cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 1,592 Documents
NOBEL: LEPAS SBY HINGGAP OBAMA SUPRIYOKO, KI
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2009
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.977 KB)

Abstract

Dari Oslo, Norwegia diperoleh kabar bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berhak memenangkan hadiah nobel (nobel prize) tahun 2009 ini dalam kategori perdamaian. Penentuan ini sebenarnya sudah dila-kukan awal Oktober 2009 lalu, dan baru diumumkan kepada publik pada tanggal 9 Oktober 2009.          Mengapa kabar pemenang Nobel Perdamaian 2009 tersebut datang dari Norwegia, bukan dari Swedia sebagaimana dengan pemenang nobel untuk kategori yang lainnya seperti fisika, kimia, ekonomi, dsb? Ya, oleh karena khusus untuk kategori perdamaian selama ini penentuannya dilaksanakan oleh Parlemen Norwegia.          Kemenangan Obama yang belum genap satu tahun memimpin AS itu tak urung menimbulkan kontroversi dan mendapat reaksi yang beragam dari masyarakat dunia; sebagian ada yang mendukung seratus persen, menolak seribu permil dan sebagian lagi ada yang mendukung dengan catatan. Biasa, opini dua orang saja susah disamakan apalagi opini jutaan manusia.
JABATAN STRUKTURAL "BERMASALAH" Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1994: HARIAN SURABAYA POS
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.75 KB)

Abstract

       Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN)  di negara kita saat ini  sedang dilanda masalah;  yaitu menyangkut "tragedi" para sivitas akademikanya,  yang dalam hal ini adalah sebagian guru besar alias profesor yang tengah a-taupun pernah mengemban tugas sebagai pejabat struktural.  Lebih daripada itu konon warga PTN yang tengah menikmati hari-hari tua dimasa pensiun (retired) pun ada juga yang terkena "tragedi" tersebut. Meskipun "tragedi" ini konon sudah teratasi akan tetapi bukan berarti permasalahannya telah terselesaikan secara tuntas.          Apabila diklasifikasi ada tiga kelompok civitas akademika yang terkena "tragedi". Kelompok pertama ialah mereka yang usianya lebih 60 tahun dan masih aktif meng-emban tugas pengabdian sebagai pejabat struktural;  bagi mereka tidak lagi diberi tunjangan struktural sejak Juli 1994 sebagaimana yang pernah diterima pada bulan-bulan sebelumnya. Mereka masih harus melanjutkan tugas-tugas strukturalnya tanpa "dibayar".  Itulah sebabnya maka ada diantara mereka yang membuat joke bahwa mereka menjalani "kerja rodi". Tentu saja hal ini hanya "guyonan", karena ada pula  di antara mereka yang ikhlas menjalankan tugas struktural tanpa bayaran.          Kelompok kedua mengena kepada mereka yang pernah mengemban jabatan struktural dan sekarang sudah tak lagi menjabat. Kepada mereka ini diminta mengembalikan komula tif tunjangan struktural yang pernah diterima terhitung sejak usia 60 tahun ketika menjabat. Dalam hal ini konon ada yang harus mengembalikan "utang" dalam jumlah belas-an juta rupiah dari kantongnya.
MEMPOLITISASI ORGANISASI PROFESI Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1993: HARIAN BERNAS
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.005 KB)

Abstract

       Inilah kasus aktual yang menarik. Ketidak-hadiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Wardiman Djojonegoro, dalam peringatan hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-48 di Jakarta tanggal 25 November 1993 yang lalu ternyata ada "buntut"nya. Ke-tidak-hadiran langsung menteri pendidikan pada peristiwa yang cukup penting tersebut diinterpretasi sebagai tidak atau kurangnya perhatian pemerintah terhadap para guru.          Seperti kita ketahui beberapa hari yang lalu PGRI merayakan hari ulang-tahunnya di Jakarta dengan mengun-dang Mendikbud, namun karena Pak Wardiman pada saat yang sama mempunyai tugas lain yang tak kalah pentingnya maka kehadirannya pada peringatan tersebut diwakilkan Irjen Depdikbud, Mahmud Zaki. Keadaan seperti ini sesungguhnya bukan milik Mendikbud saja,  akan tetapi juga termiliki oleh para menteri yang lainnya; apabila dalam waktu yang bersamaan terdapat acara ganda tentu saja tidak semua a-cara dapat dihadiri langsung, maka ditunjuklah staf atau pembantu untuk mewakilinya.          Meski dalam acara HUT PGRI tersebut Mendikbud sem pat memberikan sambutan tertulisnya akan tetapi ternyata ada pihak yang mencoba "mempolitisasi" bahwa ketidak-ha-diran secara langsung menteri pendidikan di dalam acara tersebut merupakan cerminan sikap pemerintah yang kurang memperhatikan nasib guru di negara kita. Apabila hal ini dinyatakan oleh "sembarang orang" barangkali tidak meng-apa,  tetapi yang menarik hal ini justru dinyatakan oleh seorang  Wakil Ketua  Komisi IX  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kita, Sukowaluyo.
STRATEGI KONSISTENSI Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2007
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsistensi berarti ketaatan, ketaatasasan, tidak berubah-ubah, kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan perbuatan. Strategi ini berkait dengan membangun merek sehingga merek tersebut masuk di benak konsumen. Banyak di antara kita mudah sekali untuk berganti merek, karena berbagai alasan. Ada yang beralasan karena pasarnya berubah, sehingga produknya berubah dan akhirnya merek berubah. Saya mengamati beberapa perguruan tinggi yang berubah dari Akademi menjadi Sekolah Tinggi atau Sekolah Tinggi menjadi Universitas. Merek lamanya seringkali tidak dipakai lagi, jika itu terjadi sangat mudah ditebak. Hampir pasti mahasiswanya menurun, hal itu terjadi karena benak konsumen belum bisa melupakan merek yang lama dan memakai merek yang baru. Meskipun demikian saya juga melihat ada beberapa yang tetap memakai merek lamanya, sehingga calon mahasiswa baru tetap memilihnya. Pasar mungkin berubah, tetapi merek tidak harus berubah, bahkan jangan pernah berpikir untuk berubah. Kalau memang harus berubah, barangkali sedikit, tetapi karakter dasarnya tidak boleh diubah. Perguruan Tinggi seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung merupakan merek yang sudah bertahun-tahun dan tidak pernah berubah. Demikian pula pada bidang otomotif, misalnya BMW menjual kendaraan dengan the ultimate driving machine sudah lebih dari 30 tahun, demikian pula Volvo menjual kendaraan dengan safety juga telah lebih dari 30 tahun. Hal yang paling menggoda untuk mengubah merek adalah kebosanan. Kebosanan inilah hambatan terbesarnya, sehingga cenderung untuk membuat merek yang baru. BMW juga terpancing dengan kebosanan ini. Akhirnya membuat station wagon yang diperuntukkan profesional muda yang beranjak dewasa, menikah dan mempunyai anak. Hasilnya dapat ditebak, yaitu tidak sukses, bahkan melemahkan merek BMW itu sendiri di benak konsumen. Kisah lain tentang Little Caesars dengan ‘Pizza Pizza’, yaitu membeli dua pizza dengan harga satu pizza. Kekuatan merek Little Caesars dengan ‘Pizza, Pizza’ mampu menjadi jaringan pizza terbesar Amerika. Kembali lagi kebosanan menghantui Little Caesars dengan ‘’Pizza Pizza’ yang akhirnya Little Caesars memperkenalkan ‘Delivery Delivery’ dan yang terjadi sudah dapat kita duga, yaitu Little Caesars dalam penjualan turun ke tempat ketiga, setelah Pizza Hut dan Dominoís Pizza. Mereknya menjadi lebih buruk lagi setelah Little Caesars mengubah ukurannya dari medium ke ukuran besar, demikianlah dikisahkan oleh Al Ries dan Laura Ries dalam bukunya 22 Immutable Laws of Branding. Dengan demikian membangun merek tidak bisa hanya satu malam atau membalik tangan saja, tetapi harus dipelihara bertahun-tahun dan bahkan berpuluh-puluh tahun dengan ketaatan tanpa merasa bosan dan tergoda untuk merusak merek tersebut. Di samping itu kita harus membatasi merek agar mewakili sesuatu yang sederhana dan sempit di benak konsumen sehingga mudah untuk diingat oleh konsumen. Meskipun BMW ditangani oleh tiga biro iklan berbeda tetapi tetap mempertahankan strateginya dengan the ultimate driving machine lebih dari 30 tahun. Strategi tersebut dinamakan strategi konsistensi.
KASUS TOMMY MORISON DAN SOAL MENCEGAH AIDS Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1996: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.108 KB)

Abstract

Ketika akhir-akhir ini banyak koran dan media elektronik  gencar memberitakan petinju kelas berat pujaan orang (kulit putih) Amerika Serikat (AS) Tommy Morison yang di-KO oleh penyakit AIDS segera saya teringat lagi pertemuan dengan seorang teman dari AS di Tokyo, Jepang kira-kira setahun yang lalu.         Dalam pertemuan tersebut dia mengatakan bahwa saat ini banyak orang AS yang cemas dan takut dengan makin banyaknya kasus AIDS yang melanda masyarakat AS itu sendiri. Seperti kita ketahui,katanya, sekarang ini banyak orang-orang AS dari berbagai profesi (manager, sporter, entertainer, enterpriser,, dsb) yang terkena AIDS.  Di sisi lainnya kecemasan dan ketakutan itu sendiri makin meningkat dengan adanya sinyalemen bahwa ternyata bukan orang dewasa dan orang tua saja yang telah terkena kasus AIDS akan tetapi banyak anak-anak dan remaja AS yang mulai terkena kasus AIDS, setidak-tidaknya sangat berpotensi untuk terkena penyakit AIDS.       Konon banyak orang Amerika yang "merelakan" orang-orang tua dan orang-orang dewasanya untuk terkena AIDS,  tentu saja bagi yang sudah terlanjur positif AIDS; tetapi tidak untuk anak-anak dan remaja. Walaupun kehidupan di AS terkenal bebas,  termasuk soal ganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual sebagai salah satu deter-minan AIDS, tetapi masyarakat AS tetap sangat "berkeberatan" kalau penyakit yang benar-benar mengerikan tersebut harus berjangkit pada  anak-anak dan remaja.       Masyarakat AS sangat menyadari  bahwa masa depan bangsa dan negaranya sangatlah tidak mungkin diserahkan kepada generasi yang (pernah) terjangkiti AIDS.  Meskipun mereka yakin bahwa suatu saat nanti penyakit AIDS akan dapat disembuhkan akan tetapi mereka tetap cemas dan takut.
PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT LUAS Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2001: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.623 KB)

Abstract

         "Ganti menteri ganti beleid"; nampaknya kalimat yang cukup khas ini tetap berlaku dalam dunia pendidikan kita. Sudah berkali-kali kita memiliki menteri pendidikan, kalau dihitung sejak Republik ini diproklamasikan sudah lebih dari 30 kali terjadi pergantian men-teri pendidikan,  dan dalam realitasnya sudah berkali-kali pula kita menerima kebijakan baru dalam menjalankan roda pendidikan nasional. Apakah setiap ganti menteri pendidikan harus terjadi pergantian kebijakan? Tentu saja tidak; namun realitas yang sudah terjadi me-mang menjadi "expost facto" yang tidak terelakkan.          Realitasnya memang demikian; meski tidak selalu akan tetapi hampir setiap terjadi pergantian menteri pendidikan terjadi pula pergantian kebijakan. Dengan demikian kita tidak perlu heran kalau beberapa menteri memiliki "educational mark" masing-masing; contoh konkritnya Pak Nugroho Notosusanto dengan humanioranya, Pak Fuad Hassan dengan mutu dan relevansinya, Pak Wardiman Djojone-goro dengan Link and Match-nya, dan sebagainya.          Keadaan seperti itu tidaklah aneh dan tentu saja tidak salah karena setiap pimpinan lembaga memang berhak mengembangkan ke-bijakan yang diyakini tepat untuk mensukseskan tugasnya. Apabila dengan suatu kebijakan tertentu diyakini pendidikan nasional dapat lebih maju mengapa hal itu tidak ditempuh.  Hal ini juga menunjukkan adanya kreativitas dan keberanian untuk meraih prestasi.          Memang, sisi negatifnya tentu ada kalau setiap ganti menteri terus berganti kebijakan.  Apa itu? Keadaan ini mengesankan tidak adanya "grand design"  untuk mengembangkan pendidikan nasional dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
KEUNGGULAN PTS DIBANDING PTN Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1990: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.531 KB)

Abstract

       Ada penemuan yang penting dan sangat menarik dari hasil penelitian Sahlan Asnawi yang dipresentasikan dalam promosi untuk mempertahankan disertasinya baru-baru ini; yaitu tentang keunggulan lulusan perguruan tinggi swasta, PTS, dibandingkan lulusan perguruan tinggi negeri, PTN, dalam hal profesiensi jabatan.       Menurut hasil penelitian tersebut di atas dari para sarjana lulusan perguruan tinggi yang bekerja pada Departemen Perhubu-ngan yang menjadi populasi penelitiannya dapat dibuktikan bahwa lulusan PTS justru mempunyai profesiensi jabatan lebih tinggi dibanding lulusan PTN. Adapun profesiensi jabatan dalam penelitian ini menyangkut aspek kualitas kerja, pengawasan terhadap atasan, kesehatan dan kerja sama.       Salah satu faktor intern yang ditunjuk menjadi penyebab unggulnya lulusan PTS ialah karena mereka lebih menyadari adanya tantangan akan meningkatnya jumlah pengangguran.  Kesadaran ini menghantarkan munculnya kesadaran  lain bahwa kesempatan kerja yang ada di lapangan senantiasa membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang ideal.
SENJATA AMPUH SEORANG ENTREPRENEUR Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seorang entrepreneur yang baik harus mempunyai jiwa pemimpin. Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Lingkaran pusat kepemimpinan adalah komunikasi. Komunikasi merupakan seni atau cara untuk menyampaikan sesuatu, agar orang lain memahami kita. ”Komunikasi merupakan ketrampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk berkomunikasi ” kata Stephen R. Covey. Dalam memecahkan masalah bawahan, kita cenderung untuk menyerbu masuk, untuk memperbaiki segala sesuatu dengan nasihat yang baik. Tetapi seringkali kita mengalami kegagalan, terutama kegagalan dalam meluangkan waktu untuk mendiagnosis masalah untuk benar-benar mengerti secara mendalam masalahnya terlebih dahulu. Kita biasanya berusaha untuk lebih dahulu dimengeri. Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengeri tetapi mereka mendengar untuk menjawab. Mereka bersiap untuk berbicara, menyaring segalanya melalui paradigma mereka sendiri, membacakan autobiografi mereka ke dalam kehidupan orang lain. Untuk berusaha mengerti lebih dahulu, kita membutuhkan perubahan paradigma yang tidak mudah. Kita sejak kecil telah diajarkan berbicara, menulis dan membaca. Kita tidak diajarkan, bagaimana caranya mendengar yang baik itu. Mendengar ada beberapa tingkatan, mulai dari tidak berusaha mendengar, pura-pura mendengar, mendengar hanya bagian yang kita senangi saja, mendengar dengan penuh perhatian dan mendengar aktif Mendengar aktif merupakan titik pusat komunikasi. Mendengar aktif lebih efektif digunakan, apabilalawan bicara mempunyai masalah. Mulai dari masalah yang dialami anak-anak, remaja, orang tua sampai masalah di perusahaan. Tujuan mendengar aktif adalah membantu lawan bicara beralih dari masalah yang tampak ke masalah yang mendasar atau masalah yang sesungguhnya, mencegah Anda memberikan pemecahan masalah, membantu lawan bicara memecahkan masalah secara mandiri dan merangsang hubungan yang lebih hangat.Mendengar aktif adalah mendengar dengan merespon perkataan, maksud dan perasaan lawan bicara. Dengan merespon, perkataan, maksud dan perasaan lawan bicara, maka lawan bicara akan senang sekali, karena perasaannya dapat dilesap sedikit demi sedikit, bisa menjadi lebih ramah dan rasa sayang lebih mendalam. Lawan bicara akan mulai mendengarkan Anda dan menjadi lebih bertanggungjawab. Anda tidak harus menjadi “orang super”. Salah seorang staf saya, sering sekali tidak masuk kantor. Biasanya bagian personalia memanggil dan memintanya untuk masuk dan kadangkali diberi peringatan. Seringkali hal itu justru karyawan tersebut malah lebih sering tidak masuk kerja. Pengalaman saya mengajarkan bahwa tidak demikian dalam menangani karyawan tersebut. Saya melakukan dengan mendengarkanm secara aktif mengapa ia tidak masuk kerja. “Apa ada masalah, kenapa Anda sering tidak masuk kerja?” saya bertanya. ”Tidak Pak” jawabnya singkat “Apa mungkin saya dapat membantu Anda?” kata saya. ”Tidak Pak” jawabnya singkat. “Tetapi kenapa?” tanya saya. “Begini Pak. Pembantu saya, pada saat saya mau berangkat kerja pacaran dengan anak SMA, sehingga saya menunggu sampai anak SMA tersebut berangkat atau kadang-kadang sering tidak masuk. Dengan pembantu pacaran tersebut, anak saya yang palingkecil tidak terpelihara, bahkan pernah anak saya masuk ke kolam, sehingga sayakan khawatir sekali Pak” jawabnya. “Apa yang dapat saya Bantu, agar permasalah tersebut dapat selesai?” Tanya saya. “Saya dapat menyelesaikannya sendiri” jawabnya. Sejak saat itu, staf saya tersebut selalu masuk. Dari situlah kita dapat mengetahui permasalah utamanya, mengapa ia sering tidak masuk. Dengan mendengar aktif, kita tidak perlu memecahkan masalahnya, tetapi ia dapat menyelesaikannya sendiri. Mendengar aktif merupakan titik pusat komunikasi, salah satu yang menentukan dalam keberhasilan seorang entrepreneur. Mendengar aktif merupakan senjata ampuh bagi seorang entrepreneur .
SEKOLAH DI LUAR NEGERI, HARUSKAH DILARANG? Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1999: HARIAN SUARA KARYA
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.557 KB)

Abstract

       Meskipun pintu pendidikan tahun 1998  baru saja ditutup,  bukan berarti segala permasalahan pendidikan di tahun 1998 telah terselesaikan. Ternyata masih banyak permasalahan pendidikan yang sampai kini belum mendapat penyelesaian dan kepastian yang jelas; salah satu di antaranya adalah soal pemikiran pelarangan anak-anak Indonesia untuk belajar di luar negeri.       Seperti diketahui beberapa waktu yang lalu Presiden B.J. Habibie telah meminta pada Pak Juwono Sudarsono selaku menteri pendidikan beserta segenap jajarannya untuk mengkaji kemungkinan dilarangnya anak-anak Indonesia untuk belajar di luar negeri di tingkat TK, SD, SMU dan SMK.  Ada dua pertimbangan tentang pemikiran pelarangan ini; yang pertama menyangkut pertimbangan ekonomi dan yang kedua menyangkut pertimbangan sosial budaya.  Secara ekonomik "larinya" anak-anak Indonesia ke luar negeri itu sama dengan membawa uang kita ke luar negeri,  sementara itu secara sosial budaya dikhawatirkan anak-anak yang sejak dini belajar di luar negeri dapat kehilangan jati dirinya sebagai anak Indonesia.       Pelarangan tersebut, kalau kemungkinannya ada, tentu tidak akan diberlakukan bagi anak-anak staf diplomatik dan/atau anak-anak yang orang tuanya memang menetap di luar negeri baik secara permanen maupun semipermanen.       Pemikiran yang sempat menimbulkan sikap pro dan kontra,  baik di kalangan civitas pendidikan maupun di kalangan orang tua tersebut, sampai kini belum ada kepastian yang jelas.  Masyarakat kita belum mengetahui kebijakan akhir yang diambil pemerintah kita;  apakah pe-larangan itu benar-benar diberlakukan, atau tidak ada pelarangan sama sekali sebagaimana dengan kebijakan yang sudah-sudah,  apakah sebe-lum ada pelarangan dimulai dengan himbauan, atau pemikiran tersebut dibiarkan mengambang sampai orang melupakannya.
PERANAN WANITA DULU DAN SEKARANG Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1990: HARIAN YOGYA POS
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.644 KB)

Abstract

       Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988 secara eksplisit menegaskan bahwa wanita Indonesia sebagai warga negara mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama di segala bidang kehidupan bangsa serta dalam segenap kegiatan pembangunan. Sehubungan dengan itu maka kedudukannya dalam masyarakat dan peranannya dalam pembangunan perlu terus ditingkatkan serta diarahkan sehingga dapat meningkatkan partisipasinya dan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya sebagai wanita.       Pada sisi yang lain ditegaskan pula bahwa peranan wanita dalam pembangunan berkembang selaras dan serasi dengan perkembangan tanggung jawab dan peranannya dalam mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat, sejahtera, dan bahagia,  termasuk pengembangan generasi muda, khu-susnya anak-anak dan remaja dalam rangka pembangunan ma-nusia Indonesia seutuhnya.             Bahwa wanita Indonesia mempunyai peranan yang be-sar dalam berbagai aspek kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat;  hal itu kiranya tidak dapat dibantah lagi oleh siapapun. Catatan sejarah kita telah membukti-kan bahwa pada masa prakemerdekaan maka banyak wanita Indonesia yang  secara aktif memberikan kontribusi dalam perjuangan melawan penjajah di Bumi Nusantara; dalam hal ini kita dapat mengangkat nama-nama pahlawan wanita In-donesia seperti Tjoet Nyak Dien, Tjoet Moetia, Christina Martha Tiahahu, Dewi Sartika, Kartini, dan sebagainya.

Page 4 of 160 | Total Record : 1592


Filter by Year

1982 2010


Filter By Issues
All Issue 2010: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI-MARET 2010 2010: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2010 2010: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2010 2010: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI-MARET 2010 2010: HARIAN JAWA POS 2010: HARIAN MEDIA PIKIRAN RAKYAT 2010: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2009: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2009: HARIAN SINAR HARAPAN 2009: HARIAN SINAR HARAPAN 2009: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2009: HARIAN JAWA POS 2009: HARIAN SUARA KARYA 2009: HARIAN KOMPAS 2009: HARIAN KOMPAS 2009: HARIAN MEDIA INDONESIA 2009: HARIAN JAWA POS 2009: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN KOMPAS 2008: HARIAN KOMPAS 2008: HARIAN JAWA POS 2008: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2008: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2008: HARIAN SINAR HARAPAN 2008: HARIAN SINAR HARAPAN 2008: HARIAN JAWA POS 2008: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2008: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2008: HARIAN SUARA MERDEKA 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2007: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2007: MOZAIK OBITUARI 2007: MAJALAH FASILITATOR 2007: HARIAN MEDIA INDONESIA 2007: HARIAN MEDIA INDONESIA 2007: HARIAN KOMPAS 2007: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2007: MAJALAH FASILITATOR 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2006 2006: HARIAN KOMPAS 2006: MAJALAH FASILITATOR 2006: HARIAN MEDIA INDONESIA 2006: MAJALAH METODIKA 2006: MAJALAH FASILITATOR 2006: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2006: HARIAN JAWA POS 2006: HARIAN SUARA MERDEKA 2006: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2006: HARIAN SUARA MERDEKA 2006: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2006: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2006: HARIAN KOMPAS 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN JAWA POS 2005: HARIAN MEDIA INDONESIA 2005: HARIAN JAWA POS 2005: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2005: MAJALAH FASILITATOR 2005: HARIAN MEDIA INDONESIA 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN JAWA POS 2004: HARIAN MEDIA INDONESIA 2004: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2004: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2004: HARIAN MEDIA INDONESIA 2004: MAJALAH FASILITATOR 2004: HARIAN KOMPAS 2004: HARIAN JAWA POS 2004: HARIAN KOMPAS 2004: MAJALAH FASILITATOR 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI-SEPTEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI-SEPTEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI APRIL-JUNI 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI APRIL-JUNI 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2003 2003: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2003 2003: HARIAN KOMPAS 2003: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2003: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2002: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2002: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2002: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2002: Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA 2002: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2002: HARIAN KOMPAS 2002: HARIAN SUARA KARYA 2002: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2002: HARIAN KOMPAS 2002: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2001: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2001: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2001: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2001: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2001: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2001: MAJALAH PUSARA 2001: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2001: HARIAN KOMPAS 2001: HARIAN SUARA KARYA 2001: HARIAN SUARA MERDEKA 2000: MAJALAH PUSARA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2000: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2000: HARIAN MEDIA INDONESIA 2000: HARIAN KOMPAS 2000: MAJALAH PUSARA 2000: HARIAN SUARA KARYA 2000: MAJALAH TRANSFORMASI 2000: HARIAN SUARA KARYA 2000: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2000: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2000: HARIAN SUARA MERDEKA 2000: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2000: HARIAN KOMPAS 1999: HARIAN KOMPAS 1999: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1999: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1999: HARIAN SUARA MERDEKA 1999: MAJALAH PUSARA 1999: MAJALAH PUSARA 1999: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1999: HARIAN SUARA KARYA 1999: HARIAN REPUBLIKA 1999: HARIAN SUARA KARYA 1999: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1999: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1998: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1998: HARIAN SUARA KARYA 1998: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1998: HARIAN BALI POS 1998: MAJALAH PUSARA 1998: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1998: MAJALAH PUSARA 1998: HARIAN SUARA MERDEKA 1998: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1998: HARIAN SRIWIJAYA POS 1998: HARIAN SUARA KARYA 1998: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1997: HARIAN SURYA POS 1997: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1997: HARIAN SRIWIJAYA POS 1997: HARIAN BERITA NASIONAL 1997: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1997: HARIAN SUARA MERDEKA 1997: MAJALAH PUSARA 1997: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1997: HARIAN KOMPAS 1997: HARIAN BALI POS 1997: HARIAN SRIWIJAYA POS 1997: HARIAN BERITA NASIONAL 1997: HARIAN SUARA KARYA 1997: HARIAN BALI POS 1997: HARIAN SUARA MERDEKA 1997: HARIAN KOMPAS 1997: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1997: HARIAN YOGYA POS 1997: HARIAN SUARA KARYA 1997: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1997: MAJALAH PUSARA 1996: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1996: HARIAN BALI POS 1996: HARIAN BISNIS INDONESIA 1996: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1996: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1996: HARIAN KOMPAS 1996: HARIAN BERITA NASIONAL 1996: MAJALAH PUSARA 1996: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1996: HARIAN YOGYA POS 1996: HARIAN SURYA POS 1996: HARIAN SUARA KARYA 1996: HARIAN SURYA POS 1996: HARIAN BALI POS 1996: MAJALAH PUSARA 1996: HARIAN SUARA MERDEKA 1996: MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH 1996: HARIAN YOGYA POS 1996: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1996: HARIAN SUARA KARYA 1995: HARIAN JAWA POS 1995: HARIAN SURABAYA POS 1995: HARIAN SUARA MERDEKA 1995: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1995: HARIAN SURABAYA POS 1995: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1995: HARIAN BERNAS 1995: HARIAN SUARA KARYA 1995: HARIAN BERNAS 1995: HARIAN BALI POS 1995: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1995: HARIAN SUARA MERDEKA 1995: HARIAN BALI POS 1995: HARIAN SUARA KARYA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1995: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA MERDEKA 1994: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1994: HARIAN BALI POS 1994: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA KARYA 1994: HARIAN SURABAYA POS 1994: HARIAN BERNAS 1994: HARIAN SUARA KARYA 1994: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1994: HARIAN BALI POS 1994: HARIAN SURABAYA POS 1994: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1993: HARIAN BALI POS 1993: HARIAN BERNAS 1993: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1993: HARIAN JAWA POS 1993: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1993: HARIAN BERNAS 1993: HARIAN SURABAYA POS 1993: HARIAN KOMPAS 1993: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1993: HARIAN SURABAYA POS 1993: HARIAN BALI POS 1993: HARIAN SUARA KARYA 1993: HARIAN SUARA KARYA 1992: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1992: HARIAN BALI POS 1992: HARIAN WAWASAN 1992: HARIAN SUARA MERDEKA 1992: HARIAN SURABAYA POS 1992: HARIAN SURABAYA POS 1992: HARIAN SUARA KARYA 1992: HARIAN SUARA KARYA 1992: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1992: HARIAN SUARA MERDEKA 1992: HARIAN WAWASAN 1992: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1992: HARIAN BALI POS 1992: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1992: HARIAN BERNAS 1991: HARIAN SUARA KARYA 1991: HARIAN SURABAYA POS 1991: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1991: HARIAN BALI POS 1991: HARIAN SURABAYA POS 1991: HARIAN MEDIA INDONESIA 1991: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1991: HARIAN SUARA MERDEKA 1991: HARIAN BERNAS 1991: HARIAN SUARA MERDEKA 1991: HARIAN YOGYA POS 1991: HARIAN YOGYA POS 1991: HARIAN WAWASAN 1991: HARIAN BALI POS 1991: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1991: HARIAN SUARA KARYA 1990: MAJALAH PUSARA 1990: HARIAN SUARA KARYA 1990: HARIAN SUARA MERDEKA 1990: HARIAN YOGYA POS 1990: MAJALAH POPULASI 1990: HARIAN WAWASAN 1990: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1990: HARIAN SUARA MERDEKA 1990: HARIAN MEDIA INDONESIA 1990: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1990: HARIAN KOMPAS 1990: HARIAN BALI POS 1990: HARIAN MEDIA INDONESIA 1990: HARIAN WAWASAN 1990: HARIAN KOMPAS 1990: HARIAN BALI POS 1990: HARIAN YOGYA POS 1990: HARIAN JAWA POS 1990: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1990: HARIAN SUARA KARYA 1990: HARIAN SURYA POS 1990: MAJALAH PUSARA 1989: HARIAN SUARA MERDEKA 1989: HARIAN SUARA KARYA 1989: HARIAN WAWASAN 1989: MAJALAH PENDOPO 1989: HARIAN JAWA POS 1989: MAJALAH PUSARA 1989: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1989: HARIAN JAWA POS 1989: HARIAN WAWASAN 1989: HARIAN SUARA KARYA 1989: HARIAN YOGYA POS 1989: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1988: HARIAN SUARA MERDEKA 1988: HARIAN WAWASAN 1988: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1988: HARIAN SUARA KARYA 1988: HARIAN SUARA MERDEKA 1988: HARIAN SUARA KARYA 1988: HARIAN SURYA POS 1988: HARIAN KOMPAS 1988: MAJALAH PENDOPO 1988: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1988: HARIAN SURYA POS 1988: HARIAN WAWASAN 1987: HARIAN PRIORITAS 1987: HARIAN KOMPAS 1987: HARIAN SURYA POS 1987: HARIAN KOMPAS 1987: HARIAN SUARA KARYA 1987: HARIAN JAWA POS 1987: HARIAN JAWA POS 1987: HARIAN SURYA POS 1987: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1987: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1987: HARIAN PRIORITAS 1987: HARIAN WAWASAN 1987: HARIAN SUARA MERDEKA 1987: HARIAN SUARA KARYA 1987: HARIAN SUARA MERDEKA 1986: HARIAN PRIORITAS 1986: HARIAN JAWA POS 1986: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1986: HARIAN SUARA MERDEKA 1986: HARIAN PRIORITAS 1986: HARIAN SUARA MERDEKA 1986: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1986: HARIAN SUARA KARYA 1986: MAJALAH ARENA 1985: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1985: MAJALAH PUSARA 1985: MAJALAH PUSARA 1985: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1985: HARIAN SUARA MERDEKA 1985: HARIAN SUARA MERDEKA 1985: MINGGUAN MINGGU PAGI 1985: HARIAN BERITA NASIONAL 1984: MINGGUAN MINGGU PAGI 1984: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1984: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1984: HARIAN BERITA NASIONAL 1984: HARIAN MASA KINI 1984: HARIAN BERITA NASIONAL 1983: HARIAN BERITA NASIONAL 1983: MAJALAH PUSARA 1983: MAJALAH MAHASISWA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1983: HARIAN MASA KINI 1982: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1982: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT More Issue