cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Analisis Kebijakan Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 269 Documents
Permintaan Pangan Sumber Karbohidrat di Indonesia Prasmita Dian Wijayati; nFN Harianto; Achmad Suryana
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 1 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v17n1.2019.13-26

Abstract

Rice is the main staple food for Indonesian population. At the same time, per capita consumption of wheat products has increased annually.  One of main government policies related to food consumption is to accelerate food and nutrition diversification based on local food sources. Objective of this study was to understand demand for various carbohydrate food sources at household level by introducing socio-economic variables such as household size, wife working status, and characteristics of household head. This research used Susenas 2017 data at national level.  Demand for food was estimated by the AIDS model.  Rice was still as the most favorable carbohydrate source for Indonesian people. Bread and processed food were categorized as luxurious; while rice, wheat flour, cereals, and roots were as normal goods. Own-price demand elasticity for rice, wheat flour, cereals, and roots were elastic, meanwhile for bread and prepared foods were inelastic. Reducing per capita rice consumption, among others, should be conducted by increasing knowledge and awareness of household members of the importance of food consumption diversification. The government should be aware of the continuing increase in wheat flour imports in line with national economic growth due to high income elasticity for bread and processed food. AbstrakPangan sumber karbohidrat yang merupakan pemasok utama energi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari penduduk Indonesia masih didominasi oleh beras.  Bersamaan dengan itu, konsumsi pangan/kapita berasal dari gandum meningkat setiap tahunnya. Di fihak lain, Indonesia memiliki beragam pangan lokal sumber karbohidrat. Salah satu kebijakan utama pemerintah terkait konsumsi pangan adalah mempercepat diversifikasi pangan dan gizi berbasis pangan lokal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permintaan pangan berbagai komoditas sumber karbohidrat di tingkat rumah tangga dengan memasukkan variabel sosial ekonomi yaitu jumlah anggota rumah tangga, status istri bekerja, dan karakterestik kepala keluarga. Penelitian ini menggunakan data Susenas tahun 2017 untuk tingkat nasional dari BPS. Permintaan pangan dianalisis dengan menggunakan model AIDS. Hasil analisis mengkonfirmasi bahwa beras masih menjadi komoditas sumber karbohidrat yang paling diminati masyarakat. Roti dan makanan jadi merupakan golongan pangan mewah sedangkan beras, terigu, padi-padian, serta umbi merupakan barang normal. Elastisitas harga sendiri untuk permintaan komoditas beras, terigu, padi-padian, dan umbi bersifat inelastis sedangkan roti dan makanan jadi tergolong elastis. Dari hasil penelitian ini disarankan upaya pengurangan konsumsi beras/kapita diantaranya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan kesadaran anggota rumah tangga mengenai manfaat diversifikasi pangan dan gizi untuk memelihara hidup sehat dan produktif. Pemerintah perlu mewaspadai berlanjutnya peningkatan impor terigu sejalan dengan  pertembuhan ekonomi nasional karena roti dan makanan jadi memiliki elastisitas pendapatan yang tinggi.
Dampak dan Keberlanjutan Program Cetak Sawah di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah Lalu Ardhian Mustapa; Yeti Lis Purnamadewi; Arya Hadi Dharmawan
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 2 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v17n2.2019.123-137

Abstract

One of the government’s policies to realize food security is the expansion of new rice fields called the rice fields development program. Rice fields development programs carried out outside Java Island are constrained by socio-cultural factors, limited infrastructure for farming facilities, land fertility, market access, labour availability and others. This study aims to analyze the impact and evaluate the sustainability status of rice fields development program in 2016 in Katingan Regency, Central Kalimantan Province. The study was conducted in Katingan Kuala Subdistrict, Katingan Regency, Central Kalimantan Province in May - June 2018 respondent who participate in rice fields development program from the Ministry of Agriculture in 2016. Primary data were collected by interviews with questionnaires on 41 respondents who have deliberately determined farmers and program participants supported by focus group discussions with 10 key informants and observations in the field. Indicators in determining respondents were the area of rice field ownership, farming experience and skills, main income source, education level, and others. While the informant criterion was understanding the social, cultural, institutional, infrastructure and environmental conditions during rice fields development program took place. Rice field development program in Katingan Kuala District, Katingan Regency in 2016 can be implemented as planned. The impact of the rice field development program includes increasing farmers' income, expanding employment opportunities, but not damaging the environment. The increase in income does not increase the welfare of the average farmer because the increase in income only reaches 11.6%. The results of the analysis used the Rapid Appraisal for Farming (RAP-FARM), specifically the Multidimensional Scaling (MDS) approach showed a sustainability index was 54.30. It means that rice fields development program in Katingan Regency was less sustainable because the five sustainability indicators are institutional and infrastructure was less sustainable; while other aspects were quite sustainable with the highest value in the ecological aspects. AbstrakSalah satu kebijakan pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah perluasan lahan sawah yang disebut dengan program cetak sawah. Program cetak sawah yang dilaksanakan di luar Pulau Jawa terkendala faktor sosial budaya, keterbatasan sarana prasarana usaha tani, kesuburan lahan, akses pasar, ketersediaan tenaga kerja dan lainnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak dan mengevaluasi status keberlanjutan cetak sawah tahun 2016 di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan di Kecamatan Katingan Kuala Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah pada bulan Mei - Juni 2018 responden peserta program cetak sawah dari Kementerian Pertanian tahun 2016. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner terhadap 41 responden yang ditentukan secara sengaja dan didukung focus group discussion dengan sepuluh informan kunci serta observasi di lapangan. Program cetak sawah di Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan tahun 2016 dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Dampak program cetak sawah antara lain meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, namun tidak merusak lingkungan. Peningkatan pendapatan tidak sampai meningkatkan kesejahteraan rata-rata petani karena peningkatan pendapatan hanya mencapai 11,6%. Hasil analisis menggunakan Rapid Appraisal for Farming (RAP-FARM), khususnya pendekatan Multidimensional Scaling (MDS) menunjukkan indeks keberlanjutan 54,30. Hal ini berarti program cetak sawah di Kabupaten Katingan kurang berkelanjutan karena dari lima indikator keberlanjutan, yaitu kelembagaan dan infrastruktur kurang berkelanjutan; sementara aspek lainnya cukup berkelanjutan dengan nilai tertinggi pada aspek ekologi.
Fluktuasi Harga Telur Ayam Ras dan Faktor Penyebabnya Nyak Ilham; nFN Saptana
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 1 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v17n1.2019.27-38

Abstract

Sharp egg price fluctuation frequently takes place due to its unstable supply. This study aimed to analyze egg price fluctuation and its determinants. Conducted from September to November 2018, data of the study were collected by interviewing officers from related agencies, breeders, associations and egg traders in West Java Province. Price fluctuation was estimated using coefficient of variation. Factors influencing egg price fluctuation was analyzed descriptively. Egg price for the last five years kept increasing. Average egg price in 2018 was higher than those in last four years. High egg price at farm level affected its retail price in Jakarta. Increased egg price was due to increases in feed and DOC prices, and decreased egg production affected by disease attacks. At the same time the demand for egg enhanced along with National Religious holidays, school vacations, and foot ball world cup shows. Biosecurity, hygienic pens, and response to disease attack need improvement. Prohibition of AGP (Antibiotic Growth Promoters) should be followed up by farmers with enhancement in good farming practices, such as reducing chicken density. Corn import ban hampers poultry industry which has a negative impact on domestic egg production. AbstrakFluktuasi harga dan pasokan telur ayam ras masih sering terjadi yang menyebabkan permasalahan bagi peternak di kala harga jatuh dan bagi konsumen pada saat harga tinggi. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan fluktuasi harga telur ayam dan faktor-faktor penyebabnya, dilakukan pada bulan September sampai Nopember 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan metoda wawancara kepada aparat dari beberapa instansi terkait, peternak, pengurus asosiasi, dan pedagang telur ayam ras di Provinsi Jawa Barat. Tingkat fluktuasi harga diproksi dengan nilai koefisien variasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga telur ayam ras dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa harga telur selama lima tahun terkahir terus meningkat. Rata-rata harga telur ayam tahun 2018 lebih tinggi dibandingkan empat tahun sebelumnya dengan fluktuasi tinggi. Harga telur yang tinggi di sentra produksi mendorong kenaikan harga di tingkat konsumen utama di DKI Jakarta. Kenaikan harga pakan dan harga DOC menyebabkan kenaikan harga telur ayam ras. Kenaikan harga telur juga disebabkan oleh berkurangnya produksi telur akibat serangan penyakit. Pada sisi lain terjadi peningkatan permintaan terhadap telur ayam akibat adanya momen Hari Besar Keagamaan Nasional, libur sekolah, dan momen piala dunia. Dari hasil kajian ini disarankan untuk meningkatkan biosekuriti dan higienitas kandang, dan peningkatan respon untuk pengendalian penyakit. Pelarangan AGP (Antibiotic Growth Promoters) sebaiknya diikuti peternak dengan perubahan pola budi daya, seperti mengurangi kepadatan kandang. Kebijakan menyetop impor jagung secara total menghambat pertumbuhan industri peternakan yang berdampak negarif pada kinerja produksi dan pasokan telur. 
Kinerja Rantai Pasok, Dinamika, dan Pembentukan Harga Beras di Jawa Tengah nFN Saptana; Erma Suryani; Emmy Darmawati
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 1 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v17n1.2019.39-58

Abstract

Rice supply chain from producers to consumers in Central Java Province is relatively extensive and it affects rice price establishment. This study aimed to assess rice production performance, dried paddy (GKG) conversion rate into rice, rice supply chain, dynamics of rice prices among seasons and markets, and rice price establishment. This research was conducted in 2018 in rice producing centers in Central Java, namely Sragen, Klaten and Demak Regencies. This province had a rice production surplus and it was marketed mostly to West Java and Jakarta provinces. Conversion rate from paddy to rice varies between 60-65% or an average of 62.74% depending on varieties grown, drying process, and harvesting machine condition. In general, there are six to seven actors in the rice supply chain. During the main harvest in rainy season, paddy and rice prices usually dropped due to abundant supply. However, during the harvest in rain season in 2017/2018, paddy and rice prices remained high. This case indicated that paddy and rice prices establishment were more determined by supply side. It can be concluded that shorten the rice supply chain will increase paddy price at farm level and reduce rice price at consumer level. To shorten the rice supply chain effectively, it is recommended that rice milling process to be done at the milling industry. AbstrakRantai pasok beras di Jawa Tengah dari tingkat produsen hingga konsumen masih cukup panjang. Kondisi ini berpengaruh pada pembentukan harga beras. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji kinerja produksi padi, besaran rendemen gabah kering giling (GKG) menjadi beras, kinerja rantai pasok gabah dan beras, dinamika harga beras antar musim dan pasar, dan pembentukan harga beras pada setiap tingkatan pelaku rantai pasok beras. Penelitian dilakukan tahun 2018 di lokasi sentra produksi padi Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Sragen, Klaten, dan Demak. Hasil kajian menunjukkan provinsi ini menghasilkan surplus beras yang dipasarkan terutama ke Jawa Barat dan Jakarta. Tingkat rendemen GKG menjadi beras bervariasi antara 60-65% atau rata-rata 62,74% tergantung varietas, proses pengeringan, dan kondisi mesin panen. Rantai pasok beras cukup panjang, sebanyak enam sampai tujuh pelaku. Sesuai pola yang umum dikenal, pada musim panen raya pada musim hujan (MH) harga gabah dan beras turun, namun pada musim panen raya MH 2017/2018 harga pangan ini tetap tinggi. Hal ini disebabkan pembentukan harga gabah dan beras lebih ditentukan oleh aspek pasokan dibandingkan aspek permintaan. Dari hasil penelitian ini disimpulkan pemangkasan rantai pasok gabah dan beras dari petani produsen ke konsumen dapat meningkatkan harga gabah di tingkat petani dan menurunkan harga beras di tingkat konsumen. Agar upaya pemotongan rantai pasok berjalan efektif, maka penggilingan gabah menjadi beras sebaiknya dilakukan di industri penggilingan padi.
Riset Pasar Biodiesel B20 di Indonesia: Evaluasi terhadap Produk dan Kesadaran Konsumen Sachnaz Desta Oktarina; Ratnawati Nurkhoiry; M. Ansori Nasution; Suroso Rahutomo
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 2 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v17n2.2019.79-93

Abstract

There are considerably limited evaluations had dealt with the demand side of the Indonesian B20 biodiesel market. Thus, market research on product performance, product importance, and consumer awareness was performed. This research utilized both qualitative and quantitative methods. In-depth interviews with key informants were summarized in the word cloud form. The outcomes then became the ground for quantitative research. The results of 111 online questionnaires indicated that there was a gap in the level of awareness among respondents in Sumatra to that of outside Sumatra. The male, higher education background, and heavy-user of bio solar cohort were tended to vote a sizeable number in the performance evaluation. Especially for the performance of biodiesel that caused sedimentation on the filter engines (73.08%, 72.35%, and 73.08%). Meanwhile, biodiesel performance that supports the nation's energy security is the most important attribute to be highlighted as the product main entity. The policy implication through multifaceted strategies such as incentive provision for automotive companies that are adaptive to market demand is one of a kind. In the long run, the return to investment from these policies are expected to not only increase the multiplier effects of the oil palm plantation but also national energy security.AbstrakSejauh ini belum ada evaluasi ilmiah yang mempelajari aspek permintaan produk biodiesel Indonesia dari sisi konsumen (pasar), sehingga studi mengenai evaluasi produk dan kesadaran konsumen biodiesel B20 menjadi tujuan dari penelitian ini. Riset pasar ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Temuan dari riset kualitatif dalam bentuk wordcloud menjadi landasan untuk kajian kuantitatif. Hasil deskriptif dan nonparametrik 111 kuesioner secara daring mengindikasikan adanya kesenjangan tingkat kesadaran antara responden berdomisili di Sumatera dan luar Sumatera. Responden berjenis kelamin laki-laki, berlatar pendidikan tinggi, dan dominan menggunakan biosolar sebagai bahan bakarnya cenderung kritis menilai atribut terjadinya endapan pada mesin filter (73,08%; 72,35%; dan 73,08%). Performa biodiesel yang mendukung ketahanan energi bangsa menjadi aspek penting yang harus ditonjolkan sebagai entitas dari produk. Inovasi produk dapat dikembangkan melalui kebijakan multidimensi. Salah satunya dengan intervensi pemerintah melalui pemberian insentif bagi automaker yang adaptif terhadap permintaan pasar. Pada akhirnya, implikasi kebijakan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan multiplyer effect dari perkebunan kelapa sawit, tetapi juga ketahanan energi nasional.
Model Reduksi Risiko Kountur berdasarkan Perilaku Petani Jagung di Pulau Madura Elys Fauziyah
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 18, No 1 (2020): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v18n1.2020.25-40

Abstract

Corn as a food crop was grown by a lot of farmers in Madura Island. Madura farmers planted two kinds of corn varieties, namely local and hybrid. The main problem in corn farming on this island was its lower average yield than in other East Java regions. One of the main reasons for this low productivity was farming risk faced by farmers.  This study aimed to identify risky behavior and design risk reduction by using Kountur model.  Data were collected from 120 corn farmers that were chosen to represent corn farming conditions in Madura. The method of analysis used descriptive quantitative by using the Likert scale and contour risk model. The model categorized risk sources based on the opportunities and its impacts. This mapping result was used as a base for designing a strategy to reduce risk. The results showed that the behavior of both local and hybrid corn farmers was categorized mostly (around 80%) as risk-neutral and the rest as risk lovers. The Kountur analysis showed that the sources of risk with high opportunities and its impacts were corn price fluctuation, input price increase, pest and plant disease attacks, and labor force availability. This research suggests that risk reduction can be made by strengthening farmers’ bargaining position, improving the management of tradable input stock, applying integrated pest and disease management (IPM), and revitalizing “gotong royong” working system. AbstrakJagung merupakan tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh petani di Pulau Madura. Petani di Pulau Madura menanam jagung varietas lokal dan hibrida. Masalah utama dalam usaha tani jagung di wilayah ini adalah  capaian rata-rata produktivitas jauh lebih rendah dibandingkan daerah lain di Jawa Timur. Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas adalah tingginya risiko berusaha tani yang dihadapi petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku risiko dan mendesain pengurangan risiko dengan menggunakan Model Kountur. Data dikumpulkan dari 120 petani jagung yang dipilih untuk mewakili gambaran usaha tani jagung di Madura. Metode analisis yang digunakan adalah diskriptif kuantitatif dengan menggunakan skala Likert dan model risiko Kountur. Model ini mengelompokkan sumber-sumber risiko berdasarkan peluang dan dampaknya.  Hasil pemetaan digunakan sebagai dasar untuk mendesain strategi reduksi risiko.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kedua kelompok petani jagung lokal dan jagung hibrida sama, yaitu sebagian besar petani (sekitar 80%) risk neutral dan sisanya risk lover. Berdasarkan analisis Kountur, diketahui sumber risiko yang peluang dan dampaknya  besar adalah fluktuasi harga jagung, kenaikan harga input, serangan hama dan penyakit, serta ketersediaan tenaga kerja. Reduksi risiko yang dapat dilakukan adalah merevitalisasi keberadaan kelompok tani dengan berbagai macam program, antara lain yaitu penguatan posisi  tawar dalam penentuan harga, manajemen stok input yang diperdagangkan, penggunaan Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (PHT), dan mengintensifkan kembali sistem kerja gotong royong.
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa Sekolah Dasar Penerima Program Gizi Anak Sekolah di Cianjur Tiurma Sinaga; Anna Vipta Resti Mauludyani; Haiva Nopiany; Marestry Nuzul Annur
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 2 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v17n2.2019.111-122

Abstract

In recent 10 years, Indonesia has experienced chronic nutrition problems in terms of stunting. Almost all people aged older than five years had inadequate vegetables and fruits consumption. The nutrition program for school children (PROGAS) provided breakfast in many schools, particularly those with high stunting prevalence. The study aimed to analyze the fruits and vegetable consumption of elementary school children participating in PROGAS in Cianjur. This cross-sectional study was conducted to 61 students grade 5 and 6  in Public Elementary School Pamoyanan, Cianjur District. This study was done on March-August 2018. Data were collected by interview using a questionnaire, 2x24 hour food recall, and anthropometric measurement. The results of this study indicated that very few (1.6%, 8.2%, and 1.6%) respondents had adequate consumption of staple food, protein source, and fruits, respectively. There was no respondent consumed an adequate amount of vegetables. Staple food was significantly consumed more during the holidays rather than on school days (p=0.035). Fruits consumption was significantly higher during school days compared to holidays (p=0.001). Vegetable consumption was also consumed more during the school day. PROGAS provided a quite large contribution to the nutrient intake so that PROGAS should be continued with a higher amount of vegetables in the menu. AbstrakDalam waktu sepuluh tahun terakhir, Indonesia menghadapi permasalahan gizi kronis pada anak usia sekolah berupa stunting. Hampir seluruh penduduk usia di atas lima tahun kurang mengonsumsi sayur dan buah. Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS) memberikan sarapan di berbagai sekolah, khususnya yang memiliki prevalensi stunting tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis konsumsi buah dan sayur siswa SD penerima PROGAS di Kabupaten Cianjur. Desain penelitian menggunakan cross sectional study dengan 61 responden kelas lima dan enam Sekolah Dasar Negeri Pamoyanan, Kabupaten Cianjur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2018. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, 2x24 jam food recall dan pengukuran antropometri. Sebagian kecil responden mengonsumsi cukup makanan pokok, lauk pauk, dan buah, secara berturut-turut sebesar 1,6%; 8,2%; dan 1.6%. Tidak ada responden mengonsumsi cukup sayur. Makanan pokok secara signifikan lebih banyak dikonsumsi selama liburan daripada hari sekolah (p = 0,035). Konsumsi buah signifikan pada hari sekolah dibandingkan hari libur (p = 0,001). Konsumsi sayur juga cenderung lebih tinggi di hari sekolah. PROGAS memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap kecukupan gizi responden, sehingga PROGAS perlu dipertahankan dengan penambahan penyediaan sayur dalam menunya.
The Dynamics of Indonesian Consumption Patterns of Rice and Rice-Based Food Eaten Away From Home Handewi Purwati Saliem; nFN Hermanto; Erma Suryani; Rita Nur Suhaeti; Mewa Ariani
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 2 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v17n2.2019.95-110

Abstract

As a major staple food for most of the Indonesian population, rice has an important position in term of social, economic, and political aspects in the country. Because of that position, it is important to identify rice consumption pattern of Indonesian people. This research aims at analyzing the trends of rice consumption at home and rice-based eaten away from home in terms of weight and expenditure. By using mathematical and simple statistical methods, data of household rice consumption from National Socio-economic Survey (Susenas) years 1996 to 2017 (seven data sets) were analyzed by location and income quintiles. Results of these analyses indicated that during 1996 to 2017 the real expenditure of food away from home tended to increase, the real expenditure and per capita of rice consumption for all household categories tended to decrease, and the expenditure for processed rice had different path compared to the expenditure for rice consumption. The implication of this study is the estimation of national demand for rice should consider the amount of rice eaten away from home consumption and also processed rice.   AbstrakSebagai makanan pokok hampir seluruh penduduk, beras menempati posisi penting dari sisi sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia. Berdasar hal tersebut, penting untuk mengidentifikasi pola konsumsi beras penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju konsumsi beras yang dimakan di rumah maupun di luar rumah berupa makanan jadi berbasis beras baik dari sisi pengeluaran maupun jumlahnya. Dengan menggunakan metode matematika dan statistika sederhana, penelitian ini mengolah data Susenas tahun 1996 – 2017 (tujuh set data) dengan membedakan konsumsi rumah tangga menurut lokasi (desa-kota) dan kuintil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 1996 – 2017 pengeluaran riil untuk makanan jadi cenderung meningkat, pengeluaran riil dan konsumsi beras per kapita cenderung menurun untuk semua kategori rumah tangga, dan pengeluaran untuk pangan olahan berbasis beras memiliki pola yang berbeda dengan pengeluaran untuk konsumsi beras. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa dalam mengestimasi kebutuhan beras nasional perlu mempertimbangkan  jumlah konsumsi beras yang dimakan di luar rumah dan pangan olahan berbasis beras.
Faktor Pendukung dan Kontribusi Kecamatan bagi Kecukupan Konsumsi Beras di Kabupaten Jombang, Jawa Timur nFN Sumarsono; nFN Minto; Sulung Rachmawan Wira Ghani; Totok Yulianto
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 18, No 2 (2020): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v18n2.2020.105-120

Abstract

Vulnerability of food insecurity is closely related to food sufficiency, especially rice as a staple food.  The purpose of this risearch was to analyze supporting factors and to identify sub-districts contribution to the rice consumption adequacy in Jombang Regency, East Java. Data used in this study was a panel data of cross-sectional from 21 sub-districts and time series data of the period 2010 to 2016. A regression analyses and a biplot analyses were used in this study.  Research results showed that three ot of five factors were linear positive in supporting the adequacy of food consumption, namely rice procurement, productivity of rice farming, and rice harvested acreage; rice consumption was linear negative, and rice prices was not significant. The variability of rice consumption was identified as the highest among the supporting factors, similarity in supporting factor characteristics was exist in eight sub-district groups, and the superiority of factor scores was identified in three sub-districts groups. The policy implication from this study, among others, are a program  for the rice consumption adequacy should be designed based on eight sub-districts groups with the similarity characteristics in orders to achieve efficiency ini  costs, time, and manpower;  and a supply chain among sub-districts should be developed by prioritizing the rice flow from the above average consumption adequacy rate of sub-districts groups to the below average one.
Dampak Program Raskin terhadap Konsumsi Gizi Rumah Tangga di Pulau Jawa Eka Rastiyanto Amrullah; nFN Kardiyono; Ismatul Hidayah; Aris Rusyiana
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 18, No 1 (2020): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v18n1.2020.75-88

Abstract

Distribution of subsidized rice for a low-income household has been one of the government policies to improve food insecurity and eradicate poverty.  From 1998 to 2015, this policy was implemented to distribute subsidized rice for the poor (Raskin) program. Impact evaluation of this program on household nutrition consumption is very important because the level of nutrition consumption is one of the instruments for welfare assessment in Indonesia. One of the problems in this program implementation was the inaccuracy of the target recipient, that was some small part of the poor and near-poor did not receive subsidized rice, and vice versa. Based on these findings, this study aimed to analyze Raskin's impact on household nutrition consumption for both target recipients and nonrecipient. In this study, the data used was Susenas 2015 from Statistics Indonesia, with the scope of analysis covering Java Island. Data were analyzed using the treatment effect method, with the Propensity Score Matching (PSM) and Endogenous Switching Regression approaches (ESR). Statistically and significantly, estimation results using PSM and ESR stated that the distribution of Raskin increased energy and protein consumption in each household recipient group, meaning that this program could reduce malnutrition and food insecurity of the poor. To increase the benefit of this subsidized food distribution, it is suggested that the target recipient's data should be improved, and the inaccuracy of household recipients should be minimized. AbstrakPenyaluran subsidi beras untuk rumah tangga berpendapatan rendah menjadi salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatasi kerawanan pangan dan pengentasan kemiskinan. Pada priode 1998 sampai 2015 kebijakan ini dilaksanakan melalui program penyaluran beras subsidi untuk rumah tangga miskin (Raskin). Evaluasi dampak Raskin terhadap tingkat konsumsi gizi rumah tangga sangat penting, karena kecukupan tingkat konsumsi gizi menjadi salah satu instrumen penilaian kesejahteraan di Indonesia. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam implementasi program ini adalah adanya ketidaktepatan penerima sasaran program, yaitu ada sebagian kecil rumah tangga miskin dan rentan miskin yang tidak menerima Raskin, dan sebaliknya.  Dengan latar belakang hasil penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak Raskin terhadap konsumsi gizi rumah tangga penerima dan bukan penerima. Data yang digunakan adalah data Susenas 2015 dari Badan Pusat Statistik, dengan cakupan analisis meliputi Pulau Jawa.  Data dianalisis dengan menggunakan metode efek perlakuan (treatment effect), dengan pendekatan Propensity Score Matching (PSM) dan Endogenous Switching Regression (ESR). Secara statistik dan signifikan, hasil estimasi menggunakan PSM dan ESR menyatakan penyaluran Raskin dapat meningkatkan konsumsi energi dan protein pada setiap kelompok rumah tangga penerima Raskin, berarti program ini dapat mengurangi malnutrisi dan kerawanan pangan rumah tangga miskin. Untuk meningkatkan manfaat dari program penyaluran subsidi pangan, disarankan dilakukan perbaikan data rumah tangga penerima dan kesalahan target rumah tangga penerima ditekan sekecil mungkin.

Page 1 of 27 | Total Record : 269


Filter by Year

2003 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 19, No 2 (2021): Analisis Kebijakan Pertanian - Desember 2021 Vol 19, No 1 (2021): Analisis Kebijakan Pertanian - Juni 2021 Vol 18, No 2 (2020): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 18, No 1 (2020): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 2 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 17, No 1 (2019): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 16, No 2 (2018): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 16, No 1 (2018): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 15, No 2 (2017): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 15, No 1 (2017): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 14, No 2 (2016): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 14, No 1 (2016): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 13, No 2 (2015): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 13, No 1 (2015): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 12, No 2 (2014): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 12, No 1 (2014): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 11, No 2 (2013): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 11, No 1 (2013): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 10, No 4 (2012): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 10, No 3 (2012): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 10, No 2 (2012): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 10, No 1 (2012): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 9, No 4 (2011): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 9, No 3 (2011): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 9, No 2 (2011): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 9, No 1 (2011): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 8, No 4 (2010): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 8, No 3 (2010): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 8, No 2 (2010): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 8, No 1 (2010): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 7, No 4 (2009): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 7, No 3 (2009): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 7, No 2 (2009): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 7, No 1 (2009): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 6, No 4 (2008): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 6, No 3 (2008): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 6, No 2 (2008): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 6, No 1 (2008): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5, No 4 (2007): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5, No 3 (2007): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5, No 2 (2007): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5, No 1 (2007): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 4, No 4 (2006): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 4, No 3 (2006): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 4, No 2 (2006): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 4, No 1 (2006): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 3, No 4 (2005): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 3, No 3 (2005): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 3, No 2 (2005): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 3, No 1 (2005): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 2, No 4 (2004): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 2, No 3 (2004): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 2, No 2 (2004): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 2, No 1 (2004): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 1, No 4 (2003): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 1, No 3 (2003): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 1, No 2 (2003): Analisis Kebijakan Pertanian Vol 1, No 1 (2003): Analisis Kebijakan Pertanian More Issue