cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
mjs@ui.ac.id
Editorial Address
Pusat Kajian Sosiologi, FISIP Universitas Indonesia, Gedung F, Lantai 3 Kampus FISIP-UI, Depok 1642
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 08528489     EISSN : 24608165     DOI : 10.7454
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 153 Documents
Kekuatan Kapital-Kapital Kelembagaan: Belajar dari Dua Koperasi Sukses Ricardi S Adnan
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi ##issue.vol## 15, ##issue.no## 1 (2010)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Organizational performance has always been viewed based on physical capital, such as money or assets. This is certainly not adequate because it ignores other aspects, such as intelligence, cooperation, trust, and so forth. POPIS (physical capital, organizational capital, political capital, intellectual capital, sociocultural capital) conception offers a more comprehensive perspective on the various capital that affect organizational performance. But, in fact, among the various capital, there are some capital that is more dominant than the other capital-capital. SBW and KGJ cooperative performance clearly demonstrate the dominant role of socio-cultural capital in influencing the success of those two institutions.
Pemberdayaan UMKM: Catatan Reflektif Hasil Meta Riset Ida Ruwaida Noor; Lugina Setyawati
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 15, No 1 (2010)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

There are several aspects that can be seen in various studies to map the SMEs, that is the focus, methodology, conceptual basis, and the factors influencing it. Based on the focus, various studies SMEs been more centered on aspects of economic rather than socio-cultural. If any, shades of the economy remains strong. In terms of methodology, which is predominantly quantitative, although there are attempts to use qualitative methodology. Conceptually, the idea of the SMEs mostly placed within the framework of development rather than empowerment. In various studies it also appears that various factors affect the performance of SMEs, ranging from access to productive resources, low product specifications, production capacity is limited, and so forth.
Sosiologi Keuangan: Dulu dan Kini Rochman Achwan
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 15, No 1 (2010)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Michael Power, a financial economist, asserts that amid the current global financial crisis what we required is a sociologist of finance. In history, the most important contributions of sociology of finance is to provide views of how people create and gave meaning to money and, vice versa, how people being made and constituted by money. In addition to being the engine of change towards modern civilization, money can also undermine and even destroy the fundaments of society. This paper provides a succinct review on the history of sociology of finance in an attempt to find its relevancy today.
Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil Djainal Abidin
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 15, No 1 (2010)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The results of this research prove there is a statistically positive relationship between social capitals with increasing revenue. Social capital had a positive role for physical capital and education, as well as its contribution in creating greater business profits. The study also found the influence of social capital (23%), physical capital (11%) and capital or other variables (66%) for business profits. In conclusion, social capital as an asset has the potency to complement or replace the business assets, as we know it in today’s modern business world. In order to be an asset, it is necessary to establish a forum to provide certification of social capital on SME so it would work together with other economic assets in business activities.
Ruang-Ruang Sosial Pekerja Ekonomi Bawah Tanah (Underground Economy) Erna Ermawati Chotim
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 15, No 1 (2010)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

N/A
Lembaga Keuangan Mikro dan Pengentasan Kemiskinan: Kasus Lumbung Pitih Nagari di Padang Muhammad Adlin Sila
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 15, No 1 (2010)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study explores the advent of microfinance institution that has been an important development in recent years. Through case study on one microfinance institution namely lumbung pitih nagari located in Padang, West Sumatra, Indonesia, this study found that the existence of the micro credit institute has been influenced by several factors such as state regulations. In 1997, the central bank of Indonesia (BI) carried out regulatory reforms in order to reduce the risk of bank failures. This regulation in fact has weakened the role of microfinance institutions in giving financial services to small-medium enterprises (SMEs). However, in the reformation era, many local microfinance institutions emerge as the Ministry of Cooperation and Small-Medium Enterprises has officially given support for the betterment of SMEs through soft loan mechanism. LPN has been one of its kind which is able to run profitably and at the same time to facilitate credit for SMEs in the region.
Kelekatan Kelembagaan: Industri Distro Fesyen di Bandung Rochman Achwan
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini berupaya memperkaya perspektif dalam kajian industri kreatif, yakni cultural entrepreneurship, social contract, dan contextual knowledge, dengan menggunakan pendekatan institusional. Argumen utamanya adalah kelekatan kelembagaan memiliki peran sangat penting dalam mempromosikan distro fesyen kreatif di Bandung yang berdasarkan sejarah dikenal sebagai kota fesyen. Metode kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai narasumber. Studi ini mengungkapkan bahwa ketidaklekatan antara negara dan dunia bisnis fesyen kreatif dan dalam masyarakat fesyen menjadi sesuatu yang menonjol dalam bisnis yang berjalan. Akibatnya, kreativitas para pengusaha fesyen tidak mampu menjadi lebih baik dan organisasi bisnis yang dibangun secara internal sulit menjadi mapan. Perkembangan terbaru studi ini mengindikasikan para aktor ekonomi dengan modal besar dan pemerintah lokal mulai bekerja sama dengan industri fesyen distro. Perkembangan ini memberi kesan bahwa problematika ketidaklekatan dapat ditransformasikan dengan melekatkan negara sebagai pelaku bisnis sama halnya dengan melekatkan aktor dalam bisnis. Kedepannya distro fesyen kreatif di Bandung akan bergantung pada kekuatan perjuangan untuk melekatkan berhadapan ketidaklekatan negara, ekonomi, dan asosiasi yang menyokongnya.
Hidup adalah Perjuangan: Strategi Pemuda Yogyakarta dalam Menghadapi Transisi dari Pendidikan ke Kerja Oki Rahadianto Sutopo
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini menunjukkan pengalaman enam pemuda dari Yogyakarta yang berjuang dalam proses transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja. Para pemuda ini secara kreatif menerapkan strategi jangka panjang baik di dalam maupun di luar ranah pendidikan. Mereka mengakumulasi berbagai macam kapital sehingga bisa ditukar di masa depan. Hasilnya, mereka masih mendapatkan keuntungan dari strategi serta kapital yang mereka buat sebelumnya. Sebagai pemuda yang mempunyai latar belakang kelas menengah, mereka optimis mampu mencapai pekerjaan yang dicita-citakan di masa depan selama mereka tetap bekerja keras, kreatif, dan berjuang dengan keras. Temuan dalam penelitian ini mendukung aspek kualitatif terhadap studi sebelumnya yang dilakukan Nilan (2012). Secara teoritis, artikel ini menunjukkan kompatibilitas antara konsep strategi jangka panjang (Jones 2009), kapital ekonomi, sosial, dan budaya (Bourdieu 1998) dan zigzag journeys (Nilan, Julian, dan Germov 2007) sebagai alat analisis untuk memahami transisi pemuda di Indonesia.
Menggantung ke “Atas”: Perkumpulan Sosial Pedesaan di Era Desentralisasi Anggoro Yudo Mahendro
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di tengah upaya demokratisasi, pemerintah di tingkat nasional dan lokal berupaya menciptakan masyarakat yang aktif dan termanifestasi dalam berbagai perkumpulan sosial. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini memperlihatkan peran aktif pemerintah lokal mampu memicu bermunculannya perkumpulan sosial di tingkat desa karena memiliki kekuatan struktural melalui regulasi yang dimilikinya untuk mempengaruhi masyarakat. Selain itu, pemerintah lokal juga menyediakan modal ekonomi sekaligus modal kultural yang disertakan dalam proses relasional antara negara dan perkumpulan sosial. Kondisi ini menyebabkan adanya inisiatif dari beberapa anggota masyarakat untuk membentuk serta terlibat dalam aktivitas perkumpulan sosial. Ditinjau dari konsep modal sosial, perkumpulan sosial di Desa Rintis memiliki modal sosial yang tidak seimbang antara bonding, bridging, dan linking. Perkumpulan sosial kuat pada sisi linking, namun lemah pada sisi bonding dan bridging. Oleh karena itu, perkumpulan sosial di Desa Rintis eksitensinya hanya menggantung ke atas (negara) karena adanya upaya aktif dari para pemimpin perkumpulan sosial yang ada untuk mengaitkan diri dengan negara. Studi ini memberikan gambaran peran besar pemimpin (agen) dalam dinamika modal sosial yang dalam studi Putnam (1994) dan Szreter (2002) kurang begitu dibahas.
Revivalisme Kekuatan Familisme dalam Demokrasi: Dinasti Politik di Aras Lokal Wasisto Raharjo Djati
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : LabSosio FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi dinasti politik yang berkembang dalam arena politik lokal. Kemunculan dinasti politik dapat terindikasi dalam beberapa penjelasan. Pertama, kegagalan fungsi partai politik lokal untuk melakukan regenerasi politik. Kedua, biaya demokrasi yang tinggi menghalangi masyarakat untuk berpartisipasi dalam suksesi kekuasaan. Ketiga, perimbangan kekuasaan antar elit lokal tidak tercipta sehingga menghasilkan sentralisasi politik di kalangan elit tertentu yang berkembang menjadi dinasti. Patrimonialisme tidaklah selalu menjadi perspektif utama dalam menganalisis dinasti politik. Tulisan ini menggunakan pendekatan budaya politik familisme dalam menganalisis dinasti politik di aras lokal. Hasil penelitian ini menunjukkan gejala familisme sebagai preferensi politik yang didasari atas penguasa yang mengangkat saudara sebagai upaya menutupi aib kekuasaannya. Familisme sendiri turut dipengaruhi berbagai sumber politik seperti halnya populisme, tribalisme, dan feodalisme yang membedakan karakter dinasti politik di Indonesia.

Page 1 of 16 | Total Record : 153