cover
Contact Name
Dr. Evi Mu'afiah
Contact Email
muafiahevi@gmail.com
Phone
(0352) 481277
Journal Mail Official
-
Editorial Address
LPPM IAIN Ponorogo Jl. Pramuka No.156 Ponorogo
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam
ISSN : 19076371     EISSN : 25279254     DOI : -
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam is a journal based on Islamic research published by Institute for Research and Community Services, State Islamic Institute of Ponorogo. This journal first published in 2007 to facilitate the publication of research, articles, and book review. The Journal issued biannually in June and December.
Articles 337 Documents
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT HAK SIPIL PENGHAYAT KEPERCAYAAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERKEMBANGAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN DI PONOROGO Rofiq, Ahmad Choirul
Kodifikasia Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Kodifikasia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak:Penelitian kualitatif ini menggunakan data dokumen (literatur) dan wawan­cara yang berkenaan dengan kebijakan pemerintah, Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (terutama HPK Ponorogo), dan gambaran umum tentang Ponorogo yang menjadi lokasi penelitian. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mempunyai beberapa karakteristik, yakni berupaya melakukan pendekatan kepada Tuhan, bersifat akomodatif terhadap anasir dari kebudayaan spiritual lain, dan mengutamakan prinsip kerukunan. Eksistensinya di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan Mr. Wongsonegoro yang mengusulkan pencantuman kepercayaan dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 pada tahun 1945. Secara umum, kebijakan pemerintah menekankan legalitas formal eksistensi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia. Di antara kebijakan pemerintah era reformasi. Di antaranya ialah UU no: 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU no: 12 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, UU no: 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Pemerintah no: 37 tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU no: 23 tahun 2006, Peraturan Presiden no: 25 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, serta Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan Pariwisata no: 43/4 1 tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan kepada Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kebijakan yang memberi­kan perlindungan hukum kepada para penghayat Kepercayaan itu berdam­pak signifikan dalam perkembangan HPK di Ponorogo. Hal itu terlihat dari pertambahan jumlah warga penghayat kepercayaan dalam HPK Ponorogo sejak pembentukannya tanggal 1 Oktober 2008 sampai sekarang. Selain itu, jumlah penghayat Kepercayaan yang tidak mengisi kolom agama di dokumen kependudukan juga semakin bertambah.Kata Kunci: kebijakan, Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, HPK Ponorogo
PREFERENSI WALI SANTRI DALAM MEMILIH PENDIDIKAN TINGKAT DASAR: Studi Kasus di Pondok Tahfidz Al-Qur’an Al-Muqaddasah Nglumpang Mlarak Ponorogo Bakar, Abu
Kodifikasia Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Kodifikasia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak:Ketika menghadapi tahun ajaran baru, para wali disibukkan memilih se­kolah sebagai jaminan masa depan anaknya. Mereka mencari sekolah yang bermutu, dan akhirnya lembaga pendidikan juga berlomba untuk membuat branding agar menjadi pilihan dengan menawarkan kompetensi, skill, peker­jaan, dan lain-lain. Bertolak belakang dengan fakta, Pondok al-Mu qad­dasah yang memfokuskan pada pendidikan al-Qur’an, ternyata juga dimi­nati oleh para wali. Berbalik antara data dan fakta, peneliti mengkaji faktor yang mempengaruhi preferensi wali dalam memilih pendidikan ting­kat dasar melalui pertanyaan: (1) bagaimana persepsi wali santri terhadap pondok dan (2) faktor apa yang mempengaruhi dalam menentukan pilihan di pondok? Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut. Perse psi wali santri terhadap sistem maupun nilai pondok bahwa sistem pondok dipandang sebagai sesuatu yang strategis, berjalan di atas nilai yang hidup pada jiwa kiyai, guru, dan santri yang digerakkan oleh nilai keikhlasan dan semangat pengabdian. Adapun faktor dominan yang mempengaruhi wali santri dalam memilih Pondok al-Mu qaddasah adalah pendidikan al-Qur’an. Motif ini didasarkan pada pergeseran kesadaran masyarakat terhadap pendidikan, yaitu peralihan orientasi kerja dari yang berorientasi kapital menuju kepada nilai spiritual. Pilihan sikap ini bagian dari aktualisasi diri para wali yang memiliki kematangan jiwa yang telah bergeser dari materi menuju meta-motivation.Kata Kunci: Persepsi, motivasi, nilai, aktualisasi diri
PEMAHAMAN IBU-IBU TENTANG THAHARAH (HAID, NIFAS, DAN ISTIHADHAH): Studi Kasus Ibu-Ibu Jama’ah Muslimat Yayasan Masjid Darussalam Tropodo Sidoarjo Saputra, Agus Romdlon
Kodifikasia Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Kodifikasia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak:Pembahasan soal darah pada wanita (haid, nifas, dan istihadhah) adalah pembahasan yang paling sering dipertanyakan oleh kaum wanita. Pemba­hasan ini juga merupakan salah satu bahasan yang tersulit dalam masalah fiqh sehingga banyak yang keliru dalam memahaminya. Bahkan meski pembahasannya telah berulang-ulang kali disampaikan, masih banyak wanita muslimah yang belum memahami kaidah dan perbedaan dari ketiga darah ini. Mungkin ini dikarenakan darah tersebut keluar dari jalur yang sama, namun pada setiap wanita tentulah keadaannya tidak selalu sama, dan berbeda pula hukum dan penanganannya. Haid, nifas, dan istihadhah merupakan keniscayaan bagi kehidupan seorang wanita, maka kaum wanita tidak boleh bodoh dalam perkara ini. Ia mempengaruhi status sah sebuah ibadah karena ia berhubungan dengan suci dan najis. Penelitian ini mengungkapkan pemaha man ibu-ibu jama’ah muslimat Masjid Darus­salam, Tropodo, Sidoarjo, tentang tiga darah bagi wanita, yaitu darah haid, nifas dan istihadhah. Penelitian ini bercorak lapangan yang mengambil sample penelitian di jama’ah muslimat Masjid Darussalam, Tropodo, Sidoarjo. Adapun hasilnya menunjukan bahwa mayoritas ibu-ibu muslimat Darussalam sudah mengetahui hal-hal yang ada korelasinya dengan haid, nifas, dan istihadhah.Kata Kunci: haid, nifas, istihadhah, jama’ah muslimat Darussalam
MENUNDA PERNIKAHAN DALAM ISLAM: Kontruksi Sosial Pelaku Telat Nikah Pada Masyarakat Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Sudrajat, Ajat
Kodifikasia Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Kodifikasia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak:Perkawinan merupakan suatu ibadah bagi umat Islam di mana hukumnya bervariasi, dari mubah, sunat, wajib, makruh, dan haram. Perkawinan termasuk pranata sosial yang menjadi inti dalam institusi sosial. Perilaku telat nikah di Desa Cikadu dan Purwasari, Kecamatan Cisayong, Kabu­paten Tasikmalaya merupakan fenomena sosial yang menarik untuk di teliti. Kehidupan sosial keagamaan mereka sangat kondusif dan termasuk komunitas santri. Namun dalam hal melaksanakan ibadah berupa nikah yang memiliki berbagai kelebihan dan bagian terpenting dalam hidup serta memberikan status sosial yang prestis, banyak yang menundanya. Inilah yang menjadi latar belakang penelitian yang dilakukan di lokasi tersebut. Penelitian ini mengkaji masalah utama tentang penyebab perilaku telat nikah. Agama Islam merupakan suatu fenomena sosial. Sebagaimana agama-agama lain, Islam memiliki dimensi individual, di samping bersifat sosial. Karena itu, agama berada dalam aktivitas personal, intelektual, kesadaran, sekaligus dalam hal-hal tententu yang merupakan suatu pranata dan struktur sosial yang sangat mempengaruhi tindakan sosial, serta merupakan suatu faktor lingkungan yang menghasilkan aki bat-aki bat sosial. Ajaran agama Islam yang berkaitan dengan pernikahan adalah contohnya. Beberapa teori yang dipandang dapat membantu dalam menganalisis fenomena "telat nikah" dalam masyarakat Cisayong Tasikmalaya adalah teori evolusi dari August Comte. Teori ini mengungkap proses pemahaman dalam perkembangan masyarakat. Ada tiga tahap perkembangan masya­rakat dari tahap primitif (teologis) ke tahap peralihan (metafisis), dan ter­akhir adalah tahap ilmiah (positivistis). Penelitian lapangan ini meng­gunakan metode kualitatif dengan pendekatan Konstruksinistik. Penggalian data dilakukan dengan wawancara secara mendalam didukung observasi secara seksama agar mendapatkan makna yang sebenarnya sesuai dengan tujuan penelitian. Jawaban tentang beberapa hal yang berkaitan dengan telat nikah semuanya sesuai dengan hukum Islam dan rata-rata menggunakan argumen atau didasarkan kepada agama. Selain itu, jawaban mereka sesuai juga dengan nilai-nilai sosial yang menunjukkan kebaikan perilaku hidup rumah tangga. Keyakinan kepada agama yang mengharuskan untuk menikah dikalahkan oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi berupa pertimbangan efektifitas dan efisiensi. Ini menunjukkan bahwa pemikiran dan keyakinan terhadap agama telah mengalami pergeseran, dari metafisik ke positivistik.Kata Kunci: pernikahan, pranata sosial, metafisik, positivistik
MENINGKATKAN SELF-ESTEEM MAHASISWA STAIN PONOROGO DENGAN PELATIHAN PENGENALAN DIRI Amalia, Lia
Kodifikasia Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Kodifikasia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak:Ketidakmampuan keluar dari krisis identitas pada masa remaja berdampak pada self-esteem yang rendah, dimana individu cenderung untuk merasa bahwa dirinya tidak mampu berprestasi, tidak berani menghadapi tantangan-tantangan dalam hidupnya dan tidak memiliki kepercayaan diri. Masalah remaja semacam ini juga ditemukan pada mahasiswa STAIN Ponorogo. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan pengenalan diri dalam meningkatkan self-esteem mahasiswa STAIN Ponorogo. Metode penelitian menggunakan quasi experiment untuk mengetahui efektivitas pelatihan pengenalan diri. Subjek penelitian sejumlah 30 orang yang dibagi menjadi dua kelompok. Kesimpulan penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan self-esteem yang signifikan pada mahasiswa STAIN yang ada dalam kelompok eksperi men antara sebelum dan sesudah pelatihan pengenalan diri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t pada taraf signifikansi 5%, t0 = 14,724 dan tt adalah 2,14 maka t0 > tt sehingga Ho ditolak atau Ha diterima. Pada taraf signifikansi 1%, t0 = 14,724 dan tt adalah 2,98 maka t0 > tt sehingga Ho ditolak atau Ha diterima. Selain itu, terdapat perbedaan nilai posttest self-esteem mahasiswa yang mengikuti pelatihan pengenalan diri dan nilai posttest self-esteem mahasiswa yang tidak mengikuti pelatihan dengan perbedaan rata-rata 16,53333.
CORPORATE SOCIAL PERFORMANCE (CSP) BANK SYARIAH DI INDONESIA Prasetiyo, Luhur
Kodifikasia Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Kodifikasia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak:Bank syariah memiliki karakteristik unik yang berbeda dengan bank kon­vensional. Salah satu karakteristik unik tersebut adalah bank syariah memiliki fungsi sosial yang bisa dijalankan dan bahkan fungsi ini dipayungi oleh undang­undang. Oleh karena itu, kinerja sosial bank syariah perlu dievaluasi dan dinilai, untuk melihat apakah bank syariah benar-benar menjalankan fungsi sosialnya atau tidak. Selama ini, kinerja bank syariah lebih banyak dinilai dari sisi kinerja keuangannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini meneliti Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE) bank syariah di Indonesia?; 2. Bagaimana Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM) bank syariah di Indonesia?; dan 3. Bagaimana Kontribusi Untuk Stakeholder bank syariah di Indonesia? Dengan jenis kuantitatif deskriptif yang diteliti adalah semua bank umum syariah yang beroperasi pada tahun 2012-2013 yang berjumlah 11 BUS, hasil analisis menunjukkan Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE) Bank Syariah di Indonesia mendapatkan nilai 69,09 (baik); Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM), kinerja KKM bank syariah di Indonesia ternyata hanya mendapatkan nilai 41,36 (Tidak Baik) karena <50; dan Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS) bank syariah rata-rata mendapatkan nilai 64 dengan predikat Kurang Baik (51-<66). Sementara hasil akumulatif penilaian kinerja sosial seluruh bank syariah di Indonesia adalah skor 57,60. Skor ini artinya secara akumulatif bank syariah kinerja sosialnya masih berpredikat Kurang Baik. Kinerja paling rendah pada aspek Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM) yang hanya mendapatkan nilai 41,36 (Tidak Baik), disusul Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS) yang mendapatkan nilai 64,00 (Kurang Baik), dan kinerja sosial bank syariah yang terbaik pada aspek Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE) yang mendapatkan nilai 69,09 (Baik).
MODEL MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN ENTREPRENUERSHIP BERBASIS SISTEM NILAI: Studi Analisis Kualitatif di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur Thoyib, Muhammad
Kodifikasia Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Kodifikasia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak:Realitas eksistensi pesantren semakin nyata pentingnya manakala melihat perkembangan pesantren di Indonesia saat ini, khususnya pesantren di wilayah Jawa Timur sebagai representasi ‘induk semang’ lahirnya pondok pesantren di nusantara yang semakin pesat. Namun di tengah arus globalisasi yang begitu pesat ini, justru kondisi sebagian besar pesantren di Indonesia mengalami degradasi kualitas pembelajaran yang luar biasa, bahkan banyak yang ‘gulung tikar’. Dalam konteks itulah, upaya mengem­bangkan model manajemen mutu pembelajaran entrepreneurship berbasis sistem nilai di sejumlah pesantren di Indonesia, menjadi sangat urgen se­bagai upaya memunculkan prototipe ‘pesantren nusantara masa depan’ yang lebih kokoh akan tradisi keilmuan, dan kewirausahaan (entrepre­neurship) sekaligus yang ditopang oleh nilai-nilai keilmuan, profesionalitas dan kepesantrenan yang integratif, sehingga ke depan mampu menjadi pondok pesantren yang lebih kompetitif dalam percaturan dunia pendidikan global. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa: (1). Sistem nilai yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dalam mendukung manajemen entreprenuershipnya mencakup 3 komponen, yaitu profesio­nalitas, keilmuan dan kepesantrenan; (2). Tingkat mutu pembelajaran entrepreneurshipnya dapat dikatakan sangat baik, karena didukung oleh nilai pembelajaran yang rata-rata tinggi dan stabil di antara para santri entreprenuernya, termasuk omzet 1.25 trilyun yang telah dihasilkannya; dan (3) Aplikasi model manajemen mutu pembelajaran entreprenuershipnya telah sesuai dengan prinsip manajemen mutu yang berbijak khususnya pada 3 aspek utama, yaitu perencanaan mutu, pelaksanaan mutu dan evaluasi mutu pembelajaran entreprenuershipnya.Kata Kunci: Manajemen, Mutu, Pembelajaran, Entreprenuership
PLURALITAS DAN RELASI ANTAR AGAMA Analisis Struktural Relasi Kelompok Agama Antara Islam Dan Katolik Di Desa Caluk Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo Musyafa, AB
Kodifikasia Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.644 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v11i1.1130

Abstract

Penelitian ini diawali dari kegelisahan akademik penulis adalah bagaimana bisa agama yang pada asalnya mempunyai klaim kebenaran yang sifatnya primordial menjadi kebenaran yang sifatya universal. Berangkat dari kegelisahan akademik tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada norma dan lembaga sosial yang mengikat mereka, dimana hal tersebut menjadikan harmonisasi kehidupan beragama. Dari fokus penelitian ini maka ada beberapa masalah yang dibahas; pertama, bentuk norma-norma yang ada yang menjadikan pemahaman agama masyarakat menjadi universal dan sekaligus juga primordial di desa Caluk tersebut. Kedua, bentuk lembaga sosial yang mewadahi norma-norma universalitas dan primordialitas  agama  masyarakat desa Caluk. Untuk membahas ini kami menggunakan pendekatan sosiologi dengan memanfaatkan teori fakta sosial Emile Durkheim. Tujuan dari masalah yang pertama adalah mendeskripsikan norma dan tujuan dari masalah yang kedua adalah mendeskripsikan lembaga sosial. Dari dua pembahasan tersebut disimpulkan bahwa norma yang mengubah sifat primordialitas agama ada tiga, yakni norma susila, kesopanan, dan agama. Sedangkan wadah norma tersebut adalah lembaga pemerintah dan agama.
PEMIKIRAN AHMAD IBN ZAYNI DAHLAN DALAM ASNA AL-MATALIB FI NAJAH ABI TALIB MENGENAI KEIMANAN ABU TALIB Rofiq, Ahmad
Kodifikasia Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.238 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v11i1.1132

Abstract

Al-Sayyid Ah{mad ibn Zayni> Dah{la>n yang dilahirkan di Makkah pada 1232 H (1816 M) dan wafat di Madinah pada 1304 H (1886 M) menuangkan penjelasannya mengenai keimanan Abu> T{a>lib di dalam karyanya yang berjudul Asna> al-Mat}a>lib fi< Naja>h Abi> T{a>lib. Argumentasi-argumentasi yang menunjukkan kepada keimanan Abu> T{a>lib adalah bahwa [1] Abu> T{a>lib sengaja merahasiakan keimanannya kepada kenabian Nabi Muhammad saw semata-mata untuk melindungi Nabi Muhammad saw beserta perjuangan dakwahnya, [2] Abu> T{a>lib mendapatkan syafa?at yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad saw, dan [3] Abu> T{a>lib menyatakan dirinya sebagai pengikut agama yang dianut oleh ayahnya, ?Abd al-Mut}t}alib, yakni agama h}ani>f  yang mengesakan Allah Swt. Dengan mempunyai pemahaman yang tepat mengenai keimanan Abu> T{a<lib, maka setiap orang yang beriman dapat menerapkan keyakinan teologisnya secara inklusif karena orang tersebut dalam berteologi tidak mudah melemparkan tudingan kafir kepada orang lain yang berbeda mazhab, keyakinan, maupun agama. Di sinilah terletak urgensi teologi inklusif dalam mengikis radikalisasi agama. Selain itu, orang tersebut dapat menciptakan suasana kehidupan beragama di lingkungan sekitarnya secara damai penuh dengan kerukunan sehingga terhindar dari konflik keagamaan. Pengajaran sejarah Islam hendaknya disampaikan dengan pendekatan yang tepat sehingga mampu menampilkan pencerahan yang mengantarkan pada sikap keberagamaan yang mendatangkan kedamaian bagi seluruh lapisan masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang keyakinan dan mazhab keagamaan.
Akar Teologis Etos Kerja Jamaah Tabligh Studi Kasus Komunitas Jamaah Tabligh Desa Temboro Kecamatan Karas Magetan Munir, Ahmad
Kodifikasia Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.389 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v11i1.1137

Abstract

Salah satu janji agama adalah kebahagiaan bagi pengikutnya. Janji tersebut diterjemahkan sesuai dengan mindstreem masing-masing. Salah satunya adalah Jamaah Tabligh.  Jamaah Tabligh menyatakan dirinya sebagai komunitas yang netral dalam bermadzhab, ber-ormas, dan berpolitik, tetapi dalam bingkai ahl al-sunnah wa aljamâ?ah. Mereka lebih menonjolkan aktivitas keberagamaannya secara riil melalui praktik dakwah dengan mengedepankan akhlaq. Menurut Jamaah Tabligh tujuan hidup adalah untuk beribadah, sebagai khalifah, dan untuk berdakwah. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa Jamaah Tabligh memiliki etos kerja yang kuat dan ulet. Berdasarkan hal tersebut dirumuskan pertanyaan, bagaimana pandangan mereka terhadap kerja, ikhtiyar, dan tawakkal serta faktor-faktor yang melingkupinya. Pertanyaan tersebut dijawab dengan menggunakan logika induktif dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis dan pemaknaan data lapangan yang telah diorganisir dengan sistematis untuk menemukan makna yang terdalam (deep-meaning) di balik realitas yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hidup Jamaah Tabligh didasarkan pada pemahaman konsep keagamaan yang dipegangi, yaitu enam sifat shahabat. Dari pemahaman tersebut, mereka berkeyakinan bahwa rizki dan keperluan hidup telah ditentukan Allah. Tetapi manusia wajib untuk mencari dan mengupayakan. Mereka memandang materi sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan, tetapi bukan menjadi tujuan hidup. Dari konsep pemahaman tersebut sekaligus menjadi dasar dalam berinteraksi dan berakulturasi dengan suasana yang baru. Akhirnya proses yang dilakukan dapat dimanfaatkan dan membentuk iklim kompetisi yang sehat dan berakhir dengan kemakmuran dan keharmonian kehidupan.

Page 1 of 34 | Total Record : 337