cover
Contact Name
Amirullah
Contact Email
amirullah8505@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.pattingalloang@unm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Jurnal Pattigalloang adalah Publikasi Karya Tulis Ilmiah dan Pemikiran Kesejarahan dan ilmu-ilmu sosial.
Articles 276 Documents
Pemukiman Baru Penduduk Liwu Ke Desa Gu-Lakudo 1969-1977 Arwin Arwin; Muh. Rasyid Ridha; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.917 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8519

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang latar belakang pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu Lakudo, proses pemindahan dan dampak dari pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo yaitu pada tahun 1969-1977 yang dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Buton. Dengan adanya pemindahan tersebut maka seiring dengan berjalannya pemerintahan Desa Gu-Lakudo mengalami perkembangan baik dalam sistem pemerintahan, perkembangan jumlah penduduk dan infrastruktur sosial serta perekonomian yang setiap tahun mengalami peningkatan dari tahun 1969-1977. Dengan adanya perkembangan maka terdapat pula dampak yang ditimbulkan dalam pembetukan Desa yaitu mempercepat pelayanan untuk masyarakat, pembangunan semakin nampak serta kesejahteraan sosial masyarakat semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Program Rsettlement Desa: Kajian Tentang Pemindahan Penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo pada tahun 1969-1977 telah mengalami kemajuan diberbagai bidang seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu heuristic (mencari dan pengumpulan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber), dan historiografi (penulisan sejarah). Metote pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan (wawancara) dan pustaka.Kata Kunci: Program Resettlement Desa, lakudo, Buton Tengah .  
PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI KAWASAN OBJEK WISATA PANTAI BIRA (2000-2015): KAJIAN SEJARAH SOSIAL Sulkifli wiarham
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 1 Januari - Maret 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i1.2284

Abstract

Penelitian ini bersifat  desktiptif analisis dengan menggunakan metode historis melalui tahapan: heuristik atau pengumpulan data, kritik, interpretasi, dan tahap penulisan atau historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa latar belakang munculnya prostitusi dalam kawasan objek wisata pantai Bira diawali oleh meredupnya usaha warung yang dikelolah oleh masyarakat dikarenakan ketatnya persaingan, sehingga ada inisiatif dari pemilik warung tersebut untuk merubah haluan bisnis menjadi cafe yang didalamnya menyediakan pelayanan “plus” yang disuguhkan oleh para pelayang cafe tersebut. Perkembangan prostitusi dalam kawasan objek wisata pantai Bira terus mngalami kemajuan dari tahun ke tahun hal ini dapat dilihat dengan semakin bertambahnya rumah bernyanyi yang merupakan wajah luar dari praktek prostitusi yang ada dalam kawasan objek wisata pantai Bira. Keberdaan prostitusi dalam kawasan objek wisatata pantai Bira membawa dampak buruk bagi para pemuda, namun disisi lain juga memberikan penghidupan bagi masyarakat yang ada dalam kawasan objek wisata pantai Bira.Kata kunci : Cafe, Prostitusi, Pantai Bira
Eksodus dari Bumi Hangus: Peristiwa Keluarnya Penduduk Dari Timor Timur Pasca Jajak Pendapat 1999 Jerwin Jerwin; M. Rasyid Ridha; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.743 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.7076

Abstract

This paper is about to explain the incident of the East Timorese who moved to Pangkep District, due to the riots after the announcement of the results of the Popular Consultation in the area. The situation became tense and caused insecurity among the people of East Timor. Including the migrants, from various regions of Indonesia such as Pangkep District. Pangkep people who have stay for a long time in East Timor, in general already have some valuable assets. Such as land, house, shop, and vehicle. But unfortunately, their assets were left behind, before being sold. The problem of the assets of the newcomers is then required to be resolved immediately. The study of the East Timor Exodus in Pangkep District is interesting because the arrival of migrants in East Timor and their return after the referendum has not been specifically studied. Especially coming from South Sulawesi, especially Pangkep regency. This research is a qualitative research with Historical Research approach, which consist of several stages: (1) Heuristic, by interviewing some East Timor Exodus people like Hasan, Salma, Muhris, etc. Collecting records at the Pangkep District Social Service, data held by the National Committee for East Timor Police Victims of Pangkep District, and in the November 5, 2016, issue of the Daily Fajar newspaper. It also used books related to East Timor, population and societal studies (Sociology / Anthropology). (2) Criticism or verification process of authenticity of historical sources. (3) Interpretation or interpretation of historical sources, and (4) Historiography, is the stage of historical writing. 
PENAMBANG PASIR DI KELURAHAN BONGKI KABUPATEN SINJAI (1995-2011) Muhammad Anis
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i1.8418

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan bahawa Latar belakang munculnya penambang pasir di Kelurahan Bongki yaitu disebabkan oleh dua faktor yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri masyarakat antara lain karena faktor ekonomi dan faktor pendidikan. Adapun faktor dari luar yaitu karena adanya sungai Tangka di wilayah Kelurahan Bongki, letak wilayah Kelurahan Bongki yang strategis dan kemajuan pembangunan di Kabupaten Sinjai. Aktifitas penambangan pasir di Kelurahan Bongki merupakan penaambangan rakyat yang dimulai pada tahun 1995, pada awalnya penambang pasir hanya menggunakan peralatan atau sarana dan prasarana yang bersifat tradisional namun seiring perkembangan zaman penambang pasir di Kelurahan Bongki juga mulai ada yang menggunakan sarana dan prasarana yang bersifat modern. Adapun pendapatan penambang pasir di Kelurahan Bongki bisa dibilang sangat besar namun tidak merata karena dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang digunakan.Kata Kunci : Penambang Pasir, Kelurahan Bongki Kabupaten Sinjai
Masjid Agung Luwu : Pusat Sejarah dan Pengembangan Islam Di Polopo Mutmainna Mutmainna; Muh. Rasyid Ridha; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 1, April 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.903 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i2.8473

Abstract

Kajian ini membahas mengenai latar belakang pembangunan Masjid Agung Luwu, perkembangan serta dampak yang ditimbulkan Masjid Agung Luwu yang lokasinya berada di Kota Palopo. Pembangunan masjid ini dilakukan pada tahun 1974 dengan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah Luwu A. Samad Suhaeb bersama dengan pimpinan DPRD dan sejumlah Umat Islam. pada saat mereka telah melakukan Sholat Idul Adha 10 Dzulhijjah 1393 pada tanggal 4 Januari 1974. Keberdaaan masjid ini sebagai wadah untuk memperdalam ilmu agama serta menjadi simbol persatuan masyarakat muslim yang ada di Kota Palopo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik intern dan ektern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan terdiri dari wawancara dan mengumpulkan sumber arsip. Kata kunci : Masjid Agung, Islam, Palopo AbstractThis study discusses the background of the construction of the Great Mosque of Luwu, the development and the impact of the Great Mosque of Luwu which is located in Palopo City. The construction of this mosque was carried out in 1974 with the laying of the first stone carried out by the Regent of the Regional Head of Luwu A. Samad Suhaeb together with the leaders of the DPRD and a number of Muslims. when they had performed Eid Al-Adha Prayers 10 Dzulhijjah 1393 on January 4, 1974. The existence of this mosque as a place to deepen the knowledge of religion and become a symbol of the unity of the Muslim community in Palopo City. This research uses historical research method which consists of four stages, namely heuristics (searching and collecting resources), source criticism (internal and external criticism), interpretation (interpretation of sources) and historiography (historical writing). Data collection methods are carried out by conducting field research consisting of interviews and collecting archival sources. Keywords: Great Mosque, Islam, Palopo
DOU BAJO DI DESA BAJO PULAU KABUPATEN BIMA (1968-2011) Hayatun Nufus
PATTINGALLOANG Vol. 1 No. 1 Januari - Maret 2014
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.466 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v1i1.817

Abstract

Abstrak Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang bersifat  deskriptif analisis. Melalui tahapan-tahapan kerja yang meliputi Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, Historiografi. Serta menggunakan beberapa konsep dari ilmu sosial lainya. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kedatangan komunitas Suku Bajo di Sape berlangsung sejak Abad XVII yang merupakan orang-orang yang berasal dari Sulawesi Selatan. Keberadaan orang Bajo di Desa Bajo Pulau dilatar belakangi oleh beberapa hal diantaranya Berdagang dan menyebarkan agama Islam, adanya kondisi dan situasi di daerah asalnya di Sulawesi Selatan yang tidak tentram diakibatkan adanya perang antara kerajaan-kerajaan sulawesi yang berlangsung  lama, perluasan kekuasaan Belanda pada abad XIX hingga awal abad ke XX dan pada tahun 1960an terjadi kekacauan yang disebabkan oleh pasukan DI/TII yang menimbulkan kekhawatiran pada komunitas suku Bajo, di samping itu juga karena letak Pulau Bajo yang dikelilingi laut cukup berpotensi untuk dikembangkan terutama di sektor perikanan. Pada awalnya orang Bajo cenderung tertutup dan sukar berinteraksi dengan penduduk lokal. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan  bahwa sejak dibentuknya Desa Bajo Pulau pada tahun 1971, orang Bajo mengalami perkembangan dan baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, maupun politik. Hal ini dikarenakan adanya perubahan pada pola pikir orang Bajo yang ingin terus maju, dan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam upaya pembangunan dan pengembangan masyarakat suku Bajo Pulau. Kata kunci : Orang Bajo di Bajo Pulau Kabupaten Bima
KONSEP KEBUDAYAAN DAN PEMBANGUNAN INDONESIA DITENGAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Amirullah Amirullah
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i1.8421

Abstract

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  (IPTEK) berjalan dengan cepat. Kondisi itu menciptakan pandangan awam bahwa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terpisah jauh dari kebudayaan, yang pada gilirannya diikuti suatu pandangan bahwa sikap manusia bergantung pada teknologi yang dibuat oleh manusia sendiri padahal dibalik kemajuan ilmu dan teknologi terdapat budaya yang perlu di perhatikan sebagai bentuk manifestasi nilai luhur budaya bangsa yang senantiasa hadir untuk kemajuan pembangunan bangsa Indonesia. Pembangunan Kebudayaan Indonesia memerlukan sosial kontrol dan adaptasi, untuk pembangunan mentalitas, sikap hidup dan cara berfikir sebagai perimbangan dari kemajuan yang dicapai ilmu dan teknologi, agar pembangunan nasional tidak menemui stagnasi bahkan memperbudak manusia karna mentalitas, sikap hidup dan cara berfikir merupakan bagian dari kebudayaan untuk di lestarikan sebagai warisan sejarah yang senantiasa menjadi pondasi awal demi pembangunan Indonesia mendatang. Karena itu pembangunan kebudayaan mempunyai arti penting ditengah-tengah kemajuan ilmu dan teknologi.Kata Kunci: Pembangunan Kebudayaan Indonesia, Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 
Kelompok Tani Je’nemattallasa di Polongbangkeng Utara, Takalar Yulia, Irma Denada; Ahmadin, Ahmadin; Amirullah, Amirullah
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 3, Desember 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.591 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i4.9008

Abstract

Penelitian ini untuk mengetahui bahwa kelompok tani je’nemattallasa terbentuk pada tahun 1995. Pembentukkan kelompok tani je’nemattallasa di kecamatan polongbangkeng utara atas permintaan dari pemerintah jika ingin mendapatkan bantuan berupa bibit unggul harus membentuk kelompok dank karena keinginan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dampak dari terbentuknya kelompok tani terjalin kerjasama antar petani yang didukung oleh pembentukan kelompok tani dan meningkatkan status sosial yang dirasakan. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan metode sejarah melalui tahapan kerja yakni heuristik atau pengumpulan data, kritik sumber, interpertasi, historiografi atau penulisan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara( Achmad ta’mu ketua kelompok tani, Suardi, Dg. Sutte, Dg. Rate, anggota kelompok tani dan Dg. Ngasseng salah satu istri anggota kelompok tani) dan mengumpulkan sumber arsip ( dokumen dari kantor kelurahan dan BPS Kabupaten Takalar) serta literatur-literatur yang berhubungan. The objective of the research was to find out that farmer group of Je’nemattallasa was formed in 1995. Grouping the farmer of Je’nemattallasa in North Polongbangkeng Utara subdistrict based on request of government, if they needed to get a help like a bit of blood, they had to work in group and because of the willingness to improve the economic social condition in society. The effect of creating the group built a relation between them, it was  supported by the group and enhanced social status that was felt. This paper was historical research that applied historical method  within steps heusristic or instrument for getting the data, source criticism, interpretation, historigraphy or writing. It usedfield research. The data instruments were interview ( the documents of villages and BPS of Takalar regency), and also connected literatures. 
KECAMATAN MADAPANGGA KABUPATEN BIMA (2001-2014) Miftahul Jannah; Muhammad Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 2 April - Juni 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i2.2383

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang terjadinya pemekaran karena wilayah Kecamatan Bolo sangat luas dengan jumlah penduduk yang besar, hal ini memberikan dampak kurang efektifnya pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Adanya ketimpangan dalam pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah kecamatan inilah yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memekarkan wilayah Kecamatan Madapangga yang diperkuat oleh UU No. 22 Tahun 1999 yang diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah. Tuntutan tokoh-tokoh masyarakat mendapatkan respon positif dari pemerintah Kabupaten Bima sehingga lahirlah Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2001 tentang pembentukan Kecamatan Madapangga. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dengan adanya pemekaran, wilayah Kecamatan Madapangga mengalami peningkatan baik dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kehidupan beragama. Selain itu, pemerintah Kecamatan Madapangga dapat melaksanakan pembangunan daerah dan mensejahterahkan masyarakatnya dengan berbagai potensi alam yang dimiliki.
TARI PATTU’DU PADA MASYARAKAT MANDAR DI KABUPATEN MAJENE (1960-2014) Iin Indrawati
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 2 April - Juni 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i2.7095

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa versi cerita tentang sejarah munculnya tari Pattu’du yang pada dasarnya berasal dari upacara pemujaan dan penghormatan kepada raja, oleh karena itu pada masa kerajaan, Pattu’du hanya dipergelarkan pada upacara resmi kerajaan. Pertunjukannya dilakukan selama tujuh hari tujuh malam atau biasa juga dilakukan selama tiga hari tiga malam. Dilihat dari segi perkembangannya, maka tari Pattu’du terdiri dari beberapa jenis tarian yang mengalami perubahan nilai, makna, fungsi dan cara pementasannya. Pada masa Kolonial tari Pattu’du berfungsi sebagai tari rakyat yang ditampilkan di pasar malam yang dilaksanakan oleh Belanda, kemudian Pattu’du dijadikan sebagai bagian dari acara resmi pemerintahan seperti penjemputan tamu Agung dari dalam maupun di luar Provinsi, pada perkembangan selanjutnya tari Pattu’du di Kabupaten Majene, kini telah diajarkan di sekolah dan sanggar seni. Pementasannya sudah mulai dipertunjukkan di beberapa acara kebudayaan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tari Pattu’du merupakan tari tradisional Mandar yang pada awalnya dipersembahkan terhadap para leluhur, kemudian berkembang dan masuk dalam lingkungan kerajaan, lalu dijadikan sebagai tari penjemputan tamu Agung dan akhirnya menjadi tari rakyat untuk menghibur masyarakat.

Page 1 of 28 | Total Record : 276