cover
Contact Name
Dedi Mulyadi
Contact Email
d3dimulya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
riset.geotek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan
ISSN : 01259849     EISSN : 23546638     DOI : -
Core Subject : Science,
RISET (Indonesian Journal of Geology and Mining) welcomes article submissions dealing with Geology; Applied Geophysics; Mining.
Arjuna Subject : -
Articles 238 Documents
ANALISA PENGARUH TOPOGRAFI DAN POLA TATA GUNA LAHAN TERHADAP ABSTRAKSI DAERAH ALIRAN SUNGAI BERDASARKAN MODEL RAINFALL RUNOFF Ariani Budi Safarina
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.264 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2012.v22.53

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh topografi dan tata guna lahan terhadap volume abstraksi pada suatu daerah aliran sungai. Pada penelitian ini dianalisa model rainfall runoff sepuluh daerah aliran sungai di Pulau Jawa dengan variasi karakteristik dan pola tata guna lahan. Model ini menganalisa mekanisme terjadinya limpasan karena suatu event hujan. Untuk mendapatkan jumlah limpasan, pada model ini dianalisa besarnya abstraksi  dengan menggunakan metoda indeks phi, dimana laju abstraksi diasumsikan konstan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat hubungan logaritmis antara tata guna lahan dengan jumlah abstraksi. Pada musim kemarau, jumlah abstraksi 16% lebih besar dari abstraksi pada musim penghujan. Untuk kemiringan DAS yang sama, abstraksi lebih besar jika jumlah hutan dan kebun yang lebih besar. Selain itu, abstraksi juga dipengaruhi oleh luas DAS dengan hubungan logaritmis, dimana abstraksi semakin besar dengan bertambahnya luas DAS tetapi pada luasan diatas 1000 km2, penambahannya lambat atau asympthotis. Debit puncak DAS tidak menunjukkan konsistensi terhadap tata guna lahan, dan mempunyai hubungan linier dengan luas DAS dengan gradient 0.022 pada koefisien determinasi R2 sebesar 0.772
Perkiraan Tingkat Erosi Tanah di Sub Das Besai, Lampung Barat Asep Mulyono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 1 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1385.929 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.21

Abstract

ABSTRAK Tingkat erosi tanah di sub DAS Besai telah diperkirakan sebagai dasar kuantitatif dalam merekomendasikan upaya mempertahankan, memulihkan, meningkatkan kesuburan dan fungsi tanah sebagai pengatur tata air. Perkiraan tingkat erosi tanah dilakukan dengan metoda RUSLE yang dilakukan secara spasial dengan menggunakan perangkat lunak Sistem informasi geografis (SIG). Erosivitas, erodibilitas, kemiringan lereng, panjang lereng, sistem penanaman dan faktor konservasi merupakan 6 parameter data yang dimasukan dalam pendekatan RUSLE. Tingkat konversi lahan, khususnya hutan lindung menjadi lahan pertanian dan perkebunan, sangat pesat terjadi di Sub DAS Besai. Sub DAS Besai yang terletak di wilayah Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu bagian hulu DAS Tulang Bawang Lampung. Selama rentang waktu 30 tahun (1970 – 2000) telah terjadi penurunan tutupan lahan hutan sebesar 48 %. Perubahan terjadi sebagai akibat tingginya aktivitas masyarakat dalam usaha tani kopi monokultur dan tanaman semusim.  Hasil studi menunjukkan 23.62% wilayah penelitian dikategorikan dalam tingkat erosi tanah yang normal, tingkat ringan seluas 42.98%, tingkat moderat seluas 14.57%, tingkat berat seluas 15.38% dan sangat berat seluas 3.45%. Seluas 45% wilayah dengan tutupan lahan perkebunan kopi mengalami tingkat erosi dalam kategori ringan sampai sangat berat pada semua rentang kelerengan dan jenis tanah. Tampaknya perkebunan kopi sistem monokultur mengakibatkan lapisan tanah akan sangat mudah tergerus oleh adanya aliran permukaan dikarenakan tidak adanya tutupan tanah di bawah kanopi tanaman kopi tersebut.
Identifikasi Potensi Bencana Alam dan Upaya Mitigasi yang Paling Sesuai Diterapkan di Pesisir Indramayu dan Ciamis R. Ruswandi; Asep Saefuddin; Syafri Mangkuprawira; Etty Riani; Priyadi Kardono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 18, No 2 (2008)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.347 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2008.v18.12

Abstract

ABSTRAK Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam pesisir melimpah dan potensi bencana alam yang tinggi. Konfigurasi pulau besar dan pulau kecil menempatkan Laut Jawa sebagai perairan dalam yang mengakibatkan pantura Jawa sering diterjang gelombang pasang sehingga mengalami abrasi. Posisi lempeng tektonik di sébelah selatan Pulau Jawa mengakibatkan gempabumi dan tsunami sangat potensial melanda pansela Jawa. Tulisan ilmiah ini bertujuan mengetahui potensi bencana alam dan bentuk mitigasi yang sesuai diterapkan di pesisir Indramayu dan Ciamis. Metode analisis yang digunakan adalah Interpretive Structural Modeling dan hasil analisis data serta pendapat pakar menunjukkan bahwa bencana potensial di Indramayu adalah gelombang pasang diikuti banjir dan abrasi, dan di Ciamis adalah gempabumi, tsunami diikuti oleh gelombang pasang. Bentuk mitigasi yang paling sesuai ditentukan oleh Metode Perbandingan Eksponensial dimana di Indramayu adalah gabungan pemecah ombak, peredam abrasi, dan penahan sedimentasi sejajar pantai serta gabungan penanaman mangrove, terumbu karang buatan dan revitalisasi pasir pantai. Di Ciamis, adalah sistem peringatan dini, penyelamatan diri dan gabungan pemecah ombak, peredam abrasi, dan penahan sedimentasi sejajar pantai.
KRITERIA RANCANG BANGUN SISTEM PANEN HUJAN DAN ALIRAN PERMUKAAN: STUDI KASUS DAS CISADANE HULU Nani Heryani; Setyono Hari Adi; Budi Kartiwa
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 2 (2013)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1853.258 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.76

Abstract

Abstrak Banjir dan kekeringan merupakan dua fenomena alam yang dapat mengancam sistem produksi pertanian dan ketahanan pangan nasional. Secara kuantitatif masalah banjir terjadi akibat kesenjangan dua hal yaitu masalah distribusi dan kapasitas (storage). Distribusi curah hujan yang tidak merata secara spasial dan temporal menyebabkan kelebihan air di musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain melalui  pemanenan air hujan dan aliran permukaan menggunakan embung, dam parit, dan lain-lain. Penelitian dilaksanakan di Sub DAS Cisadane Hulu pada Maret sampai dengan Nopember 2011. Tujuan penelitian yaitu: 1) mengkarakterisasi kondisi biofisik wilayah untuk penilaian kesesuaian aplikasi sistem panen hujan dan aliran permukaan 2) mengembangkan model pengelolaan air melalui panen hujan dan aliran permukaan dan mengantisipasi banjir dan kekeringan, 3) mengembangkan kriteria rancang bangun sistem panen hujan dan aliran permukaan untuk mengurangi risiko banjir dan kekeringan.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dam parit  dapat dibangun di sub DAS Cikereteg, DAS Cisadane sebanyak 41 buah dapat mengairi target irigasi seluas 50,4 ha. Sedangkan di seluruh DAS Cisadane jika dibangun sebanyak 159 buah akan dapat menurunkan debit puncak sebesar 4,5 m3/detik.  Pembangunan dam parit di sub DAS Cikereteg DAS Cisadane Hulu tergolong sesuai secara teknis maupun sosial ekonomi.
KESESUAIAN LAHAN UNTUK KOMODITAS TEH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG, JAWA BARAT Asep Mulyono; Hilda Lestiana; Dedi Mulyadi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 1 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1238.715 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.44

Abstract

ABSTRAK Penurunan produksi komoditas teh di wilayah Sagalaherang, Kabupaten Subang, telah terjadi sejak tahun 2007. Penurunan produksi ini disebabkan oleh semakin berkurangnya ketersediaan lahan untuk budidaya teh akibat konversi lahan perkebunan menjadi pemukiman, diversifikasi komoditas menjadi kelapa sawit. Ketersediaan dan kualitas lahan merupakan salah aspek penting dalam pengembangan komoditas teh guna meningkatkan produksi teh di masa datang. Oleh karena itu diperlukan studi untuk menilai kondisi lahan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk komoditas teh di wilayah Sagalaherang. Kegiatan studi dimulai dengan penyusunan peta dasar, yaitu berupa peta-peta tanah, geomorfologi, topografi, dan geologi pada skala 1 : 100.000. Survei tanah dilakukan dengan pengambilan contoh tanah untuk analisa sifat kimia dan fisika tanah di laboratorium. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan dengan teknik tumpang tindih (overlay). Hasil studi didapatkan bahwa di wilayah studi memiliki 4 ordo tanah, yaitu Inceptisols, Andisols, Ultisols dan Entisols dengan 8 sub grup. Nilai kelas kesesuaian lahan untuk komoditas teh diperoleh kelas S1 dengan luas 6,44 km2, kelas S2 dengan faktor pembatas lereng seluas 45,94 km2, kelas S3 dengan faktor pembatas lereng dan ketersediaan air seluas 38,50 km2 dan kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air dan nutrisi, kondisi drainase dan lereng seluas 32,98 km2. Berdasarkan penilaian kondisi lingkungannya, wilayah Sagalaherang secara umum memiliki kondisi lahan yang sesuai untuk komoditas teh. Oleh karena itu kegiatan alih fungsi atau konversi lahan baik berubah ke lahan pemukiman maupun beralih komoditas ke sawit perlu dibatasi, sehingga produksi teh dapat kembali meningkat dan menjadi komoditas utama di wilayah Sagalaherang.
Sejarah Perkembangan Kota Semarang (Jawa Tengah) di Masa Lalu dan Dampak Kehadiran Polutan Nitrat Pada Airtanah di Masa Kini Sudaryanto Sudaryanto; Y. Sunarya Wibawa
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 1 (2013)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1677.255 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.67

Abstract

ABSTRAK Sejarah perkembangan kota Semarang dimulai sejak abad ke-8 dengan mulai dibangunnya perkantoran dan permukiman tahun 1705 terpusat di kota yang saat ini terkenal dengan kota lama Semarang. Periode berikutnya meliputi pembangunan perkantoran, permukiman dan vila-vila yang cukup pesat tahun 1942-1976. Jumlah penduduk pada tahun 2010 akibat urbanisasi sebesar 1.527.433 jiwa, tingkat pertumbuhan penduduk 2,09% pertahun dengan kepadatan penduduk rata-rata 4.087 jiwa/km2. Permasalahannya apakah airtanah di kota Semarang, yang termasuk kota tua dan merupakan wilayah urban, telah mengalami kontaminasi nitrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian airtanah dangkal telah tercemari polutan nitrat dan tingginya nitrat  tidak selalu berhubungan erat dengan umur permukiman dan kepadatan penduduk karena karakter litologi berperan sebagai penyerap atau meluluskan nitrat.
GROUNDWATER CHARACTERISTICS IN JAKARTA AREA, INDONESIA Makoto Kagabu; Robert M. Delinom; Rachmat Fajar Lubis; Jun Shimada; Makoto Taniguchi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1178.135 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2010.v20.35

Abstract

ABSTRACT In the Jakarta area (Indonesia), excessive groundwater pumping due to the rapidly increasing population has caused groundwater-related problems such as brackish water contamination in coastal areas and land subsidence. In this study, we adopted multiple hydrogeochemical techniques to understand groundwater characteristic in the Jakarta area. Although almost all groundwater existing in the Jakarta basin is recharged at similar elevations, the water quality and apparent residence time demonstrates a clear difference between the shallow and deep aquifers. Due to the rapid decrease in the groundwater potential in urban areas, we found that the seawater intrusion in shallow aquifer and the shallow and deep groundwaters are mixing, a conclusion confirmed by major ions, Br−:Cl− ratios and chlorofluorocarbon (CFC)-12 analysis.
IMBUHAN BUATAN : SOLUSI UNTUK MENGATASI MASALAH KEKURANGAN AIRTANAH DI CEKUNGAN BANDUNG Nyoman Sumawijaya
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (989.784 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2012.v22.58

Abstract

ABSTRAK Analisa prospek penerapan imbuhan buatan menggunakan air cucuran atap untuk mengatasi permasalahan defisit  airtanah di Cekungan Bandung dilakukan berdasarkan aspek kebutuhan, adanya sumber air dan adanya dukungan kebijakan.  Penurunan muka airtanah yang terjadi di sebagian besar wilayah Cekungan Airtanah Bandung menandakan telah terjadinya pengambilan airtanah yang melebihi pengisian secara alamiah. Untuk airtanah dangkal,  hampir di semua kawasan terbangun muka airtanah berada antara 3 m – 20 m dibawah muka tanah setempat sementara pada airtanah dalam, muka airtanah berada pada kedalaman antara 15 m  - 91 m (bmt). Ini menandakan perlunya dilakukan pengimbuhan buatan. Sekitar 10,3% atau sekitar 17,324 ha  wilayah Cekungan Bandung merupakan lahan terbangun. Dengan  curah hujan monsoon sekitar 1350 mm/tahun akan terdapat 187 juta m3 air cucuran atap yang bisa diresapkan ke dalam tanah untuk menambah potensi airtanah di Cekungan Bandung. Penerapan imbuhan buatan juga didukung oleh perundang-undangan. Sudah ada tiga peraturan yang bisa diacu untuk menerapkan imbuhan buatan di Cekungan Bandung yaitu UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, PP No. 43 tahun 2008 tentang pengelolaan airtanah dan Perda Jawa Barat No. 16 tahun 2001 tentang airtanah.
TIPE AIR UNTUK PENENTUAN ALIRAN AIRTANAH VERTIKAL DI CEKUNGAN JAKARTA Dadan Suherman; Sudaryanto Sudaryanto
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 19, No 2 (2009)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1065.082 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2009.v19.26

Abstract

ABSTRAK Pengambilan airtanah yang berlebihan menunjukkan bahwa dari tahun-ketahun di beberapa tempat telah mengalami penurunan kualitasnya, dan mengalirnya airtanah dari akuifer tidak tertekan ke akuifer tertekan. Analisis mengenai fenomena tersebut dilakukan dengan cara membandingkan tipe air dari kedua akuifer tersebut. Untuk keperluan itu, telah dilakukan penelitian  airtanah di 20 lokasi yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Pengambilan conto airtanah terdiri dari 15 conto dari akuifer tidak tertekan, 12 conto pada akuifer tertekan atas, dan sembilan conto dari akuifer tertekan bawah. Hasil analisis kimia dengan metode spektrofometri serapan atom (AAS), volumetri, dan turbidimetri menunjukkan bahwa tipe airtanah pada akuifer 1, 2, dan 3, bertipe MgCl2, CaCl2, NaCl, , Na2SO4, NaHCO3, NaMix, dan Ca(HCO3)2. Tipe air NaCl mengindikasikan bahwa di  Tongkol, Ancol, Marunda, Slipi dan Cempaka Putih telah dipengaruhi oleh garam, tipe ini banyak didapatkan pada akuifer 1. Sedangkan tipe anion bikarbonat banyak terdapat pada akuifer 2 dan akuifer 3.  Masing-masing  akuifer umumnya memperlihatkan tipe airtanah yang berbeda, hasil ini memberikan indikasi bahwa di lokasi penelitian tidak terjadi aliran airtanah secara vertikal.
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK MENDUGA KUANTITAS KOMPONEN SUMBERDAYA AIR BULANAN SECARA SPASIAL DENGAN METODA CN-NRCS, TEGANGAN AIRTANAH DAN KONDUKTIVITAS HIDRAULIK DI HULU DAS CITARUM M. Rahman Djuwansah; Ida Narulita
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 2 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.154 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.49

Abstract

ABSTRAK Keberadaan metodologi pendugaan yang lebih rinci tentang ketersediaan sumberdaya air secara spasial telah menjadi keperluan mendesak. Selama beberapa dekade terakhir terjadi perluasan pesat daerah urban, utamanya di Pulau Jawa, dimana beberapa diantaranya kini mengalami krisis air.  Sistem Informasi Geografi telah dimanfaatkan untuk menduga kuantitas komponen sumberdaya air di hulu DAS Citarum. Data yang digunakan adalah model elevasi digital (DEM), citra satelit, data curah hujan dari 22 stasiun yang tersebar di daerah kajian, peta tanah dan peta geologi. Pendugaan kuantitas komponen sumberdaya air didasarkan pada metoda CN (SCS/NRCS), distribusi tegangan airtanah (pF) dan perbedaan konduktifitas hidraulik. Hasil penelitian menghasilkan basis data spasial kuantitas komponen sumberdaya air yang dapat disajikan baik sebagai data tabular, diagram, maupun peta tematik  untuk keseluruhan daerah penelitian maupun khusus untuk daerah yang dipilih. Validasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil pendugaan dengan hasil pengukuran luah aliran Sungai Citarum di Stasiun Nanjung. Model pendugaan memperlihatkan validitas yang baik untuk kuantifikasi air larian bulanan. Untuk air infiltrasi serta total aliran, validitas baik hanya diperoleh untuk waktu kumulatif tahunan. Hasil pendugaan ini memadai untuk disajikan  setara dengan informasi peta pada skala 1: 50 000. Pemahaman tentang keterbatasan model diperlukan untuk meminimalkan kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan atas informasi hasil pendugaan.

Page 3 of 24 | Total Record : 238