cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sosioinforma
ISSN : 24428094     EISSN : 25027913     DOI : -
Core Subject : Social,
Sosio Informa merupakan nama baru dari Majalah Informasi Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial. Majalah Sosio Informa menyajikan tulisan hasil kajian literatur dan kajian pemikiran kritis mengenai pembangunan kesejahteraan sosial. Sosio Informa merupakan media publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial dan pihak-pihak yang menekuni bidang pembangunan kesejahteraan sosial.
Arjuna Subject : -
Articles 398 Documents
MENGENAL PERILAKU TANTRUM DAN BAGAIMANA MENGATASINYA Syamsudin, Syamsudin
Sosio Informa Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara konsep, tantrum merupakan hal yang baru bagi kebanyakan orangtua, padahal padakenyataannya perilaku ini adalah hal yang lumrah dialami oleh orangtua dalam pengasuhan anak.Perilaku tantrum adalah perilaku yang normal pada anak yang berusia 15 bulan sampai 6 tahun. Karenaitu, orangtua tidak perlu risau jika anak mengalami hal ini. Sekalipun dalam bentuk perilaku yang agresif,perilaku ini bukanlah perilaku permanen yang abnormal. Ini terjadi karena ketidaknyaman yang dirasakanoleh anak dengan beberapa sebab seperti lapar, ngantuk, sakit, keinginannya terhalangi, orang tua salahmerespon kebutuhan anak, diserang atau dikritik, dirampas permainannya atau bertemu dengan orangasing dan beberapa sebab lainnya. Pola pengasuhan yang tidak konsisten juga berkontribusi besarterhadap perilaku ini termasuk jika orang tua terlalu memanjakan dan menuruti keinginan anak. Karenaini adalah perilaku normal, maka orang tua perlu meresponnya secara tepat dan proporsional, sebab jikasalah dalam memberikan perlakuan akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Tulisan inibertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan perilaku tantrum, teorinya,penyebabnya, serta bagaimana cara menghadapi anak yang mengalami tantrum.Kata Kunci: pengasuhan, tantrum, agrsivitas anak.
FUNGSI KELOMPOK TANI: MENINGKATKAN PARTISIPASI PETANI Krisnawati, Krisnawati
Sosio Informa Vol 19, No 3 (2014)
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang fungsi kelompok tani dalam meningkatkanpartisipasi petani. Kendati lembaga kelompok tani telah banyak dibentuk, namun cukup sulit saat ini untukmenemukan kelompok tani yang aktif, dimana anggotanya berpartisipasi dalam memanfaatkan lembagatersebut untuk meningkatkan kinerja usaha tani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Padahalkelompok tani memiliki peran dan fungsi yang penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian.Keberadaan dan peran kelompok tani khususnya untuk anggota kelompok tani yaitu petani, dapat dilihat darifungsi kelompok tani, dimana kelompok tani mampu meningkatkan partisipsi anggotanya atau petani dankelompok tani dapat dijadikan sebagai tempat atau wadah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilandan sikap petani sehingga petani mau berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok tani.Kata Kunci: kelompok tani, fungsi kelompok tani, partisipasi.
MASALAH DAN PELAYANAN RETARDASI MENTAL DI TEMANGGUNG: SUATU ANALISIS DESKRIPTIF Mujiyadi, Benecditus; Sumarno, Setyo
Sosio Informa Vol 17, No 1 (2012): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ditemukan fenomena menarik dan memerlukan perhatian dari berbagai profesi dan disiplin ilmu diTemanggung. Di wilayah kabupaten tersebut ditemukan populasi penyandang disabilitas intelektual ataulebih dikenal dengan istilah tuna grahita yang cukup banyak. Belum diketahui secara pasti apa penyebabutama dari fenomena dimaksud. Apakah iklim, mineral atau jenis tanaman tertentu yang membawadampak bagi kondisi ini? Sebagai telaah awal, diketahui bahwa Pemerintah Kolonial Belanda telahmelihat fenomena ini dan bahkan telah mendirikan sebuah tempat pelayanan yang diperuntukkan bagi tunagrahita dimaksud pada tahun 1908 (BBRSBG, 2010). Sebagai upaya untuk menanggulangi masalah initelah terdapat Balai Besar Rehabilitasi Tuna Grahita dengan sistem pendekatan melalui tiga model yaknilayanan dalam panti, day care services dan layanan melalui pemberdayaan orang tua dari penyandangtuna grahita dimaksud. Demikian juga Dinas Sosial telah melakukan berbagai upaya penanggulangansejak pendataan hingga pelayanan melalui pemberdayaan orang tua penyandang tuna grahita. Atas dasarfenomena ini, disarankan untuk diadakan telaah menyeluruh dengan melibatkan berbagai disiplin danprofesi agar penanggulangan lebih memadai.Kata kunci: retardasi mental, berbagai kategori disabilitas intelektual, pelayanan sosial
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DALAM RANGKA MEMPERKOKOH KETAHANAN NASIONAL Mujiyadi, B
Sosio Informa Vol 1, No 1 (2015): Sosio Informa
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi ini merupakan kajian atas kebijakan pemberdayaan sosial dan ekonomi keluarga serta kondisiketahanan sosial pada keluarga. Dengan pendekatan deskriptif-evaluatif, studi ini dimaksudkan untukmendalami tingkat pemenuhan kebutuhan dasar minimum bagi setiap keluarga serta menemukan alternatifkebijakan dalam rangka meningkatkan ketahanan sosial keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalamsistem kemasyarakatan, yang mempunyai berbagai fungsi bagi setiap insan di dalamnya. Namun demikian,oleh karena sesuatu hal maka fungsi-fungsi dimaksud tidak dapat berjalan secara optimal. Terdapat keluargakeluargayang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimumnya yang meliputi kebutuhan fisik,psikis, sosial dan spiritual. Kondisi yang lebih parah dialami keluarga yang karena kecilnya pendapatan,maka keluarga dimaksud tidak mampu memenuhi kebutuhan yang sangat minimal seperti pangan, sandangdan papan. Dalam rangka terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar maka keluarga-keluarga dimaksudperlu diberdayakan. Sebagai tahap awal, keluarga itu perlu diberdayakan dari aspek sosial dan ekonominya.Dengan meningkatnya keberdayaan sosial ekonomi, keluarga dimaksud diharapkan akan dapat mencapaipeningkatan kesejahteraannya, yang ditandai dengan terwujudnya keluarga yang kokoh dan mampumelaksanakan fungsinya secara optimal. Keluarga yang dapat melaksanakan fungsinya secara optimal akanmemperkuat ketahanan nasional.Kata kunci: fungsi keluarga, pemberdayaan, ketahanan nasional
PERLINDUNGAN ANAK BERBASIS KOMUNITAS; SEBUAH PENDEKATAN DENGAN MENGARUSUTAMAKAN HAK ANAK Wismayanti, Yanuar Farida; Noviana, Ivo
Sosio Informa Vol 16, No 3 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Situasi anak-anak di Indonesia menunjukkan masih banyaknya pelanggaran atas hak anak. BerbagaiUndang-Undang serta kebijakan perlindungan anak sudah dikeluarkan, namun implementasinyamasih belum maksimal. Berbagai permasalahan anak Situasi dan kondisi anak Indonesia saatini masih mencerminkan adanya penyalahgunaan (abuse), eksploitasi, diskriminasi,penelantaran,dan masih mengalami beberapa tindak kekerasan yang membahayakan perkembangan jasmani,rohani, dan sosial anak. Untuk itu perlu dikembangkan sebuah model perlindungan anak dalamrangka pemenuhan hak anak. Dal hal ini, keterlibatan masyarakat termasuk anak-anak sangatpenting untuk mengupayakan perlindungan anak. Pendekatan hak anak menjadi basis dalamprogram perlindungan anak yang mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.Kata kunci: perlindungan anak, pengarustamaan hak anak
DINAMIKA MASYARAKAT MIMIKA DALAM PERSPEKTIF KETAHANAN SOSIAL Jayaputra, Achmadi
Sosio Informa Vol 17, No 3 (2012)
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Mimika asalnya dari suatu kecamatan atau distrik Timika. Saat ini secara sosial dan ekonomiberkembang dengan pesat berkat adanya sebuah perusahaan pertambangan internasional. Keberadaanperusahaan tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, terutama penduduk asli dan pendudukpendatang. Kedua kelompok masyarakat tersebut masing-masing memiliki ketahanan sosial dalam hidupberdampingan. Kajian bertujuan untuk memahami tentang ketahanan sosial masyarakatnya. Pengumpulandata dilakukan dengan wawancara terhadap tokoh masyarakat dan pengamatan lapangan dalamkehidupan sehari-hari di kota Timiki. Hasil kajian menunjukkan dalam kehidupan sehari-hari masingmasingmempertahankan ketahanan sosial sosialnya. Namun, dalam keadaan tertentu ketahanan sosialmasyarakat terasa renggang dan berakibat munculnya perselisihan atau konflik sosial yang bersifat laten.Hal tersebut menunjukkan adanya dinamika dalam masyarakat yang ingin hidup berdampingan dengancara saling menyesuaikan diri.Kata kunci; dinamika, masyarakat Mimika, ketahanan sosial
KEBUTUHAN PELAYANAN SOSIAL PENYANDANG CACAT Hikmawati, Eny; Rusmiyati, Chatarina
Sosio Informa Vol 16, No 1 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyandang cacat tubuh pada dasarnya memiliki kemampuan dan potensi yang dapatdikembangkan agar dapat mandiri. Untuk dapat mandiri penyandang cacat memerlukan rehabilitasisosial dan untuk dapat melaksanakan rehabilitasi sosial dengan baik maka perlu diketahui kebutuhanpenyandang cacat. Informan utama dalam penelitian ini adalah kelayan dan mantan kelayan pantiyang diperkuat informasi dari pelaksana program baik unsur pimpinan, operasional maupunpenunjang yang diperoleh melalui wawancara langsung dan hasil diskusi kelompok terfokus (FGD).Hasil kajian menunjukkan bahwa penyandang cacat tubuh membutuhkan adanya pengakuan akankeberadaan mereka sebagai individu dan makluk sosial yang memiliki kemampuan dan potensiyang tidak jauh berbeda dengan orang normal. Mereka juga membutuhkan adanya pengakuandan penerimaan dari orangtua, keluarga dan masyarakat dengan kondisi kecacatannya. Selanjutnyamereka juga membutuhkan pelayanan umum/aksesibilitas yang dapat mendukung segalaaktivitasnya dan akses pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.18 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011I. PENDAHULUANPenyandang cacat merupakan bagianmasyarakat Indonesia yang memilikikedudukan, hak, kewajiban dan kesempatanserta peran yang sama dalam segala aspekkehidupan maupun penghidupan seperti halnyaWNI lain. Pengakuan tersebut dikuatkan secarahukum melalui Undang-Undang Nomor 4/1997diikuti terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor43/1998 tentang Upaya PeningkatanKesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.Data PBB mengungkapkan 10 % daritotal populasi penduduk dunia atau sekitar 650juta adalah penyandang cacat. Laporan yangdisampaikan Bank Dunia mengungkapkansekitar 20 % dari penyandang cacat diseluruhdunia datang dari kelas ekonomi lemah. Kondisisosial penyandang cacat pada umumnya dalamkeadaan rentan baik dari aspek ekonomi,pendidikan, keterampilan maupunkemasyarakatan. Secara ekstrem bahkanmasih ada keluarga yang menyembunyikananggota keluarga yang cacat terutama dipedesaaan. Disisi lain masih ada masyarakatyang memandang dengan sebelah mataterhadap keberadaan dan kemampuan parapenyandang cacat.Penyandang cacat tubuh sebagai salahsatu penyandang masalah kesejahteraan sosialperlu mendapat perhatian agar mereka dapatmelaksanakan fungsi sosialnya. Penyandangcacat tubuh adalah mereka yang tubuhnya tidaknormal sehingga menghambat kemampuannyauntuk melaksanakan fungsi sosialnya dimasyarakat. Mereka masih bisa berpikir normal,dapat melihat, mendengar, beraktivitas danberbuat sesuatu. Sementara ada bagian-bagiantertentu dari tubuhnya yang kurang berfungsinamun ada juga bagian-bagian tubuh lain yangmasih bisa difungsikan. Penyandang cacattubuh didalam mobilitasnya secara tidaklangsung akan mengalami kesulitan dalammelakukan aktivitas. Jika dibandingkan denganorang yang normal secara fisik penyandangcacat tubuh mengalami kelemahan dalammenggerakkan tubuhnya secara optimal.Penyandang cacat tubuh secara psikis akanmengalami rasa rendah diri dan kesulitan dalammenyesuaikan diri di masyarakat, karenaperlakukan masyarakat/lingkungan sekitarberupa celaan atau belas kasihan ketikamemandang mereka.Permasalahan yang dihadapipenyandang cacat di Indonesia antara lainOleh karena itu direkomendasikan perlunya peningkatan sosialisasi tentang penyandang cacat,masalah dan kebutuhannya guna menghilangkan stigma masyarakat dan meningkatkan kepedulianmasyarakat kepada penyandang cacat, perlu penyediaan aksesibilitas disetiap ruang publik dantempat kerja, perlu memperbanyak alat bantu mobilitas bagi penyandang cacat sesuai dengantingkat kecacatan, pemberian pelayanan sosial hendaknya mengacu pada kebutuhan penyandangcacat serta perlu dukungan perda sebagai bentuk perlindungan bagi penyandang cacat di setiapdaerah.Kata Kunci: Kebutuhan Pelayanan Sosial, Penyandang Cacat Tubuh
POLA PENGASUHAN KELUARGA DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK Setiawan, Hari Harjanto
Sosio Informa Vol 19, No 3 (2014)
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keluarga merupakan individu yang berinteraksi dengan subsistem berbeda yaitu ada yang bersifat dyadic(melibatkan dua orang) dan polyadic (melibatkan lebih dari dua orang). Subsistem ini mempunyai pengaruhlangsung maupun tidak langsung terhadap satu sama lainnya. Ada empat model pengasuhan keluargaterhadap anak sebagai suatu pilihan bagi keluarga antara lain adalah Otoritatif, Otoritarian, Mengabaikandan Menuruti. Prasyarat mendapatkan pola pengasuhan yang baik adalah keluarga tersebut harus dalamkondisi sejahtera. Pengasuhan keluarga dalam prosesnya mencakup kognisi, keyakinan, dan nilai orangtua tentang peran mereka sebagai orang tua dan juga mereka mempersepsi, mengelola dan memahamiperilaku dan keyakinan anak mereka. Dengan demikian pengasuhan keluarga sangat penting dalam prosesperkembangan anak. Tulisan ini menggunakan metode studi pustaka baik dari teori, konsep dan hasilpenelitianKata Kunci: anak, keluarga, pengasuhan, perkembangan anak.
KEBIJAKAN PENANGANAN KEMISKINAN MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) Roebyantho, Haryati
Sosio Informa Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komitmen Dunia untuk memerangi kemiskinan dikenal dengan “Global call the action againstPoverty Implementasi MDGs” di Indonesia sesuai dengan Undang Undang Dasar Republic Indonesiatahun 1945 Pasal 34 dan Pancasila. Turunan peraturan yang digunakan untuk penanganan kemiskinan diindonesia meliputi Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 1981 Pasal 3 dan 4 , Undang-Undang nomor11 tahun 2009 Bab II Pasal 3 ayat 91) , Pasal 3 dan Pasal 4. Berbagai program telah dilaksanakanoleh pemerintah dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan. Kementerian Sosial RepublikIndonesia, sejak tahun 1983 telah meluncurkan program P2FM-KUBE (KUBE). Era Kabinet Pembangunansalah satu prio-ritas keberhasilan adalah menurunkan angka kemiskinan dari 14% pada tahun 2009menjadi 8 % atau 10 % pada tahun 2014 sesuai target BAPPENAS. Pencapaian implementasi kebijakanpenanganan kemiskinan dilakukan dengan menganalisis implementasi panduan pelaksanaan KUBEBLPS tahun 2010 mengevaluasi dampaknya (outcome dan impact).Lokasi di 4 provinsi. Hasil Evaluasimenunjukkan bahwa kriteria sasaran program belum mengacu pada Kriteria dari BPS (14 kriteriaPenduduk miskin) dan kriteria Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD). Pada Tataran prosespelaksanaan, belum seluruh tahapan dilaksanakan secara runtut. Setiap lokasi menggunakan Panduanberbeda. Pemilihan pendamping dan mekanisme pembagian tugas dan wewenang antara pusat dan daerahbelum mengacu pada Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. KesimpulannyaKUBE masih merupakan program alternative dengan catatan dilakukan beberapa pembenahan dalamtahapan pelaksanaan dan melibatkan masyarakat dalam perencanaan. Rekomendasi dalam pencapaiantujuan antara lain: melibatkan masyarakat dalam pemetaan masyarakat miskin pada tahap persiapan (PRA), menyusun aturan turunan ( Juklak dan Juknis).Kata kunci: kemiskinan, pemberdayaan, KUBE.
PENANGANAN DAMPAK SOSIAL PSIKOLOGIS KORBAN BENCANA MERAPI Rusmiyati, Chatarina; Hikmawati, Enny
Sosio Informa Vol 17, No 2 (2012)
Publisher : Puslitbangkesos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hidup di tempat pengungsian yang penuh dengan keterbatasan sering menimbulkan ketidakpastiansampai kapan mereka akan tinggal. Hal ini berkaitan pada kemampuan pemerintah dalam menyediakanpengganti tempat tinggal yang permanen, di samping kemampuan dari korban bencana itu sendiri.Lokasi pengungsian kurang memadai ditinjau dari kepadatan hunian, asupan gizi, sarana MCK, sanitasilingkungan, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Kondisi ini dapat menyebabkan pengungsi terutama anakanakdan lansia rawan terhadap penyakit. Ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan seringkali tidakseimbang dengan jumlah korban bencana yang membutuhkan penanganan kesehatan. Penanganannyaharus dilakukan secara terkoordinir dan terpadu dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, LSM,dunia usaha dan pemerintah terkait. Pada intinya dari hasil wawancara dan observasi pada informandapat disimpulkan bahwa para pengungsi telah ditangani secara fisik, psikis dan sosial. Pemenuhankebutuhan fisik meliputi pemenuhan kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, pelayanan kesehatan, airbersih dan sarana MCK. Pemenuhan kebutuhan psikis dengan menghilangkan trauma (trauma healing)seperti menghibur, memberikan pembinaan mental psikologis agar tidak jenuh, pelayanan penguatanmental keagamaan, pendidikan dan informasi. Pemenuhan kebutuhan sosial dengan menerima kunjungantamu, advokasi dan fasilitasi kegiatan. Pemenuhan kebutuhan sosial psikologis di pengungsian dapatdikatakan terpenuhi meskipun serba terbatas. Oleh karena itu disarankan kepada pemerintah khususnyaKementerian Sosial dan lembaga terkait, dalam memberikan bantuan kepada korban perlu melakukananalisis kebutuhan agar tepat sasaran. Kepada masyarakat di daerah rawan bencana perlu peningkatankesadaran tentang risiko bencana melalui sosialisasi dan simulasi siaga bencana, agar masyarakatberdaya menghadapi bencana dan risikonya.Kata Kunci: Penanganan, Pengungsi, Korban Bencana Merapi

Page 3 of 40 | Total Record : 398


Filter by Year

2002 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 7 No 3 (2021): Sosio Informa Vol 7 No 1 (2021): Sosio Informa Vol 6, No 1 (2020): Sosio Informa Vol 5, No 3 (2019): Sosio Informa Vol 5, No 2 (2019): Sosio Informa Vol 5, No 1 (2019): Sosio Informa Vol 4, No 3 (2018): Sosio Informa Vol 4, No 3 (2018): Sosio Informa Vol 4, No 2 (2018): Sosio Informa Vol 4, No 2 (2018): Sosio Informa Vol 4, No 1 (2018): Sosio Informa Vol 4 No 1 (2018): Sosio Informa Vol 3 No 3 (2017): Sosio Informa Vol 3 No 2 (2017): Sosio Informa Vol 3 No 1 (2017): Sosio Informa Vol 2 No 3 (2016): Sosio Informa Vol 2 No 2 (2016): Sosio Informa Vol 2 No 1 (2016): SOSIO INFORMA Vol 1 No 3 (2015): Sosio Informa Vol.1.edisi 3 tahun 2015 Vol 1, No 3 (2015) Vol 1, No 2 (2015): Sosio Informa Vol 1 No 2 (2015): Sosio Informa Vol 1 No 1 (2015): Sosio Informa Vol 1, No 1 (2015): Sosio Informa Vol 19, No 3 (2014) Vol 19 No 3 (2014): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 19, No 2 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 19 No 2 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 19, No 1 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 19 No 1 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18 No 3 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18, No 3 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18, No 2 (2013) Vol 18 No 2 (2013): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18 No 1 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18, No 1 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 17, No 3 (2012) Vol 17 No 3 (2012): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 17, No 2 (2012) Vol 17 No 2 (2012): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 17, No 1 (2012): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 17 No 1 (2012): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16, No 3 (2011): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16, No 3 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16 No 3 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16 No 2 (2011): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16, No 1 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16 No 1 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 14 No 3 (2009): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 12 No 3 (2007): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 12 No 2 (2007): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 12 No 1 (2007): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 11, No 1 (2006): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 11 No 1 (2006): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 10 No 3 (2005): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 10 No 2 (2005): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 10 No 1 (2005): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 9 No 1 (2004): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 8 No 4 (2003): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 8 No 3 (2003): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 8 No 2 (2003): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 7 No 2 (2002): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 7 No 1 (2002): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial More Issue