL ARSITEKTUR Vol 10, No 2 (2020): Juli
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2470.129 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v10i2.1431

Abstract

Tanah terlantar menjadi salah satu isu penyimpangan masalah pertanahan di Indonesia. Agar penyimpangan tersebut tidak terjadi maka perlu tindakan pengendalian pertanahan berupa pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan dan pemanfaatan hak atas tanah. Penyimpangan masalah pertanahan salah satunya terjadi di Kota Bandar Lampung dimana Hak Guna Bangunan yang melanggar penggunaan dan pemanfaatan tanahnya mencapai 23 % dari 133 jumlah bidang Hak Guna Bangunan. Dengan mengambil kasus di Kota Bandar Lampung, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap motif-motif pemegang hak belum menggunakan dan memanfaatkan tanahnya sesuai peruntukan tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induktif kualitatif dengan analisis kategorisasi. Data penelitian diperoleh dari pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi di lapangan, wawancara dengan stakeholder, dan dokumentasi lapangan, serta data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan data dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif penelantaran tanah oleh pemegang hak diakibatkan 1) Pertimbangan Pemegang Hak, 2) Pertimbangan Pengelola Pertanahan, dan 3) Pertimbangan Pemegang Hak, Pengelola Pertanahan dan Pemerintah.
(RE) Interpretasi Arsitektur Vernakular: Humanis, Progresif, Dan Kontekstual Dalam Peradaban Manusia Rahadea Bhaswara
JURNAL ARSITEKTUR Vol 1, No 1 (2010): Oktober
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.316 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v1i1.286

Abstract

Genuinely, vernacular architecture is to think humanist, it is the process and the product of human thoughts, senses, intentions and activities, as an effort to give meanings to their environment. Vernacular architecture by nature is progressive and contextual, since it appears to answer current environment needs and challenges. Vernacular theorys dialogues, and practices, are always interesting to re-study. This writing is an effort to study several related things to common vernacular architecture movement. From middle ages to renaissance era appears to be an important point on discussing vernacular architecture theories to date. The purpose of re-interpreting vernacular architecture, within todays context is, as an attempt of human to re-meaning its environment through the way of humanism. Aim for todays humanist, progressive, and contextual vernacular architecture.Arsitektur vernakular sejatinya adalah berfikir humanis, karena merupakan proses sekaligus produk cipta, rasa, karsa dan karya manusia sebagai upaya memberi makna terhadap lingkungannya. Arsitektur vernakular bersifat progresif dan kontekstual, karena berkembang menjawab tantangan lingkungan dan kondisi terkininya. Dialog teori vernakular, dan praktiknya, merupakan hal yang menarik untuk selalu dikaji kembali. Tulisan ini berusaha mengkaji beberapa hal terkait perkembangan gerakan arsitektur vernakular secara umum. Abad pertengahan menuju renaissance merupakan titik penting dalam membahas perkembangan teori-teori vernakular hingga saat ini. Tujuan memaknai kembali arsitektur vernakular, dalam konteks perkembangan dunia saat ini, adalah sebagai usaha manusia memaknai kembali lingkungannya melalui cara berfikir yang humanis. Menuju sebuah arsitektur vernakular masa kini yang humanis, progresif dan kontekstual.
Kenyamanan Thermal pada Masjid Al Irsyad Kotabaru Parahyangan, Jawa Barat Hapsari Dewi Puspitorini; Gagoek Hardiman; Erni Setyowati
JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 1 (2013): Desember
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.068 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v4i1.460

Abstract

Mosque of Al Irsyad which located in Kotabaru Parahyangan, West Java [is] a mosque which [in] desain by one of [the] so called Indonesia architect [of] Ridwan Kamil. This Mosque have unique architecture desain. Especial form [of] mosque in form of square which taken away from [by] form of KaBah [in] Illicit Masjidil. This Mosque [do] not have dome like mosques in general. With desain which [do] not like mosques in general, Al Irsyad have obtained various international appreciation. Therefore require to be performed [a] [by] a[n research how building with the unique architecture can adapt with climate [in] damp trop., so that [all] consumer of building can feel freshment at the (time) of residing in [at] building. From understanding of that interaction architecture should be able to with environment, hence crossed ventilation found on most of all room side of salat especial influence volume movement of air which come into especial building which later give influence which strong enough to condition of freshment of thermal felt by [all] consumer of building.Masjid Al Irsyad yang terletak di Kotabaru Parahyangan, Jawa Barat adalah sebuah masjid yang di desain oleh salah satu arsitek Indonesia bernama Ridwan Kamil. Masjid ini memiliki desain arsitektur yang unik. Bentuk utama masjid berbentuk persegi yang diambil dari bentuk Kabah di Masjidil Haram. Masjid ini tidak memiliki kubah seperti masjid-masjid pada umumnya. Dengan desain yang tidak sepertiJurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 3 201 37masjid-masjid pada umumnya ini, Al Irsyad telah memperoleh berbagai penghargaan internasional. Oleh karena itu perlu diadakan suatu penelitian bagaimana bangunan dengan arsitektur yang unik tersebut dapat beradaptasi dengan iklim di daerah tropis lembab, sehingga para pengguna bangunan dapat merasakan kenyamanan pada saat berada pada bangunan tersebut. Dari pemahaman bahwa arsitektur harus bisa berinteraksi dengan lingkungan, maka ventilasi silang yang terdapat pada hampir semua sisi ruang salat utama mempengaruhi volume pergerakan udara yang masuk ke dalam bangunan utama yang nantinya memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap kondisi kenyamanan thermal yang dirasakan oleh para pengguna bangunan tersebut.
Tipologi Grid Kolom Pada Lamban Pekon Hujung di Lampung Barat A. Dwi Eva Lestari; M. Afif Fadhili
JURNAL ARSITEKTUR Vol 10, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.559 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v10i1.1334

Abstract

Lamban merupakan sebutan untuk rumah tinggal vernakular di Pekon Hujung yang saat ini telah mengalamiperubahan bentuk. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh perkembangan zaman, tuntutan kebutuhan hidup sertapola kebiasaan pemilik rumah yang telah berubah. Perubahan bentuk lamban di Pekon Hujung menjadipermasalahan utama sehingga perlu dikaji terutama dari tipologi bentuk lamban yang ada di Pekon Hujung bertujuanuntuk mengetahui perubahan yang terjadi, persamaan dan perbedaan bentuk, serta mengklasifikasikan tipe darisetiap jenis perubahan lamban di Pekon Hujung, dimana perbedaan dan persamaan yang paling terlihat secara fisikadalah besar-kecilnya massa dan ukuran bangunan berdasarkan pola grid kolom. Penelitian dilakukan denganmetode kualitatif berupa survey, observasi dan wawancara mendalam untuk mendapatkan pola dan bentuk gridkolom dari setiap lamban. Hasil penelitian menunjukkan 5 tipe rumah dengan 14 jenis pola grid kolom yang masihdapat terus bertambah. Hal tersebut menarik dimana biasanya perbedaan massa setiap rumah tradisional dipengaruhi kasta atau peraturan adat tertentu, sedangkan pada lamban Pekon Hujung ini hanya terbatas pada kemampuanfinansial setiap penghuninya untuk membangun rumah sesuai dengan kebutuhannya.
Kajian Desain Sirkulasi Ruang Luar Dan Ruang Dalam Bagi Penyandang Cacat Pada Kawasan Bangunan Ciwalk ( Cihampelas Walk ) Theresia Pynkyawati; Muhammad Alpi G.; Riky Herdarsyah; Farid Amhar
JURNAL ARSITEKTUR Vol 3, No 1 (2012): Desember
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (781.71 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v3i1.309

Abstract

Kawasan bangunan publik merupakan suatu kawasan yang diperuntukan untuk umum, dengan berbagai fasilitas guna memenuhi bermacam-macam kebutuhan di dalamnya. Belakangan ini, keberadaan penyandang cacat pada kawasan bangunan publik kurang mendapat perhatian, meskipun hal ini sudah ada Peraturan Pemerintah Kota Bandung No.02 Tahun 2009 yang mewajibkan bahwa bangunan publik di Indonesia harus dapat mendukung aksesibilitas bagi penyandang cacat. Ciwalk merupakan suatu kawasan bangunan publik, yang asri menjadi objek studi yang menarik untuk dikaji. Pola sirkulasi menurut DK Ching (Bentuk Ruang dan Susunan 1996) yang terbentuk sebagai penghubung antar ruang luar dan penguhubung ruang dalam bangunan pada lahan berkontur dikawasan Ciwalk ini akan dirasakan berat bagi penyandang cacat. Faktor-faktor kenyamanan penunjang seperti sarana dan prasarana harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan Menteri No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan dan Lingkungan. Penyandang cacat dapat beraktifitas di kawasan publik Ciwalk baik diluar maupun dalam bangunan dengan mudah tanpa bantuan orang lain. Kajian ini dilakukan dengan metoda analisis deskriptif kualitatif dari segi pola tata letak ruang luar dan ruang dalam, sirkulasi, material, signage, sarana dan prasarana. Kemudian metoda kuantitatif diarahkan untuk mengukur sudut kemiringan atau ramp dan lebar koridor. Kedua metoda tersebut untuk membandingkan data dilapangan dengan literatur dan peraturan yang terkait, Hasilnya menunjukkan bahwa aksesibilitas sirkulasi bagi penyandang cacat di kawasan Ciwalk masih kurang dapat memberikan kenyamanan terhadap penyandang cacat sebagai pengguna bangunan publik
Pengaruh Perhitungan Volume Pekerjaan Terhadap Margin Profit Sebagai Acuan Penentuan Harga Satuan Pekerjaan, Studi Kasus Pada Pekerjaan RS. Boromeus Bandung I Putu Wijaya Thomas Brunner; M. Denny Dhipawardana
JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2011): Desember
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.1 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v2i1.300

Abstract

Salah satu faktor yang membedakan perhitungan volume pekerjaan antara kontraktor dengan konsultan dalam sebuah proyek adalah karena kontraktor mengacu pada standar ukuran bahan yang beredar di pasaran. Perbedaan tersebut akan menjadi acuan pada proses seleksi guna mendapatkan kontrak. Perhitungan yang dilakukan kontraktor kemudian akan menentukan biaya proyek sebelum pembangunan dilaksanakan. Kontraktor juga akan menjadikan perhitungan ini sebagai bagian dari proses konstruksi secara keseluruhan. Hal tersebut melibatkan faktor pemilihan bahan, produktivitas dan upah buruh, yang kemudian menentukan waktu dan biaya konstruksi, biaya subkontraktor, sampai pada biaya tak terduga dan keuntungan. Estimasi sebagai salah satu bagian dari proses konstruksi memerlukan pengetahuan menyeluruh tentang metodologi dan material konstruksi. Mengingat sedemikian banyak aspek yang terlibat, maka kajian kali ini hanya akan menyoroti masalah estimasi dari segi material konstruksi. Prinsip-prinsip estimasi yang dilakukan subkontraktor pada dasarnya sama dengan kontraktor utama. Namun demikian, terdapat sedikit perbedaan dalam terminologi dan strategi kompetisi selama proses estimasi. Hasil perhitungan subkontraktor ini akan mempengaruhi biaya total proyek, sesuai nilai penawaran terhadap kontraktor utamanya. Metode estimasi pada laporan ini didasarkan pada hasil perhitungan konsultan quantity surveyor yang kemudian dikonversikan sebagai asumsi perhitungan versi kontraktor, untuk kemudian dibandingkan.
The Improvement of Architecture Studio Classroom with Daylighting Diptya Anggita
JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 2 (2018): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1611.949 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v8i2.1097

Abstract

Architecture studio classroom is the primary facility for an architecture major, where the most activity isdrawing. It needs illumination extra compared other activities such as writing and reading. Most of studentsspend more time in studio classroom and used it more than seven hours per day. It means a good design of astudio classroom is very important to fullfill the need of architecture student, such as illumination level. Someresearches shown that using daylight in classroom is a good solution for keeping the health, psychology, andproductivity of the student. So, the implementation of daylight is very important to be considered. Moreover,another reason of using daylight is for saving the energy for electrical consumption.This research strengthen about the importance of daylight in an architecture studio classroom against theactivity of a student and to showed the daylight condition by taking a case study of Architecture Department,Faculty of Engineering, Pancasila University. There are several stages in this reasearh. First, is evaluatingthe daylight condition of architecture studio classroom. The evaluation contained observation, daylightcalculation, and interview of architecture student. Second, is about the discussion based on the result ofevaluation of daylight condition and theories of daylight. The last stage, is design concept that will become asolid foundation for the improvement of studio classroom.1) Kwok Alison, Grondzik Walter,2007 . The Green Studio Handbook.Oxford UK. Elsevier Inc2) Karlen Mark, Benya James, 2004. Lighting Design Basics. NewJersey. John Wiley & Son.3) Edward, L., Torcellini, P.,2002. A Literature Riview of the Effects ofNatural Light on Building Occupants. Colorado. NREL.4) Andre, Erik., Schade, Jutta., 2002. Daylighting by Optical Fiber.Lulea University Of Tecnology. Department of EnvironmentalEngineering.5) Garcia, Veronica, H., 2006. Innovative Daylighting Systems forDeep-Plan ommercial Buildings. School of Design. QuenslandUniversity of Technology.6) Dr. Apple Lok Shun Chan. DAYLIGHT CALCULATION7) Deepa Ananthakrishnan., Jason Degaesteker. Alculating theDaylight Factor.8) Wulfinghoff, D.R, 1999. Control And Use of Sunlight.
Bahtera Madura Konsep Desain Arsitektur Pra Rancangan Masjid Kawasan Rest Area Jembatan Suramadu R. B. B. Diwangkoro
JURNAL ARSITEKTUR Vol 1, No 2 (2011): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (922.209 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v1i2.291

Abstract

Mendesain sebuah masjid untuk melengkapi keberadaan obyek arsitektur yang cukup monumental merupakan sebuah tantangan yang unik. Tantangannya adalah bagaimana mendesain sebuah masjid itu sendiri, yaitu mendesain suatu bangunan religius umat Muslim, mengangkat kebudayaan lokal Madura, dan menjadi bagian yang menyatu dengan kawasan Jembatan Suramadu.
Saluran Drainase Dan Trotoar Sebagai Elemen Estetika Koridor Jalan Ilham Malik
JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 2 (2014): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.721 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v4i2.532

Abstract

Elemen estetika kota diantaranya adalah trotoar dan drainase sebagai bagian dari jalan. Sayangnya, perhatian yang diberikan pada trotoar dan drainase jalan raya ini masih rendah. Trotoar dibiarkan rusak, tidak indah, dan dijadikan sebagai tempat parkir atau jalur “alternatif sepeda notor menembus kemacetan”, atau menjadi tempat berdagang pedagang kaki lima. Bahkan juga menjadi tempat menempatkan tiang listrik, telepon atau reklame. Begitu juga dengan drainase jalan raya, dibiarkan kotor, bau dan mampat. Pembersihan dilakukan pada saat musim hujan yang menimbulkan banjir. Namun menjadikannya sebagai salahsatu elemen penting estetika kota, tidak menjadi mainset pengambil Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Juni 2014 32 kebijakan pembangunan perkotaan. Tentu saja, hal ini harus diubah. Sehingga kebijakan apapun yang diambil terkait dengan trotoar dan drainase dalam kerangka dan sudut pandang bahwa keduanya adalah elemen penting estetika kota sehingga harus diperhatikan dan dijaga dengan baik.City aesthetic elements include sidewalks and drainage as part of the road. Unfortunately, the attention given to the pavement and highway drainage is still low. The sidewalks are left broken, bad, and used as a parking lot or alternative path for “motor bike through traffic jams", or a place for vendors. Even they are also used as a place to put electric poles, telephone or advertisement. Likewise the highway drainage is left dirty, smelly and incompressible. Cleaning is done during the rainy season causing flood. But making it as one of the essential elements of the aesthetics of the city is not the mindset for the urban development policy makers. Of course, this should be changed. Therefore, any policy in relation to the pavement and drainage as the important elements of the aesthetic city must be considered and well maintained.
Kenyamanan Termal pada Obyek Wisata Berkembang (Studi Kasus: Obyek Wisata Blue Lagoon Yogyakarta) Septi Kurniawati Nurhadi
JURNAL ARSITEKTUR Vol 10, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.236 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v10i1.1360

Abstract

Perubahan fisik yang terjadi dari adanya perkembangan pembangunan sebuah desa berpengaruh terhadap iklim mikro sebuah kawasan dan menimbulkan pengaruh juga terhadap kondisi termal kawasan. Tak terkecuali sebuah desa wisata. Perkembangan pembangunan tersebut ditujukan untuk mengakomodir kebutuhan para pengunjung. Kabupaten Sleman memiliki potensi wisata yang besar untuk dikembangkan. Objek wisata Blue Lagoon yang berlokasi di Desa Dalem, Widodomartani, Ngemplak, Sleman masuk dalam klasifikasi desa wisata berkembang yang memiliki potensi alam berupa pemandian. Object wisata ini sedang dalam tahap mengembangkan daya tarik selain pemandian, sehingga perkembangan pembangunan sedang digalakkan. Pengembangan pembangunan yang dilakukan dapat berdampak pada lingkungan sekitar, terutama yang menyangkut aspek kenyamanan. Kenyamanan termal merupakan kondisi yang mempengaruhi kenyamanan lainnya, seperti kenyamanan spasial, kenyamanan psikologis dan kenyamanan visual. Metoda penelitian yang digunakan adalah metode eksploratif untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal, khususnya pada obyek wisata yang sedang berkembang. Setelah mengetahui tingkat kenyamanan termal pada obyek wisata berkembang, diharapkan dapat memberi masukan untuk pengembangan pembangunan yang dapat menciptakan kenyamanan termal pada obyek wisata lainnya.

Page 2 of 13 | Total Record : 121