cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
ADDIN
ISSN : 08540594     EISSN : -     DOI : -
ADDIN is an international journal published by Research Center of State Institute for Islamic Studies (IAIN) Kudus, Central Java, Indonesia. ADDIN is an academic journal published twice a year.
Arjuna Subject : -
Articles 430 Documents
DERADIKALISASI ISLAM MELALUI PENDIDIKAN BUDAYA WALISONGO (Tantangan Pengembangan Kurikulum di Era Posmodern) Said, Nur
ADDIN Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paper ini disusun sebagai respon atas maraknya gerakan radikalisasi Islam yang memprihatinkan banyak pihak mulai dari seperti aksi terorisme dengan berbagai bentuknya hingga isu pencucian orak yang dilakukan oleh oknum NII yang marak akhir-akhir ini. Fokus paper ini membahas tiga hal pokok; (1) Mengenalkan perspektif posmodernisme dalam pengembangan kurikulum; (2) Gagasan deradikalisasi Islam berbasis pendidikan budaya walisongo; (3) Pentingnya kajian walisongi di PTAI. Dalam pembahasannya mengkombinasikan antara kajian literer (library research) dengan penelitian lapangan (field research). Dari tiga masalah tersebut paper ini bermuara pada suatu kesimpulan bahwa salah satu upaya ikhtiar deradikalisasi Islam bisa dilakukan dengan merevitalisasi semangat toleransi dan multikulturalisme warisan budaya Walisongo untuk direkonstruksi menjadi gagasan kurikulum Mulok di berbagai satuan pendidikan dasar dan menengah di pesisir Jawa dan sekitarnya sehingga spirit multikulturalisme bisa terbangun dari bawah (buttom up) sebagaimana dikedepankan dalam semangat poskolonial dan posmodern yang mengedepankan pentingnya nilai-nilai lokalitas, solidaritas dan dialog lintas budaya. Kata-kata kunci: Deradikalisasi Islam, budaya walisongo, era posmodern, pengembangan kurikulum
Mengkritisi Pengawas Sekolah Dilingkungan Kemenag Kudus Muchith, Muhammad Saekhan
ADDIN Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu tenaga kependidikan yang memiliki peran strategis dalam peningkatan kualitas pendidikan dan profesionalisme guru adalah Pengawas Sekolah . Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan pengawasan dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi tehnis pendidikan, administrasi pada satuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar dan menengah. (KMA Nomor 381 tahun 1999, bab I, Huruf C, angka 1). Berdasarkan rumusan tersebut, pengawas sekolah memiliki peran atau tupoksi sangat dominan dalam pendidikan. Pengawas memiliki tugas membina, mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan di dalam satuan pendidikan. Oleh sebab itu pengawas harus memiliki berbagai pengetahuan dan ketrampilan akademik, metodologis dan manajerial agar pendidikan dapat berjalans ecara efektif dan efisien. Pengawas sekolah di lingkungan kantor kementeriana agama (kemenag) memiliki berbagai problematika yang patut dicermati agar eksistensi pengawas sekolah tetap menjadi elemen yang penting bagi kelangsungan pendidikan dalam mewujudkan kualitas proses maupun hasil. Banyak problem yang dialami pengawas dilingkungan kemenag, mulai dari system pengangkatan, rasio perbandingan antara pengawas dengan lokasi, kemampuan profesi, dan ketersediaan personil pengawas dalam memenuhi kebutuhan atau tuntutan guru dan satuan pendidikan. Kantor kemenag memiliki berbagai sumberdaya yang harus dibina dan diawasi pengawas, antara lain guru PAI yang ada di sekolah (SD,SMP,SMU,SMK), pengawas mata pelajaran umum yang ada di madrasah seperti IPS, IPA, MTK, Geografi, ekonomi, kesenian yang ada di madrasah, dan pengawas khusus madrasah diniyah yang nota benenya menjadi bagian pembinaan dari kantor kemenag.
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN KEGURUAN DI PTAI (Perspektif Pengembangan Program Studi di Tarbiyah (STAIN Kudus), Kisbiyanto
ADDIN Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan tinggi agama Islam (PTAIN) harus memperkuat keberadaan dan peranannya dalam melayani masyarakat di bidang jasa pendidikan. Jangan sampai Islam dipersepsikan statis, tidak berkembang karena perguruan tingginya hanya mengurus sedikit dari seharusnya banyak bidang yang harus dikaji. Karena itu, pembukaan program studi di lingkungan perguruan tinggi agama Islam bisa dikembangkan pada bidang-bidang yang lebih luas karena masyarakat pasti membutuhkannya. Pembidangan ilmu yang parsial harus disudahi, dan menuju pada pembidangan ilmu yang komprehensif. Tarbiyah sebagai fakultas ataupun jurusan tidak hanya mengenal program studi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, dan Kependidikan Islam. Dewasa ini, perguruan tinggi agama Islam ada yang sudah membuka program studi Tadris Matematika, Tadris Fisika, Tadris Biologi, dan Tadris Kimia. Namun, bidang kajian utama dalam pendidikan jauh dari keberadaannya di lingkungan PTAIN, sehingga pendidikan Islam tidak melembagakan program studi Pengembangan Kurikulum, Evaluasi, Teknologi Pendidikan, Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Bahasa selain Arab dan Inggris. Bahkan Ilmu Pendidikan Islam sebagai basis keilmuan Tarbiyah belum pernah dijadikan sebagai program studi. Tulisan ini menginisiatifkan program studi di lingkungan Tarbiyah agar komprehensif sebagai sistem kajian kependidikan dan keguruan Islam, sebagaimana sistem kajian pendidikan lainnya. Kata Kunci : Program Studi, Keguruan, PTAI
Memartabatkan Generasi Berbekal Kebudayaan Dan Pendidikan Rosyid, Mohammad
ADDIN Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebuah keprihatinan bahwa generasi terdidik jika tidak cerdas dan tidak santun terhadap diri dan lingkungannya, atau cerdas etapi tidak santun atau tidak cerdas tetapi santun, benar-benar enyesakkan dada lingkungannya. Sebagai contoh, setiap lulus jian, berpawai mengganggu kenyamanan pengguna jalan dengan norak, mencorat-coret pakaiannya sebagai ekspresi lulus, dan bagi yang tidak lulus, menangis berlebihan bahkan sebagian darinya bunuh diri dijadikan jalan pintas. Disusul, selama masih aktif menjadi peserta didik, tawuran antarpelajar atau antarmahasiswa bahkan demo yang tidak jelas substansinya atau demo pesanan menjadi kelaziman. Yang lebih menyeramkan lagi, uang SPP ditukar dengan pulsa, lebih fatal lagi untuk membeli narkoba, sebagai gaya masa kini yang tidak islami dan tidak indonesianis, meskipun mengibuli orangtua yang susah payah membiayai pendidikannya. Di tengah banyak kalangan yang ingin melanjutkan studi, tetapi karena benturan ekonomi pendidikan hanya (sebatas) angan-angan yang terpendam dalam benaknya. Sisi lain, imbas pola konsumsi global, didorong gaya hidup konsumeris dan kimiawi sentris. Semua itu pada dasarnya mengumbar nafsu ankara murka yang memprihatinkan, mengapa? Berpijak dari ungkapan, jika tak terdidik akan merusak negara, mereka berpikir seribu pikir karena tidak mampu. Tetapi, bagi generasi yang terdidik, merobohkan negara, butuh waktu kilat, karena berbekal strategi, kepicikan, danketidakarifannya. Berawal dari keprihatinan itulah, perlunya ’suntikan’ pengetahuan tentang budaya adiluhung yang telah disulam leluhur kita untuk dijadikan fondasi ideal menjadi generasi yang santun dan cerdas. Karena tidak ada jaminan bahwa mereka yang semula santun (hanya) karena bergabung dengan setitik komunitas yang norak, lambat atau cepat mewarnai karakter, apalagi karakter jelek lebih mudah menular.
KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ISLAM Mustaqim, Muhamad
ADDIN Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keragaman adalah suatu keniscayaan yang tak terbantahkan. Namun sejarah telah mencatat bahwa berbagai konflik sosial antar umat manusia seringkali muncul atas dasar perbedaan tersebut. Pendidikan adalah wahana untuk mampu membekali manusia menjadi manusia yang beradab dan sempurna. Melalui pendidikan multikultural, diharapkan akan mampu membekali manusia untuk bersikap inklusif dan toleran. Sadar bahwa perbedaan adalah anugrah dan hazanah keragaman yang menuntut kita untuk saling menghargai dan menghormati. Sehingga misi risalah islam sebagai rahmat bagi semesta alam akan dapat terwujud. Kata kunci: pendidikan, multikultural, Islam
Relasi Agama dan Budaya lokal (Upacara Yaqowiyu Masyarakat Jatinom) Amaliyah, Efa Ida
ADDIN Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perayaan Yaqowiyyu di Desa Jatinom sudah menjadi ritual yang dilaksanakan setiap Hari Jum’at minggu kedua di Bulan Safar penanggalan Jawa. Ritual Yaqowiyyu berupa penyebaran kue apem (diambil dari bahasa Arab, afwan=maaf) yang pertama kali dilakukan oleh Ki Ageng Gribig pada abad XV. Ritual tersebut berlangsung hingga saat ini sebagai ungkapan penghormatan terhadap Ki Ageng Gribig berupa menyebar kue apem ke halayak ramai yang sudah menunggu di lapangan yang sudah disediakan. Mereka dating tidak hanya dari wilayah Jatinom, tetapi juga dai luar daerah dengan membawa harapan akan mendapatkan apem tersebut sebagai bentuk keberkahan. Penelitian ini secara khusus membahas tentang makna dari semua unsure yang ada dalam ritual tersebut, seperti pengunjung, pedagang, dan masyarakat sekitar Desa Jatinom. Selain itu juga masuknya modernitas yang tidak bisa terelakkan lagi. Untuk mengetahui bahasan tersebut, maka pendekatan penelitian ini adalah pendekatan fungsionalis. Pendekatan fungsionalis mengadaikan bahwa suatu masyarakat dipandang sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi, yang bekerja dalam suatu cara yang relatif teratur menurut seperangkat aturan dan nilai yang dianut oleh sebagian masyarakat tertentu. Sebuah perilaku atau tindakan social akan bisa dibenarkan karena hal tersebut dalam masyarakat dinilai sebagai fungsional. Makna yang muncul sangat beraneka ragam tergantung harapan dari mereka yang dating di ritual tersebut. Makna keberkahan adalah yang paling dominan. Mereka percaya bahwa dengan mendapatkan kue apem dari lemparan panitia, hajat-hajat yang mereka inginkan akan cepat terkabul. Sebagai contoh, bagi petani berharap panennya akan melimpah dengan menyebarkan apem hasil tangkapan di Yaqowiyyu ke sawah mereka. Begitu juga yang menghendaki adanya jodoh, berhasil dan sukses dalam pekerjaannya, serta usahanya yang lancar. Salah satu yang mereka lakukan dengan apem tersebut menyimpannya di tempat-tempat yang dianggap bisa aman, seperti lemari dan di bawah tempat tidur. Makna lain didapat oleh para pedagang dadakan, tukang parkir, dan masyarakat sekitar karena kedatangan keluarga jauh mereka. Dengan adanya antusiasisme dari kalangan masyarakat, maka pemerintah setempat mengapresiasi untuk keberlangsungan atau melanggengkan ritual tersebut. Salah satunya dengan mengandeng perusahaan rokok sebagai sponsor tunggal. Karenanya tidak salah kalau ritual Yaqowiyyu dijadikan sebagai wisata religi yang ada di Kabupaten Klaten. Sehingga, unsure-unsur modernitas yang diwakili oleh pemerintah dan perusahaan rokok mendukung untuk melestarikan ritual yang dilakukan oleh pendirinya yaitu Ki Ageng Gribig sebagai bentuk kearifan local bagi masyarakat yang mempercayainya.
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsita, 1988. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005. Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Adi, Isbandi Rukminto, P *, Zakiyah
ADDIN Vol 4, No 1 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

“Agama” merupakan bagian integral dari kehidupan umat manusia, agama ini mengambil beragam bentuk dan menggunakan berbagai nama. Pada dasarnya agama berhubungan dengan sistem kepercayaan terhadap dewa atau dewa-dewa yang bersemayam dalam kekuatan gaib sesuatu benda. Beberapa kepercayaan disertai dengan peraturan-peraturan, upacara dan ritual pemujaan (Isaacs, 1993). Agama berperan sebagai pengikat para pemeluknya dalam suatu ikatan kepercayaan terhadap Tuhan atau Dewa, sekaligus sebagai sarana penghubung di antara manusia. Agama masuk dalam ruang bawah sadar dan mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari para pengikutnya. Agama diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan, Dewa dan sebagainya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Dari sisi bentuknya agama sering didefinisikan sebagai kebudayaan batin manusia yang memiliki potensi psikologis yang mempengaruhi jalan hidup manusia. Sementara itu, apabila dilihat dari segi isinya agama adalah ajaran atau wahyu Tuhan yang tidak bisa dianggap sebagai kebudayaan. Dua gagasan ini kemudian menghasikan dua perbedaan antara agama wahyu dan agama yang dianggap kebudayaan. Kategori pertama biasanya merujuk pada tiga agama besar yang diyakini sumbernya berasal dari Wahyu yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Sedangkan kategori dua berasal dari hasil karya cipta manusia atau masyarakat sendiri, di antaranya adalah ajaran Kun Fu Tse, ajaran Taoisme, agama Hindu dan Budha. Selain kategorisasi tersebut, ahli antropologi dan sosiologi juga membagi agama menjadi dua kelompok besar yaitu spiritualisme dan materialisme. Spiritualisme merupakan agama penyembah zat yang tidak berbentuk/gaib; yang kemudian dibagi lagi menjadi agama penyembah Ruh dan penyembah Tuhan. Materialisme memiliki kepercayaan akan adanya Tuhan yang mewujud dalam bentuk benda/ materi seperti patung, binatang dan berhala. Kata Kunci: Agama, Agama Lokal, Agama Besar
MENGGAGAS PENDIDIKAN ISLAM HUMANIS: Upaya Membangun Budaya dalam Masyarakat Multikulturalisme Riyadi, Ahmad Ali
ADDIN Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan berikut menjelaskan tentang perlunya rekonstruksi filosofis pendidikan Islam dalam kancah masyarakat multikulturalisme. Ada keengganan tersendiri untuk mengatakan pendidikan Islam telah gagal membentuk masyarakat majemuk. Ada paradoks pada satu sisi pendidikan berperan sebagai pengelola pengembangan sumber daya manusia akan tetapi di sisi yang lain pendidikan Islam telah menghasilkan lulusannya menjadi mesin pembunuh yang sangat mengerikan. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam, pertama, kesadaran magis (magical consciousness), kedua, kesadaran naif (naival consciousness) dan kesadaran kritis (critical consciousness) Kata-kata kunci: Pendidikan Islam, Humanis, budaya dan multikulturalisme
PEREMPUAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Belajar dari Perempuan Pembuat Genteng Di Desa Ngembalrejo Kabupaten Kudus Dewi, Siti Malaiha
ADDIN Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Poverty is a crucial problem faced by all countries in the world, especially in developing countries like Indonesia. Until the year 2010, Central Statistical Agency estimates almost 31, 02 million people or 13.33 percent of the total population of Indonesia are still living in poor conditions which are dominated by women. They lack of not only economic, but also any identity, protection, knowledge, access, participation, and good control in the field of health, education, and politics. So it is fair to say that poverty in Indonesia is faced women. Learning from women’s strategies tile makers survive in the midst of poverty they experienced, it becomes the inspiration of this paper. With a little effort to publicize the knowledge they have, the author hopes this will be a solution to the problems of poverty that seems to never fade from life. Keywords: women, poverty
ELEMEN PSIKOLOGI ISLAM : STUDI AL-QUR’AN TENTANG MAKNA MOTIVASI (Dosen STAIN Kudus), Yuliyatun
ADDIN Vol 3, No 2 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menggali nilai akademis dari teks suci al-Qur’an mengenai kerangka teoritis motivasi. Motivasi yang merupakan salah satu objek pembahasan dalam kajian psikologi, tidak luput dari pembahasan psikologi Islam yang dikatagorikan sebagai madzhab kontemporer dalam disiplin ilmu psikologi. Dengan demikian tulisan ini diharapkan dapat memperkuat bangunan psikologi Islam yang bertujuan untuk menjelaskan, mendeskripsikan, dan memahamkan eksistensi manusia secara utuh. Melalui metode pendekatan pragmatis, penelitian dalam tulisan ini dimulai dari pemahaman teori motivasi dalam psikologi Barat yang kemudian dikomparasikan dengan beberapa nash dalam al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar teoritis makna motivasi. Hasilnya ditemukan bahwa landasan yang paling mendasar munculnya motivasi dalam diri manusia adalah adanya kebutuhan untuk memelihara keseimbangan diri manusia baik secara fisik maupun psikisnya. Sedangkan yang menjadi karakteristik pemaknaan motivasi dalam psikologi Islam adalah adanya keinginan yang disengaja (niat) dan tujuan untuk beribadah. Melalui niat dan ibadah inilah, motivasi akan menjadi berarti bagi kehidupan manusia dalam pencapaiannya sebagai hamba Allah dan khalifatullah (pemimpin di muka bumi)

Page 1 of 43 | Total Record : 430