Muhammad Saw. adalah puncak segala kesempurnaan insani (insân kâmil). Tunjuk satu sifat terpuji! Kita akan menemukan puncak kesempurnaan sifat tersebut pada diri Muhammad. Sifat terpuji apa pun yang kita tunjuk, sifat utama mana pun yang kita sebut, semua akan bermuara pada sosok Muhammad sebagai puncak keterpujian dan keutamaan. Sebanyak apa pun pujian yang kita sampaikan, setinggi apa pun sanjungan yang kita beri- kan untuk Muhammad; semuanya tidak akan mampu meng- gambarkan keagungan, keluhuran dan kemuliaan akhlak serta pribadi Muhammad. Al-Qurâan menyimpulkan tutur-laku serta sikap Muhammad dalam ayat:  Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung(QS al-Qalam/68: 4). Mengenai ayat ini Sayyid Quthb menulis dalam Fi Zhilâl al- Qurâân:Segenap alam-wujud mengamini pujian ini. Pujian yang memenuhi segenap wujud. Tidak ada pena yang sanggup menorehkan pujian ini. Tidak ada gambaran yang mampu  mengungkapkan sanjungan ini. Ini adalah sebuah kesaksian dari Tuhan, dalam kagung an-Nya, atas hamba-Nya. Sungguh sebuah pujian yang agung, dari Yang Mahaagung, untuk pribadi berbudi pekerti agung.1 Membincang pribadi Muhammad ibarat menyelami lautan nan luas. Mutiara yang ditemukan di dasarnya hanyalah satu dari sekian mutiara yang jumlahnya tak terhingga. Keindahan dasar laut yang terlihat di sekitar penyelam hanyalah satu dari berjuta panorama lautan yang mahakaya. Membicarakan manusia agung bernama Muhammad Saw. ibarat kerkelana di hamparan sahara yang teramat luas. Sebelum seluruh hamparan sahara terjelajahi, si pengelana mungkin sudah tutup usia. Segala kekaguman dan pujian kita tentang sosok Muhammad tidak lebih dari sebutir mutiara di antara mutiara-mutiara keagungan beliau yang tidak terhingga jumlahnya. Atau ibarat sebutir pasir di tengah hamparan sahara kemuliaan beliau yang tidak berbatas. Semua shalawat dan salam yang dipanjatkan umat Islam untuk Muhammad Saw. tidak akan mampu memenuhi hak beliau untuk dipuji, diagungkan dan dimuliakan. Betapa tidak, Allah dan malaikat-Nya sekali pun memanjatkan shalawat untuk pribadi agung itu (QS al-Ahzâb/: 56).Predikat apa pun yang disandangkan kepada beliau, padaakhirnya akan bermuara pada sosok kepribadian dan keagungan akhlaknya. Akhlak mulia dan budi pekerti luhur yang dimiliki oleh baginda Rasulullah merupakan kunci sukses dakwah yangdiemban oleh beliau.  1Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qurâân, Kairo: Dâr al-Syurûq, cet. XVI, 1990, jilid 6, hal. 3656  Sejarah Muhammad Saw. setelah diangkat menjadi nabi dan rasul, tepatnya perjuangan beliau pada masa-masa awal di Mekah, merupakan masa-masa sulit dalam perjalanan dakwah Islam. Masa di mana penentangan, cercaan, cemoohan, bahkan ganggu- an fisik tidak jarang diperagakan oleh kaum musyrik Mekah. Yaitu orang-orang yang dulu, sebelum Muhammad menyatakan diri sebagai utusan Allah, kerap memuji beliau akan keindahan dan kemuliaan akhlaknya. Tentu mereka masih ingat ketika menjuluki Muhammad sebagai al-Amîn (orang yang jujur terpercaya). Namun begitulah, para peng gede Quraisy dan pentolan kaum musyrik Mekah lebih melihat Muhammad sebagai ancaman ketimbang pembawa kebaikan bagi mereka.Namun ternyata penentangan, cercaan dan cemoohanterhadap Muhammad bukan hanya terjadi sewaktu ia masih hidup. Pasca meninggal dunia, bahkan jauh setelah ia tiada hingga sekarang pun penentangan, cercaan dan cemoohan itu terus bermunculan.Kisah kecintaan kita kepada Rasulullah Saw. pernah diusik dan dilecehkan. Anda tentu masih ingat, lebih dari dua puluh tahun yang lalu majalah Monitor menempatkan Muhammad Saw. pada ur utan kesebelas dari manusia-manusia yang paling digandrungi para pembaca majalah itu. Muhammad Saw., yang selama ini kita tempatkan para urutan pertama dalam hati, tiba- tiba para pembaca Monitor menempatkannya pada ur utan kesebelas. Para pembaca Monitor memang tidak dapat dipaksa untuk memilih Muhammad sebagai orang yang dicintai dan dikagumi. Namun sikap pemilik dan jajaran redaksi majalah itu yang patut kita sayangkan, mengapa tokoh sekaliber Muhammad  disejajarkan dengan Zainuddin MZ atau Iwan Fals? Seandainya pun Muhammad menempati urutan pertama, kita tidak akan begitu saja merasa senang melihatnya sebab orang-orang yang berada di bawahnya bukanlah orang-orang selevel beliau.Selain majalah Monitor, yang pernah menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai sumber cemoohan dan permainan adalah Salman Rushdie. Ribuan orang berjalan di jalan-jalan kota London di bawah hujan salju yang lebat. Ada di antara mereka yang membawa anak-anak kecil di dadanya. Mereka berasal dari berbagai bangsa. Pada hari-hari biasa mereka menjalani ke- hidupan pada komunitas yang berbeda dengan cara yang ber- beda. Tetapi hari itu mereka dipersatukan oleh kemarahan yang sama: Seorang manusia bernama Salman Rushdie telah menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai bahan cemoohan dan permainan.Ya, dari dulu hingga sekarang, dan juga di masa yang akan datang, Muhammad dengan segala keagungan dan kemuliaannya, akan tetap menjadi bahan cemoohan dan permainan orang- orang yang mata-hatinya entah terbuat dari apa. Salah satu sisi dari kehidupan Muhammad yang kerap dijadikan bahan cemoohan dan penghinaan adalah kenyataan bahwa dia beristri lebih dari satu. Bagi mereka, kenyataan ini menunjukkan bahwa Muhammad Saw. adalah seorang penggila sex.Sebelum menepis tuduhan tersebut, perhatikan data danfakta ini:1.  Hingga usia 25 Muhammad Saw. tidak menikah.2.  Pada usia 25-50 Muhammad Saw. menikah dengan hanya seorang istri, yakni Khadîjah. Usia Khadijah 15 tahun lebih tua. Sebelum menikah dengan Muhammad Saw., Khadîjah  pernah menikah dua kali. Dari pernikahannya terdahulu ia memiliki banyak anak.3.  Pada usia 50-52 Muhammad Saw. tidak beristri sama sekali, karena sedih dan setia kepada istri pertamanya, Khadîjah, yang sudah meninggal dunia.4.  Dari usia 52-60 Muhammad Saw. menikah dengan beberapa istri, bukan atas dorongan syahwat melainkan karena faktor- faktor politik, keagamaan, dan sosial.Pertanyaannya, mungkinkah syahwat muncul secara tiba- tiba pada diri Muhammad Saw. di usia 52? Jika Muhammad Saw. seorang penggila wanita, mengapa ia lebih memilih menikah dengan seorang janda 15 tahun lebih tua yang pernah menikah dua kali sebelumnya, lalu hidup bersamanya selama kurun 25 tahun secara monogami? Jika Muhammad Saw. tidak bisa hidup tanpa seks, mengapa setelah Khadîjah meninggal, Muhammad Saw. tidak menikah selama dua tahun?Catat baik-baik, setelah dua tahun hidup sendiri, MuhammadSaw. kemudian menikah dengan Sawdah yang berusia 80. Sawdah adalah janda Muslimah pertama. Nabi Saw. hendak memuliakan- nya dengan menikahinya sendiri, tidak menyuruh para sahabat untuk menikahinya. Memberi teladan memang jauh lebih baik daripada menyuruh ini itu. Hingga di sini, satu hal menarik untuk dicatat, yaitu bahwa Muhammad menikah dengan dua cara: Pertama, Muhammad sebagai seorang rajul (laki-laki), dan kedua, Muhammad sebagai seorang rasûl (rasul, utusan Allah). Yang pertama adalah pernikahannya dengan Khadîjah, sedang yang kedua adalah pernikahannya dengan istri-istrinya yang lain pasca Khadîjah. Dalam posisi Muhammad Saw. sebagai seorang rasul,  pastilah apa yang dia perbuatâtidak terkecuali pernikahanâ mengandung nilai risalah. Dalam posisi Muhammad Saw. sebagai rasul, tidak ada tindakan, perbuatan dan ucapannya yang keluar dari koridor kerasulan.Sejatinya Muhammad saw. bukan satu-satunya nabi yang berpoligami. Para nabi dan rasul terdahulu juga banyak yang berpoligami, seperti Nabi Ibrâhîm, Dâwud, dan Sulaymân. Hal ini tertulis dalam kitab-kitab suci samawi. Tapi aneh sekali, Barat tetap saja menghina Muhammad sebagai pria hobi kawin, padahal mereka tahu dan mengakui kitab-kitab suci yang mereka anut melaporkan bahwa nabi-nabi terdahulu juga beristri banyak. Seperti kata peribahasa, kuman di seberang lautan nampak jelas, gajah di pelupuk mata tak terlihat!Yang jelas, Muhammad adalah Muhammad. Manusia agung dalam sejarah manusia dan kemanusiaannya. Pujian setinggi apa pun yang kita berikan padanya, tidak akan memenuhi hak beliau atas pujian yang seharusnya. Cemoohan dan penghinaan senista apa pun yang dilemparkan sementara orang terhadap beliau, sama sekali tidak akan mengurangi keagungan, kemuliaan dan keluhur- an beliau barang sejengkal.Buku ini terlalu kecil untuk mengungkap kebesaran pribadi Muhammad; terlalu sederhana untuk menunjukkan keagungan budi-pekertinya. Buku ini tak lebih setitik pasir di hamparan padang sahara kemuliaan Sang Rasul yang tiada batas. Maafkan kami ya Nabi. Kami cuma pintar mengaku diri sebagai umatmu. Tapi ketika harga dirimu dicederai, kemuliaanmu dilukai, kehormatanmu dilecehkan, kami tak mampu berbuat selain mengutuk para penghina itu dalam kalbu. Maafkan kami ya  Rasul. Kami hanya pandai menyebut namamu sebagai idola. Tapi saat namamu diolok-olok, sosokmu dikarikaturkan, keluhuranmu direndahkan, kesucianmu diremehkan, kami tak bisa selain mengurut dada.Meski kecil, buku ini mengusung harapan besar; mem- bangkitkan kembali kecintaan serta kebanggaan pembacaâdan ter utama penulisâpada Sang Nabi pembawa rahmat bagi semesta. Meski mini, buku ini tetap memang gul asa mulia; mencerahkan hati dan pikiran orang-orang yang menatap Muhammad dengan sinis, orang-orang yang memandang sosok agung itu bukan dengan mata hati tapi dengan iri-dengki.Kepada Penerbit dan semua pihak yang berperan (langsung atau tidak langsung) atas terbitnya buku ini saya ucapkan terimakasih.Demikian, semoga apa yang tertuang dalam buku ini ber- manfaat bagi pembaca. Dari pembaca, manfaat itu mudah- mudahan memanjang kepada orang yang bertanya tentang isi buku ini, dan begitu seterusnya.Shallû âalâ al-Nabi!