cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
ADDIN
ISSN : 08540594     EISSN : -     DOI : -
ADDIN is an international journal published by Research Center of State Institute for Islamic Studies (IAIN) Kudus, Central Java, Indonesia. ADDIN is an academic journal published twice a year.
Arjuna Subject : -
Articles 430 Documents
Tipologi Tasawuf Falsafi Mufid, Fathul
ADDIN Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada dua bentuk tasawuf atau mistisisme dalam Islam, yaitu bercorak religius dan bercorak filosofis. Tasawuf yang bercorak religius adalah semacam gejala yang sama dalam semua agama, baik agama-agama langit atau agama purba. Sedangkan tasawuf yang bercorak filosofis, sejak lama telah dikenal di Timur sebagai warisan filsafat Yunani, maupun di Eropa abad pertengahan ataupun modern. Tasawuf religius adakalanya berpadu dengan tasawuf filosofis, seperti yang dapat kita lihat dalam beberapa sufi muslim maupun mistikus Kristen. Oleh sebab itu, pada diri seorang filosof terjadinya kecenderungan intelektual dan mistik secara terpadu sudah merupakan sesuatu yang tidak asing. Perpaduan antara dua bentuk tasawuf inilah yang menjadi embrio lahirnya ”tasawuf falsafi” dalam sufisme. Tasawuf falsafi adalah pemaduan antara visi mistis dengan visi rasional atau perpaduan antara tasawuf dengan filsafat, sehingga ajaran-ajarannya bercampur dengan unsur-unsur dari luar Islam, seperti filsafat Yunani, Persi, India, dan agama Nasrani. Akan tetapi orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang, karena para tokohnya meskipun mempunyai latar belakang kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda dan beraneka, sejalan dengan ekspansi Islam pada waktu itu, tetap menjaga kemandirian ajaran aliran mereka, terutama bila dikaitkan dengan kedudukan mereka sebagai umat Islam. Para sufi falsafi memandang bahwa manusia mampu naik ke jenjang persatuan dengan Tuhan, yang kemudian melahirkan konsep mistik semi-filosofis ”ittihad” dan ”fana’baqa’” yang dibangun oleh Abu Yazid al-Busthami, konsep ”hulul” yang dialami oleh Husein bin Mansur al-Hallaj, maupun konsep tasawufnya Ibn ’Arabi yang dikenal dengan ”wahdat al-wujud”, konsep ”isyraqiyah” yang dirumuskan oleh Suhrawardi almaqtul, al-hikmah al-muta’aliyah yang digagas oleh Mulla Shadra, dan lain sebaginya.
PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS
ADDIN Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Understanding of multiculturalism sebagai suatu pandangan yang berusaha mengakses eksistensi pluralitas agama, budaya, bahasa, etnis, sistem sosial, dan keanekaragaman lainnya. Pandangan ini muncul sebagai kanter terhadap perilaku diskriminasi dan bentuk ketidakadilan lainnya, apakah dalam bentuk diskriminasi individual, yakni bersikap tidak adil kepada orang lain hanya karena alasan pribadi, atau diskriminasi institusional, yakni perlakuan tidak adil terhadap seseorang atau sekelompok orang yang berasal dari golongan tertentu, terutama dari kelompok minoritas di dalam institusi atau organisasi pemerintahan maupun swasta. Walaupun diskriminasi institusional dilakukan oleh sekelompok orang, mengingat dia sebagai mayoritas dalam institusi itu, maka seekan- akan, institusi itu yang melakukan praktek diskriminasi.
ENGLISH, MAKE A BRIDGE OVER ISLAMIC STUDIES Amalia, Taranindya Zulhi
ADDIN Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Globally, English is applied as mother tongue, second, or foreign languages so as to do communication in many multilingual countries. Its use also handles the challenge of transmitting messages containing in Al-Qur’an and Hadith, two guidance sources of Muslims. Further, the Muslims (Muhammadans) around the world need this international language to deepen all about Islam dealing with its references that mostly written in Arabic. Nowadays many of them have been made in English to facilitate students who learn Islamic studies at schools or universities. The purpose of people, especially students in learning Islam is to be a good Muslim. Principally, to be a good one, a man has already had eternal guidances, the Qur’an and Hadith. Lillahi ta’ala (sincerity) is the key when he/she does the rules of Islam. No body could measure the level of his/her faith and piety. The Prophet Muhammad Salallahu ‘Alahi Wasallam is the only perfect creature before Allah Subhanahu Wata ‘Ala measures the level of his faith and piety. Key Words: English, bridge, Islamic studies
PERAN PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH DALAM KONTEKS MANAJEMEN PENDIDIKAN Muchith, M. Saekan
ADDIN Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengawas sekolah/madrasah memiliki tugas pokok dan fungsi yang sangat mulia, berat dan kompleks. Tugas pokok pengawas sekolah/madrasah adalah memantau, menilai mensupervisi, membina, membimbing, dan melaporkan kualitas kinerja seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan kinerja kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dalam mengelola satuan pendidikan. Tugas ini memiliki makna bahwa tugas pokok pengawas tidak hanya memberdayakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, tetapi juga harus mampu memberdayakan kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan proses manajerial. Dengan demikian, untuk melaksanakan tugas ini memerlukan berbagai kompetensi atau keterampilan secara komprehensif. Secara umum wewenang pengawas sekolah/madrasah dapat dirumuskan ke dalam wewenang sebagai berikut; (a) memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi. (b) menetapkan kinerja guru dan tenaga lain yang diawasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. (c) menetapkan dan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan secara langsung. Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 381 Tahun 1999 menjelaskan bahwa pengawas sekolah/madrasah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah. Posisi pengawas sekolah belum senyaman/seindah dalam idealisme, dalam tataraan realitas pengawas sekolah masih dalam posisi yang termaginalkan, dalam artian perannya masih belum dapat dioptimalkana dalam konteks penegelolaan lembaga pendidikan formal. Perlu ada berbagai upaya dan perubahan manajerial untuk memposisikan pengawas sekolah/madrasah secara proporsional agar peran pengawas sekeolah dalam konteks manajemen pendidikan sesuai harapan, sehingga penegawas sekolah memiliki kemampuan untuk melaksanakan perannya tidak hanays ebagai pengawas/pembina melainkan juga mampu melaksanakan peran yang lainnya. Kata Kunci: pengawas sekolah/madrasah, pembinaan, pengawasan, kompetensi
Penggunaan Game Theory Dalam Strategi Penetapan Harga Konsumen Ningsih, Ekawati Rahayu
ADDIN Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara umum teori permainan (Game Theory) digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keputusan bertindak dari lembaga bisnis dalam rangka memenangkan persaingan bisnis. Seperti diketahui, bahwa dalam praktek sehari-hari, setiap organisasi usaha akan berhadapan dengan para pesaing untuk memenangkan persaingan. Maka dari itu diperlukan analisis dan pemilihan strategi yang tepat, khususnya strategi bersaing yang paling optimal. Salah satu konsep strategi yang bisa digunakan dalam bersaing adalah teori permainan (Game Theory). Game Theory pada saat ini banyak digunakan sebagai alat analisis yang membantu para pemimpin perusahaan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan strategi perusahaan untuk memenangkan persaingan. Dalam Game Theory dikenal adanya beberapa asumsi yang digunakan untuk membantu merumuskan bentuk matematika, dari yang sangat rumit dan tidak realistis, maupun yang sederhana dan mudah diselesaikan. Diharapkan dari penyelesaian matematik, ditemukan titik temunya (sadle point) antara pihak-pihak yang terlibat dalam permainan agar persaingan mudah untuk dikendalikan. ekonomi eksperimental akan membantu memeriksa validitas asumsi dengan melihat bagaimana seharusnya masing-masing pihak akan bertindak dalam lingkungan yang telah dikendalikan. Key Word: Game Theory, Asumsi, Sadle Point, Validitas Asumsi
MENGENAL PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN MODEL INKLUSI DALAM PENDIDIKAN ISLAM (STAIN Kudus), Sulthon
ADDIN Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan adalah hak semua warga Negara tanpa memandang setatus social, ras , etnis, suku, bangsa termasuk anak yang menyandang kecacatan. Dengan demikian anak berkelaianan juga memiliki hak yang sama dengan anak pada umumnya dalam kesempatan berpendidikan yang layak, sesuai dan bermartabat. Semua yang menyangkut aturan undang-undang sudah jelas dan terakomodir keberadaannya, namun dari segi pelaksanaannya masih banyak yang menyimpang dari aturan yang sesungguhnya. Pada kenyataanya anak berkelainan belum bisa mengikuti pendidikan yang leluasa karena tidak semua sekolah yang ada bisa melayaninya karena alasan- alasan klasik yang merugikan anak berkelainan. Sekolah yang memberikan pendidikan bagi anak ini masih bersifat apresiatif dan ironis sehingga perlu perjuangan yang berat menuju pendidikan yang benar-benar demokratis. Secara ideal dengan pendidikan yang terintegrasi berarti anak berkelainan dapat dilayani disekolah manapun mereka inginkan, termasuk memilih sekolah di madrasah. Karena madrasah akan menjadi pilihan bagi mereka karena baik orang tua maupun siswa anak berkelainan ini membutuhkan sentuhan-sentuhan yang berkenaan dengan penyadaran, keimanan, dan keikhasan. Pendekatan keagamaan secara fitrah menjadi bagian yang sangat berpengaruh dalam setiap kondisi dan situasi yang dihadapi manusia, karena pada hakekatnya manusia itu akan selalu menyatu dengan Tuhannya melalui pengembangan spiritualitasnya. Berbagai problem yang dihadapi anak berkelainan dan juga orang tuanya akibat kecacatan yang dideritanya menyebabkan timbulnya berbagai macam masalah yang mengirinya termasuk kesulitan belajar, bersosialisasi, dan kesulitan lain yang berkaitan dengan problem psikologis, yang kesemuanya dibutuhkan kekuatan dalam menghadapinya. Kata Kunci : Pendidikan, Multikultural, Inklusi, dan Islam
Fikih Lingkungan (Sebuah Kajian Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis) Supena, Ilyas
ADDIN Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini didasari oleh fenomene krisis lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam yang dapat mengancam kehidupan manusia. ada tiga faktor yang menyebabkan krisis ini; yakni permasalahna fundamental-filosofis, permasalahan politik ekonomi global dan permasalahan pemahaman keagamaan. Berkaitan degan faktor yang ketiga, dikalangan umat islam masih berkembang sebuah pemahaman bahwa fikih hanya berurusan dengan persoalan ibadah mahdlah. Akibatnya, fikih yang berhubungan dengan fenomena sosial, seperti fikih lingkungan masih terabaikan. Padahal dalam konteks krisis ekologi saat ini, fikih lingkungan menjadi sangat urgen. Dengan fikih lingkungan, dunia islam diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam membangun dunia dan peradaban kemanusiaan yang harmonis dengan lingkungan. Dalam sudut pandang filsafat ilmu, fikih lingkungan ini dapat dijelaskan melalui aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Secara ontologis,fikih lingkungan (fiqh al-biah) dibangun atas landasan teologis yang memandang Tuhan, manusia dan alam sebagai aspek yang memiliki hubungan yang bersifat integratif. Dalam hubungn ini, manusia dan alam sama-sama menempati posisi yang sejajar. Dalam hal ini manusia sebagai khalifah diberi hak untuk mengelola alam, tetapi pada saat yang sama Allah memerintahkan manusia untuk memelihara keseimbangan alam dengan sebaik-baiknya. Secara epistemologis, fikih lingkungan dibangun atas dasae konsep mashlaha. Konsep ini pada mulanya dijadikan dasar bagi para al-Syathibi untuk merumuskan konsep maqasid al-syariah yang akan menjadikan landasan dalam menetapkan hukum islam. Menurut al-Syathibi, hakikat atau tujuan awal pemberlakuan syariah adalah mewujudkan dan memelihara lima unsur pokok; agama (al-din), jiwa (al-nafs), keluarga (al-nasl), akal (al-aql), dan harta (al-mal) yang sering disebut dengan al-kulliyat al-khamsah. Fazlur Rahman kemudian meringkasnya dalam konsep monoteisme dan keadilan sosial. Meskipun al-Syathibi dan Rahman sama-sama tidak menyinggung hifdz al-alam (memelihara lingkungan) sebagai bagian dari maqasyid al-syariah, namun terdapat beberapa penjelasan Al-Quran maupun hadis yang menerangkan mengenai urgensitas pemeliharaan alam. Karena itu hifdz al-alam (memelihara lingkungan) dapat dijadikan sebagai madiator utama bagi terlaksananya al-kulliyat al-khamsah tersebut. Sementara itu, secara aksiologis. fikih lingkungan berisi norma-norma yang mengatur dan mengontrol pemeliharaan alam semesta melalui dua instrumen; yakni hala dan haram. Konsep halal dan haram sebagaimana digagas fikih lingkungan ini dibangun atas dasar konsep tauhid, khilafah dan amanah serta prinsip keadilan, keseimbangan, keselarasan, dan kemaslahatan umat, sehingga kerangka etika lingkungan dalam perspektif islam dapat disusun secara lengkap dan komprehensif. Kata kunci : Ontologis, Epistemologis, Aksiologis maslahah dan hifdz al-alam
DOKTRIN DAN GERAKAN PESANTREN DI CILEGON BANTEN Instansi Paris, FADULLAH
ADDIN Vol 4, No 1 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Pesantren merupakan lembaga pendidikan umat Islam di Indonesia dengan tujuan membangun sumber daya manusia untuk menjadi para ulama, karena itu mengadakan gerakan moral dan spiritual yang di wadahi organisasi tarekat. Adapun doktrin yang disampaikan pesantren ada tiga yaitu mujahadah, ijtihad dan jihad. Mujahadah merupakan landasan gerakan moral dan spiritual yang diwadahi dengan gerakan tarekat yang banyak terdapat di Pesantren Indonesia, tidak terkecuali pesantren di Cilegon. Doktrin kedua adalah ijtihad sebagai landasan gerakan intelektual yang member bekal kemampuan pada para santri agar bisa menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dengan berlandaskan pada al qur’an dan sunnah. Sementara itu, doktrin ketiga adalah jihad sebagai landasan gerakan sosial dan radikalisme politik.
TRADISI BERFILSAFAT DALAM KARYA SASTRA PESANTRAN (Kajian Filologis Atas Naskah Dewi Maleka) Said, Nur
ADDIN Vol 4, No 1 (2012): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesantren (Islamic boarding school) with a strong tradition often get this claim as a conservative institution, traditional, and as far from the ratio so counter to the philosophy. This short paper will try to discuss a number of markers that boarding schools are also familiar with the problems of philosophical discourse as expressed in the ancient manuscript Dewi Maleka known as part of the Islamic literary of pesantern. This article discusses only two issues: (1) The description of Dewi Maleka manuscript in terms of its codicology?; (2) What kind of philisophical values in the content of of Dewi Maleka manuscript? The paper was analysed by philological approach through many steps: (a) Inventory of manuscripts for consideration in the determination of the manuscript, (b) Creating a text description in the frame of codicology, (c) study of the text that relefan to the current social context, will be a concern in the process. This paper concludes: (1) The Dewi Maleka manuscript is part of pesantren literature that containing moral teachings and wisdom of life in Islamic nuances. Therefore it can be used as an alternative to the basic framework of the development of Islamic philosophy; (2) The philosophical discourse often seems a bit complicated and heavy, but through the Dewi Maleka manuscript, life wisdom teachings delivered through dialogue, full of touching stories, entertaining and not patronizing, (3) The stories that illustrated in the Dewi Maleka manuscript also can be used as an alternative children’s moral education, so that the moral values of life can be internalized into one’s personal with no coercion (doctrinal), but rather with awareness (conscientization) in the form of stories. Keywords: Dewi Maleka Manuscript, Pesantren literature, Pholosophicl Tradition
PEMERINTAHAN ISLAM PADA MASA AL-KHULAFA’ AL-RASYIDUN *, Shobirin
ADDIN Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Addin
Publisher : ADDIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada masa al-Khulafa al-Rasyidun tidak terdapat satu pola yang baku mengenai cara pengangkatan khalifah atau kepala negara. Corak pemerintahan al-Khulafa al-Rasyidun, pemerintahan yang berdasarkan musyawarah, selalu melaksanakan Amanat “Baitul Mal”, mendahulukan kepentingan umat daripada kepentingan ashabiyah dan melaksanakan sistem pemerintahan “demokrasi”. Sedangkan praktek pemerintahan Islam pada masa al- Khulafa al-Rasyidun, tidak semata-mata merupakan pemerintahan politik, tetapi dapat dikatakan merupakan perwakilan dari nubuwwah yang sempurna, mereka berfungsi untuk menjalankan tatanan negara, menjaga keamanan, membela batas-batas negeri, dan juga mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah SAW, pada masa hidupnya, yaitu sebagai mursyid, guru dan pendidik.

Page 3 of 43 | Total Record : 430