cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
FIKRAH
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 155 Documents
TEOLOGI ANTI KORUPSI DALAM TINJAUAN AL-QUR’AN Karim, Abdul
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah korupsi sebenarnya merupakan wacana klasik yang terus bergulir dan terus mengalami dinamika perkembangan zaman. Menjadi sebuah isu yang sangat krusial untuk dipecahkan dan masih membelit bangsa Indonesia khususnya sampai saat ini. Tindak pidana korupsi disinyalir telah menjalar di semua bidang dan sektor pembangunan dan sulit untuk diatasi. Hal ini pun kemudian menjadi menarik untuk diperbincangkan dalam konteks teologi anti korupsi, mengingat bahwa praktek korupsi seakan menjadi suatu aliran tersendiri dalam kehidupan sosial keagamaan. Kita harus menghadirkan sebuah formula yang mampu menjelaskan atas pembacaan korupsi yang lebih komperhensif, khususnya dari sudut pandang al-Qur’an. Al- Qur’an memang tidak secara lugas menyebutkan term korupsi sebagai kesatuan hukum yang eksplisit, melainkan term-term tertentu seperti ghulu>l, al-suht, al-dawl, hira>bah yang mengarah pada subtansi korupsi tersebut. Berangkat dari term-term tersebut pula, sebuah kerangka rumusan anti korupsi mulai diperbincangkan dalam berbagai ragamnya sebagai bentuk epistemologi pencegahan dan juga pemberantasannya. Keywords: Teologi Anti Korupsi, Al-Qur’an, Pencegahan.
TEOLOGI ISLAM KONTEKSTUAL- TRANSFORMATIF Said, Nur
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A Religion has strong influence on humanity, morality, ethics, and aesthetics in the process of humankind development. This of course, will construct the worldview individually and socially as well. It may be said that nearly all the social life haven’t been ignored the role of religion in the making humanity as an expression of the whole of collective life. Therefore the religious spirit is also in constant change, which formulated in a certain theology in line with the historical progress contextually. In addition, theology is a discourse through which believers develop and express the content of their faith as they have confessed it. The notion of this article tries to elaborate the contextualization of Islamic Theology in Indonesia in respecting to the social phenomena such as colonialism, oppression, human right, and pluralism in Indonesia. It also gives paradigmatic contribution to interpret the Secret text on historical situation in order to determine public morality more than just individual morality. The main points are a searching of meaning between “text” and context in Indonesia society as manifestation of Islamic contextual theology. It means that Islam should be “translated” in particular way in order may “come down to earth” and meet in the contemporary demands. Keywords: Islam, contextual-transformative theology, human right, Indonesia
RITUS DALAM KEBERAGAMAAN ISLAM: RELEVANSI RITUS DALAM KEHIDUPAN MASA KINI Aulawy, Bakhtiyar
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai pegangan hidup segenap kaum muslim, Islam memberikan petunjuk umum yang bisa mengarahkan kehidupan mereka ke arah yang benar menurut doktrin agama. Dalam hal ini, Islam menjelaskan tentang ritus-ritus keagamaan yang bisa mengantarkan para pelakunya ke arah kebaikan dan kesejahteraan hidup mereka. Tidak dapat dipungkiri kenyataannya, berbagai ritus dalam doktrin ajaran Islam akan membawa pelakunya mengerti hakikat sakral dan profan dalam kehidupan.Artikel ini menyajikan beberapa pola utama aspek- aspek ritual Islam. Dari pembahasan pada kajian ini pula masing-masing pribadi muslim diarahkan kepada pengetahuan mereka akan nilai-nilai luhur akidah Islamiyah yang mewujud dari ritus-ritus keagamaan yang diwujudkan. Eksistensi ritus keislaman yang akan diuraikan pada artikel ini sepenuhnya diarahkan kepada pola perkembangan ritus, dasar perwujudan ritus, dan implikasi logis ritus keislaman bagi pelakunya. Kata Kunci: Ritus, Sakral dan Profan, Keislaman, Hidup
MEWUJUDKAN TRADISI ISLAM DALAM MANIFESTASI HARMONI KEBERAGAMAAN UMAT
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islam adalah agama misi yang diwahyukan Allah swt., kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw. Dalam perjalanannya pula, Islam berjalan beriringan dengan dinamika kehidupan umat sehingga menjadikannya kadang dipertentangkan dan di diteladani. Plus minus keberadaan ini tidak menjadikan Islam surut dalam usahanya mengentaskan keberadaban umat manusia. Islam terus menjalankan misi sucinya dengan memberikan uraian keilmiahan hidup sehingga pada akhirnya masyarakat mulai mengerti akan hakikat dari keharmonisan hidup bersama dalam lintasan keyakinan. Tuntutan utama yang diajarkan oleh Islam adalah menyadarkan masyarakat akan arti penting tradisi sebagai perekat utama doktrin keislaman dengan perjuangan Rasulullah saw. Tradisi dalam Islam dengan pengertian akan eksistensi keanekaragaman sosial, budaya, dan bahkan agama itu sendiri menjadikan Islam sebagai jalan tengah bagi masyarakat. Islam memberikan beberapa deskripsi realistis tentang hakikat hidup setiap pribadi yang mustahil dinafikkan kebersandarannya kepada nilai-nilai suci masing-masing agama. Di atas kenyataan inilah, tuntutan untuk menghadirkan harmoni Islam sebagai pemersatu kehidupan umat niscaya dikedepankan. Kata Kunci: Tradisi, Jalan Tengah (middle roader), al-Sunnah, Ritual, Keberagamaan
Struktur NALAr DI BALIk POLEMIk tEOLOGI DAN FILSAFAt ISLAM Sapsuha, Tahir
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini dilatar-belakangi oleh keinginan penulis untuk menghindarkan diri dari keharusan menyuguhkan kenyataan polemik teologi dan filsafat sebagai sejarah yang mewarnai diskursus keilmuan Islam. Lebih dari itu penulis berharap bisa —meminjam istilah agama— memetik hikmah dari polemik berkepanjangan itu, baik yang berlaku di lingkungan disiplin keilmuan, maupun dalam bentuk konflik cara pandang sikap keagamaan. Penulis berupaya meraih hal itu dengan menggunakan kerangka kerja hermeneutika appropriasi yang dikenalkan oleh Paul Ricoeur. Dalam kerangka ini, polemik teologi dan filsafat Islam ditempatkan sebagai teks yang terbaca dan mau ditemukan maknanya. Tiga tahap hermeneutis yang ditawarkan Ricoeur (semantik, reflektif, eksistensial), ditemukan kemungkinan untuk memaknai polemik teologi dan filsafat itu untuk menghasilkan pemahaman-diri-eksistensial, yang tentunya setelah melalui beberapa penelusuran metodologis dan teoritis di tiap-tiap tahap tersebut (appropriasi). Munculnya pemahaman-diri-eksistensial inilah yang dalam tulisan ini penulis sebut sebagai buah dari appropriasi. Kata Kunci: Nalar Teologi, Nalar Filsafat, Polemik, Kerjasama,
KRITIK WACANA PLURALISME AGAMA Hartoyo, Andi
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kehidupan adalah sebuah proses dialog terus-menerus dan di dalam dialog tersebut seseorang akan memberi dan menerima. Dialog akan terwujud hanya ketika seseorang bisa duduk sejajar dalam dataran kediriannya. Dunia ini milik bersama, hidup ini dijalani bersama dan semua persoalan manusia adalah juga persoalan semua orang, termasuk persoalan keber-Tuhan-an dan masalah agama serta keberagamaan adalah juga persoalan sebagai sesama manusia. Kedirian akan lestari serta akan menimbulkan rasa damai serta kreatif kalau tali pengikatnya adalah ikatan cinta, simpati dan didasari rasa saling menghormati, saling mempercayai serta masing-masing bisa dipercaya. Spiritualitas akan membuat seseorang semakin lembut, semakin peduli terhadap lingkungan dan sesama makhluk hidup. Apabila seseorang menjadi semakin egois, semakin mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok berarti seseorang itu belum spiritual (belum beragama), walaupun seseorang itu mengenakan jubah seorang pendeta atau pastor atau ulama, maka orang itu belum memahami esensi agama. dan jika seseorang sudah memahami esensi agama maka, seseorang itu tidak akan terjebak dengan Fanatisisme, Kelompokisme, Eklusivisme dan Isme-isme yang lain. Kata Kunci: Pluralisme, Menghormati, Peraturan-peraturan, Simpati
DIKOTOMI AGAMA DAN ILMU DALAM SEJARAH UMAT ISLAM SERTA KEMUNGKINAN PENGINTEGRASIANNYA Kurniawan, Syamsul
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara historis-filosofis kajian ini mendeskripsikan tentang bagaimana dikotomi agama dan ilmu sedang terjadi dalam perjalanan sejarah umat Islam dan seberapa besar kemungkinan ia dapat kembali diintegrasikan. Kajian ini dilakukan berangkat dari kegelisahan penulis dalam menanggapi pemikiran Islam yang dikotomistik antara agama dan ilmu. Hal ini mengakibatkan umat Islam berada dalam kondisi yang terpuruk yaitu mengalami kemunduran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itulah usaha integrasi perlu dilakukan umat Islam dengan tidak mendikotomi agama dengan ilmu. Manfaat dari kajian ini secara teoritis adalah adanya tuntunan teoritis bagi umat Islam dalam memandang agama dan ilmu secara integratif, sehingga berikutnya muncul kesadaran untuk melakukan reinterpretasi terhadap ilmu termasuk adanya semangat mengkaji ilmu yang didasarkan pada nilai-nilai agama Islam. Kata Kunci: Dikotomi, Integrasi, Agama, Ilmu
RELATIVITAS AJARAN AGAMA: MENUJU PLURALISME KEBERAGAMAAN YANG HARMONIS Atabik, Ahmad
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Deskripsi fenomena keberagamaan manusia, sebenarnya tidaklah semudah dan sesederhana seperti yang biasa dibayangkan oleh banyak orang. Ada manfaatnya memang untuk sesekali melihat agama dalam bentuknya yang tidak sederhana, lantaran berbagai persoalan pelik yang terkait dengan fenomena itu sendiri. Menunjuk agama dengan sebutan proper noun seperti Islam, Katolik, Proterstan, Hindu, Budha adalah sangat mudah, tetapi pertanyaan yang lebih mendasar apakah tidak ada bentuk abstrat noun dari segala macam bentuk kepercayaan dan penghayatan agama yang beraneka ragam tersebut? Jika tidak ada bentuk abstract noun sebagai landasan ontologi seuatu kepercayaan, mustahil agaknya manusia dapat menyebut dengan sebutan proper noun terhadap apapun, lantaran abstract noun sebenarnya adalah dasar logika penyebutan proper noun. Menurut M. Amin Abdullah, adanya “truth claim” yang sering kali melekat pada sebutan agama- agama dengan proper noun, sangat boleh jadi lantaran tidak atau kurang dikenalinya wilayah abstract noun yang menjadi landasan logis-ontologis bagi keberadaan masing-masing proprer noun. Dari sini pula sebenarnya bermula segala macam kesulitan yang mengitari persoalan. Pluratitas agama-agama yang dipeluk oleh berbagai macam gologan, kelompok dan sekte keagamaan pada level historis-empiris. Kata Kunci: Relativitas, agama, pluralisme dan harmonis
JIHAD MELAWAN TERORISME: (Merekonstruksi Pemahaman tentang Makna dan Implementasi Jihad dalam Islam) Kasdi, Abdurrohman
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terorisme kembali lagi datang mengancam bangsa Indonesia setelah terjadinya ledakan bom di Hotel JW Marriott, Ritz Carlton dan bom Bali beberapa tahun lalu. Dari peristiwa peledakan ini, dapat dianalisis bahwa serangan sengaja dilakukan di tempat-tempat umum dengan target yang jelas. Inilah sesungguhnya tipikal aksi terorisme yang terjadi di berbagai belahan dunia. Serangan 11 September terhadap WTC dan gedung Pentagon di Amerika Serikat, peledakan bom Bali, ledakan bom JW Marriott 1, peledakan bom di Hotel Marriott 2 dan Ritz Carlton memberikan bukti yang jelas bahwa terorisme membidik sasaran di tempat keramaian. Hal ini menandakan betapa aksi kekerasan yang terjadi sudah mulai mengarah pada aksi yang menimbulkan dampak massif dengan dilakukan oleh para pelaku yang terorganisir. Fenomena inilah yang mendorong penulis untuk membahas teroris, dalam perspektif normatif dan mengkomparasikan dengan konsep jihad. Selama ini para orientalis menganggap bahwa banyaknya terorisme yang terjadi karena seorang Muslim mempunyai konsep jihad. Jihad yang sebenarnya dalam konteks sekarang tidak mesti dilakukan dalam bentuk perang. Islam menolak semua pembenaran untuk perang duniawi, seperti kolonialisme, rasisme, ketamakan, dan ekspansi ekonomi. Di bawah pemerintahan Islam semua orang akan bekerja bersama-sama sebagai satu keluarga besar, menjadikan semua makhluk sebagai satu kesatuan tanpa tujuan- tujuan yang saling bertentangan. Kata Kunci: Jihad, Terorisme, Rekonstruksi, Impelementasi
AMBIVALENSI KOTA DEMOKRASI DALAM FILSAFAT POLITIK AL FARABI STUDI KRITIS MADINAH AL FADHILAH AL FARABI Yasin, Mohammad
FIKRAH Vol 1, No 1 (2013): Fikrah
Publisher : FIKRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

It is fashionable nowadays to be democratic; prompted by the desire to portray Islam as a modern ideology and a progressive government system, they have interpreted Islamic political and juridical theory in democratic terms. In short, some people assumed that democracy is the only good government system. But, in few centuries ago, al-Faraby criticized democracy as a bad government system. Al Farabi said democracy is a good system between bad systems, he proposed “the prime city (Madinah al- Fadlilah)” system. The prime city is the post democracy system, giving direction to the people to achieve ‘highest happiness’. But in other hand Al Farabi said that democracy possible to grow up men of excellent, more civilized, more populated, more productive and more perfect. It is also possible to glean from it certain parts of the virtuous city. Thus it may include philosophers, rhetoricians, and poets dealing with all kinds of things. Al Farabi seems to tell us that democracy is the most favourable for the founding of a Virtuous city. Al Farabi never tell us how the virtuous city may arise from the city of pigs; but he tells us how we may glean the various city from democracy. Al Farabi mentioned that democracy is bad system, but he also said that a virtuous city can rise from democracy city. According to me, Al Farabi inconsistent on his theory of democracy and it open to be criticized. This article will explain the Al Farabi’s theory of democracy deeply and criticize it. Keywords: Democracy, City, State, and Madinah-al-Fadhilah

Page 1 of 16 | Total Record : 155