cover
Contact Name
Thema Arrisaldi
Contact Email
arrisaldi@gmail.com
Phone
+6282243576656
Journal Mail Official
jurnalmtg@upnyk.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta, Jalan SWK Ringroad Utara,Condong Catur Kabupaten Sleman jurnalmtg@upnyk.ac.id
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Ilmiah MTG
ISSN : 19790090     EISSN : -     DOI : -
Jurnal Ilmiah Kebumian MTG (JMTG) is an Indonesian scientific journal published by the Geological Engineering Department, Faculty of Mineral and Technology, UPN "Veteran" Yogyakarta. The journal receives Indonesian or English articles. Those articles are selected and reviewed by our professional editors and peer reviewers. The published article in JMTG covers all geoscience and technology fields including Geology, Geophysics, Petroleum, Mining,Geography and geo-environment. The subject covers a variety of topics including : geodynamics, sedimentology and stratigraphy, volcanology, engineering geology, environmental geology, hydrogeology, geo-hazard and mitigation, mineral resources, energy resources, medical geology, geo-archaeology, applied geophysics and geodesy.
Articles 130 Documents
KEBERHASILAN OPTIMASI KERJA ULANG PINDAH LAPISAN (KUPL) Edgie Yuda Kaesti
Jurnal Ilmiah MTG Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Struktur Cemara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Cemara Barat, Cemara Timur dan Cemara Selatan Gambar 1.1. Struktur ini terletak di daerah Indramayu, Jawa Barat. Struktur Cemara Barat ditemukan pada awal tahun 1976 dengan pemboran eksplorasi pertama pada sumur CMB-01. Penemuan hidrokarbon ini menghasilkan produksi minyak sebesar 400 BOPD dari Formasi Cibulakan atas dan produksi gas sebesar 3.5 MMCFGPD dari Formasi Cibulakan bawah.Tujuan utama dari KUPL (Kerja Ulang Pindah Lapisan) sumur EYK-02 adalah untuk mengoptimalisasi produksi hidrokarbon dari Formasi Cibulakan Atas lapisan L. Perkiraan produksi sumur ini adalah gas.Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL) merupakan salah satu metode stimulasi untuk meningkatkan atau mengoptimalkan produksi sumur.
STUDI GERAKAN TANAH DESA GONGGANG DAN SEKITARNYA KECAMATAN PONCOL, KABUPATEN MAGETAN, PROVINSI JAWA TIMUR William Don Boris
Jurnal Ilmiah MTG Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Desa Gonggang terletak di Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis daerah penelitian berada pada posisi 111011’58.18”BT – 111015’14.12”BT dan 07041’55.51”LS – 07044’5.67”LS, atau secara UTM berada pada koordinat 522000mE-528000mE dan 9145000mN-9149000mN.Daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu satuan Kaki Gunung Api G.Lawu (V6), Kaki Gunung Api G.Jobolarangan (V6), Lereng Gunung Api G.Jobolarangan (V3),Perbukitan Lava (V9). Jenis pola aliran yang terdapat pada daerah penelitian adalah pararel dan dentritik dengan Stadia geomorfik yaitu stadia muda. Stratigrafi daerah telitian disusun oleh satuan batuan dari tua ke muda yaitu satuan batuan tuf Jobolarangan, satuan batuan breksi vulkanik Jobolarangan, satuan lava andesit Jobolarangan dan satuan breksi laharik Lahar Lawu.Terdapat lima macam jenis gerakan tanah pada daerah telitian yaitu Debris Slide, Rotational Slide, Soil Slide, Rock Fall dan Debris Fall . Faktor – faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng di daerah penelitian antara lain sifat fisik dan mekanik tanah, litologi, kemiringan lereng dan morfologi, vegetasi, curah hujan.Cara penanggulangan ketidakstabilan lereng di daerah penelitian dapat dilakukan dengan cara merubah geometri lereng, mengendalikan drainase dan rembesan, Pembangunan tembok penahan serta metode sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya gerakan tanah serta penanggulangannya.
PENENTUAN FORMULASI PERSAMAAN MATEMATIK PEMAKAIAN AIRTANAH DI KOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bambang Sutedjo HS
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 1 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Wilayah Kota Yogyakarta secara morfologi termasuk dalam Lereng Kaki Gunung Merapi, memiliki wilayah yang relatif datar dengan kemiringan antara 0 s/d 2 %, dan berada pada ketinggian 114 meter di atas permukaan laut. Sebagian wilayah yaitu seluas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dari permukaan air laut, sedangkan sisanya yaitu seluas 1.593 hektar berada pada ketinggian antara 100 sampai 199 meter dari permukaan air laut.Ditinjau dari sisi geohidrologi, Wilayah Kota Yogyakarta terletak pada Sistem Cekungan airtanah Yogyakarta. Akuifer – akuifer yang berkembang pada cekungan ini adalah multi layer akuifer, dengan jenis akuifernya adalah akuifer bebas sampai akuifer setengah tertekan. Akuifer – akuifer pada cekungan ini dibentuk oleh endapan – endapan hasil aktivitas Gunung Merapi yang berumur Kuarter, dengan endapan – endapannya yang belum terkonsolidasi dengan kuat.Pemakaian air bersih untuk Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagian besar menggunakan sumber airtanah, kecuali di bidang pertanian lebih banyak menggunakan sumber air permukaan. Dari kelima wilayah setingkat kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Wilayah Kota Yogyakarta merupakan pemakai tertinggi air bersih yang bersumber dari airtanah. Terutama untuk keperluan domestik, rumah tangga dan industri.Penentuan formulasi matematik pemakaian airtanah di Kota Yogyakarta ini adalah untuk mengevaluasi hasil perkiraan volume pemakaian airtanah di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, membuat pedoman pemakaian airtanah, menentukan standart minimal dari pemakaian airtanah, serta menentukan formulasi perhitungan volume pemakaian airtanah dengan variabel dan konstanta tertentu. Dari formulasi ini bisa dipakai untuk mengembangkan formulasi perhitungan volume pemakaian airtanah yang selanjutnya dapat dipakai sebagai acuan dalam perhitungan nilai perolehan air (NPA) maupun besaran pajak yang wewenangnya berada di Pemerintah Daerah Propinsi. Demikian pula bisa mengoptimalkan pengambilan dan pemanfaatan airtanah yang berazaskan pada kemanfaatan, kesinambungan dan kelestarian airtanah.
GEOLOGI DAN KUALITAS AIRTANAH DAERAH KARANGTALUN DAN SEKITARNYA KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I. YOGYAKARTA Muthia Putri Darsini Lubis
Jurnal Ilmiah MTG Vol 5, No 1 (2012)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Lokasi telitian terletak pada daerah Karangtalun dan sekitarnya, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta. Lokasi telitian Secara Universal Traverse Mercator (UTM) terletak pada koordinat 428353mE – 432027mE dan 9122100mN – 9125780mN. Dengan luas daerah telitian 3x4 km2.Geologi daerah telitian terdiri dari 2 satuan batuan yaitu Satuan batupasir Merapi Muda dan Satuan Alluvial. Struktur geologi yang berkembang yaitu kekar yang berah umum utara-selatan dan sesar mendatar kanan dengan arah umum barat-timur. Geomorfologi daerah telitian terdiri dari 4 bentukan geomorfik yaitu satuan geomorfik Dataran Alluvial (F1), satuan geomorfik Dataran Limpah Banjir (F7), satuan geomorfik Tubuh Sungai (F22) dan satuan geomorfik Teras Sungai (F23).Dari hasil analisa laboratorium terhadap kimia air pada sepuluh suur didaerah telitian dengan parameter Fe = 0-0.1 mg/L, Mg = 180-385 mg/L, Ca = 34.0-90.0 mg/L, Cl = 30.80-152 mg/L, HCO3 = 275-443 mg/L, CO3 = 0 mg/L, SO4 = 40.04-101 mg/L, Na = 11.7-22.4 mg/L, K = 4.4-12.3 mg/L, pH = 6.66-6.94, DHL = 590-1675μmhos/cm, Kekeruhan = 0.57-1.73 FTU, TDS = 176-864 mg/L.Berdasarkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/MEM/2000, air pada sumur-sumur sample daerah telitian layak untuk dikonsumsi dan pertanian kecuali SM 9 tidak layak untuk di konsumsi tetapi layak untuk pertanian.
ACCRETION HISTORY OF PALEOGENE ARC TERRANES IN WESTERN PAPUA: EVIDENCE FROM APATITE FISSION TRACK DATA Edy Sutriyono
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 2 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Studi ini menggunakan data jejak fisi pada mineral apatit untuk merekonstruksi sejarah pendinginan batuan sehubungan dengan penggabungan segmen busur kepulauan Paleogen di pinggiran utara mikrokontinen Papua Barat. Hasil analisis jejak fisi dari unit Tosem Oligosen memperlihatkan bahwa daerah Papua Barat merekam dampak dari tumburan lempeng yang diikuti intrusi magma pada Oligosen. Pemodelan data jejak fisi menunjukkan bahwa sikuen batuan yang menyusun blok Tosem memiliki sejarah pendinginan yang kompleks. Episode pendinginan yang lebih awal terjadi setelah kristalisasi permulaan di Miosen Awal pada ~18 Ma. Peristiwa pendinginan pasca penerobosan magma ini kemungkinan terjadi mengikuti periode mineralisasi epitermal yang diakibatkan oleh larutan hidrotermal. Sedangkan, rezim pendinginan yang lebih akhir terjadi karena pengangkatan dan denudasi sebagai akibat tumburan dengan segmen Tamrau di Miosen Akhir pada ~8 Ma.Demikian juga data jejak fisi yang berasal dari unit Tamrau Miosen Tengah memperlihatkan bahwa episode kompresional tektonika akibat interaksi busur kepulauan-mikrokontinen menerus sepanjang waktu. Oleh sebab itu, sikuen batuan mengalami pendinginan yang cepat karena pengangkatan dan denudasi di Miosen Akhir pada ~5 Ma. Lebih jauh lagi diperkirakan bahwa pergerakan mengarah ke barat dari busur kepulauan hingga mencapai posisi sekarang telah diakomodasikan oleh sesar geser mengiri.Kata kunci: busur kepulauan Paleogen, jejak fisi, sejarah pendinginan
CLAY MINERALS IN SANDSTONE RESERVOIR ROCKS DISTRIBUTION, DIAGENETIC EVOLUTION & POTENTIAL FORMATION DAMAGE Lejar Yustiningtyas
Jurnal Ilmiah MTG Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Sandstones are important oil and gas reservoir rocks and most sandstones contain clay minerals. Clay minerals variously occur as detrital (allogenic) particles and grains incorporated in the sediment at the time of deposition or are classified as authigenic minerals (authigenic), which formed at a later stage as cements and replacements within the rock.Kaolinite, chlorite, illite, smectite and mixed layer clays are the most common individual groups of clay minerals present in sandstones. They clays can have complex relationships and appear at various stages in the formation of a rock.Examination of clay minerals in the geological laboratory is undertaken using thin section petrography, scanning electron microscopy (SEM) and X-Ray diffraction (XRD) analyses. This suite of analyses provides an understanding of the types, amounts, distribution and origin of various clays present in a rock, although other types of analysis may also be required in order to provide information on how they will react during oil and gas production.The distribution of clays plays an important role in the ability of the rock to store oil and gas as a reservoir. Clays generally have a negative affect on the reservoir quality of a sandstone, and can block or occlude pores and be the cause of reduced permeability, but some cases the transformation of an unstable mineral, such a feldspar grain, to clay results in formation of additional or secondary pores.It is important to understand the types and distribution of clays when considering oil and gas production. The original sedimentary distribution of clays plays an important role in the distribution and the amount of porosity and permeability, while later stage authigenic clays can often block or occlude pores and ultimately reduce permeability. In certain cases, for instance, authigenic clays may be dislodged within the pore system and will eventually block pores and restrict production, while in other cases certain clays, such as smectite, have the tendency to swell when exposed to water, creating a potential drilling hazard when such clay bearing rock formations are exposed to water-base fluids during drilling, possibly reducing the permeability of a good reservoir rock.Some clays are used in drilling fluids to form an impermeable mud cake to isolate a formation from the invasion of drilling fluid.
POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA Andi Utama Hadi
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 2 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia. Sebagai energi terbarukan dan ramah lingkungan, potensi energi panas bumi yang besar ini perlu ditingkatkan kontribusinya untuk mencukupi kebutuhan energi domestik yang akan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi fosil yang semakin menipis. Sebanyak 252 lokasi panas bumi di Indonesia tersebar mengikuti jalur pembentukan gunung api yang membentang dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Maluku.Dengan adanya UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi diharapkan akan memberikan kepastian hukum dalam pengembangan panas bumi di Indonesia. Untuk mempercepat investasi di bidang panas bumi, perlu disiapkan informasi mengenai Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi yang dapat dikembangkan. Selain 33 WKP yang telah ditetapkan, sebanyak 28 peta saran WKP panas bumi telah dibuat dengan total potensi sekitar 13.000 MWe. Potensi sebesar ini diharapkan dapat memenuhi target pengembangan panas bumi untuk membangkitkan energi listrik sebesar 6000 MWe di tahun 2020.
KONTROL STRUKTUR JALUR MINERALISASI EMAS PADA URAT-URAT KUARSA DI BAWAH TANAH LEVEL 600 M – 500 M DI PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR, JAWA BARAT Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Daerah telitian berada pada lokasi tambang bawah tanah (terowongan) Pongkor di level 500 dan level 600 konsesi area eksploitasi PT. Antam Tbk. Lintasan telitian termasuk pada daerah Ciguha bagian timur, Pamoyanan, Kubangcicau dan Pondokbatu.Lokasi telitian pada terowongan dilakukan pengukuran arah struktur kekar, sesar dan urat kuarsa, dan hasil analisa struktur menunjukkan arah umum kompresi dan tensional. Hasil analisa tersebut kemudian dikorelasikan secara vertical dan horizontal sesuai dengan level kedalaman terowongan.Stratigrafi daerah telitian disusun oleh litologi breksi vulkanik dan lapili tuf, dengan banyak dijumpai uratan kuarsa tersebar merata. Struktur berkembang kuat di daerah telitian dengan arah kompresi N358oE/76o, dan tensional N296oE/72o. Mineralisasi yang umum dijumpai adalah mineralisasi Au-Ag dengan alterasi umumnya adalah kloritisasi, silisifikasi dan argilik.Analisa struktur setiap terowongan pada levelnya dibuat model kemenerusan urat kuarsa yang mengikuti arah struktur kompresi dan beberapa mengikuti arah tensional.
PENENTUAN TERAS PANTAI PURBA BERDASARKAN POLA PENYEBARAN BIJIH TIMAH DI PULAU BANGKA Herry Sulistiyo; Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 2, No 1 (2009)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Exploration and exploitation of tin has been conducted in Bangka Island for over a century. Meanwhile the exploration technology of tin ore has remained stagnant. In the last 10 years there has not been any significant new finding in the filed of tin placer exploration technology. Implementation of “valley hunting” concept is no longer relevant in finding new resources inland as well as offshore. This is evident by the decreasing success ratio results in drilling explorations conducted.Tin ore is categorized as heavy mineral and is economically known as Cassiterite (SnO2) having a density between 6.7-7.1 and hardness of 7 on the Mohs scale. With its high resistance to abrasion and other physical properties, this mineral is often used as characteristic of a depositional phase of an area.The above characteristics have encouraged the writer to study the deposition pattern of tin ore by utilizing bore exploration results and attempt to establish a correlation using the Sea Level Changes theory in an effort to better understand how changes in sea level has influenced the deposition pattern of tin ore. By establishing a relation between changes in sea level and deposition of tin ore, the writer hopes to trace the historical shorelines that may provide indication of a secondary deposition of tin ore.
GEOLOGI DAERAH GUNUNG TENONG DAN SEKITARNYA KECAMATAN TULAKAN DAN KECAMATAN NGADIRAJA KABUPATEN PACITAN PROPINSI JAWA TIMUR Rakhmad Budi Waluyo
Jurnal Ilmiah MTG Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Daerah penelitian secara administratif berada di Kecamatan Tulakan dan Kecamatan Ngadiraja, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Secara fisiografis terletak antara koordinat 8°8’42”LS - 8°14’01”LS dan 4°25’47”BT - 4°29’57”BT. Geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat satuan geomorfik yaitu denudasi, fluvial, karst, dan volkanik. Stratigrafi yang menyusun daerah penelitian adalah Formasi Besole, Formasi Jaten, Formasi Wuni, Formasi Nampol, Formasi Punung, Batuan Terobosan, dan Aluvial dengan struktur geologi yang berkembang yaitu Sesar Kali Sempu yang berarah relatif Timurlaut – Baratdaya, Sesar Kali Guyangan yang berarah relatif Tenggara – Baratlaut, Sesar Pagerejo, Sesar Tembelong, Sinklin Watulawang, dan Antiklin Pringamba.

Page 4 of 13 | Total Record : 130