cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Sumberdaya Lahan
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 19070799     EISSN : 27227731     DOI : -
diterbitkan oleh Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Jurnal Sumberdaya lahan terbit 2 kali setahun memuat suatu tinjauan terhadap hasil-hasil penelitian atau terhadap suatu topik yang berkaitan dengan aspek tanah, air, iklim, dan lingkungan pertanian
Arjuna Subject : -
Articles 212 Documents
Perspektif Pengembangan Tanaman Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) di Lahan Gambut Raylander Smith Simatupang
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 16, No 1 (2022): Akan Terbit Resmi Pada Bulan Juli
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jsdl.v16n1.2022.23-32

Abstract

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, dan merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi. Upaya peningkatan produksi tetap dilakukan oleh pemerintah agar harga bawang merah lebih stabil. Bawang merah mengandung zat gizi yang bermanfaat bagi manusia dan banyak digunakan untuk bumbu masakan. Masalah yang sering dihadapi dalam pengembangan bawang merah adalah bibit berkualitas dan bermutu, hama dan penyakit serta lemahnya modal petani. Lahan gambut merupakan tipologi lahan yang potensial menjadi salah satu media dan cocok untuk pengembangan bawang merah meskipun capaian hasilnya masih rendah yakni 5,8 ton/ha. Meskipun demikian bawang merah sangat prospektif dikembangkan di lahan gambut. Inovasi teknologi budidaya bawang merah di lahan gambut sudah tersedia dan siap untuk diimplementasikan skala luas untuk mendukung upaya peningkatan produksi bawang merah nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang merah varietas Sembrani, Maja Cipanas, Bima Brebes dan Trisula beradaptasi yang baik di lahan gambut dan menghasilkan masing-masing 18,7, 7,3, 7,2 dan 6,7 ton/ha umbi basah. Dukungan kebijakan berupa regulasi pihak terkait dapat mendukung pengembangan bawang merah di lahan gambut diperlukan. 
ANALISIS KAPASITAS PRODUKSI LAHAN SAWAH UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL MENJELANG TAHUN 2045 Anny Mulyani
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 16, No 1 (2022): Akan Terbit Resmi Pada Bulan Juli
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jsdl.v16n1.2022.33-50

Abstract

Lahan sawah di Indonesia seluas 7,463 juta ha menjadi andalan utama dalam memproduksi bahan pangan terutama beras. Di sisi lain, tekanan terhadap lahan sawah semakin besar untuk berbagai kebutuhan di luar sektor pertanian, terutama konversi lahan sawah produktif yang sulit dikendalikan yang dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lahan sawah berdasarkan tipologinya, memprediksi kapasitas produksi dan kebutuhan pangan (beras) menjelang tahun 2045.  Kegiatan diawali dengan melakukan analisis spasial peta lahan sawah pada beberapa periode, peta penggunaan lahan dan peta lahan rawa, sehingga diperoleh peta sebaran jenis lahan sawah yaitu sawah irigasi, tadah hujan, pasang surut dan lebak pada tingkat kabupaten. Tahapan berikutnya mengumpulkan data luas panen dan produktivitas selama 5 tahun, dan luas baku sawah, sehingga diperoleh data kapasitas produksi masing-masing jenis sawah.  Kebutuhan pangan menggunakan data proyeksi penduduk, konsumsi per kapita dan stok pangan. Hasil identifikasi jenis sawah menunjukkan bahwa sawah irigasi sekitar 55,1% dari total sawah, sedangkan sawah tadah hujan sekitar 3,3 juta ha termasuk 0,7 juta ha pasang surut dan 0,4 juta ha lebak.   Kapasitas produksi sawah irigasi dan tadah hujan terbesar berada di Pulau  Jawa  karena luas baku sawah irigasi terluas, produktivitas dan indeks pertanaman tertinggi. Namun jika konversi lahan dan konsumsi per kapita tidak bisa ditekan maka kebutuhan pangan nasional tidak dapat terpenuhi menjelang tahun 2045 meskipun telah ada upaya peningkatan produktivitas dan indeks pertanaman untuk seluruh jenis sawah sesuai potensinya. Konversi lahan akan menjadi ancaman terbesar dalam mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan, sehingga perlu dukungan kebijakan pemerintah pusat dan daerah, pemahaman dan pemantauan swasta dan masyarakat untuk menekan laju konversi dan menentukan skala prioritas dalam pemanfaatan lahan sawah eksisting.