cover
Contact Name
Nur Arifin
Contact Email
diskursus@uin-alauddin.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
diskursus@uin-alauddin.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Diskursus Islam
ISSN : 23385537     EISSN : 26227223     DOI : -
Jurnal Diskursus Islam adalah jurnal yang diterbitkan oleh Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang merefleksikan diri sebagai wadah akademik untuk publikasi artikel ilmiah. Jurnal ini menfokuskan pada kajian/studi islam dalam berbagai aspeknya yang diharapkan dapat memberi referensi bagi pembaca dalam pengembangan wawasan akademik dan keilmuan.
Arjuna Subject : -
Articles 296 Documents
EKSTRIMISME DALAM PERSFEKTIF AL-QUR’AN Rosmini Rosmini
Jurnal Diskursus Islam Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v3i1.199

Abstract

  Akidah dan syariat Islam adalah akidah dan syariat yang moderat diantara berbagai syariat agarna-agama. Allah swt. menjadikan dan memilih umat Islam sebagai umat moderat di antara pemeluk agama yang lain agar umat Islam berlaku adil dan seimbang dalam sikap dan perilakunya. Wujud Ekstremisme Keberagamaan dalam Al-Qur'an terdiri setidaknya tiga macam yaitu; Ekstremisme Keberagamaan dalam Akidah, Ekstremisme Keberagamaan dalam Ibadah Mahdah dan Ekstremisme Keberagamaan dalam Hukum dan Muamalah. Islam adalah agama terakhir dan jalan menuju kebahagiaan sejati. Ajaran-ajaran konstruktif dan sempuma agama ini bermanfaat untuk semua manusia. Salah satu kriteria jelas agama Islam adalah mendorong manusia untuk berbuat adil dalam kehidupan ini. Keadilan dipahami sebagai jalarj tengah dalam segala urusan, yang tidak terjebak pada ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Metode itu juga didukung oleh logika dan hati nurani manusia. Manusia berakal dan berhati nurani senantiasa menghindari sikap berlebihan dalam kehidupan.
DAKWAH ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN BUTON KE XXIX Muhammad Rajab
Jurnal Diskursus Islam Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v3i1.195

Abstract

  Islam sebagai sebuah ajaran ilahiyah yang berisi tata nilai kehidupan hanya akan mciijadi sebuah konsep yang melangit jika tidak teraplikasikan dalam kehidupan nyata. Mnsyarakat akan tenggelam dalam kesesatan dan tetap dalam kegelapan jika tidak disinari olch cahaya keislaman. Manusia akan hidup dalam kebingungan dan kebimbangan jikalau hldup tanpa pegangan yang kokoh dengan ajaran Tuhan. Dakwah merupakan ikhtiar untuk menyebarkan ajaran Islam di tcngah nmsyarakat mutlak diperlukan. Dakwah sebagai ekspresi rasa iman dan tanggung jawab kepada Allah swt., perwujudannya bukan sekedar dalam bentuk kegiatau pembinaan peningkatan penghayatan ajar an (stabilitatif) atau memperbaiki penghayatan ajaran (reparatitf, melainkan juga menuju kepada dataran yang lebih luas. Pengungkapan biografi seorang sultan Buton ke XXIX tampaknya sangat penting dilakukan, sebab ada relevansinya dengan upaya untuk mengaplikasikan salah satu ajaran yang ditekankan dalam Islam, yaitu ajaran tentang keteladanan. La Ode Muhammad Aydrus Qaim ad-Din adalah sultan dan ulama yang memiliki komitmen dan integritas pribadi yang kuat untuk menyiarkan Islam sebagai landasan motivasi perjuangannya. La Ode Muhammad Aydrus Qaim ad-Din, selain sebagai seorang negarawan sejati, ia juga termasuk ulama dan pemikir dalam menegakkan aqidah Islam yang konsisten. Sebagai sultan dan ulama, La Ode Muhammad Aydrus Qaim ad-Din, selain menulis karya ilmiah yang berisikan gagasan dan pemikiran tentang pembanian dan kemajuan Islam, ia juga sebagai praktisi dan pelaku dakwah yang berhasil. Langkah dan strategis yang dilakukan oleh sultan Muhammad Aydrus adalah strategi sentimental, strategi rasional dan strategi inderawi.
AGAMA MAINSTREAM, NALAR NEGARA DAN PAHAM LINTAS IMAN: Menimbang Philosophia Perennis Muhammad Sabri; Siti Musyahidah
Jurnal Diskursus Islam Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v3i1.196

Abstract

  Titah, isyarat, atau pun hukum yang dikalamkan Tuhan dari langit, selamanya punya dimensi profan. Di sana—di setiap napas nubuat kudus—ada jejak tegas yang tersisa: bahwa Yang Abadi sekekalnya saling membelah dengan bumi yang guyah. Dan, kebenaran selalu hadir dalam bentang sejarah yang aneka, di tangan agung seorang utusan yang cemerlang, tapi unik. Cahaya dan gelap acapkali saling bertukar tangkap dengan semesta-kode langit yang tak tunai dalam kalam. Sejak itu agama menemukan sangkarnya di bumi. Jejak agama-agama, karena itu, bukan sepenuhnya petanda langit, tapi juga geliat peristiwa bumi. Dalam The Transcendent Unity of Religions (1976), Fritjhof Schuon mengenalkan philosophia perennis—sebuah kearifan antik—yang mengandaikan kaitan seluruh eksistensi yang ada dengan Realitas Mutlak. Wujud kearifan itu disebut “Tradition” yang hanya dapat dicapai melalui Intellectus—istilah yang dipopulerkan Plotinus—sebagai ungkapan lain dari soul atau spirit. Manifestasi “Tradition” yang diyakini kaum perennial sebagai berasal dari Tuhan, memiliki paras yang jamak dalam sejarah: agama-agam, filsafat, kearifan, seni, tradisi, ritus, simbol, doktrin, dan seterusnya. Sejatinya, dasar-dasar teoretis kearifan philosophia perennis tentang “Tradition” terdapat dalam jantung setiap agama dan tradisi autentik: tradisi Budha menyebutnya dharma, Taoisme (tao), Hinduisme (sanathana), Islam (al-dîn), Patuntung (lalang), dan sebaginya. Dengan cara—yang dalam philosophia perennis disebut sebagai “transenden” itu—semua ritus, doktrin dan simbol keagamaan terpaut dalam sebuah scientia sacra (“pengetahuan-suci”) yang melampaui bentuk formal agama. Di titik ini—Indonesia sebagai bangsa Plural—patut mempertimbangkan perspektif philosophia perennis, yang mengandaikan the heart of religions: bahwa di dalam jantung setiap agama dan tradisi autentik merengkuh misi dan pesan kebenaran yang sama. Jika ini menjadi tumpuan kesadaran kolektif—maka Indonesia sebagai bangsa plural—bisa menjadi rumah besar bersama yang nyaman, indah, dan damai.
GERAKAN HIZBUT TAHRIR DI KOTA PARE-PARE (Membaca Pengaruh Pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani) Siti Jamilah
Jurnal Diskursus Islam Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v3i1.192

Abstract

  Gerakan fundamentalis dalam Islam umumnya –khusunya Hizbut Tahrir- berasal dari sejumlah negara di Timur Tengah yang diadaptasi mahasiswa Indonesia yang menempuh kuliah di negara-negara tersebut, meskipun sebagian juga mengambil ide-ide modernis dalam kesesuaiannya dengan Islam. Dalam konteks Indonesia, keberadaan HT sebenarnya sudah mulai ditemukan jauh sebelum jatuhnya Orde Baru. HT Indonesia sudah mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1982 melalui Abdurrahman al-Bagdadi dan Musthofa. Hizbut Tahrir Indonesia tidak secara gamblang menyebut Hizbut Tahrir sebagai gerakan sosial, sebab sejak berdirinya Hizbut Tahrir ini, memang sudah memproklamirkan diri sebagai aktivitas politik, praktis segala sesuatunya senantiasa dikaitkan dengan pemikiran politik, baik itu berbicara masalah ekonomi maupun berbicara tentang aktivitas sosial Hizbut Tahrir Indonesia. Hubungan gerakan HTI dengan pemikiran Taqiyuddin an-Nabhani dalam gerakan sosial di kota Parepare, dapat dikatakan bahwa pemikiran Taqiyuddin sudah tidak terlalu dominan lagi yang digunakan di HTI Parepare, HTI mengembangkan metode tabanni atau yang lazim mereka sebut pengadopsian pemikiran.
KONSEP AL-RUBUBIYAH (KETUHANAN) DALAM ALQURAN Firdaus Firdaus
Jurnal Diskursus Islam Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v3i1.197

Abstract

  Hampir semua umat manusia mempercayai adanya Tuhan yang mengatur alam raya ini. Meskipun diakui bahwa mereka mempercayai adanya banyak Tuhan. Karena itu penting untuk memahami hakikat Tuhan dalam istilah al-Rububiyah. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan hakikat al-rububiyah (ketuhanan) dalam Alquran, wujud al-rububiyah dan mengungkapkan makna teologisnya dalam kehidupan manusia. Islam mencoba menampilkan dan menggambarkan kepada manusia tentang ajaran keseluruhan Watak Tuhan yang memungkinkan bahasa manusia memahaminya. Islam adalah agama penghambaan kepada Allah swt. sebagai Realitas Tertinggi dan asal muasal seluruh realitas. Kata Rabb dalam Alquran memiliki tiga unsur makna yaitu: Yang Menciptakan, Yang Memiliki, dan Yang Mengatur. Maksudnya Rabb adalah yang menciptakan, yang memiliki, dan yang mengatur alam semesta ini. Pengakuan manusia terhadap eksistensi Tuhan telah melahirkan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt. Hal ini juga akan menjadikan manusia-manusia memiliki sifat rabbani yaitu mereka yang memiliki pengetahuan mendalam tentang hukum agama, hikmah dan kebijaksanaan dalam mengatur dan membina, serta berusaha mewujudkan kemaslahatan manusia.
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KOTA MAKASSAR Darwis Muhdina
Jurnal Diskursus Islam Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v3i1.193

Abstract

  Keragaman masyarakat Makassar yang terdiri atas berbagai etnis dan ras seperti Jawa, Cina, Arab, Ambon, India/Pakistan, dan Bugis Makassar sendiri) menjadi potensi untuk membangun kekuatan dan keharmonisan kehidupan masyarakat Makassar. Keragaman ini, selain merupakan perbedaan, juga dapat mewujudkan kompetisi, juga di dalamnya terdapat budaya-budaya lokal yang menjadi perekat dalam hidup bermasyarakat, layak dan sejahtera lahir dan bathin, demikian yang diajarkan dalam agama masing-masing. Terminologi yang digunakan oleh pemerintah secara resmi, konsep kerukunan hidup umat beragama mencakup 3 kerukunan, yaitu: (1) kerukunan intern umat beragama; (2) kerukunan antarumat beragama; dan (3) kerukunan antarumat beragama dengan Pemerintah. Tiga kerukunan tersebut biasa disebut dengan istilah Trilogi Kerukunan. Kearifan lokal di Kota Makassar yakni Sipakatau, Sipakalebbi serta adanya budaya siri’ menjadi perekat kerukunan umat beragama, oleh karena itu perlu dilestarikan. Kearifan lokal tersebut memberi kontribusi besar terhadap terciptanya kerukunan umat beragama di Kota Makassar.
ARTIKULASI KESETARAAN JENDER DALAM PENDIDIKAN (Perspektif Islam) Wahyuddin Naro
Jurnal Diskursus Islam Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v3i2.1319

Abstract

Tulisan ini menguraikan tentang artikulasi kesetaraan gender dalam kajian pendidikan Islam. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan cara menggambarkan obyek/tema pokok dalam penelitian. Masalah pokok yang dijawab adalah bagaimana seusungguhnya kesetaraan gender diartikulasikan dalam aspek pendidikan Islam. Hasil penelitian bahwa jender adalah seperangkat sikap, peran, tanggungjawab, fungsi, hak, dan perilaku melekat pada diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan budaya atau lingkungan masyarakat tempat manusia itu berada, tumbuh dan dibesarkan. Hal yang tak dapat dipungkiri, bahwa laki-laki dan perempuan satu kemitraan dalam segala hal, kecuali dalam kondisi tertentu seperti kodrati yang melekat pada diri seseorang, baik laki-laki maupun perempuan. Konsep relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan gender dalam masyrakat, tetapi secara teologis dan teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos (manusia), makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Dalam sejarah awal Islam, Istri-istri Nabi saw merupakan tokoh-tokoh yang sangat berperan penting dalam berkembangnya pengajaran Islam. Merekalah yang menjadi pionir berkembangnya ajaran Islam secara pesat. Pendidikan berperspektif gender barulah akan memberikan hasil secara lebih memuaskan, jika dilaksanakan oleh seluruh kalangan masyarakat, mulai dari yang tergabung dalam lembaga pendidikan formal maupun non formal, instansi pemerintah, swasta seperti organisasi profesi, organisasi sosial, organisasi politik, organisasi keagamaan dan lain-lain sampai pada unit yang terkecil yaitu keluarga.
MELACAK PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAYAPURA Muh. Anang Firdaus
Jurnal Diskursus Islam Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v2i1.6507

Abstract

Tulisan ini membahas tentang “bagaimana konstruksi kerukunan umat beragama di Jayapura berdasar peran FKUB dalam memelihara kerukunan?” pertanyaan ini ditleusuri dengan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis, historis dan sosiologis. Penelitian ini melihat kenyataan bahwa FKUB tidak memberi peran memelihara kerukunan umat beraga karena belum mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan amanah PBM No. 9 dan 8 tahun 2006. Pola hubungan umat beragama di Jayapura telah mengalami perubahan dari sikap toleransi bergerak menjadi sikap akseptansi dalam menjalin kerukunan. Sikap toleransi masyarakat yang memahami keberagaman, menghargai dan mengakui eksistensi agama seseorang serta rnembiarkannya melaksanakan ajaran agamanya telah masuk dalam tataran akseptansi yang saling menerima keberagaman dan bckcrjasama untuk mengatasi problem-problem kemanusiaan dan menciptakan kemaslahatan uinum di masa depan.ABSTRACTThis paper outlines how the construction of religious harmony in Jayapura based on the role of FKUB is in keeping harmony?. This question is explored with qualitative descriptive analysis by the use of juridical, historical, and sociological approaches. The research looked at the fact that FKUB have not played the pivotal role to maintain religious harmony since they are not able to carry out their duties in accordance with the mandate of PBM No. 9 and 8 in 2006. The pattern of religious relations in Jayapura has undergone a change of attitude from the tolerance attitude to the acceptance in keeping harmony. Jayapura people's attitude which understand the tolerance of diversity, respect as well as recognize the existence of one's religion and also let him/her to implement his/her religious teachings has entered the level of acceptance of diversity, of working together in recovering human's problems and of creation of general aims in the future.
IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN QIRĀ’ᾹT SABʻAH DENGAN BACAAN IMAM NAFI’ RIWAYAT QĀLŪN DAN WARSY PADA SANTRI JAM’ĪYATUL QURRA DI PONDOK PESANTREN MODERN (PPM) AL-SYAIKH ABDUL WAHID KOTA BAUBAU La Ode Muhamad Syaifuddin; Achmad Abubakar; Muzakkir Muzakkir
Jurnal Diskursus Islam Vol 6 No 3 (2018): December
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v6i3.6549

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi metode pembelajaran qirā’āt sab’ah pada santri Jamʻīyatul Qurra di Pondok Pesantren Modern (PPM) Al-Syaikh Abdul Wahid Kota Baubau, untuk mengetahui hasil belajar qirā’āt sab’ah dengan Bacaan Imam Nafi’ riwayat Qālun dan Warsy serta yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran qirā’āt sab’ah di PPM Al-Syaikh Abdul Wahid Kota Baubau. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, interview dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini, dalam mengimplementasikan pembelajaran qirā’āt sab’ah dengan bacaan Imam Nafi’ riwayat Qālūn dan Warsy di PPM Al-Syaikh Abdul Wahid dengan menggunakan metode Jibril yang lebih dominan daripada metode talaqqi> dan muza>karah, hasil belajar yang dicapai di antaranya santri sudah dapat membedakan panjang “ma>d”, baik itu ma>d qas}ar (Panjang 1 alif), ma>d tawassud (Panjang 2 alif), dan beberapa istilah-istilah lain. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat di antaranya keterbatasan tenaga pengajar yang tidak memiliki kompetensi yang cukup, dan faktor pendukung di antaranya keingin-tahuan serta kesungguhan santri yang tinggi dalam mempelajari bacaan qirā’āt sab’ah khususnya bacaan Imam Nafi’ riwayat Qālūn dan Warsy. Hadirnya peneliti yang telah memberikan pembelajaran qirā’āt sab’ah, diharapkan santri mengetahui dan paham akan qirā’āt sab’ah dan juga dapat meningkatkan kualitas belajarnya, serta kajian qirā’āt sab’ah dapat dijadikan sebuah wacana terhadap khazanah keilmuan dan dapat di aplikasikan secara langsung dalam lingkungan PPM Al-Syaikh Abdul Wahid Kota Bau bau maupun lingkungan lainnya.
AKULTURASI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL DALAM TRADISI MOLONTHALO DI GORONTALO Mustakimah Mustakimah
Jurnal Diskursus Islam Vol 2 No 2 (2014)
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v2i2.6525

Abstract

Artikel ini adalah studi sosio religius terhadap akulturasi Islam dengan budaya lokal dengan fokus penelitian pada tradisi molonthalo di Gorontalo. Penelitian ini mengkaji melalui tiga pendekatan: fenomenologi, sosio-etnografi, dan antropologi. Oleh karena penelitian artikel ini merupakan penelitian studi kasus (case study), maka pada dasarnya penelitian ini bersifat eksplanatoris. Studi tentang tradisi molonthalo dalam masyarakat Gorontalo sebagai bagian dan kebudayaan nasional tidak dapat dilepaskan dari Islam yang menjadi mayoritas di dalamnya. Kehadiran Islam pada wilayah tertentu melibatkan konstruksi lokal dalam membangun Islam sebagaimana yang ada saat ini. Berbagai medan budaya yang diwarnai ataupun disentuhkan dengan Islam sesungguhnya berorientasi secara konseptual untuk memperoleh "berkah" sebagai suatu yang sakral, mistis, dan magis. Eksplorasi terhadap ritus molonthalo pada masyarakat Gorontalo mengisyaratkan adanya kesadaran kolektif untuk mengejar keberkahan tersebut melalui ekspresi dan emosi keagamaan yang kesadaran diri yang terdalam serta dibarengi dengan lokalitas yang membentuk dan mempengaruhi cipta, rasa, dan karsa mereka. Sebagai ritus yang mengupacarakan kehamilan seorang ibu di usia kandungan tujuh bulan, kesadaran kolektif yang muncul adalah bahwa hidup ini harus terus berjalan dinamis seiring dengan upaya mencapai kesadaran tertiuggi untuk keselamatan mereka di dunia dan akhirat. Tradisi molonthalo membuktikan bahwa Islam mewakili contoh dari semua agama yang secara empirik telah ikut mempengaruhi, bahkan membentuk struktur dimensi kehidupan manusia secara sosial dan budaya. ABSTRACTThis article is a social and religious study of Islam acculturation with local culture by focusing on Molonthalo ritual in Gorontalo. This research employs three approaches: phenomenology, social- ethnography, and anthropology. This research is a case study so that basically the research is an explanatory. Study of Molonthalo ritual in Gorontalo as part of national culture cannot be separated from Islam's influence as majority religion. The presence of Islam in a certain place involves local construction in establishing Islam as existing now. Islam interplay with various cultural terrains is basically conceptually oriented to obtain a blessing as something sacred, mystic, and magic. The exploration of Molonthalo ritual annunciates the existence of collective awareness to seek the blessing through the religious expression and emotion that are a deep self-awareness and coupled with the locality that shaping and influencing their creativity, taste, and intention. As a ritual celebrating the age of seven months womb of a pregnant women, the collective awareness that might appears is that life has to run dynamic in line with efforts to obtain the highest awareness for their safety in world and here after. Molonthalo ritual proves that Islam is an instance from all religions that empirically has played pivotal role in influencing, even constructing the dimension of human's life socially and culturally.

Page 2 of 30 | Total Record : 296