cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro
ISSN : -     EISSN : 24077933     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Agro aims to provide a forum for researches on agrotechnology science to publish the articles about plant/crop science, agronomy, horticulture, plant breeding - tissue culture, hydroponic/soil less cultivation, soil plant science, and plant protection issues.
Arjuna Subject : -
Articles 146 Documents
Pengaruh tumpangsari cabai dan tomat terhadap perkembangan hama utama dan hasil cabai (Capsicum annuum L.) Neni Gunaeni; Astri W Wulandari; Redy Gaswanto
Jurnal Agro Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/16028

Abstract

Tumpangsari cabai dan tomat merupakan salah satu sistem kultur teknis dalam pengendalian hama terpadu. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sistem penanaman cabai yang paling tepat dalam menekan perkembangan hama utama dan meningkatkan hasil cabai. Penelitian dilakukan di Balitsa. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Desember 2018, metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang empat kali dengan perlakuan: (A). Cabai dan tomat ditanam bersamaan (B). Tomat ditanam satu minggu setelah cabai (C). Tomat ditanam dua minggu setelah cabai (D). Tomat ditanam tiga minggu setelah cabai (E). Cabai ditanam monokroping tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak (F). Cabai monokroping dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hasil penelitian: Tumpangsari cabai dan tomat berpengaruh baik dalam menekan populasi kutu daun 14,65%-48,91%, kutu kebul 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, dan dapat meningkatkan hasil cabai 90%-127% dibandingkan cabai monokroping dan 10%-31% cabai monokroping dengan mulsa plastik hitam perak. Implikasi dari hasil penelitian sistem tanam tumpangsari cabai dan tomat dapat menghambat perkembangan populasi hama utama cabai karena dapat bersifat sebagai barrier dan repellen. Perlakuan terbaik adalah tomat ditanam 1 dan 2 minggu setelah cabai.ABSTRACTChilli and tomatoes intercropping is a technical culture system in integrated pest control. The study aimed to find the most appropriate chilli planting system to suppress the development of major pests and increase chilli yields. The research was conducted at the IVEGRI. The study was conducted from April to December 2018, and the experimental method using an RBD was repeated four times. Treatments: (A). Chilli and tomato planted together (B). Tomatoes were planted one week after chilli (C). Tomatoes are planted two weeks after chilli (D). Tomatoes are planted three weeks after chilli. (E). The chilli was grown monocrop without silver black mulch (F). Chilli was grown monocrop with silver black mulch. The results: Chilli and tomato intercropping had a good effect on suppressing aphids population 14,65%-48,91%, white flying 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, and could increase chilli yields 90%-127% compared to monocropped chilli and 10%-31% monocropped chilli with silver black mulch. The implications of the research results on chilli and tomato intercropping systems can inhibit the development of the main pest population of chilli because they act as a barrier and repellant. The best treatment is tomato planted 1 and 2 weeks after chilli. Tumpangsari cabai dan tomat merupakan salah satu sistem kultur teknis dalam pengendalian hama terpadu. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sistem penanaman cabai yang paling tepat dalam menekan perkembangan hama utama dan meningkatkan hasil cabai. Penelitian dilakukan di Balitsa. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Desember 2018, metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang empat kali dengan perlakuan: (A). Cabai dan tomat ditanam bersamaan (B). Tomat ditanam satu minggu setelah cabai (C). Tomat ditanam dua minggu setelah cabai (D). Tomat ditanam tiga minggu setelah cabai (E). Cabai ditanam monokroping tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak (F). Cabai monokroping dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hasil penelitian: Tumpangsari cabai dan tomat berpengaruh baik dalam menekan populasi kutu daun 14,65%-48,91%, kutu kebul 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, dan dapat meningkatkan hasil cabai 90%-127% dibandingkan cabai monokroping dan 10%-31% cabai monokroping dengan mulsa plastik hitam perak. Implikasi dari hasil penelitian sistem tanam tumpangsari cabai dan tomat dapat menghambat perkembangan populasi hama utama cabai karena dapat bersifat sebagai barrier dan repellen. Perlakuan terbaik adalah tomat ditanam 1 dan 2 minggu setelah cabai.
Penampilan agronomi dan seleksi jagung hibrida pada lahan sawah tadah hujan dengan sistem tanam tanpa olah tanah Karlina Syahruddin; Muhammad Abid; Fatmawati Fatmawati
Jurnal Agro Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/15713

Abstract

Jagung merupakan komoditas prioritas nasional strategis dengan kebutuhan yang sangat tinggi untuk industri pangan, pakan dan benih. Produksi jagung dapat ditingkatkan dengan penggunaan jagung jenis hibrida dan perluasan areal tanam dengan memanfaatkan lahan sawah tadah hujan. Penerapan sistem tanpa olah tanah (TOT) pada jagung di lahan tadah hujan sangat efektif diterapkan untuk mempercepat waktu tanam, meminimalkan biaya produksi dan meningkatkan indeks pertanaman jagung, dan untuk meningkatkan produksi jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pertumbuhan agronomi dan menyeleksi jagung hibrida potensial untuk dikembangkan di lahan sawah tadah hujan dengan sistem tanam TOT. Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah tadah hujan tanpa olah tanah menggunakan 5 hibrida jagung dan 3 varietas pembanding dengan Rancangan Acak Kelompok, 4 ulangan. Secara umum penampilan agronomi jagung hibrida uji lebih baik dari varietas pembanding. Terdapat dua hibrida yang memperlihatkan hasil pipilan kering lebih tinggi dari varietas pembanding yaitu HIB1 (11,77 t ha-1) dan HIB3 (11.61 t ha-1). Kedua hibrida ini juga memiliki karakter agronomi yang lebih tinggi dari varietas pembanding pada karakter diameter tongkol, jumlah baris biji per tongkol dan jumlah biji per baris. Jagung hibrida HIB1 dan HIB3 dapat menjadi pilihan dalam pengembangan jagung di lahan sawah tadah hujan dengan sistem TOT. ABSTRACTCorn is a strategic national priority commodity with a very high demand for the food, feed, and seed industry. Corn production can be increased by using hybrid maize and expanding the planted area by utilizing rainfed rice fields. The application of  zero tillage system (TOT) on maize in rainfed land is very effective to be applied to speed up planting time, minimize production costs and increase maize cropping index to increase maize production. The purpose of this study was to observe the agronomic growth and to select potential hybrid maize to be developed in rainfed fields with zero tillage cropping system. The research was carried out on uncultivated rainfed fields using 5 maize hybrids and 3 comparison varieties with a randomized block design and, 4 replications. In general, the agronomic performance of the test hybrid corn was better than the comparison variety. There were two hybrids that showed higher dry seed yields than the comparison varieties, namely HIB1 (11.77 t ha-1) and HIB3 (11.61 t ha-1). These two hybrids also had higher agronomic characteristics than the comparison varieties on the characteristics of ear diameter, the number of rows seed per ear, and number of seeds per row. Hybrid corn HIB1 and HIB3 can be an option in the development of maize in rainfed rice fields with the TOT system.
Back Matter JA 9(1),2022 Jurnal AGRO
Jurnal Agro Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/19709

Abstract

Eksplorasi dan karakterisasi keragaman plasma nutfah tanaman padi (Oryza sativa L.) di pulau Belitung Yuditia Arta Kencana; Eries Dyah Mustikarini; Tri Lestari
Jurnal Agro Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/15085

Abstract

Banyak sumber daya genetik penting yang masih belum teridentifikasi di Pulau Belitung salah satunya adalah tanaman padi. Kegiatan eksplorasi dan identifikasi menjadi langkah yang tepat untuk mendapatkan jenis tanaman padi baru pada kegiatan pemuliaan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah melakukan eksplorasi, karakterisasi, dan menentukan hubungan kekerabatan dan variabilitas padi di Pulau Belitung. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2020 hingga Mei 2021. Penelitian menggunakan metode eksplorasi dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Karakter yang diidentifikasi terdiri dari karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Analisis kekerabatan menggunakan program  NTSYS. Hasil penelitian didapatkan lima aksesi yaitu Rembiak, Siam, Cerai Merah, Ketan dan Merawang. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan aksesi padi lokal Belitung memiliki perbedaan yang nyata pada karakter umur panen (α 5%). Hasil analisis hubungan kekerabatan pada karakter kualitatif terdapat 2 grup dengan koefisien 0,64 atau 64%, kuantitatif terdapat 4 grup dengan koefisien 0,28 atau 28% dan gabungan dari karakter kualitatif dan kuantitatif terdapat 4 grup dengan koefisien 0,33 atau 33%. Aksesi padi yang diperoleh terdapat variabilitas genetik luas yaitu pada karakter jumlah biji total serta variabilitas fenotip yang luas yaitu pada tinggi tanaman, umur panen dan berat 1000 benih.ABSTRACTMany important genetic resources have not identified yet on the Belitung Island, one of which is rice plant. Exploration and identification activities are the right steps to get a new type of rice plant in plant breeding activities. The objectives of research were to explore, characterize, and determine the relationship and variability of rice on Belitung Island. The experiment was conducted from December 2020 to May 2021. Research used exploratory  methods with purposive sampling technique.The identified character consisted of qualitative and quantitative characters. Kinship analysis using the NTSYS program. The results of the study obtained five accessions namely Rembiak, Siam, Cerai Merah, Ketan and Merawang. Least Significance Different (LSD) results showed that local rice accession had a noticeable difference in the character of the harvest age (α 5%)." The results of the analysis of relationships in qualitative character there were 2 groups with coefficients of 0.64 or 64%, quantitative there were 4 grup with coefficients of 0.28 or 28% and a combination of qualitative and quantitative characters there were 4 groups with coefficients of 0.33 or 33%. Rice accession obtained contained extensive genetic variability in the character of the total number of seeds as well as wide phenotype variability on the plant height, harvest age and weight of 1000 seeds.
Pengaruh taraf pH media logam alumunium terhadap viabilitas dan vigor tujuh varietas benih kedelai (Glycine max [L.] Merr.) Paul B Timotiwu; Agustiansyah Agustiansyah; erlinda citra dewi
Jurnal Agro Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/19249

Abstract

Benih kedelai peka terhadap lingkungan masam sehingga perlu dilakukan evaluasi pada media masam untuk mengetahui varietas benih yang toleran terhadap kondisi tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kondisi pH media tumbuh serta respons tujuh  varietas benih kedelai terhadap viabilitas dan vigor. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah tujuh varietas kedelai yaitu Anjasmoro, Grobogan, Detap 1, Derap 1, Deja 1, Dega 1 dan Dena 1. Faktor kedua adalah tiga taraf pH pada larutan Al yaitu tanpa Al pH 7, larutan dengan konsentrasi AlCl3.6H2O 1 mM pH 6 – 7, dan larutan dengan konsentrasi AlCl3.6H2O 1 mM pH 4,5. Sehingga terdapat 21 perlakuan yang diulang tiga kali. Perbedaan antar perlakuan menggunakan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian didapatkan bahwa media tanpa Al memiliki viabilitas dan vigor terbaik diikuti media Al pH 6 – 7 dan media Al pH 4,5. Varietas dengan vigor dan viabilitas terbaik diperoleh pada varietas Dega 1 tercermin dari variabel muncul radikula, daya berkecambah, indeks vigor, bobot kering tajuk dan akar, serta panjang akar. Viabilitas dan vigor benih kedelai tergantung dari varietas kedelai dan taraf pH media tumbuh.ABSTRACTSoybean seeds are sensitive to soil acidic environments so it is necessary to study effect of acidic media to determine varieties that are tolerant to acidic conditions. The study purposed to determine the effect of different pH conditions both without and with Al on the viability and vigor of different varieties of soybean seeds. This research was a factorial experiment in a Completely Randomized Block Design (RCBD). The first factor was seven soybean varieties, namely Anjasmoro, Grobogan, Detap 1, Derap 1, Deja 1, Dega 1, and Dena 1. The second factor was three pH levels in Al solution, namely without Al pH 7, solution with AlCl3.6H2O pH 6—7, and solution with AlCl3.6H2O pH 4.5. There were 21 treatments with three replications. The differences between treatments were analyzed using the Least Significant Difference (LSD) at a 5%. The results showed that media without Al had the best viability and vigor followed by Al pH 6—7 media and Al pH 4.5 media. Varieties with the best vigor and viability were obtained in the Dega 1 variety as reflected in the variables of radicle emergence, germination, vigor index, hypocotil, and root dry weight, and root length. Viability and vigor of soybean seeds depended on soybean varieties and the pH level of the growing media.
Konsorsium Bacillus spp. Untuk pengendalian penyakit rebah kecambah dan busuk batang (Sclerotium rolfsii) pada tanaman Cabai Yulmira Yanti; Hasmiandy Hamid; Yaherwandi Yaherwandi; Nurbailis Nurbailis
Jurnal Agro Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/17954

Abstract

Sclerotium rolfsii merupakan patogen tular tanah yang dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 75% pada tanaman cabai. Alternatif pengendalian ramah lingkungan bisa menggunakan agens hayati yaitu konsorsium bakteri endofit Bacillus spp. Penelitian bertujuan mendapatkan konsorsium Bacillus spp. terbaik untuk pengendalian rebah kecambah dan busuk pangkal batang yang disebabkan S. rolfsii pada tanaman cabai. Penelitian berupa eksperimen secara in vivo menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan yaitu : konsorsium A (B. toyonensis AGBE2.1 TL + B. thuringiensis SLBE2.3 BB), konsorsium B (B. toyonensis AGBE2.1 TL + B. cereus SLBE1.1 BB), konsorsium C (B. thuringiensis SLBE2.3 BB + B. cereus SLBE1.1 BB), konsorsium D (B. toyonensis AGBE2.1 TL + B. cereus SLBE1.1 BB + B. thuringiensis SLBE2.3 BB), Kontrol positif (tidak diberi S. rolfsii dan Bacillus spp.), Kontrol negatif (diinokulasikan S. rolfsii dan tidak diberi Bacillus spp.) dan Kontrol pembanding (fungisida Mankozeb). Peubah yang diamati yaitu perkembangan penyakit rebah kecambah dan busuk pangkal batang. Hasil penelitian menunjukkan konsorsium AGBE 2.1 TL+ SLBE 2.3 BB, konsorsium AGBE2.1 TL + SLBE1.1 BB dan konsorsium AGBE2.1 TL + SLBE1.1 BB + SLBE2.3 BB memiliki efektivitas 100% dalam mengendalikan penyakit rebah kecambah dan busuk pangkal batang.ABSTRACTSclerotium rolfsii is a soil-borne pathogen that can reduce yields up to 75% in chili plants. An alternative for environmentally friendly control can use biological agents, namely a consortium of endophytic bacteria Bacillus spp. The aim of the study was to obtain a consortium of Bacillus spp. best for controlling of damping off and stem rot caused by S. rolfsii in chili plants. The study was an in vivo experiment using a completely randomized design with seven treatments and three replications: consortium A (B. toyonensis AGBE2.1 TL + B. thuringiensis SLBE2.3 BB), consortium B (B. toyonensis AGBE2.1 TL + B. cereus SLBE1.1 BB), consortium C (B. thuringiensis SLBE2.3 BB + B. cereus SLBE1.1 BB), consortium D (B. toyonensis AGBE2.1 TL + B. cereus SLBE1.1 BB + B. thuringiensis SLBE2.3 BB), positive control (no S. rolfsii and Bacillus spp.), negative control (inoculated with S. rolfsii and no Bacillus spp.) and comparison control (Mankozeb fungicide). The results obtained that the consortium AGBE 2.1 TL+ SLBE 2.3 BB, the consortium AGBE2.1 TL + SLBE1 .1 BB and consortium AGBE2.1 TL + SLBE2.3 BB + B. cereus SLBE1.1 BB were 100% effective in suppressing developmental disease of damping off and stem rot caused by S. rolfsii. 
Rhizoctonia mycorrhizae application and watering intervals on Dendrobium violaceoflavens seedling: a study of its effect on drought stress R Soelistijono; Daryanti Daryanti; Haryuni Haryuni; Irvansyah Cahya Perwita; Dian Rakhmawati
Jurnal Agro Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/21123

Abstract

Dendrobium violaceoflavens merupakan spesies asli Papua, habitat alaminya adalah daerah dengan curah hujan tinggi sehingga akan menjadi masalah bila dibudidayakan dan terlambat dalam penyiraman. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh aplikasi Rhizoctonia mikoriza dan interval penyiraman pada pertumbuhan vegetatif bibit D. violaceoflavens terhadap cekaman kekeringan (faktor abiotik). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor dan 5 ulangan. Faktor pertama: dengan dan tanpa aplikasi Rhizoctonia mikoriza, faktor kedua adalah interval penyiraman 2 hari, 4 hari dan 6 hari. Hasil penelitian menunjukkan [1] aplikasi Rhizoctonia mikoriza berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dengan nilai tertinggi 2,43 cm, jumlah daun 3,17 helai, dan jumlah akar 4,6 helai; [2] Interval penyiraman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dengan nilai tertinggi 2, 85 cm, jumlah daun 3,35 helai, jumlah akar 5,27 helai, dan bobot segar 1,23 g; [3] Interaksi pemberian Rhizoctonia mikoriza dan interval penyiraman 4 hari berpengaruh nyata pada panjang daun 1,90 cm dan jumlah daun 3,70 helai, dan pada akar terbentuk struktur peloton. Hasil terbaik diperoleh pada aplikasi Rhizoctonia mikoriza dan interval penyiraman 4 hari dalam penanggulangan cekaman kekeringan.ABSTRACTDendrobium violaceoflavens is a native species of Papua, its natural habitat is an area with high rainfall that will be a problem if it is cultivated and watering is delayed. The aim of this study was to determine the effect of Rhizoctonia mycorrhizae application and watering interval on vegetative growth of D. violaceoflavensseedlings on drought stress (abiotic factors).Research used a Completely Randomized Design (CRD) with 2 factors and 5 replications. First factor was with and without application of Rhizoctonia mycorrhizae, second factor was watering interval of 2 days, 4 days and 6 days. The result showed that [1] the application of Rhizoctonia mycorrhizae had a significant effect on plant height with the highest value of 2.43 cm, number of leaves 3.17 leaves, number of roots 4.6 leaves; [2] watering interval significantly affected on plant height with the highest value of 2.85 cm, number of leaves 3.35 sheets , number of roots 5.27, fresh weight of 1.23 g; [3] Interaction between Rhizoctonia mycorrhizae and watering interval of 4 days significantly affected on leaf length 1.90 cm, leaf number 3.70 sheets and a peloton structure was formed on the root. Best results were obtained on the application of Rhizoctonia mycorrhizae and watering interval of 4 days in overcoming the drought stress.
Penentuan umur panen beberapa kultivar mangga (Mangifera indica L.) Widya Astuti; Umi Trisnaningsih; Dodi Budirokhman
Jurnal Agro Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/19684

Abstract

Salah satu penyebab rendahnya kualitas buah mangga adalah umur panen yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur panen terhadap kualitas beberapa kultivar mangga (Mangifera indica L.). Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juli sampai November 2021 di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor yang diuji adalah kombinasi antara kultivar mangga (Gedong Gincu, Arumanis, Cengkir, dan Lalijiwo) dengan umur panen (60, 75, 90, 105, dan 120 hari setelah bunga mekar). Perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga didapat 40 satuan percobaan. Variabel yang diamati adalah bobot segar buah, susut bobot buah, kekerasan buah, vitamin C, dan total padatan terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bobot buah Arumanis dan Cengkir pada umur 90–120 Hari Setelah Bungan Mekar (HSBM) lebih tinggi dibanding kultivar lainnya. Susut bobot paling rendah terjadi pada Gedong Gincu dan Arumanis umur 120 HSBM sedangkan kandungan vitamin C dan total padatan terlarut yang tinggi diperoleh pada Gedong Gincu, Cengkir, dan Lalijiwo umur 120 hari setelah bunga mekar. Umur panen terbaik untuk semua kultivar adalah antara 90–120 HSBM.ABSTRACTOne of the causes of mango’s low quality is the improper harvesting age. This study aimed to determine the effect of harvest age on the quality of several mango cultivars (Mangifera indicaL.). This research was carried out from July to November 2021 at the Laboratory of Agriculture Faculty, Universitas Swadaya Gunung Jati. The research method used was the experimental method with a Completely Randomized Design (CRD). The factor tested was a combination of mango cultivars (Gedong Gincu, Arumanis, Cengkir, and Lalijiwo) and harvest age (60, 75, 90, 105, and 120 days after the flower blooms). The treatment was repeated 2 times so that 40 trials were obtained. The variables age observed were fresh fruit weight, fruit weight loss, fruit hardness, vitamin C, and total dissolved solids. The results showed that Arumanis and Cengkir fruit weights of 90-120 days after blooming (DAB) were higher than other cultivars. The lowest weight loss occurred in Gedong Gincu and Arumanis at 120 DAB, vitamin C content and total soluble solids were obtained in Gedong Gincu, Cengkir, and Lalijiwo at 120 DAB. The best harvest age for all cultivars was between 90 – 120 DAB.
Kemampuan Pseudomonas spp. Pendar fluor dan Bacillus spp. Dalam mengendalikan penyakit hawar pelepah jagung Endang Mugiastuti; Suprayogi Suprayogi; Nur Prihatiningsih; Loekas Soesanto
Jurnal Agro Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/18819

Abstract

Upaya meningkatkan produksi jagung di Indonesia seringkali mengalami beberapa kendala, di antaranya adanya infeksi Rhizoctonia solani Kühn, penyebab penyakit hawar pelepah daun. Pengendalian hayati menggunakan bakteri antagonis indigenous jagung diharapkan dapat mengendalikan penyakit hawar pelepah jagung. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri antagonis Pseudomonas spp. pendar fluor dan Bacillus spp. dalam mengendalikan penyakit hawar pelepah dan memacu pertumbuhan tanaman pada tanaman jagung. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 8 perlakuan meliputi Pseudomonas spp. pendar fluor BB.R1, Pseudomonas spp. pendar fluor PPD.B5, Bacillus spp. BB.R3, Bacillus spp. BK.R5, Bacillus spp. BB.B4, Bacillus spp. BK.A1, serta fungisida (fluopikolid 6% + propineb 67%) dan kontrol. Variabel yang diamati meliputi masa inkubasi, intensitas penyakit, AUDPC, jumlah daun, tinggi tanaman, bobot tanaman segar dan kering, bobot akar segar dan kering, serta panjang akar. Hasil penelitian menunjukkan bakteri antagonis asal rizosfer dan endofit mampu menekan penyakit hawar pelepah jagung, dengan menurunkan intensitas penyakit sebesar 42,87-85,69% dan AUDPC 53,19-87,23%. Pseudomonas spp. pendar fluor BB.R1, Bacillus spp. BB.R3 serta Bacillus spp. BB.B4 mampu meningkatkan beberapa komponen pertumbuhan tanaman jagung antara 9,5-40,49%. Bakteri Pseudomonas spp. pendar fluor BB.R1, Bacillus spp. BB.R3 serta Bacillus spp. BB.B4 memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pengendali penyakit hawar pelepah jagung serta mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. ABSTRACTThe efforts to increase maize production in Indonesia experienced several constraints, including the infection of Rhizoctonia solani Kuhn, the cause of sheath blight disease. Biological control, with antagonistic bacteria from indigenous maize, can be used to control maize sheath blight disease. This study was aimed to determine the ability of fluorescent Pseudomonas and Bacillus spp. to control sheath blight and promote plant growth in maize. The study used a randomized complete block design with eight treatments, including the fluorescent Pseudomonas BB.R1, fluorescent Pseudomonas PPD.B5, Bacillus spp. BB.R3, Bacillus spp. BK. R5, Bacillus spp. BB.B4, Bacillus spp. BK.A1, fungicides (fluopicolide 6% + propineb 67%) and controls. Variables observed including incubation period, disease intensity, AUDPC, number of leaves, plant height, fresh and dry plant weight, fresh and dry root weight, and root length. The results showed that antagonist bacteria could suppress maize sheath blight by reducing disease intensity from 42.87 to 85.69% and AUDPC from 53.19 to 87.23%. Fluorescent Pseudomonas BB.R1, Bacillus spp. BB.R3, and Bacillus spp. BB.B4 increased several components of maize growth from 9.50 to 40.49 %. The fluorescent Pseudomonas spp. BB.R1, Bacillus spp. BB.R3 and Bacillus spp. BB.B4 potentially utilized to control sheath blight disease and promote plant growth in maize.
Efektifitas penggunaan beberapa indeks toleransi untuk menyeleksi jagung toleran nitrogen rendah Slamet Bambang Priyanto; Roy Efendi; Ahmad Muliadi
Jurnal Agro Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/20291

Abstract

Keakuratan dalam seleksi jagung hibrida toleran N rendah dapat ditingkatkan dengan penggunaan beberapa indeks seleksi secara sekaligus. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi indeks toleransi yang sesuai untuk seleksi jagung hibrida toleran N rendah serta memilih jagung hibrida toleran N rendah. Penelitian dilaksanakan di IP2TP Bajeng Balai Penelitian Tanaman Serealia Kabupaten Gowa bulan April sampai dengan September 2021. Sebanyak 8 hibrida dan 2 varietas pembanding ditanam pada rancangan tersarang tiga ulangan. Genotipe tersarang pada taraf pupuk N. Taraf pupuk N meliputi 100 kg N ha-1 dan 200 kg N ha-1. Indeks toleransi meliputi Tolerance (TOL), Mean Productivity (MP), Geometric Mean Productivity (GMP), Harmonic Mean (HM), Stress Tolerant Index (STI), Relative Tolerant Index (RTI), Stress Susceptibility Index (SSI), Yield Index (YI), Stress Relative Index (SI), Yield Stability Index (YSI), Stress Susceptibility Percentage Index (SSPI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks toleransi menunjukkan bahwa MP, GMP, HM dan STI merupakan yang paling sesuai untuk menyeleksi hibrida toleran N rendah. Hibrida HLN 02 dan HLN 06 merupakan hibrida yang toleran terhadap N rendah, sedangkan Hibrida HLN 03 dan HLN 07 dan ADV 777 termasuk peka. Berdasarkan hasil biji pada pemupukan 100 kg N ha-1 dan 200 kg N ha-1 dan indeks toleransi serta analisis kluster.ABSTRACTLow N tolerant hybrid maize selection accuracy can be increased by using several selection indices simultaneously. This study's objective was to identify the proper tolerance index for low N tolerant hybrid maize selection and to determine the low N tolerant hybrid maize. The research was conducted at IP2TP Bajeng Indonesian Cereal Crop Institute Gowa Regency from April to September 2021. Eight promising hybrid and two check varieties were planted in a nested design with three replications. The genotypes were nested at the N fertilizer level. The N fertilizer levels were 100 kg N ha-1 and 200 kg N ha-1. The tolerance index used was Tolerance (TOL), Mean Productivity (MP), Geometric Mean Productivity (GMP), Harmonic Mean (HM), Stress Tolerant Index (STI), Relative Tolerant Index (RTI), Stress Susceptibility Index (SSI), Yield Index (YI), Stress Relative Index (SI), Yield Stability Index (YSI), Stress Susceptibility Percentage Index (SSPI). The results showed that tolerance index MP, GMP, HM, and STI were the most suitable for electing low N tolerant hybrids maize. hybrids HLN 02 and HLN 06 were low N tolerant; meanwhile, HLN 03 and HLN 07 and ADV 777 were susceptible based on yields at 100 kg N ha-1 and 200 kg N ha-1 fertilization, tolerant indexes, and clustering.