cover
Contact Name
M. Agus Burhan
Contact Email
urbansocietysart@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
urbansocietysart@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Journal of Urban Society´s Arts
ISSN : 23552131     EISSN : 2355214X     DOI : -
Journal of Urban Society's Art ( Junal Seni masyarakat Urban) memuat hasil-hasil penelitian dan penciptaan seni yang tumbuh dan berkembang di masyarakat perkotaan yang memiliki struktur dan kultur yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Seni masyarakat urban merupakan manifestasi seni yang dihadirkan melalui media-media seni rupa, seni pertunjukan, dan seni media rekam yang erat dengan problematika kehidupan yang terjadi dalam keseharian masyarakat, serta bisa menjadi simbol yang menarik dan menjadi elemenpenting yang menjadi ciri khas dari (1) pusat kota, (2) kawasan pinggiran kota, (3) kawasan permukiman, (4) sepanjang jalur yang menghubungkan antar lingkungan, (5) elemen yang membatasi dua kawasan yang berbeda, seperti jalan, sungai, jalan tol, dan gunung, (6) kawasan simpul atau strategis tempat bertemunya berbabgai aktivitas, seperti stasiun, jembatan, pasar, taman, dan ruang publik lain.
Arjuna Subject : -
Articles 141 Documents
Distro’: Independent Creativity for Independent Industr Wulandari, Wiwik Sri
Journal of Urban Societys Arts Vol 12, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

To shortened this introduction, ‘Distro’ is one of cultural phenomenon in theyoung generation nowadays. The word of ‘Distro’ is the shortened of DistributionOutlet. The phenomenon of ‘Distro’ has been some kind of new trends inproducing and distributing creative design products of goods amongst theyoungsters independently, in an independence industry that open for challengingand competitiveness for everyone. This field research has been done in the city ofYogyakarta, reknown as the second city in creative design products after the cityof Bandung. Yogyakarta is welknown as the students’ city as well as the capital cityof culture of Indonesia. As a students’ city it is normal that Yogyakarta is growingin numbers of young people who pursued to study here and enriched the cultureof the city to become more multicultural and the varieties of pluralism as well.This sociocultural phenomenon not only brought some dynamic changing tosociety, economy and cultural life of the city, but also social problems that needsto be overcome. My first research question then is about how the existence of‘Distro’ in Yogyakarta can be a positive answer for social problems that may arisesfrom the hegemony of globalization markets domestically? My second questionis how the creative product designs are being made and distributed creatively inindependent industry? Lastly, my third question is dealling with the genres ofthe design products and how it can be a new trend in art expression? ‘Distro’ is aproduct of culture and it is also creating cultural change in some aspects of the lifeof the youngsters who are ‘Distro’ enthusiasts. ‘Distro’ phenomenon basically is anoffensive to the hegemony of internationally branded product design which turnsto become more over-dominated to the domestic markets and industry and thus,‘Distro’ has the spirit of survival whilts at the same time producing opportunity ofenterpreneurship. ‘Distro’: Kreativitas Independen untuk Industri Independen. Distro (DistributionOutlet) adalah salah satu fenomena yang terjadi pada generasi muda dewasa ini.Distro telah menjadi sebuah tren baru dalam memproduksi dan mendistribusikanbarang-barang dengan desain yang kreatif. Kaum muda melakukannya secaraindependen di dalam sebuah industri yang independen di mana siapapun ditantanguntuk terlibat dalam persaingan. Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, kota kreatifkedua setelah Bandung. Kota ini dikenal sebagai kota pelajar dan kota budaya.Sejumlah besar pemuda datang dari seluruh Indonesia ke kota ini untuk belajar. Halini menyebabkan munculnya multikulturalitas dan pluralitas. Fenomena sosiokulturalini tidak saja menghadirkan dinamika dalam bidang ekonomi dan budaya, namunjuga masalah-masalah sosial yang harus dipecahkan. Masalah-masalah penelitian yang akan dijawab dengan penelitian ini adalah: pertama, bagaimana keberadaan Distro diYogyakarta dapat menjawab masalah-masalah social yang muncul karena hegemono pasarglobal?; kedua, bagaimana produk-produk dengan desain kreatif dibuat dan didistribusikansecara kreatif di dalam industri independen?; ketiga, apa saja genre desain produk yangdihasilkan dan bagaimana genre tersebut bisa menjadi sebuah tren baru dalam ekspresi seni?Distro adalah sebuah produk budaya yang juga menimbulkan perubahan budaya di kalanganpendukungnya. Fenomena Distro pada dasarnya adalah sebuah serangan terhadap hegemonidesain produk dengan merk internasional yang semakin lama semakin mendominasi pasardan industri domestic sehingga dengan demikian, Distro memancarkan semangat untukbertahandan pada saat yang sama menciptakan peluang-peluang kewirausahaan.
Orkes Simfoni Jakarta dalam Perspektif Habitus Bourdieu Susilo, Y. Edhi
Journal of Urban Societys Arts Vol 12, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas habitus orkes simfoni dan pelaku orkes simfoni menurutperspektif habitus Bourdieu. Orkes simfoni sebagai sebuah habitus sudahberlangsung di Indonesia.Perjalanannya diwarnai dengan perubahan-perubahanpada kondisi yang melingkupinya dan para pelaku orkestra yang mendukungnya.Tulisan ini akanmenguraikan keberadaan orkes simfoni sejak tahun 1950-anhingga kondisi saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah danperkembangan orkes simfoni di Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori sosialPierre Bourdieu mengenai ”habitus” dan ”pembentukan kelas”. Jakarta Symphony Orchestra on Bourdieu’s Habitus Perspective. This articlemainly discusses the habitus of symphony orchestra and the players according toBourdieu’s habitus perspective. The symphony orchestra as a habitus has already takenplace in Indonesia. The journey was influenced by the changes in the surroundingconditions and the supporting orchestra players. This articlewill describe the existenceof the symphony orchestra since the 1950s to its condition lately. Moreover, this studyisaimed to determine the history and development of the symphony orchestra in Indonesia.The theory used in the study is the social theory of Pierre Bourdieu on “habitus” and“class formation”.
Hibriditas Musik Dangdut dalam Masyarakat Urban Raditya, Michael H.B.
Journal of Urban Societys Arts Vol 13, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dangdut, merupakan jenis musik yang mengalami dan menemani perubahanyang terjadi di Indonesia. Eksistensinya menandakan dangdut merupakan jenismusik yang paling bertahan selama beberapa dekade. Konsistensinya yang tidakkunjung memudar memutuskan bahwa dangdut merupakan jenis musik yangdapat mewakili rakyat Indonesia. Eksistensi dan konsistensi dangdut diwujudkandengan adanya proses hibriditas yang dilakukan. Dangdut tidak semata-matabersikeras menjunjung nilai keaslian dangdut, tetapi dangdut selalu mengikutike mana arah perkembangan zaman. Hibriditas menjadi kekuataan dangdut,dan membedakan jenis musik ini dengan yang lain. Dangdut menerima segalaperbedaan, bahkan dangdut memadupadankan seluruh elemen yang ada. Dalammelihat proses hibriditas yang terjadi, habitus musikal menjadi poin terpentingdalam keberadaannya. Habitus yang ada membentuk hibriditas dalam arena-arenayang ada. Memadupadankan konsep habitus dan hibriditas merupakan mediasidalam memecahkan proses eksistensi dangdut. Etnografi, metode penelitian senidan pembacaan sejarah menjadi metode yang digunakan dalam menafsirkanfenomena yang ada. Hasil yang didapat dalam penelitian ini, bahwasanya dangdutsebagai musik hibrid tidak dapat mengacu pada satu gaya saja. Habitus menjadipoin terpenting, terlebih bila halnya terjadi di urban area. Habitus dalam arenaarenatertentu berbaur dan membentuk habitus baru, dan seterusnya. Habitussebagai unsur dalam hibriditasi itu tidak mengarah pada keglobalan semata, tetapijuga kelokalan yang ada. The Hybridity of Dangdut Music in Urban Society. Dangdut is a type of music thatendures and witnesses the transformation which has existed in Indonesia. Its existenceindicates that dangdut is the most durable type of music that has been sustained for somedecades. The consistency of dangdut which is not faded over time, has made dangdutto be a type of music that is able to represent Indonesian people. The existence andconsistency of dangdut can be realized by the hybridity process. Dangdut has adjustedits nature to the respective era instead of maintaining its original nature. The hybridityis the strength of dangdut that is able to differentiate dangdut with other types of music.Dangdut embraces all differences and is even able to matchmake with all other existingelements. In looking at how the hybridity process exists, the musical habitus has beenthe most important element. The habitus has shaped the hybridity in the existing arena.Matchmaking the concept of habitus and the hybridity is the mediation in solving theexistence process of dangdut. The ethnography is the method of art research and historythat have been employed in interpreting the existing phenomena. The finding of thisstudy contends dangdut, as the hybrid music, that cannot refer to only one style. The habitus plays as the most important point, in particular in the urban area. In certain arenas, thehabitus mingles and forms the new habitus and etc. The habitus as an element in the hybridity doesnot only merely aim at the globalization, but also at the localization.
Komputasi Fotografi: Mesin Cerdas Ekstraksi Objek Foto Gunanto, Samuel Gandang
Journal of Urban Societys Arts Vol 13, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penerapan teknologi komputasi visi komputer di bidang seni fotografi digital mulaidikembangkan. Ekstraksi objek dengan latar yang kabur menjadi sebuah objek ujicoba yang layak untuk diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan maksud sebagaitahap awal mencari desain teknologi mesin cerdas ekstraksi objek foto yang mampumenangani ekstraksi objek foto secara simultan dalam waktu yang singkat danakurat. Berdasarkan hasil eksperimen, nilai kualitas ekstraksi objek berkisar antaratoleransi 0,1 sampai 0,3 pada proses pemilihan tepian objek fokus. Nilai ini akanmemengaruhi ketepatan proses morfologi dan ekstraksi objek. Computation of Photography: The Intelligent Engine for Photo Object Extraction.The application of computing technology in computer vision has been developed in thefield of digital photography. Extraction of the object with a blurred background is a viabletest object to be researched. The research was conducted with the intention of searching atechnology with intelligent engine design for getting at the simultaneous object extractionin a short time and accurately. Based on the experimental results, the quality of toleranceranging from 0.1 to 0.3 in the edge of detection process. This value will affect the accuracyprocess of the morphology and object extraction.
Penciptaan Seni Film Eksperimental “Sweet Rahwana” Sasongko, Hery
Journal of Urban Societys Arts Vol 13, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Akhir-akhir ini bioskop di Indonesia memutar film-film horor. Genre film yangmuncul di Indonesia sejak tahun 1941 melalui Film Tengkorak Hidoep ini jugadiminati banyak penikmat film tanah air. Sebut saja film Sundel Bolong dan NyiBlorong yang menggondol Piala Antemas FFI (Festival Film Indonesia) untuk FilmTerlaris 1982-1983. Film-film horor juga terus mampu meraup jumlah penontonyang besar dikarenakan bumbu adegan seks yang banyak ada di film-film hororIndonesia. Jika kembali mengaca pada sejarah termasuk sejarah perfilman Indonesia,penulis percaya akan ada titik jenuh. Penonton akan bosan dan kembali menjauhibioskop dengan film Indonesia. Kondisi ini pernah terjadi hanya sesaat sebelumdunia film Indonesia mati suri. Wayang bisa menjadi sumber inspirasi untukmengatasi kejenuhan tema film di Indonesia. Wayang adalah legenda yang tidakbisa dipisahkan dari cerita para tokoh tokohnya, salah satunya adalah karakter tokohRahwana yang selalu berwatak jahat. Unsur-unsur yang terdapat dalam karakterRahwana menjadi inspirasi untuk membuat karya film eksperimental agar menjadikarya dan tontonan alternatif bagi generasi muda Indonesia sehingga bisa menambahwawasan yang lebih luas. Dengan cara mengeksplorasi visual serta metode editingdengan teknik yang baru dan bermutu dapat menjadikan film eksperimental yangberkualitas untuk ditonton. “Sweet Ravana” an Experimental Film Art. Recently, cinemas in Indonesia play scarymovies. Scary movies have appeared in Indonesia since 1941 through a film entitled“Tengkorak Hidoep”. Many people got attracted with it. “Sundel Bolong” and “NyiBlorong” movies got achievement on Anthemas Cup FFI (Indonesian Film Festival)award for a best-selling movies category in 1982-1983. Scary movies have been succsesfullto get a lot of audiences because of many sex scenes in the Indonesian scary movies. Thewriter believes there will be a saturation point against its. The audience will be boredand keep away from Indonesian movie theaters. These conditions had occurred beforethe Indonesian cinemas collapsed. Puppet will be inspiration to heal the boredom inIndonesian movie themes. Puppet is a legend that cannot be separated from the charactersof the story. One of the puppet characters is Rahwana. He is always symbolized as a badcharacter. The elements contained in the character of Rahwana were the inspiration tomake an experimental film which can be the alternative movies for the Indonesian youngpeople, so they can have greater insight. Exploring visual and editing methods by using anew and good technique can make a good quality of experimental film.
Selfie sebagai Perangkat Citra Diri Masyarakat Urban -, Kusrini
Journal of Urban Societys Arts Vol 13, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Selfie menjadi salah satu fenomena yang mudah ditemui dalam masyarakat urban.Tercatat beberapa kepala negara dan publik figur ikut larut dalam keramaian berfotodiri. Pembuatan selfie pun kadang tidak mengenal tempat dan suasana sehinggamemancing pro dan kontra. Berbagai komentar terlontar, penelitian juga dilakukanuntuk mengulik fenomena selfie lebih dalam. Dari sisi fotografi, foto selfie memilikitema yang sama dengan foto potret, yaitu tentang gambar diri. Hanya saja, dalamfoto potret dapat dirasakan karakter personal yang tertangkap kamera. Ekspresi dankomunikasi yang terbangun di dalamnya adalah antara fotografer dengan penikmatfoto, sedangkan dalam foto selfie, interaksi cenderung dengan diri sendiri yangtersaji dalam layar kamera. Selain itu, sebuah foto pada dasarnya dapat digunakanuntuk konstruksi identitas. Identitas personal dapat dikonstruksi dari atribut-atributyang diusung oleh subjek foto. Atribut fisik langsung dapat dilihat dari penampilanyang tersaji. Atribut ekspresi merupakan representasi karakter yang biasanya berupaperilaku yang terekam kamera. Hal itu agak berbeda dengan selfie. Pada selfie,konstruksi identitas yang terbentuk mengarah pada upaya pembentukan citra diri.Foto-foto yang diunggah digunakan untuk membentuk kesan positif atau baik. Selfie as a Tool of Urban Society’s Self Image. Selfie is one of the phenomena that iseasily found in urban society.It is noted that several heads of state and public figures getinvolved to take pictures of themselves. Sometimes, making selfie does not pay attentionto the time and atmosphere so that it may cause pro and contra. Various commentscame out, and the study was also conducted to do the research of selfie. In terms ofphotography, selfie and portrait of photography have the same theme; they are about selfimage. However, the personal character of the portraits can be found and is caught oncamera. The expression and communication built in it is among the photographers andphoto lovers. Meanwhile, the interaction on selfie portraits tends to talk about thempresented on the camera screen. In addition, a picture is basically used for constructingidentity. Personal identity can be constructed from the attributes carried by the subject.Direct physical attributes can be seen from the appearance presented. While theexpression attribute is usually a representation of character behavior caught on camera.It is different from selfie. In selfie, the construction of identity formed is directed to theformation of self-image. The photographs uploaded are used to form a positive or niceimpression.
Kreasi Huruf dengan Konsep Urban Art melalui Media Fotografi Uji Deva Satrio, Putra
Journal of Urban Societys Arts Vol 13, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Huruf sejak zaman dahulu hingga era modern sekarang merupakan suatu elemenyang penting bagi perkembangan kehidupan manusia di dunia. Huruf dan tulisanmemiliki arti amat penting bagi manusia. Bahkan, yang namanya peradaban ataumasa sejarah ditandai dengan peristiwa dikenalnya tulisan oleh manusia. Jika kitamelihat ke buku atau ke layar komputer, kita akan melihat huruf dan tulisan.Selain gambar, huruf adalah cara manusia berkomunikasi secara visual. Urbanart merupakan perwujudan seni yang dihadirkan melalui media-media seni rupa,seni pertunjukan, dan seni media rekam yang erat dengan problematika kehidupanyang terjadi dalam keseharian masyarakat, serta bisa menjadi simbol yang menarikdan menjadi elemen penting yang menjadi ciri khas dari kota tersebut. Kawasanpinggiran kota dan segala macam fasilitas yang ada di ruang publik menjaditarget utama dalam mencari dan mendapatkan objek-objek huruf alfabet dalampenciptaan fotografi ini. Penciptaan fotografi ini berangkat dari ketertarikanpenulis mengenai huruf, dari desain, bentuk, warna-warnanya, hingga susunanyang menarik yang bisa membuat penulis terkagum-kagum sehingga memunculkanide penciptaan melalui media fotografi mengenai segala hal tentang bentukhuruf. Melalui media fotografi ini nantinya akan tercipta suatu bentuk huruf ataumenangkap moment yang terjadi menggunakan kamera yang terdapat di lingkungansekitar dan fasilitas yang ada melalui hunting di berbagai tempat. Di sini dibatasi fontfontatau huruf-huruf alphabet sebagai objek yang akan di-explore dan dikembangkansebagai objeknya. Tujuan dalam proses pembuatan karya huruf dalam fotografi iniadalah menunjukkan bahwa setiap hal kecil, sepele bisa menjadi ide yang menarikserta unik. Tiap bentuk huruf yang ditemukan berasal dari bentuk sudut (angle)yang tak terduga bisa menjadi objek yang menarik mengasilkan bentuk-bentukhuruf alfabet yang unik. Manfaat dari penciptaan ini adalah secara tidak langsungmemberikan wawasan tambahan mengenai penerapan bahasa dan pengetahuanmengenai huruf-huruf. Bahwa huruf (font) tidak hanya diucapkan serta ditulisseperti biasa tetapi bisa juga dapat dikatakan sebagai “visual language” atau dapatberarti bahasa yang dapat dilihat melalui media fotografi. The Creation of Letters with Urban Art Concept through the Medium ofPhotography. The letters, since ancient times until the modern era, have constitutedan important element for the development of human life in the world. Letters andwritings have very important meaning for human. In fact, the name of civilizationor historical period marked by the events of the familiar writings by men. When we look at the book or the computer screen, we will look at letters and writings. Inaddition to images, the letter is the way people communicate visually. Urban art isan embodiment of art that is presented through the media of visual arts, performingarts, and recording media arts which are closed to our everyday life; and can be aninteresting symbol and becomes the important element of the hallmark of the city.The suburbs and all kinds of facilities in public spaces become a primary target forsearching for and geting alphabetical objects in the creation of this photography. Thecreation of this photography came from the writer’s interest of the letter, whether it isfrom the design, shapes, colours, up to an interesting arrangement of it which couldmake him bringing up the idea of the creation through the medium of photographyabout the shape of the letter. Through the medium of photography, future writers cancreate a form of letters or capture the moment that occurs by using the camera onthe surrounding environment and facilities through hunting the objects in variousplaces. The author limited the Alphabetical letters or as the object to be explored anddeveloped. The purpose in the process of making a piece of letters in photography wasshowing that a small thing could be an interesting and unique idea. Every singleform of the letter found was derived from an angular shape (angle) that unexpectedlycould become the object of the interesting letters of the alphabet producing the uniqueforms. The benefit of the creation is indirectly to give the additional insight onimposing the language and knowledge about the letters. Letters (fonts) are not justspoken and written as usual but they can also be considered as “visual language“orcan be meant a language seen through the medium of photography.
Persepsi Masyarakat terhadap Musik Punk -, Firmansah
Journal of Urban Societys Arts Vol 13, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kata punk berasal dari bahasa Inggris, “Public United Not Kingdom” yang berartikesatuan masyarakat di luar kerajaan. Punk muncul sebagai bentuk reaksi darimasyarakat yang kondisi perekonomiannya lemah dan pengangguran di pinggirankota Inggris. Punk adalah suatu ideologi tentang pemberontakan dan antikemapanan, dengan berbagai macam karakter dari tiap entitas hingga membentukkelompok untuk keamanan identitas diri dan ciri dari komunitas punk tersebut.Punk sering dikatakan sebagai salah satu seni avant garde yang terangkumdalam berbagai macam seni, misalnya musik. Estetika dari musik punk terbilangmempunyai kadar yang tinggi karena dari segi musik, pemberontakan dilakukanmelalui lirik lagu yang mengecam keras segala bentuk perilaku pemerintah yangsecara sewenang-wenang menindas masyarakat. Lirik dalam musik ini juga sebagaialat provokatif untuk bersama-sama melakukan perlawanan dari cita-cita punk,artinya musik yang mereka ciptakan berasal dari hati nurani mereka. Namun,umumnya masyarakat menilai musik punk sebagai musik yang negatif dan sebagaigangguan sosial. Inilah tugas para komunitas punk untuk merekonstruksi persepsimasyarakat mengenai musiknya dan melanjutkan ideologi yang dianutnya. The People’s Perception on Punk Music. Punk word is derived from English, “NotPublic United Kingdom” which means a unity in the community outside the kingdom.Punk emerged as a form of reaction from the public where the economy is weak and theunemployment condition in the English suburbs. Punk is an ideology of rebellion andanti-establishment with a wide range of characters from each entity to form a groupfor the secure identity and characteristics of the punk community. Punk that is oftenregarded as one of the avant-garde arts is summarized into various arts such as music.The aesthetics of punk music has a fairly high level of integrity because in terms ofmusic, the rebellion is carried out through song lyrics condemning all forms of behaviorin which the government arbitrarily oppressive the society. The song lyrics are as aprovocative tool to jointly take the fight from the ideals of Punk himself, meaning thatthey create music that comes from their conscience. However, people generally may judgethe punk music as a negative and social disruption. This is the task of punk communityto reconstruct the public perception on punk music and continue their ideology espoused.
Stereotip Gender dalam Lukisan Anak-Anak di Yogyakarta -, Kasiyan
Journal of Urban Societys Arts Vol 13, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplanasi: (1) stereotip gender lakilakidalam representasi seni lukis anak-anak; (2) stereotip gender laki-laki dalamrepresentasi seni lukis anak-anak; (3) faktor yang mempengaruhi ada perbedaanstereotip gender laki-laki dan perempuan dalam representasi lukisan anak-anak diYogyakarta sebagaimana tersebut. Metode penelitian ini adalah kualitatif denganpendekatan semiotik, dengan data penelitian lukisan karya anak-anak di Yogyakarta.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.Hasil penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut: (1) Lukisan anak-anakcenderung merepresentasikan laki-laki dalam posisi dan peran di sektor publik danlebih positif, (2) Sementara itu, sebaliknya perempuan direpresnetasikan cenderungada di posisi dan perannya di sektor domestik yang cenderung negatif, (3) Adapunpenyebab utama adanya perbedaan konstruksi gender yang stereotip laki-laki danperempuan tersebut, terutama disebabkan oleh kuatnya konstruksi ideologi genderdan patriarki secara sosial budaya di masyarakat, tidak terkecuali yang dipahamidalam pengetahuan anak-anak. Gender Stereotype in the Children’s Paintings in Yogyakarta. This particular studyis aimed to explain: (1) men’s gender stereotype representation in children’s painting; (2) women’stype representation in children’s paintings; and (3) factors influencing those two ways of genderstereotype representations which tend to be exploitative. The method used in this particular studyis the qualitative method with gender and semiotic perspective as the main concerns. The data arein the forms of children’s paintings in Yogyakarta. The descriptive qualitative analysis techniqueis used to analyze the data. The results of this study can be described as the followings: 1) (Menare represented in the children’s paintings as having the more positive gender stereotype that isbeing placed in the public roles and position; (2) On the other hand, women are representedin the children’s paintings as having less positive gender stereotype rather than men that is byhaving the position and roles in domestic matters; (3) While the factors influencing the strengthof gender stereotype in the children’s paintings are mainly the results of the strong influence ofgender ideology and the spirit of patriarchy believed in the culture of the society, not to mention inchildren’s minds.
Musik Gospel’ Sebagai Ekspresi Spiritual-Musikal Jemaat Gereja Kristen Kharismatik Wijayanto, Bayu; Simatupang, Lono L.; Ganap, Victorius
Journal of Urban Societys Arts Vol 13, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

‘Praise and worship’ (‘pujian dan penyembahan) adalah aktivitas ibadah olehkomunitas gereja aliran Kharismatik yang bertujuan untuk memuji danmenyembah Tuhan yang dilakukan melalui nyanyian dan penyajian musik. Bentukdan sifat musik gospel rohani ini cenderung menunjukkan ciri-ciri dan sifat musikmusik pop. Permasalahan utama dalam tulisan ini membahas bentuk, fungsi, danpandangan gereja terjadap musiknya. Penelitian ini menggunakan pendekatandeskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis struktur musik danpenggunaannya dalam konteks aktivitas ibadah. Berdasarkan analisis musikal dankontekstual, nampak interelasi antara unsur-unsur yang menonjol, yaitu syair danmelodi lagu yang didukung rhythm musik yang memberikan stimulasi emosi atauperasaan dan suasana tertentu yang sesuai dengan konteks ibadah. Syair atau liriklagu terbingkai melodi lagu yang melodius repetitif (berulang-ulang) dan sekuen.Rythm musik dengan beat yang jelas menjadi dasar irama lagu yang kuat untukmenekankan keserempakan dan soliditas tempo lagu yang dinyanyian oleh jemaat.Keberadaan musik dalam ibadah memiliki fungsi antara lain (1) lirturgis, (2)komunikasi, (3) pengajaran (dokrin), (4) pewartaan Injil, dan (5) integrasi sosialjemaat. ‘Gospel Music’ as a Spiritual-Musical Expression of Charismatic ChristianChurch Community. ‘Praise and worship’, religious activity by a charismatic Christian churchcommunity aims to praise and worship the Lord, which is done by singing and playing music.The shape and nature of gospel music in church worship ishh likely to show characteristics andproperties of pop music. Problems in this study relate to the form and function of music as wellas the Church’s view of the music. The method used in this research is a descriptive qualitativeapproach, to describe the analysis of the structure of music and use of music in the context ofchurch worship activity. Based on these results, it can be concluded that the apparent interrelationbetween the musical elements that stand out the lyric and melody backed music rhythm stimulatingemotions or feelings and a certain atmosphere appropriate to the context of worship. Poetry or songlyrics are framed melodious repetitive melody (repeatedly) and sequences. The rhythm of musicwith a clear beat to the rhythm of the song is a strong foundation to emphasize simultaneity andsolidity tempo of song sung by the congregation in worship. Music has several functions such as(1) liturgical, (2) communication, (3) teaching (doctrine), (4) preaching the gospel, and (5) socialintegration of church.

Page 2 of 15 | Total Record : 141