cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Jurnal Muadalah
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 52 Documents
Undang-Undang PKDRT dalam Perspektif Hadis Khairuddin, Ahmad
Jurnal Muadalah Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

To protect family members from violence, in particular the government has adopted the Law on the Elimination of Domestic Violence (PKDRT) in 2004. In the Act, violence includes four types: physical, psychological, economic and sexual violences. Islamic teachings, especially those derived from the hadith, contain a number of provisions which also provide protection for family members, particularly wives, as mentioned in the Domestic Violence Act. Prophet, for example, denounced those who hit wife like beating slaves, prohibited the insult of wife, gave economic rights and prohibited the prostitution of female slaves. However, not all categories of violence that exist in PKDRT are shared by the tradition. There is a difference between the two, especially in relation to sexual violence against wives.
Hadis-Hadis “Misoginis” Dalam Persepsi Ulama Perempuan Kota Banjarmasin Saifuddin, Saifuddin
Jurnal Muadalah Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan terakhir, di Kalimantan Selatan misalnya, sosok ulama dari kalangan perempuan mulai muncul dalam berbagai majelis taklim. Peran mereka sebagai pendakwah agama untuk umat tidak dapat dinafikan. Hal ini kemudian direpresentasikan dalam bentuk pemahaman mereka terhadap sumber agama, yaitu al-Qur‟an dan hadis. Dalam konteks hadis inilah, maka pemahaman mereka terhadap riwayat yang terkesan merendahkan perempuan menjadi penting untuk dikaji, dengan menggunakan metode deskriptif dan pendekatan fiqh al-hadits, melalui teknik wawancara dan dokumentasi, diperoleh temuan bahwa persepsi para ulama perempuan terhadap sejumlah hadis misoginis ini memiliki kesamaan, yaitu tidak memandang hadis-hadis tersebut berkonotasi misoginis. Dari tujuh sampel ulama perempuan yang diteliti, hanya ditemukan satu ulama yang menangkap kesan “keras” dan “diktator” dari hadis tersebut. Meski demikian, ulama tersebut hanya berani mengatakan “kesan”, bukan kenyataan hadis yang sebenarnya. Karena hanya kesan, maka ulama tersebut berusaha mencari makna lain agar kesan tersebut hilang. Penerimaan seluruh responden terhadap hadis-hadis ini dipengaruhi oleh perspektif mereka yang masih kuat memegang nilai-nilai “tradisi”. Nilai-nilai tradisional biasanya memandang hubungan antara laki-laki dan perempuan secara hirarkis, yaitu menempatkan yang satu lebih tinggi atas yang lain.Kata kunci: misoginis, persepsi, Ulama perempuan.The current trends in South Kalimantan has indicated that women moeslem scholars start to emerge from many religious gathering. Their roles as preacher cannot be neglected. This fact, furthermore, is representated in the form of their comprehension to their religion main guidance—Qur‟an and Hadith. From the context of Hadith, the comprehension of women moeslem scholars on the notion that tends to degrade women becomes significant to be investigated through interview and documentation technique, the writer utilizes descriptive method and fiqh al-hadist approach. It is found that the perceptions of women moeslem scholars to the misogynistic Hadith have a similarity that is, not looking these Hadiths as having misogynistic connotations. Among 7 sampels of the scholars being investigated, only one scholar has the impression of “hars” and dictator” from the Hadith. However, the scholar only dares to say “impression”, not the actual fact from the Hadith. Since it is only an impression, the scholar tries to seek for another meaning to delete the impression. The assumption of the respondents from the hadith is much influenced by their perspectives that strongly hold “traditional” values. The traditional values usually look the relationships between men and women hierarchically, that is placing one higher that the other.Keywords: misogynistic, perceptions, women Islamic scholars.
Intervensi untuk Mengatasi Gangguan Perilaku Menentang Anak dengan Parent Management Training Hairina, Yulia
Jurnal Muadalah Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Parent Management Training, in psychology, is one of the intervention for parents in solving problems, especially parents whose children with opposing behavior disorder. This method of training employs behaviour modification technique and the principals of individual study process in changing behavior, that is, in this writing, children’s opposing behavior. In the Parent Management Training program, parents will be trained to be a trainer or therapist in which the assumption they have is the biggest potential to change the children’s behavior for they have the biggest control to the important aspects in children’s natural environment. Besides that, it will enable the children to actualize their newly learned behavior since they do not have to undergo the process received by the therapists into their homes. The focus in solving problems through the Parent Management Training approach is on dyadic relationship and the behavior symptoms is the base in performing intervention. In this particular intervention, parents and therapists work together, in which parents must be willing to do the program that has been compiled in order to change the target’s behavior.Keywords: parent management training, intervention, oppositional deviant disorders.Parent Management Training sebagai salah satu intervensi dalam penyelesaian masalah bagi orangtua, terutama yang memiliki anak-anak dengan gangguan perilaku menentang. Metode pelatihan ini yang banyak menggunakan teknik modifikasi perilaku dan juga penerapan prinsip-prinsip yang berupa proses belajar individu dalam merubah perilaku, khususnya yang dimaksud dalam tulisan ini ialah perilaku menentang anak. Pada program Parent Management Training ini orangtua akan dilatih sebagai terapis atau trainer dimana asumsinya mereka memiliki potensi paling besar untuk merubah perilaku anak, karena mereka mempunyai kontrol yang paling besar terhadap aspek penting dari lingkungan alamiah anak-anak. Selain itu, juga akan mempermudah bagi anak-anak untuk mengaktualisasikan perilaku baru yang mereka pelajari, karena mereka tidak harus menjalani proses yang diterima oleh terapis ke dalam rumah mereka. Menyelesaikan permasalahan melalui pendekatan Parent Management Training ini penekanannya pada hubungan dyadic dan melalui simptom perilaku untuk menjadi dasar dalam melakukan intervensi. Dalam intervensi ini orangtua dan terapis saling bekerjasama, yang mana pihak orangtua tentunya bersedia melakukan program yang telah disusun untuk merubah perilaku yang menjadi target.Kata kunci: parent management training, intervensi, gangguan perilaku menentang.
Melacak Akar Persoalan Bias Gender Badrian, Badrian
Jurnal Muadalah Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Religion is often regarded as the cause of gender inequality pelanggengan, or at least, the interpretations of the teachings of religion have been rated have put women in the position of marginal and subordinate males. The issue is whether gender inequality is widespread in the religion derived from the nature of religion itself or whether it comes from the understanding , interpretation and religious thought impossible not influenced by tradition and culture or other causes. The reaction to inequality and injustice against women is what led to the emergence of the feminist movement among Muslim thinkers, such as Fatima Mernissi. According to Mernissi, oppression and discrimination against women in the Muslim community, according to Mernissi is not the nature of religion, or who termed Mernissi Islam treatise, because it is contrary to the universal doctrine, namely justice and the equality of men and women, but because it was created by a political system, including ideological, legal, and social culture. System patriarchal ideology and the interests of the political elite, which Mernissi termed by political Islam, it is Islam that distorts the Minutes.Keywords: gender, inequality, interpretation.
Hak Nafkah Isteri (Perspektif Hadis dan Kompilasi Hukum Islam) Hudaya, Hairul
Jurnal Muadalah Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hadith, as a second source of Islamic laws after the Qur’an, contains various provisions of the laws, including the rights of wifes livelihood. Meanwhile, in the context of law in Indonesia, Compilation of Islamic Laws is used as the legal basis in settling lawsuits in Religious Courts. The Compilation of Islamic Laws is compiled with considering the moeslem scholars thought especially they who adhere to al-Syafi’i notion. The theologians themselves are oriented to the Qur’an and Hadith in defining laws. Then, are there any differences between the laws products in the Compilation of Islamic Laws and the source of Islamic laws especially hadith concerning livelihood issues? It is found that the difference is when the wifes commit nusyuz, their reights will be eliminated. The notion is more likely based on the scholars judgement and it is not clearly elaborated in the Hadith.Keywords: livelihood, Compilation of Islamic Laws, nusyuzHadis, sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Alquran, memuat berbagai ketentuan hukum termasuk dalam masalah hak nafkah isteri. Sementara itu, dalam konteks hukum di Indonesia, KHI menjadi dasar hukum dalam menyelesaikan perkara di lingkungan Peradilan Agama. KHI disusun dengan mempertimbangkan pemikiran para ulama terutama bermazhab al-Sya>fi’i>. Sedang ulama mazhab sendiri dalam menetapkan hukum tidak terlepas dari Alquran dan hadis. Lantas, adakah perbedaan antara produk hukum dalam KHI dengan sumber hukum Islam terutama hadis dalam masalah nafkah? Sejauh ini, perbedaan tersebut terletak pada gugurnya hak nafkah isteri apabila ia berlaku nusyuz. Pandangan tersebut lebih didasarkan pada pendapat ulama mazhab karena tidak ditemukan dasarnya secara tegas dan jelas dalam sejumlah kitab hadis.Kata Kunci: nafkah, Kompilasi Hukum Islam, nusyuz.
Dakwah Dalam Pemberdayaan Perempuan (Studi Materi dan Kegiatan Dakwah yang Dilaksanakan Muballighah di Banjarmasin, 2012) Norlaila, Norlaila; Mudhi’ah, Mudhi’ah
Jurnal Muadalah Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article discusses the mission of women empowerment, the material, and its activities that lead to improving women’s quality in education, kesehatan, welfare, and leadership. Although most women’s mission organization in Banjarmasin is generally held by women as the subject and object, only small numbers of materials that explore women’s issues especially related to women’s empowerment. Many of the materials covered are about worship, faith, and muamalah. The mission related to women’s empowerment, orally, is delivered by women preachers who have ever involved, such as members of Parliament. Moreover, the mission of women’s empowerment is practically run by an activist who is often called da’iyah/mubalighah or lector, or even moelem scholar.Keywords: mission, empowerment, women, and mubalighArtikel ini membahas tentang dakwah pemberdayaan perempuan, materi dan kegiatannya yang mengarah kepada peningkatan kualitas perempuan dalam pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, serta kepemimpinan. Meskipun pada kebanyakan penyelenggaraan dakwah perempuan di kota Banjarmasin umumnya dilaksanakan oleh perempuan sebagai subjek dan objeknya, namun secara materi hanya sebagian kecil yang mengupas persoalan perempuan, apalagi terkait dengan pemberdayaan perempuan. Sedangkan materi yang dibahas adalah tentang ibadah, keimanan dan muamalah. Dakwah terkait dengan pemberdayaan perempuan secara bil lisan hanya disampaikan oleh muballighah yang pernah atau terlibat dalam kepemimpinan perempuan, misalnya sebagai anggota DPR. Selain itu, dakwah pemberdayaan perempuan secara praktis dilakukan oleh penggiat yang cenderung tidak disebut sebagai da’iyah/muballighah atau penceramah, apalagi ulama.Kata kunci: dakwah, pemberdayaan, perempuan dan muballigah
Kewarisan Anak di Luar Perkawinan di Tengah Isu Gender Wahidah, Wahidah
Jurnal Muadalah Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Child outside of marriage is essentially a term that sense rather difficult to be correlated with the term natural child ( ibn al mulaanah ) as fikih.This dificulty provision was triggered by the " law " itself is defined it in the form of expression statements that invite multiple interpretations. So no wonder, if then by many, which is understood as different. In relation to inheritance issues, children out of wedlock is not adultery or child inherits from his fathe, he only inherited from the mother and her family alone. Which is thus in the middle of the gender issue, of course, perceived as an injustice and inequality in the relationship between two people of different sexes ( male and female ). Though both of them in this case, the father and mother of a child born outside of the marriage, is " cursed people " that led to this innocent child born into the world.Keywords: Child Outside Marriage, Zina Kids, Marriage Act, the Compilation of Islamic Law ( KHI).Anak di luar perkawinan pada hakikatnya merupakan istilah yang pengertiannya agak sulit untuk dikorelasikan dengan istilah anak zina (ibnu al mula‟anah) sebagaimana ketentuan fikih. Kesulitan ini dipicu oleh “Undang-Undang” sendiri yang merumuskannya dalam bentuk ungkapan pernyataan yang mengundang multi tafsir. Sehingga tidak heran, jika kemudian oleh banyak kalangan, yang demikian dipahami berbeda-beda.Dalam kaitannya dengan masalah kewarisan, anak di luar perkawinan atau anak zina tidaklah mewarisi dari bapaknya, ia hanya mewarisi dari ibu dan keluarga ibunya saja. Yang demikian ini di tengah isu gender, tentunya dirasakan sebagai sebuah ketimpangan dan atau ketidakadilan dalam relasinya antara dua orang manusia yang berbeda jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Padahal keduanya dalam hal ini, bapak dan ibu dari anak yang dilahirkan di luar perkawinan tersebut, merupakan “orang-orang terlaknat” yang menyebabkan si anak tidak berdosa ini terlahir ke dunia.Kata kunci: Anak di Luar Perkawinan, Anak Zina,Undang-Undang Perkawinan, dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Wanita dan Toleransi Beragama (Analisis Psikologis) Maimanah, Maimanah
Jurnal Muadalah Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

It has become the responsible of all parties to promote public toleratnce in the mids of religious pluralism in Indonesia. The issue of tolerance is a matter of religious awareness which concerns with the psychological aspect, so that it is significant to present the issue of tolerance with psychological approach. Women as one of the active religious followers have psychological potential to exhibit tolerance. Various roles that women run have coloured themselves with the essence of humanity that all human whatever ethnicity and religion they proclaim are one big family who should live in harmony.Keywords: women, tolerance, psychological, harmony,Adalah menjadi tanggung jawab semua pihak untuk mewujudkan masyarakat yang toleran di tengah pluralitas agama di Indonesia. Persoalan toleransi adalah persoalan kesadaran beragama yang menyangkut aspek psikologis, sehingga penting mengetengahkan isu toleransi dengan pendekatan psikologis. Wanita sebagai salah satu pihak penganut agama aktif memiliki potensi psikologis yang besar untuk berperilaku toleran, berbagai peran yang dijalaninya memberikan wanita makna nilai-nilai kemanusiaan, bahwa semua manusia apa pun agama, suku dan rasnya adalah satu keluarga besar yang bisa hidup dengan harmonis.Kata kunci: wanita, toleransi, psikologis, kekeluargaan, keharmonisan.
Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika Pada Anak Usia Dini Fitria, Analisa
Jurnal Muadalah Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mathematics has been quite familiar in our daily life. In the field of education, Mathematics is regularly presented from the elementary up to the higher education level. Nevertheless, Math seems like a haunting danger for most children. The data from The Third International in Mathematics and Science Study shows that in 2012 the Maths intelligence of Indonesian secondary students ranked at 34 of 38 nations being surveyed. Thus, it is necessary to start introducing Math to children since their early age. However, Introducing and teaching maths for children will be obviously different with that of the adults.Keywords: learning, mathematics, early childhood, method, content.Dalam kehidupan sehari hari sebenarnya matematika sering digunakan baik itu disadari atau tidak. Di Lingkungan Pendidikan pun, Matematika adalah salah satu pelajaran yang selalu hadir disetiap jenjang pendidikan, mulai tingkat dasar bahkan di perguruan tinggi.Tetapi, bukan rahasia lagi bahwa matematika merupakan salah satu momok bagi sebagian anak. Hal ini dapat dilihat dari data Third (Trends) International in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa kemampuan matematika peserta didik SMP di Indonesia di tahun 2012 berada di urutan 34 dari 38 negara yang disurvei. Untuk itu sepertinya tidak ada salahnya untuk mengenalkan matematika kepada anak sejak usia dini. Namun perlu diperhatikan bahwa membelajarkan matematika kepada anak usia dini ini tentu berbeda dengan orang dewasa baik itu mengenai metode maupun kontennya.Kata Kunci: Pembelajaran, matematika, anak usia dini, metode, konten.
Motivasi Perkawinan Endogami pada Komunitas Alawiyyin di Martapura Kabupaten Banjar Azhari, Fathurrahman; Muttaqien, Zainal; Kurdi, Sulaiman
Jurnal Muadalah Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurnal Muadalah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Community endogamy on marriage Martapura Alawiyyin in Banjar Regency , which prohibit syarifah mating with males ahwal or a compound has become a habit since their ancestors first until now still do . This study sought to identify and locate the variables considered by Habib and syarifah to be the motivation and consequences of marital endogamy . This research resulted in findings with the proposition : Maintaining equality ( kafaah ) nasab glory . Preserving lineage . And maintaining kinship . As a result of marital endogamy in the community in Martapura Alawiyin is : In social life : 1 ) many women who are not married syarifah . 2 ) Marriage is not attended by the family . 3 ) Differentiated in family relationships . Secondly , In the cultural life of the consequences : 1 ) The relationship Nasab disconnected the Prophet Muhammad SAW . 2 ) Not entitled to use the title or syarifah Habib because it was linked to the fathers lineage .Keywords: marriage, endogamy, Alawiyyin, kafaah, lineage.Perkawinan endogami pada Komunitas Alawiyyin di Martapura Kabupaten Banjar, yaitu melarang para syarifah kawin dengan laki-laki ahwal atau jaba sudah menjadi kebiasaan sejak nenek moyang mereka dahulu sampai sekarang tetap dilakukan. Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi dan menemukan variabel-variabel yang dipertimbangkan oleh para habib dan syarifah untuk menjadi motivasi dan akibat yang timbul dari perkawinan endogami. Penelitian ini menghasilkan temuan dengan proposisi: Memelihara kesetaraan (kafa‟ah) kemuliaan nasab. Melestarikan nasab. Dan memelihara hubungan kekerabatan. Adapun akibat dari perkawinan endogami pada komunitas Alawiyin di Martapura adalah: Pada kehidupan sosial : 1) banyak wanita syarifah yang tidak kawin. 2) Perkawinan tidak dihadiri oleh keluarga. 3) Dibedakan dalam hubungan keluarga. Kedua, Pada kehidupan budaya maka akibatnya: 1) Hubungan Nasab terputus kepada Rasulullah Muhammad SAW. 2) Tidak berhak memakai gelar habib atau syarifah karena nasab itu dihubungkan kepada ayah.Kata kunci: perkawinan, endogami, Alawiyyin, kafa‟ah, nasab.